Setelah mengatakan itu, Hana seperti teringat sesuatu dan menambahkan, "Sama seperti kamu yang nggak suka makan makanan manis."Meskipun tidak suka, seharusnya tidak sampai mual seperti ini.Rizki melirik Alya yang berada di pelukannya. Entah kenapa, dia selalu merasa Alya menyembunyikan sesuatu darinya.Memikirkan laporan sobek yang dibicarakan Kepala Pelayan dulu, mata Rizki sedikit menggelap.Akan tetapi, sebelum dia dapat berpikir lebih jauh, Alya yang berada di pelukannya sudah mulai memberontak. "Turunkan aku, berapa kali aku harus memberitahumu?"Rizki menyipitkan matanya. "Apa kamu yakin nggak mau ke rumah sakit?"Alya menarik napas dalam-dalam."Aku nggak sakit, aku hanya nggak mau makan sup kepala ikan. Apa aku juga harus ke rumah sakit untuk masalah ini?"Warna wajah Alya sekarang sudah jauh membaik, bibirnya juga sudah mulai memerah. Wanita ini memang tidak begitu terlihat seperti orang sakit.Barulah Rizki menurunkan Alya.Begitu kakinya menyentuh tanah, Hana segera memega
"Benar, Nenek."Supaya tidak membuat sang nenek curiga, Alya terpaksa mencari kata-kata lain untuk menjelaskan."Sejak kecil aku nggak suka makan ikan. Waktu aku masih kecil, aku kira rasanya enak, tapi begitu memakannya aku langsung muntah-muntah. Jadi, saat aku mencium baunya hari ini, aku langsung merasa enek."Mendengar ini, ekspresi termenung Wulan pun menghilang.Alya muntah setelah memakannya waktu kecil? Kalau begitu, tampaknya wajar bila dia masih seperti itu saat dewasa.Namun, sang nenek masih khawatir. "Apa kamu sungguh nggak apa-apa? Bagaimana kalau kamu tetap pergi ke rumah sakit dan diperiksa?""Nggak usah, Nenek. Sekarang aku baik-baik saja. Lihatlah, apa saat ini aku terlihat seperti ada masalah?"Wulan mengamatinya beberapa kali dan menemukan bahwa Alya memang sudah tidak lagi pucat.Tampaknya memang tidak ada masalah. Dia pun mencubit pipi lembut Alya dan berkata, "Anak ini, kenapa sejak awal kamu nggak bilang kalau kamu nggak suka makan ikan?""Um." Alya berkata den
"Hm." Rizki mengangguk. "Tolong perhatikan mereka."Wulan sudah sangat lama tidak meninggalkan sanatorium, jadi setelah keluar, bahkan berjemur pun terasa lebih nyaman daripada di taman sanatorium. Menyaksikan orang yang berlalu-lalang di area rumah, juga melihat renovasi yang berlangsung di tempat tersebut, semua ini terasa sangat menarik.Alya mengikuti dari belakang. Dia melihat Hana mendorong kursi roda Wulan, wanita itu tersenyum dengan memesona dan berbicara pada sang nenek dengan sabar dan lembut.Harus diakui, Hana sangat jago memerankan sosok yang lembut dan ramah. Selain itu, dia juga pandai dalam membuat sang nenek senang.Sepanjang pagi, Wulan berkali-kali terhibur olehnya hingga tertawa terbahak-bahak.Sekitar pukul 11, Wulan akhirnya merasa lelah. Melihat ini, Hana dengan lembut berkata, "Apa Nenek lelah? Bagaimana kalau kita kembali dan beristirahat? Kebetulan hari sudah hampir siang. Kalau ingin bermain di luar, besok aku bisa datang lagi untuk menemanimu."Wulan memang
Setelah kembali dan mengantar sang nenek istirahat, Hana memandang Alya dan berkata, "Terima kasih."Selama ini, Hana terus mencari kesempatan untuk mendekati Wulan. Alya memiliki kesempatan dan kemampuan untuk menghentikan Hana, tetapi dia tidak melakukannya."Sebelumnya aku telah salah paham denganmu, aku kira kamu seseorang yang nggak menepati janji. Aku minta maaf."Wulan yang tiba-tiba pingsan, operasi yang mendadak ditunda.Sebenarnya, Hana sama sekali tidak percaya. Pertama kali dia mendengar berita itu, hal pertama yang dipikirkannya adalah dia tidak percaya. Kenapa orang yang baik-baik saja tiba-tiba pingsan? Dalam pikiran buruknya, dia merasa Alya telah memberi tahu Wulan mengenai kehamilannya dan masalahnya sendiri. Kemudian, wanita tua ini bekerja sama dengannya dan menunda operasi.Awalnya dia benar-benar berpikir seperti itu.Hana selalu tahu bahwa dirinya adalah orang yang berpikiran buruk, tetapi hanya dirinya yang mengetahui hal ini.Namun, untuk saat ini, tampaknya Wu
