Share

Bab 4. Tawaran Pernikahan

Author: El Hawra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Elena tertegun, ia seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. “A-apa, Tuan?”

“Apa suaraku kurang jelas, Elena?” 

“Baik, aku ulangi. Menikahlah denganku, Elena. Aku akan memberikanmu kehidupan yang lebih baik,” ucap pria itu lagi.

“Me-menikah...?” gumam Elena, ia benar-benar bingung. Bagaimana mungkin pria ini bisa mengajaknya menikah, sedangkan mereka baru saja bertemu, tidak mengenal satu sama lain? Nama pria ini saja, Elena tidak tahu. Sungguh pria yang aneh!

“Bagaimana, Elena?”

“Ta-tapi Tuan, kita baru saja bertemu, kita belum mengenal satu sama lain, bagaimana mungkin Anda langsung meminta saya menikah?”

“Apanya yang tidak mungkin, Elena? Jika sesuatu bisa dipermudah, mengapa harus dipersulit?” Diego Rodriguez berkata dengan mantap.

“Tuan, bukankah pernikahan itu sesuatu yang sakral, bukan sesuatu yang bisa untuk bermain-main.”

Mendengar perkataan Elena, pria aneh itu tersenyum. “Kamu benar, Elena. Terus siapa yang sedang mengajakmu bermain-main? Aku menawarkan pernikahan yang sesungguhnya padamu, pernikahan yang sah di hadapan hukum.”

Elena kembali terdiam, permainan hidup macam apa lagi yang sedang mengahampirinya ini. Ia baru saja merasakan sakit hati karena hancurnya sebuah pernikahan yang telah ia jalani selama tiga tahun, lalu tiba-tiba sebuah pernikahan kembali ditawarkan padanya oleh orang yang sama sekali belum dikenalnya.

“Yang terpenting, kedua belah pihak bersedia dan tidak terikat pernikahan dengan pihak lain, itu saja cukup, Elena.”

Elena termangu mendengar ucapan Diego, sesederhana itu kah untuk menjalankan pernikahan? Dulu, ia dan Raul juga tidak sedang terikat pernikahan dengan pihak lain, dan mereka sama-sama bersedia meskipun bersedianya Raul karena paksaan sang nenek. Namun, pernikahan itu hanya tinggal puing-puing kini, yang menyisakan kepedihan di hatinya.

“Apakah kamu sedang terikat pernikahan dengan pria lain, Elena?”

Pertanyaan Diego mengejutkan Elena, wanita itu mengangkat wajahnya menatap pria yang duduk di atas kursi roda itu yang juga sedang menatapnya. Perlahan Elena menggeleng, namun kepedihan hatinya seakan terkorek kembali, yang membuat kedua matanya basah.

Hal itu tidak lepas dari pengamatan pria yang ada di hadapannya, tentu saja ia bisa meraba apa yang dialami wanita itu.

“Apa kamu baru saja bercerai, Elena?” tebak Diego. Elena mematung, namun entah mengapa air mata itu serasa sulit untuk ditahannya, melesat begitu saja dari kedua matanya.

Melihat hal itu, pria yang ada di hadapan Elena menghela napas, ia mengambil sapu tangan dari saku jaketnya dan menyerahkannya pada wanita yang berurai air mata itu.

“Hapuslah air matamu, Elena. Akhiri tangismu. Aku akan memberikan kehidupan yang lebih baik padamu, aku akan menjadikanmu wanita yang kuat, sehingga tidak akan ada lagi yang menyakitimu.”

Elena segera mengambil sapu tangan pria itu lalu menghapus air matanya, kata-kata Diego telah membangkitkan kembali semangat dan harapannya.

“Sekarang tersenyumlah, Elena.”

Elena menghela napas panjang, lalu mencoba untuk tersenyum.

“Bagus, itu lebih baik. Kamu mempunyai wajah yang cantik dan senyum yang menawan, jangan hiasi wajahmu dengan kesedihan.”

Mendengar pujian Diego, Elena pun tersipu. Perlahan ia merasakan kehangatan kembali menjalari hatinya, menggantikan kepedihan yang membekukan hati dan pikirannya.

