Kemudian mengenai kenapa wanita ini menghubunginya saat ini, Rizki bisa menebaknya.Kemungkinan wanita ini ingin mengembalikan uang yang telah dia hadiahkan.Jika hanya untuk alasan sesepele ini, untuk apa dia memedulikannya?Dia tidak akan menerima kembali uang yang telah dia berikan.Satu-satunya hal yang dia terima kembali hanyalah dari 5 tahun yang lalu ....Lima tahun yang lalu, ketika dia kembali ke kamar, beberapa lembar cek yang telah dia berikan pada wanita itu, bersama dengan kartu bank yang diberikan oleh ibunya, semuanya ada di sana.Semua benda itu hanya di sana, menatapnya.Tidak peduli apakah itu benda yang dia berikan atau yang wanita itu minta, sepeser pun uang tidak diambil. Wanita itu mengembalikan semuanya pada Rizki.Seolah-olah dia menyatakan bahwa mulai sekarang, mereka berada di jalan masing-masing dan dia tidak berutang apa pun pada Rizki.Meskipun 5 tahun sudah berlalu, setiap mengingat hal tersebut, kekesalan di wajah Rizki masih sangat kuat.Wanita yang tida
Akan tetapi mereka tidak tahu, ketika membicarakan kerja sama bisnis, Rizki hanya akan membicarakan kerja sama bisnis. Apakah mereka bisa bekerja sama atau tidak, itu semua tergantung pada kekuatan perusahaan mereka, bukan pada hadiah apa yang mereka kirim. Oleh karena itu, semua hadiah tersebut pun akan dikembalikan sebagaimana adanya.Kerja sama bisnis ini hampir beres, mereka hanya perlu menandatangani kontrak. Akan tetapi, pihak tersebut masih saja melakukan rutinitas memberi hadiah seperti ini. Cahya benar-benar tidak tahu apa yang mereka pikirkan.Sambil merenung, Cahya sudah mengikuti Rizki ke depan kamar hotel.Cahya segera mengeluarkan kartu kamar dan menggeseknya."Pak Rizki, silakan."Rizki merapatkan bibir tipisnya dan berjalan masuk. Akan tetapi begitu dia melewati pintu, langkahnya langsung terhenti.Melihatnya menghentikan langkahnya, Cahya pun bertanya dengan penasaran, "Pak Rizki, ada apa?"Tepat setelah dia bertanya, sosok tinggi di depannya mundur beberapa langkah da
Kondisi Rizki sangat buruk, dia terlihat seperti akan merosot ke lantai dalam sesaat.Wanita berambut pirang yang tadinya sedang bermain-main dengan Cahya, mengikuti tatapan Cahya dan menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Rizki.Dia pun mengesampingkan pikirannya untuk bermain-main dan segera menghampiri Cahya.Selama itu, dia terus menggunakan bahasa Surya yang tidak lancar untuk berkomunikasi dengan Cahya."Apa dia baik-baik saja? Apa butuh kupanggil ambulans?"Setelah mengetahui bahwa wanita ini dikirim oleh pihak yang bekerja sama dengan mereka, Cahya sangat ingin menyuruhnya pergi. Namun, melihat kondisi Rizki ...."Jangan sentuh aku."Akan tetapi, saat wanita itu ingin membantu Cahya untuk mengangkat Rizki, dia mendengar Rizki menolaknya dengan dingin.Melihat ini, Cahya segera menepis tangan wanita berambut pirang itu dan memberitahunya dengan Bahasa Unitya yang fasih, "Bantuanmu nggak dibutuhkan di sini, cepat pergi. Urus urusanmu sendiri."Wanita berambut pirang itu pun
"Apakah Pak Rizki juga nggak mendengarkan keluarganya?"Mendengar ini, ekspresi Cahya menjadi murung."Nggak. Kalau ya, keadaannya nggak akan sampai seperti ini.""Benar juga."Membicarakan masalah ini, suasananya pun menjadi berat.Tiba-tiba, anak magang itu terpikirkan sesuatu. Matanya berbinar."Bagaimana dengan Nona Hana? Bukankah katanya selama bertahun-tahun ini, di sisi Pak Rizki nggak ada orang lain selain dia? Apakah Pak Rizki juga nggak mendengarkan Nona Hana?""Kamu membicarakan Hana Adelia?" tanya Cahya.Cahya pun menghela napasnya. "Nggak usah membicarakannya. Awalnya, aku juga mengira itu akan berhasil dan meminta bantuan Nona Hana. Tapi ternyata cara itu juga sia-sia.""Nona Hana bahkan juga nggak bisa .... Kalau begitu, sepertinya memang nggak ada cara. Kalau dibiarkan seperti ini terus, Pak Rizki nggak akan mati cepat, 'kan?""Bah bah bah, omong kosong apa itu! Kamu hanya anak magang, jangan kutuk orang seperti itu!"Anak magang itu pun mengerucutkan bibirnya dengan ke
