Alya baru hendak meminum susu ketika seorang pelayan membawakannya semangkuk sup kepala ikan."Nyonya, ini makananmu untuk pagi ini."Dulu, sup jarang disajikan di meja makan untuk sarapan, biasanya yang disajikan hanya jus atau susu. Karena Alya menjaga bentuk tubuhnya, koki di rumah biasanya akan membuatkannya makanan dengan menghitung kalorinya.Namun, melihat sup kepala ikan hari ini, Alya tidak terkejut. Karena Wulan sudah kembali, para pekerja di dapur kemungkinan akan mencocokkan kembali menu-menunya.Akan tetapi, makanan ini kemungkinan bukan bagian Alya. Sepertinya, Wulan yang meminta para pelayan untuk menyajikan sup ini padanya.Yang benar saja, ketika Alya sedang bingung, Wulan berkata sambil tersenyum, "Kamu terlalu kurus, makan sup ini dan cukupi gizimu."Alya melihat sup ikan tersebut dan mengangguk."Terima kasih, Nenek."Sesekali tidak apa-apa, paling dia hanya akan gemuk sedikit.Selain itu, sekarang dia hamil. Dia tidak bisa membatasi dirinya seperti dulu, dia memang
Siapa yang bisa menyangka, karena Alya mual, seluruh rumah menjadi kacau.Alya dengan lemah bersandar di dada Rizki, pikirannya masih berkabut.Hana yang mengikuti mereka, tiba-tiba terpikirkan sesuatu dan segera menyarankan, "Rizki, sekarang rumah sakit terlalu jauh. Bagaimana kalau kita bawa dia ke klinik temanku yang waktu itu untuk diperiksa? Aku rasa Alya sudah salah makan."Meskipun Hana menyarankannya dengan wajah tenang, sesungguhnya hatinya sudah sangat panik.Jika saat ini Rizki membawanya ke rumah sakit, pasti kehamilan Alya akan ketahuan.Kalau harus diperiksa, maka lebih baik Alya diperiksa di klinik temannya. Jadi, kalau ada sesuatu, Hana masih punya kesempatan untuk memperbaikinya.Memikirkan hal ini, Hana tiba-tiba teringat Alya yang waktu itu demam. Sepanjang perjalanan, Alya terus menolak untuk pergi ke rumah sakit.Saat itu, Hana kira Alya sengaja marah pada Rizki karena dirinya. Dia mengira Alya berpura-pura menyedihkan untuk memenangkan perhatian dan rasa kasihan R
Setelah mengatakan itu, Hana seperti teringat sesuatu dan menambahkan, "Sama seperti kamu yang nggak suka makan makanan manis."Meskipun tidak suka, seharusnya tidak sampai mual seperti ini.Rizki melirik Alya yang berada di pelukannya. Entah kenapa, dia selalu merasa Alya menyembunyikan sesuatu darinya.Memikirkan laporan sobek yang dibicarakan Kepala Pelayan dulu, mata Rizki sedikit menggelap.Akan tetapi, sebelum dia dapat berpikir lebih jauh, Alya yang berada di pelukannya sudah mulai memberontak. "Turunkan aku, berapa kali aku harus memberitahumu?"Rizki menyipitkan matanya. "Apa kamu yakin nggak mau ke rumah sakit?"Alya menarik napas dalam-dalam."Aku nggak sakit, aku hanya nggak mau makan sup kepala ikan. Apa aku juga harus ke rumah sakit untuk masalah ini?"Warna wajah Alya sekarang sudah jauh membaik, bibirnya juga sudah mulai memerah. Wanita ini memang tidak begitu terlihat seperti orang sakit.Barulah Rizki menurunkan Alya.Begitu kakinya menyentuh tanah, Hana segera memega
"Benar, Nenek."Supaya tidak membuat sang nenek curiga, Alya terpaksa mencari kata-kata lain untuk menjelaskan."Sejak kecil aku nggak suka makan ikan. Waktu aku masih kecil, aku kira rasanya enak, tapi begitu memakannya aku langsung muntah-muntah. Jadi, saat aku mencium baunya hari ini, aku langsung merasa enek."Mendengar ini, ekspresi termenung Wulan pun menghilang.Alya muntah setelah memakannya waktu kecil? Kalau begitu, tampaknya wajar bila dia masih seperti itu saat dewasa.Namun, sang nenek masih khawatir. "Apa kamu sungguh nggak apa-apa? Bagaimana kalau kamu tetap pergi ke rumah sakit dan diperiksa?""Nggak usah, Nenek. Sekarang aku baik-baik saja. Lihatlah, apa saat ini aku terlihat seperti ada masalah?"Wulan mengamatinya beberapa kali dan menemukan bahwa Alya memang sudah tidak lagi pucat.Tampaknya memang tidak ada masalah. Dia pun mencubit pipi lembut Alya dan berkata, "Anak ini, kenapa sejak awal kamu nggak bilang kalau kamu nggak suka makan ikan?""Um." Alya berkata den