“Baiklah, Elena. Malam sudah larut, sekarang mari kita pulang.”

Tanpa menunggu jawaban wanita di hadapannya, Diego langsung mengajak Elena ke rumahnya. Elena hanya bisa mengangguk, lalu berdiri dan mendorong kursi roda pria itu, ke arah rumah yang ditunjuknya.

Sepanjang perjalanan keduanya bercakap-cakap hal-hal yang ringan, Elena pun hanyut dalam percakapan itu hingga tanpa disadarinya, ia tersenyum bahkan tertawa kecil, seakan lupa dengan air mata yang tadi begitu deras mengaliri wajahnya.

Tidak berapa lama kemudian, mereka tiba di depan sebuah rumah mewah. Seorang pria dan dua orang wanita berseragam pelayan menyambut mereka.

Elena tertegun, pria asing itu ternyata bukan pria biasa. Rumah besar itu terlihat sangat mewah, bahkan lebih mewah dari kediaman Mendez.

“Nah sayang, kita sudah tiba.”  Diego berkata pada Elena sambil tersenyum.

“Mario, besok siang aku dan Elena akan menikah, persiapkan segala sesuatunya.” Pria di atas kursi roda itu memberi perintah pada pria yang merupakan orang kepercayaannya.

“Baik, Tuan.” Pria yang dipanggil Mario itu pun menjawab hormat.

“Mia, layani Nyonya Elena dengan baik, siapkan segala keperluannya, besok siang harus sudah siap untuk pernikahan kami.” Kali ini, Diego memberi intruksi pada wanita paruh baya yang berdiri di samping Mario, ia adalah Mia, kepala pelayan di kediaman mewah itu.

“Baik, Tuan,” jawab Mia sambil menunduk,  kemudian ia mendekati Elena, “Mari ikut saya, Nyonya.”

Elena tertegun, ia menoleh pada Diego yang duduk di atas kursi roda yang hingga saat ini belum ia ketahui siapa namanya. Diego tersenyum sambil mengangguk. Elena segera mengikuti Mia, dan meninggalkan pria yang baginya masih misterius.

Elena dibawa ke sebuah kamar yang cukup besar dengan perabotan serba lux, kamar ini tidak kalah dengan kamarnya di kediaman Mendez bersama Raul dulu, bahkan kamar ini terasa lebih nyaman.

“Nah Nyonya, ini kamar Anda. Nanti setelah menikah baru bisa masuk ke kamar utama. Anda bisa memilih nanti, tinggal di kamar utama atau tetap di sini.”

Elena tertegun mendengar penjelasan kepala pelayan itu. Kalau dilihat dari usianya, Mia seumuran dengan Carmen, namun Mia terlihat lebih ramah dan sopan.

“Gracias, Mia,” jawab Elena berterima kasih, “tapi, panggil Elena saja, ya.” Elena berkata sambil tersenyum, sesungguhnya ia masih canggung dengan panggilan nyonya.

“Maaf, saya tidak berani. Nanti tuan akan menegur saya,” jawab Mia.

“Tidak apa-apa, setidaknya saat kita berdua seperti ini kamu bisa panggil aku Elena, anggap aku temanmu atau putrimu.”

Mia tertegun, ia menatap Elena yang tersenyum ramah padanya. Kalau dilihat Elena memang seusia dengan putrinya.

“Baiklah Elena, silahkan kamu bersih-bersih diri dulu, aku akan menyiapkan makan malam untukmu.”

Mia segera meninggalkan Elena yang masih tertegun di tempatnya. Elena beranjak lalu duduk di tepi tempat tidur besar yang terlihat sangat nyaman, perlahan ia merebahkan tubuhnya yang memang terasa sangat letih.

 Tatapannya menerawang ke atas langit-langit berwarna putih bersih itu, Elena tersenyum, apa yang sebenarnya terjadi dengan hidupnya ini? Ah, Gracias Dios, setidaknya malam ini ia tidak tidur di jalanan.