Satu hari telah berlalu sejak dia tidak membalas pesan wanita itu.Sekarang hari sudah mendekati larut malam.Akun kedua anak kecil itu tampak ditangani dengan sangat baik. Halaman beranda mereka sangat bersih, kalimat perkenalannya juga sangat sederhana. Bahkan mereka jarang mengunggah.Terkadang, ada beberapa video yang disunting dengan baik dan diunggah dengan tambahan musik dan teks.Jelas bahwa orang yang menangani akun ini tidak memiliki banyak waktu luang.Rizki mengetuk salah satu video. Dengan cepat, senyum kedua anak tersebut muncul di layar ponsel.Melihat senyum kedua anak ini, seketika Rizki merasakan kegelisahan dan kekesalan di dadanya berkurang.Dia duduk bersandar di tepi tempat tidur, menggeser jari-jarinya, lalu diam-diam menonton kedua anak itu untuk waktu yang cukup lama.Suasana hatinya pun menjadi makin tenang.Ketika Cahya membuka pintu kamar untuk mencarinya, kegelisahan Rizki sudah mereda. Setelah meminum obat, dia juga merasa lebih baik."Pak Rizki, kenapa su
"Mama bilang kita harus merawat diri dengan baik. Makanlah tepat waktu supaya tubuhmu sehat. Jadi, semuanya harus makan tepat waktu."Ini adalah ... suara anak kecil bernama Maya itu.Dia tidak menyangka dirinya akan mengingat suara anak kecil ini sekarang. Apakah ini suatu pertanda?Meskipun dia sudah minum obat, perutnya masih sedikit sakit.Rizki merapatkan bibirnya. Sebelum Cahya keluar dari kamar, dia segera menghentikannya."Tunggu."Langkah Cahya terhenti. Cahya menoleh menatapnya dengan kepala tertunduk."Pak Rizki?""Tadi kamu bilang ada bubur kacang?"Mata Cahya yang telah kehilangan cahayanya itu pun kembali berbinar. Dia segera mengangguk seperti bawang yang ditumbuk. "Benar, Pak Rizki. Itu adalah bubur kacang yang disiapkan secara khusus oleh restoran di lantai bawah."Rizki berpikir sejenak. "Bawa masuk.""Baik, akan segera kuambilkan."Ketika Cahya keluar dari kamar, Dita menunggu di luar dengan gelisah."Pak Cahya, bagaimana? Apa Pak Rizki mau makan?""Mau. Ayo cepat, m
Sebenarnya, dilihat bagaimanapun juga balasan ini terasa agak aneh.Jika bukan karena orang ini telah lama diam-diam mengirimkan hadiah pada Maya dan Satya tanpa mengekspresikan niat apa pun, Alya mungkin akan langsung mengabaikan orang ini.Akan tetapi, dia sendirilah yang menghubungi orang ini lebih dulu.Waktu di larut malam juga sangat berharga dan Alya tidak ingin membuang-buangnya. Jadi, dia langsung menanyakan detail kontak orang tersebut.Dia langsung bertanya tanpa basa-basi: "Bisakah kamu memberikan kontakmu supaya kita lebih bisa mudah berbicara?"Rizki cukup lama menatap kalimat pertanyaan tersebut. Kemudian, dia pun mengirimkan informasi kontaknya.Alya melihat informasi kontak yang dikirimkan padanya itu lalu segera menambahkannya ke LINE.Akun LINE orang itu sangat sederhana. Orang itu menggunakan huruf R yang sederhana sebagai namanya, sementara foto profilnya adalah pemandangan malam di tepi laut.Sangat cocok dengan nama akun TikTok miliknya.Alya dengan cepat menamba
Alya menunggu cukup lama hingga dia akhirnya menerima balasan dari orang tersebut.Dia kira orang tersebut tadi sedang mencari nomor rekening, tetapi ternyata, beberapa menit kemudian orang itu hanya membalas dengan dua kata: "Nggak usah."Alya terdiamSejak awal percakapan, orang itu sangat pelit dengan kata-katanya.Entah apakah orang tersebut memang tidak banyak bicara atau memang tidak ingin berbicara dengannya.Akan tetapi, dilihat dari sikapnya sejak awal, sepertinya orang itu memang tidak mau banyak bicara dengan Alya.Lagi pula saat Alya mengirimkannya pesan, dapat terlihat bahwa pesan tersebut sudah lama dibaca olehnya. Namun, orang itu tidak segera membalas pesan Alya.Orang itu baru membalasnya di malam hari, mungkinkah dia merasa tidak sopan kalau tidak membalas pesannya?Setelah memikirkannya, Alya pun menghilangkan niatnya untuk mengobrol lebih lama dengan orang itu. Alya terdiam sejenak, lalu meninggalkan pesan pada orang itu: "Waktu sudah larut, Pak Rizki. Cepatlah isti