"Hm." Rizki mengangguk. "Tolong perhatikan mereka."Wulan sudah sangat lama tidak meninggalkan sanatorium, jadi setelah keluar, bahkan berjemur pun terasa lebih nyaman daripada di taman sanatorium. Menyaksikan orang yang berlalu-lalang di area rumah, juga melihat renovasi yang berlangsung di tempat tersebut, semua ini terasa sangat menarik.Alya mengikuti dari belakang. Dia melihat Hana mendorong kursi roda Wulan, wanita itu tersenyum dengan memesona dan berbicara pada sang nenek dengan sabar dan lembut.Harus diakui, Hana sangat jago memerankan sosok yang lembut dan ramah. Selain itu, dia juga pandai dalam membuat sang nenek senang.Sepanjang pagi, Wulan berkali-kali terhibur olehnya hingga tertawa terbahak-bahak.Sekitar pukul 11, Wulan akhirnya merasa lelah. Melihat ini, Hana dengan lembut berkata, "Apa Nenek lelah? Bagaimana kalau kita kembali dan beristirahat? Kebetulan hari sudah hampir siang. Kalau ingin bermain di luar, besok aku bisa datang lagi untuk menemanimu."Wulan memang
Setelah kembali dan mengantar sang nenek istirahat, Hana memandang Alya dan berkata, "Terima kasih."Selama ini, Hana terus mencari kesempatan untuk mendekati Wulan. Alya memiliki kesempatan dan kemampuan untuk menghentikan Hana, tetapi dia tidak melakukannya."Sebelumnya aku telah salah paham denganmu, aku kira kamu seseorang yang nggak menepati janji. Aku minta maaf."Wulan yang tiba-tiba pingsan, operasi yang mendadak ditunda.Sebenarnya, Hana sama sekali tidak percaya. Pertama kali dia mendengar berita itu, hal pertama yang dipikirkannya adalah dia tidak percaya. Kenapa orang yang baik-baik saja tiba-tiba pingsan? Dalam pikiran buruknya, dia merasa Alya telah memberi tahu Wulan mengenai kehamilannya dan masalahnya sendiri. Kemudian, wanita tua ini bekerja sama dengannya dan menunda operasi.Awalnya dia benar-benar berpikir seperti itu.Hana selalu tahu bahwa dirinya adalah orang yang berpikiran buruk, tetapi hanya dirinya yang mengetahui hal ini.Namun, untuk saat ini, tampaknya Wu
Dia ingin Tiara cepat terbiasa. Meskipun anak itu belajar dengan sungguh-sungguh, masalah umum yang terjadi karena cepat terbiasa adalah, banyak masalah yang akan muncul. Alya harus membereskan masalah itu untuknya.Yang benar saja, begitu Alya menyalakan laptop dan menghubungi Tiara, gadis itu terdengar cemas dan segera menangis."Huhu Kak Alya, akhirnya kamu datang .... Kalau kamu nggak datang, aku mungkin akan membuat kesalahan besar."Alya terdiam."Kenapa kerja sesulit ini? Dibandingkan beberapa hari ini, dulu aku merasa sangat bahagia. Selain itu, Kak Alya, hari-hari seperti apa yang kamu jalani dulu? Memikirkannya saja sudah menakutkan."Setelah mendengarnya mengeluh, akhirnya Alya menyela, "Baiklah, jangan khawatir. Kalau ada masalah, selesaikan pelan-pelan. Kamu harus selalu menghadapinya."Jika melakukan kesalahan sekarang, Alya masih ada di sini. Namun, jika melakukan kesalahan nanti, Tiara mungkin akan diomeli.Rizki bukanlah bos yang lembut.Ketika Rizki membawa Alya ke pe
Rizki!Kenapa dia ada di sini?Alya benar-benar hampir berteriak.Bukankah dia sedang pergi untuk menangani pekerjaan? Kenapa dia ada di ruang kerja di rumah? Selain itu, dia sangat diam sampai-sampai Alya tidak mendengar suaranya saat masuk.Bukankah barusan ... Alya mengucapkan kata "bayi"?Kemudian, Rizki masuk tepat pada saat itu, apakah dia mendengar kata kunci tersebut? Atau ....Wajah Alya pucat pasi. Dengan gelisah dia menatap Rizki, dia hanya bisa merapatkan bibirnya untuk tetap tenang.Rizki juga tidak menyangka Alya akan datang ke ruang kerja.Melihat ekspresi Alya yang memandangnya seperti melihat hantu, dia pun sedikit mengerutkan keningnya. Akhir-akhir ini, Alya bertingkah seperti seekor burung yang kaget. Wanita itu seperti sedang menyembunyikan sesuatu darinya.Rizki merapatkan bibir tipisnya dan sedikit menyipitkan mata. Tatapan tajamnya jatuh pada wajah pucat Alya."Barusan kamu bicara dengan siapa?"Alya tercengang.Mendengar pertanyaan ini, apakah artinya Rizki tida