Sementara itu di kediaman Mendez, setelah memberikan surat cerai pada Elena, Raul segera kembali ke pesta bergabung dengan Beatriz dan yang lainnya. Pria itu minum-minum hingga mabuk. Sedangkan Carmen yang sudah menyadari kepergian Elena, segera melapor pada Nyonya Victoria.

“Apa kamu sudah mencarinya?” tanya Nyonya Victoria.

“Sudah Nyonya, saya sudah mengerahkan para pelayan mencarinya, tapi Elena tidak ditemukan.”

“Hm, Apa dia kabur? Apa kamu sudah memeriksa kamarnya? Apa pakaian atau barang-barangnya  ada yang hilang?”

“Saya sudah memeriksanya, Nyonya. Semua barang-barang di kamar itu masih utuh, termasuk pakaian. Tapi, saya menemukan ini.”

Nyonya Victoria tertegun melihat benda di genggaman pelayannya itu. “Apa itu, Carmen?”

Related chapters

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 5. Persiapan

    Nyonya Victoria menatap benda yang digenggam kepala pelayannya itu. “Cincin ...?” Wanita itu bergumam sambil mengamati cicin bermatakan berlian itu, “sepertinya ini cincin Elena.”“Benar, Nyonya. Itu cincin pernikahan Elena dengan tuan muda.” Carmen menjawab dengan suara yang rendah.“Bagaimana bisa ada padamu?” tanya Nyonya Victoria heran. Dengan cepat, Carmen pun menceritakan bagaimana ia menemukan cincin itu.Bermula saat ia kembali ke kamar Elena untuk menyeretnya ke dapur, karena telah lama ditunggu-tunggu namun perempuan itu tidak juga datang, Carmen berpikir Elena sedang tidur, karenanya ia segera masuk ke dalam kamar yang tidak dikunci itu. Ternyata wanita itu tidak menemui siapa-siapa.Carmen mencari Elena ke setiap sudut kamar, namun tetap tidak menemukannya, dan tanpa sengaja ia melihat cincin itu tergeletak di meja rias Elena.“Hmm, sepertinya Elena pergi.” Nyonya Victoria menghela napas lalu menoleh pada putranya yang mulai mabuk.“Benar, Nyonya. Dan dia tidak membawa ap

    Last Updated : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 6. Pelayan Julid

    Tampak sekali Mario masih ragu dan bingung dengan rencana tuannya itu, namun Diego tersenyum sebagai reaksi atas kebimbangan dari orang kepercayaannya itu.“Aku percaya, Elena pasti bisa. Asal kamu mau membimbingnya dengan sabar dan sungguh-sungguh.”Diego berkata dengan kesungguhan di wajahnya, ia juga menatap Mario dengan tatapan yang penuh keyakinan.“Baiklah, Tuan. Saya akan mengerahkan segenap kemampuan saya untuk menangani hal ini. Saya permisi, untuk segera mencatatkan pernikahan Anda dan nona Elena.”Diego mengangguk, Mario segera berbalik dan keluar dari ruangan sang bos. Hari itu kediaman Rodriguez cukup sibuk, Mia mengerahka para pelayan untuk bekerja ekstra. Sejak pagi-pagi buta kesibukan di kediaman mewah itu sudah terlihat, terutama sekali di bagian dapur. Beberapa pelayan yang biasanya mengerjakan bagian lain turut diperbantukan ke dapur.“Sebenarnya mau ada acara apa sih? Kok sibuk sekali, apa tuan akan mengadakan jamuan besar?” tanya Dona, salah seorang pelayan wanit

    Last Updated : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 7. Pernikahan Tak Terduga