Dia ingin Tiara cepat terbiasa. Meskipun anak itu belajar dengan sungguh-sungguh, masalah umum yang terjadi karena cepat terbiasa adalah, banyak masalah yang akan muncul. Alya harus membereskan masalah itu untuknya.Yang benar saja, begitu Alya menyalakan laptop dan menghubungi Tiara, gadis itu terdengar cemas dan segera menangis."Huhu Kak Alya, akhirnya kamu datang .... Kalau kamu nggak datang, aku mungkin akan membuat kesalahan besar."Alya terdiam."Kenapa kerja sesulit ini? Dibandingkan beberapa hari ini, dulu aku merasa sangat bahagia. Selain itu, Kak Alya, hari-hari seperti apa yang kamu jalani dulu? Memikirkannya saja sudah menakutkan."Setelah mendengarnya mengeluh, akhirnya Alya menyela, "Baiklah, jangan khawatir. Kalau ada masalah, selesaikan pelan-pelan. Kamu harus selalu menghadapinya."Jika melakukan kesalahan sekarang, Alya masih ada di sini. Namun, jika melakukan kesalahan nanti, Tiara mungkin akan diomeli.Rizki bukanlah bos yang lembut.Ketika Rizki membawa Alya ke pe
Rizki!Kenapa dia ada di sini?Alya benar-benar hampir berteriak.Bukankah dia sedang pergi untuk menangani pekerjaan? Kenapa dia ada di ruang kerja di rumah? Selain itu, dia sangat diam sampai-sampai Alya tidak mendengar suaranya saat masuk.Bukankah barusan ... Alya mengucapkan kata "bayi"?Kemudian, Rizki masuk tepat pada saat itu, apakah dia mendengar kata kunci tersebut? Atau ....Wajah Alya pucat pasi. Dengan gelisah dia menatap Rizki, dia hanya bisa merapatkan bibirnya untuk tetap tenang.Rizki juga tidak menyangka Alya akan datang ke ruang kerja.Melihat ekspresi Alya yang memandangnya seperti melihat hantu, dia pun sedikit mengerutkan keningnya. Akhir-akhir ini, Alya bertingkah seperti seekor burung yang kaget. Wanita itu seperti sedang menyembunyikan sesuatu darinya.Rizki merapatkan bibir tipisnya dan sedikit menyipitkan mata. Tatapan tajamnya jatuh pada wajah pucat Alya."Barusan kamu bicara dengan siapa?"Alya tercengang.Mendengar pertanyaan ini, apakah artinya Rizki tida
Rizki mengangkat dagu Alya, pria itu berkata dengan suara dingin, "Memangnya kamu peduli?""Lucu sekali." Alya mengangkat bahunya. "Siapa yang peduli denganmu? Lakukan saja apa yang kamu mau."Rizki membentangkan tangannya pada Alya, wajahnya tidak memiliki ekspresi. "Baiklah, kalau begitu tunjukkan riwayat panggilanmu.""Rizki, apa kamu gila?" tanya Alya."Bukankah kamu bilang lakukan saja apa yang aku mau?""Aku bilang lakukan saja apa yang kamu mau, bukan lakukan saja apa yang mau kamu lakukan padaku. Apa kamu memiliki pemahaman membaca?""Apa? Bukankah kamu berbicara dengan Tiara? Kamu nggak bisa menunjukkan riwayat panggilanmu? Jangan-jangan, sebenarnya kamu berbicara dengan orang lain?"Alya terdiam."Apakah itu Kak Wisnu tersayangmu?" tanya Rizki lagi.Alya masih tidak mau menjawab.Alya mengerti kenapa Rizki ingin mengujinya dan bertingkah aneh.Pria itu hanya mendengarnya berbicara, tetapi sama sekali tidak mengerti maksud perkataannya. Jadi, saat Rizki melihat dirinya yang pa
Mulut kecil Alya berceloteh tanpa henti. Dengan setiap kata yang keluar dari mulutnya, Rizki menemukan dirinya tidak bisa menyangkal.Dia telah melihat kemampuan Alya berbicara.Awalnya saat Rizki membawa Alya ke tempat kerja untuk bernegosiasi, karena belum pernah menangani pekerjaan selevel ini dan masih muda, Alya pun sedikit mengalami demam panggung.Namun, makin sering Alya melakukannya, makin mahir pula dia. Begitu berbicara, dia dapat mengambil kendali seluruh situasi dengan logika dan pikiran yang cukup jelas.Setiap dia berbicara, dia dapat menjungkirbalikkan lawannya.Seperti saat ini, Alya menggunakan metode tersebut untuk menghadapi Rizki.Rizki pun menyadari bahwa dirinya tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun.Hana memang datang ke rumah, juga mengenakan baju Alya.Melihat Rizki tidak berbicara, Alya tersenyum dingin. "Kenapa kamu diam? Rizki, lebih baik kamu sekarang berpikir, bagaimana kalau aku membawa pria lain ke rumah ini, lalu membiarkannya memakai bajumu?"Rizki