Namun, anak perempuan di samping anak laki-laki itu dengan cerdik mengedipkan matanya, memberikan ciuman, bahkan memberikan hati ke arah kamera."Terima kasih Paman RezekiMalam! Paman sangat keren!"Suara gadis kecil itu terdengar lembut seperti susu. Meskipun gerakannya sedikit canggung, entah kenapa, gadis kecil itu dengan mudah melunakkan hatinya.Bibir pria itu tadinya sedingin es, sesaat kemudian, bibirnya bagaikan es yang meleleh dan berubah menjadi sebuah senyum.Jika dibandingkan, dia masih lebih menyukai gadis kecil ini.Tidak seperti anak laki-laki yang dengan kaku menasihatinya untuk tidak memberi hadiah, gadis kecil ini selalu memberinya ciuman dan lebih penuh dengan kasih sayang.Seandainya dia juga mempunyai anak perempuan ....Di tengah renungannya, pintu kantor tiba-tiba diketuk.Asistennya membuka pintu dan berjalan masuk, lalu mengingatkan, "Pak Rizki, rapatnya akan segera dimulai. Kita harus berangkat."Pandangan Cahya Akbar terhenti ketika melihat senyum yang belum
Di sudut layar, penonton hanya bisa melihat sebuah sosok wanita yang agak kabur. Setelah beberapa detik, sosok ramping wanita tersebut pun menghilang.Di saat yang sama, terdengar suara langkah kaki dua anak kecil yang berlari ke arah wanita itu."Mama!""Mama sudah pulang! Mama hari ini sudah bekerja keras, ya."Kedua anak kecil itu sangat perhatian, mereka menanyakan ibu mereka dengan berbagai pertanyaan yang penuh dengan kepedulian.Karena jauh, suara wanita tersebut hanya terdengar samar-samar dan tidak jelas.Tak lama kemudian, kedua anak kecil itu pun kembali ke layar.Setelah kembali, Satya menjelaskan ke kamera, "Paman, Bibi, Kakak, Adik, karena mama kita sudah pulang, siaran hari ini sampai di sini dulu."Adik kembarnya di samping mulai membuat hati ke arah kamera lagi."Paman, Bibi, Kakak, Adik, semuanya sampai jumpa!"Para penonton pun cukup menyayangkannya. Lagi pula, kedua anak ini hanya melakukan siaran langsung satu atau dua kali dalam seminggu. Namun, siaran hari ini be
Anak magang itu merasa frustrasi.Dia ingin mengatakan bahwa kedua anak di siaran langsung itu tampaknya tidak pernah menjalani operasi plastik. Seseorang yang telah dioperasi plastik, tak peduli sesempurna apa pun hasilnya, pasti masih terlihat kurang hidup. Namun, kedua anak ini terlihat penuh dengan pesona kehidupan.Meskipun mereka terlihat mirip, Rizki tidak mungkin memiliki dua anak seumuran itu.Lagi pula, di dunia ini, bagaimana mungkin ada seorang wanita yang melahirkan anak Rizki dan tidak membawanya untuk diakui?Jika dipikir-pikir, hal itu terasa mustahil.Jadi, dia pun mengganti topik pembicaraan."Tapi mengenai anak yang mirip itu, apakah Pak Rizki nggak pernah meragukannya sekalipun? Mungkin anak itu bukan hasil operasi plastik, melainkan anak kandungnya?"Mendengar ini, Cahya pun terkekeh."Kamu kira Pak Rizki orang macam apa? Ketika Pak Rizki mabuk sekalipun, dia nggak akan menyentuh wanita yang nggak dikenalnya. Kontrol diri semacam itu bukan sesuatu yang bisa dimilik
Di pinggir kota.Di dalam sebuah rumah berukuran sedang."Mama! Mama!"Setelah mengakhiri siaran langsung, kedua anak kecil itu segera memeluk Alya, masing-masing di kanan dan di kiri. Tangan kecil mereka terbuka lebar. Dengan semangat, mereka menghirup aroma sabun mandi dari tubuh Alya.Wanita ramping itu membungkuk untuk memeluk kedua anaknya. Matanya seperti manik-manik kristal, jernih dan dingin. Bulu matanya yang panjang seperti bulu gagak. Tatapannya begitu berseri-seri dan sangat memesona."Siaran langsungnya sudah ditutup?" tanya Alya. Suaranya begitu jernih dan cerah."Sudah," jawab Maya sambil menggosok-gosokkan pipinya ke leher dan dagu Alya.Satya melirik adiknya, lalu berkata dengan serius, "Mama, hari ini orang itu lagi-lagi mengirim banyak hadiah."Orang itu?Alya tertegun."Paman RezekiMalam?"Satya mengangguk dan mengerucutkan mulut kecilnya. "Aku sudah menyampaikan perkataan Mama pada Paman RezekiMalam, tapi dia sama sekali nggak mendengarkan."Mendengar ini, Alya men