    “Apa? Pesta? Apa maksudmu?” Wanita yang berada diujung telepon itu nampak terkejut, begitupun dengan Dona. Semula ia merasa senang, jika nyonya Emma Rodriguez kembali lagi ke kediaman ini, maka otomatis ia akan mendapatkan kekuasaan menggantikan Mia. Itulah yang dijanjikan nyonya Emma.“Ja-jadi, Anda tidak tahu, Nyonya?”“Justru aku tidak mengerti apa maksudmu, coba cerita yang jelas, Dona!” bentak wanita yang dipanggil nyonya Emma itu. Donna pun menceritakan semua yang didengar dan dilihatnya.“Oke Dona, dengar! Cepat cari informasi apa yang terjadi di sana, segera laporkan padaku, paham!”“Ba-baik Nyonya.”Setelah mematikan panggilan dengan Dona, Emma berjalan mondar mandir di balkon kamarnya. Informasi yang belum jelas itu cukup mengganggu pikirannya. Apa sebenarnya yang terjadi di kediaman Rodriguez? Si lumpuh itu mau mengadakan pesta? Pesta apa? Pesta kematiannya?“Diego-Diego. Sudah mau mati besok masih mikirin pesta.”Emma bergumam, ia nampak berpikir keras. “Lalu siapa yang d

    Last Updated : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 8. Prosesi Pernikahan

    Tanpa disadari oleh mereka, seseorang diam-diam menyelinap meninggalkan ruangan itu. Ia masuk ke tempat lain yang sepi dan menghubungi Emma.“Apa? Menikah? Jadi benar si lumpuh itu akan menikah?”“Be-benar Nyonya, pengantin wanitanya sangat cantik.”“Bodoh! Aku tidak peduli cantik atau tidak, tapi siapa perempuan yang dinikahi Diego.” Emma mendengus gusar.“Oh, namanya Elena, Nyonya. Mereka sedang bersiap untuk upacara pemberkatan.” Dona menjawab cepat.“Elena ... Hm, baiklah aku akan segera ke sana.”Usai memberikan laporan, Dona segera kembali ke tempat semula, namun barisan pelayan itu sudah bubar dan kembali ke pekerjaan masing-masing.“Kamu dari mana Dona? Jose mencarimu, kalau kamu sudah tidak sakit segera selesaikan pekerjaanmu.”“Kamu siapa memangnya ngatur-ngatur aku?” Dona menjawab ketus.“Aku bukan ngatur kamu, Dona. Tapi menyampaikan pesan Jose,” balas pelayan itu tak kalah ketus, keduanya bergegas ke ruangan dapur.Sementara itu, Elena telah tiba di area depan di mana Die

    Last Updated : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 9. Tamu Tak Diundang

    Seorang wanita melangkah mendekati Diego dan Elena. Ia mengenakan gaun malam seksi dan perhiasan mewah, berjalan dengan anggun layaknya wanita-wanita dari kalangan atas. Namun, wanita itu nampak angkuh dan arogan.Elena tertegun, siapa wanita yang sangat mendominasi itu? Elena memperhatikan dengan seksama, jika diperhatikan baik-baik, wanita itu sepertinya sangat mengenal Diego. Ia seperti sangat familiar dengan tempat itu.Diam-diam Elena melirik suaminya, Diego nampak acuh, riak wajahnya tak berubah sama sekali. Ia tetap duduk dengan tenang. Elena menghela napas, bagaimanapun ia adalah orang baru, ia belum tahu apa-apa tentang kehidupan suaminya. Jadi, ia hanya akan mengikuti dan menyimak apa pun yang terjadi.Sedangkan Diego, ia hanya melirik Mario, dan memberi kode padanya, sang asisten mengangguk perlahan. Ia paham betul, kalau mereka kedatangan tamu yang tak diundang.“Selamat, selamat atas pernikahan kalian!” Wanita itu berhenti tepat di depan pasangan pengantin, “sungguh sua

    Last Updated : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 10. Makan Malam Spesial

    Diego menghela napas, ia memperhatikan langkah sang asisten yang menjauh. Elena terdiam di samping lelaki yang kini telah resmi menjadi suaminya, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan.“Tuan, Nyonya. Saatnya makan malam.” Mia berkata sopan mengingatkan Diego dan Elena.“Kamu mau makan, sayang?”Terdengar suara Diego sambil tersenyum menatap Elena.“Sebenarnya aku belum lapar, tapi bukankah kamu juga belum makan, Diego?” Elena balik bertanya.“Hahaha, kamu benar sayang. Sekarang saatnya menikmati hidangan spesial yang telah disiapkan Jose.”Elena mengangguk, ia pun berdiri mendorong kursi roda Diego mengikuti langkah Mia menuju bagian lain di mansion mewah itu. Tempat yang disiapkan itu khusus untuk makan malam pasangan pengantin, dengan aura yang sangat romantis dan magis.Warna putih klasik yang dipadu dengan warna gold mendominasi ruangan terbuka itu dengan dekorasi bunga-bunga segar dan lampu-lampu hias. Sebuah meja bulat telah di tata sedemikian rupa, tak ketinggalan empat buah

    Last Updated : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 11. Ceritakan Tentang Dirimu

    “Nyonya, saya sudah mendapatkan informasinya.”Dona masuk sambil membawa sebuah amplop lalu menyerahkannya pada Emma. Wanita itu segera membukanya, ternyata isi amplop itu adalah salinan data-data pribadi Elena.“Hmm, Ellena Torres ... Ternyata dia bukan berasal dari kota ini.” Emma bergumam sambil mengangguk-anggukan kepalanya, seulas senyum misterius tersungging di bibirnya.“Oh, memangnya nyonya Elena berasal dari mana, Nyonya?” tanya Dona penasaran, ia sendiri tidak sempat membuka amplop yang dikirimkan seseorang tadi.“Tidak penting juga untukmu. Kamu mau tahu apa yang penting?”“I-iya Nyonya pasti, yang penting itu apa ya Nyonya?”“Dengar baik-baik, Dona. Cari informasi kapan wanita itu datang ke kediaman ini, dan bagaimana dia bertemu Diego. Kamu paham?”“Pa-paham Nyonya. Ta-tapi ....”“Tapi apa?!” potong Emma. “Hmm, pasti kamu mau minta uang, kan?!”“Hehe, Nyonya tahu aja ....”“Dasar mata duitan!” Emma segera mengambil amplop dari tasnya, dan melemparkannya pada pelayan d

    Last Updated : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 12. Tentang Masa Lalu

    Elena dibesarkan di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh kebun anggur dan pertanian. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya dan juga seorang adik perempuan. Mereka hidup dari hasil mengelola perkebunan anggur yang merupakan komoditas utama wilayah itu.Namun begitu, Elena dan kedua adiknya tidak pernah hidup kekurangan meskipun belum dikategorikan mewah, namun semuanya serba mencukupi. Hal itu karena kedua orang tuanya cukup mampu mengelola keuangan dengan baik, Elena sendiri sempat mengenyam pendidikan tinggi.Sayangnya, semua itu harus berakhir ketika sebuah tragedi menimpa kedua orang tua Elena. Ayah dan ibu Elena mengalami kecelakaan maut sekembalinya mereka dari kota, usai menjual hasil kebun mereka.Elena sangat syock atas kejadian yang menimpa keluarganya, ia harus kehilangan kedua orang tuanya sekaligus. Kini ia hanya hidup berdua dengan adik perempuannya. Elena merasa sangat bingung, bagaimana ia akan membiayai hidupnya dan adiknya? Satu-satunya yang Elena miliki adalah keb

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 143. Senjata Pamungkas Beatriz

    “Tuan, saya menemukan sesuatu di sini,” ujar Julio sambil menunjukan sebuah camera kepada Raul.“Apa itu, Julio?” tanya Raul sambil memperhatikan sebuah kamera yang dipegang asistennya, “Kamera? Apa itu kamera si pelaku?”“Benar, tuan. Saya berhasil merebut kamera si fotografer, namun dia berhasil kabur karena fokus kami adalah menyelamatkan Anda.”Julio segera menyerahkan kamera itu pada Raul, “Sepertinya mereka biasa mengambil foto-foto tidak senonoh, mungkin untuk diperjual belikan,” imbuhnya.Raul segera memeriksa foto-foto yang tersimpan di kamera itu, yang sebagian besar adalah foto-foto vulgar. Sudah bisa ditebak, fotografer itu adalah spesialisasi pengambil gambar-gambar porno.“Fokus pada scene terakhir, mereka belum banyak mengambil gambar tuan, baru ada beberapa gambar, dan di sana Anda bisa melihat sosok yang tadi Anda tanyakan. Sayangnya… Saya sangat panik melihat kondisi tuan sehingga tidak sempat menggeledah tempat itu. Padahal, perempuan itu bersembunyi di sana.”Julio