Marinasi membutuhkan waktu, jadi Alya pun pergi menangani hal lain. Ketika senggang, dia pun teringat sesuatu. Dia pergi ke ruang tengah dan mengambil ponsel yang digunakan untuk siaran langsung tadi.Dari siaran langsung hari ini, kedua anaknya telah mengumpulkan banyak penggemar. Video yang baru saja diunggah pun menerima banyak komentar yang memuji kelucuan anak-anaknya.Komentar yang paling banyak disukai adalah: "Bagaimana caramu membesarkan anak sebaik ini?"Alya tersenyum dan dengan iseng membalas: "Ini adalah pertama kalinya aku membesarkan anak, mungkin aku nggak bisa memberimu nasihat yang berguna."Selesai membalas, dia mengecek pendapatan hari ini.Begitu mengeceknya, dia menemukan bahwa hari ini RezekiMalam lagi-lagi mengirimkan banyak hadiah pada kedua anaknya.Pendapatan sebelumnya ditambah dengan pendapatan hari ini, setelah menghitungnya secara kasar, Alya pun menyadari bahwa mereka telah menerima uang yang sangat banyak.Alya tidak kekurangan uang untuk membesarkan an
Melihat orang itu mengaku sebagai mamanya Satya dan Maya, tatapan Rizki pun menggelap. Namun, dia tidak membalasnya.Dia hanya menurunkan pandangannya, menatap ponsel itu dengan wajah datar dan tidak melakukan apa-apa lagi.Akan tetapi, orang-orang di dalam ruang rapat diam-diam mengarahkan pandangan mereka pada Rizki karena sikapnya itu. Bahkan orang yang berbicara di depan proyektor pun mulai tergagap.Sang anak magang yang tidak pernah melihat situasi ini, mencengkeram pulpen di tangannya dan ingin menguburkan kepalanya di dalam laptop.Cahya awalnya juga terkejut, tetapi kemudian dia menenangkan dirinya.Dia sudah lama terbiasa dengan hal seperti ini.Lagi pula, dulu Rizki juga pernah seperti ini. Saat kedua anak lucu itu melakukan siaran langsung di tengah rapat, Rizki akan langsung mengeluarkan ponselnya di depan semua orang.Ada peraturan yang melarang penggunaan ponsel di saat rapat.Akan tetapi, siapakah Bos Rizki?Kalau dia bersikeras melakukan sesuatu, siapa yang berani untu
Setelah mengatakan itu, Alya menyentuh hidung Maya yang putih dan kecil.Mendengar perkataan ibunya, Maya membuka matanya yang besar dan bulat. Mengenakan piama seputih susu, Maya terlihat sangat lembut seperti puding susu yang baru saja jadi.Dia tampak sedang memikirkan perkataan Alya dengan serius. Setelah itu, dia pun mengangguk dengan sungguh-sungguh."Oke. Saat aku sudah besar, aku pasti akan banyak membantu Mama!""Baiklah. Kalau begitu Mama dan Maya sudah menetapkannya, ya. Sana, bermainlah.""Ya. Cium aku, Mama." Maya menunjuk keningnya sendiri.Alya pun tersenyum dan mencium kening anaknya. Merasa puas, Maya pun berbalik dan pergi.Ketika keluar dari dapur, Satya melihat pemandangan ini. Kecemburuan pun melintas di matanya.Dengan langkah kecilnya, dia berjalan menghampiri Alya. Akan tetapi, dia sama sekali tidak bersuara.Saat sedang mengelap meja, Alya menunduk dan menemukan Satya yang sedang berdiri di samping kakinya. Anak laki-laki itu menatapnya seolah sedang menunggu s
Mendengar ini, senyum di bibir Alya pun sedikit memudar. Dia menutup keran, lalu memakai sarung tangan untuk cuci piring."Lihat, setiap kali aku membicarakan rencanamu untuk kembali ke sini, kamu selalu terdiam."Citra jelas merasa kesal pada sahabatnya."Aku benar-benar nggak mengerti apa yang kamu pikirkan. Bertahun-tahun sudah berlalu. Meskipun waktu itu kamu ada perjanjian dengannya, bukankah sekarang semuanya sudah beres?"Alya masih tidak mengatakan apa pun.Namun, Citra masih melanjutkan, "Sekarang perkembangan industri ini di luar negeri sedang kurang bagus, tapi perkembangannya bagus di negara kita. Selain itu, undangan yang kamu terima berasal dari salah satu perusahaan top nasional. Posisinya sangat bagus. Kalau bukan karena kualitasmu yang luar biasa, mereka pasti sudah memberikannya pada orang lain. Apa kamu tahu? Mereka bahkan sampai meneleponku untuk membujukmu. Perusahaan itu nggak mau melewatkan sebuah talenta yang luar biasa."Sampai di sini, Alya pun akhirnya tak bi