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 142. Aku Baik-baik Saja

    “Raul, bangun Raul…” panggil Elena pelan, “jangan membuat aku takut….”Suara Elena begitu lirih, nyaris tak terdengar. Air matanya mengalir tak terbendung, ia menempelkan kepalanya di atas dahi Raul, dan tanpa di sadarinya, air mata itu membasahi wajah Raul.Perlahan, bulu mata lelaki itu bergetar. Ia mendengar jelas isakan lirih di telinganya, dan juga merasakan wajahnya basah. Elena masih belum menyadari jika Raul telah sadar, hingga terdengar suara lelaki itu memanggilnya.“Elena…” panggil Raul dengan suara yang lemah. Elena segera mengangkat wajahnya dan menatap Raul.“Kamu sudah bangun, Raul.” Elena berkata sambil tersenyum.Raul menatap wajah cantik yang basah dengan air mata itu, perlahan ia mengangkat tangannya lalu menghapus sisa-sisa air mata di wajah Elena.“Jangan menangis, sayang. Aku sudah bersumpah tidak akan pernah meninggalkan kamu dan Juan.”“Apa yang sebenarnya terjadi, Raul. Kata Julio kamu dibius.”Raul menghela napas, ia menatap langit-langit kamar, dan berusaha

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 141. Dijebak

    Dua orang pria memapah Raul yang sudah tidak sadarkan diri ke sebuah kamar, Raul di letakan di atas tempat tidur, seorang wanita sudah menunggu dengan senyum mengembang, di sampingnya berdiri pria lainnya dengan kamera menggantung di lehernya.“Kalian boleh ke luar,” perintah wanita itu. Kedua lelaki yang tadi membawa Raul pun meninggalkan kamar itu.Wanita berpakaian seksi itu mendekati Raul, perlahan ia duduk di sisi tempat tidur, mengusap wajah tampan yang tidak berdaya itu, lalu menciumnya.“Raul, akhirnya kamu jatuh ke pelukanku lagi… Sayang kali ini kamu tidak ingat apa-apa.” Beatriz memeluk tubuh Raul, “Kamu gak tahu Raul, aku sangat merindukanmu.”Perempuan itu terus menciumi Raul, namun sang fotografer menyadarkannya. “Nona, bisa dimulai sekarang?”Beatriz menghela napas, ia mengangguk, lalu mulai melepas jas Raul, kemudian perlahan-lahan membuka kancing kemejanya. Beatriz tertegun, ia menelan ludah melihat dada atletis pria di hadapannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Ia me

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 140. Bertemu Klien

    "Klien, baru?" tanya nyonya Victoria menimpali, Raul hanya mengangguk.“Kenapa malam-malam begini?”“Sebenarnya dari tadi sore, aku sudah minta Julio membatalkan pertemuan hari ini, tapi kata Julio ternyata mereka masih menunggu.” Raul menjelaskan sambil memeluk ibunya, “ya sudah mama sekarang tidur, ya. Aku juga mau istirahat.”Raul mencium pipi ibunya, lalu ibu dan anak itu pun masuk ke kamar masing-masing.Keesokan harinya, Raul beraktifitas seperti biasa. Sebelum ke kantor, ia singgah ke kediaman Rodriguez untuk melihat bayi kecilnya dan juga Elena tentunya. Bagi Raul keduanya sangat penting.“Buenos días Raul,” sapa Elena masuk ke ruang bayi, Raul sedang asik bercengkrama dengan Juan.“Buenos días, cariño.” Raul membalas dengan mesra, ia tersenyum manis yang membuat wajah tampannya semakin mempesona.“Ck, bisa gak sih nggak pake embel-embel sayang, lebay sekali.” Elena menggerutu sendiri, namun Raul terkekeh mendengarnya.“Sayang, mama puya-puya tuh…” goda Raul sambil berbicara d

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 139. Secercah Harapan

    “Oh, lalu apa yang harus saya lakukan, nyonya?” tanya perempuan itu merasa gugup, bagaimanapun dia tahu, Raul Mendez bukanlah pria yang mudah dihadapi. Meskipun dia sangat menginginkan lelaki tampan itu, dan tergila-gila padanya, namun sedapat mungkin dia ingin berlari menjauhinya, karena dia tidak ingin lagi berurusan dengan lelaki yang tak mengenal ampun padanya.“Hmm, kamu harus mendekati tuan Mendez lagi, rayu dia, bila perlu tidur dengannya, buat dia melupakan perempuan kampung itu. Aku akan memberikanmu bayaran yang tinggi.” Emma berkata sambil menghisap rokok dan mengepulkan asapnya.“Tidak, nyonya. Itu sulit dan tidak mungkin. Raul sangat membenci saya, rayuan apapun tidak akan mempan buatnya.”“Bodoh! Kalau cara biasa tidak bisa, pakai cara licik sedikit.” Emma mendengus kesal, kenapa perempuan-perempuan itu bodoh semua, sebelumnya Clara, sekarang Beatriz.“Nyonya, saya pernah memakai cara licik itu dulu, tapi Raul sangat marah, bukan hanya membalas saya dengan perlakuan yang

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 138. Target Selanjutnya

    “Raul Mendez, semua ini gara-gara dia. Aku harus membuat perhitungan dengan lelaki itu!” Suara Emma bergetar menahan amarah, wajahnya merah padam. Ia mencengkram gelas dengan kuat sebelum meneguk isinya.“Lalu apa yang harus kita lakaukan, Emma?” tanya Clara sambil terisak.“Diamlah, Clara! Kenapa kamu terus menangis,” bentak Emma geram.“Kamu tidak akan mengerti, Emma. Karena kamu tidak pernah menjadi seorang ibu, kamu tidak akan pernah tahu bagaimana sedihnya berpisah dengan putranya sendiri.”“Ya, aku memang belum pernah jadi seorang ibu, lalu dengan tangisanmu itu, apa anakmu akan kembali?” sungut Emma kesal. “Pergi saja sana ke Paris, anakmu ada di sana!”“Bagaimana mungkin pergi ke sana? Aku sekarang sedang diburu polisi. Baru sampai bandara atau statsiun kereta saja pasti akan diringkus,” bantah Clara kesal. Ia menjadi menyesal karena mengikuti skenario Emma.“Ya makanya diam, bantu aku berpikir untuk membalas Elena dan Raul.”“Memangnya dengan kamu membalas dendam, masalahny

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 137. Beri Aku Waktu

    “Raul, apaan sih?” tanya Elena kesal, “Ya sudah kalau begitu aku akan siapkan hadiah dulu sebagai ucapan terima kasih." Elena hendak beridiri, namun Raul menekan tangannya.“Sayang, mama mau kasih papa hadiah tuh,” ucap Raul sambil menatap Juan.“Mama-mama... Kalau mau kacih papa hadiah, cekalang aja ya mama…” Raul kembali berkata menirukan suara anak kecil.“Hmmh, oke. Hadiah apa?” tanya Elena menimpali.“Hadiah apa dong, sayang?” tanya Raul kepada Juan.“Kiss papa, mama…”“Apa?!” teriak Elena terbelalak.“Hiks, ya sudah nggak dikasih juga gak apa-apa…” Raul menatap Juan dengan wajah sedih, “Sayang, papa sedih….”“Ck, apaan sih? Iya-iya…”“Asiik, sayang. Papa mau siap-siap nerima hadiah dari mama dulu ya,” ujar Raul sambil memejamkan mata.“Huh, ge-er,” gerutu Elena, ia terdiam sejenak sambil menghela napas. Wanita itu mendekatkan wajahnya lalu dengan cepat mencium pipi Raul.“Iih mama, maca kiss nya di pipi…” Raul kembali menirukan suara anak kecil.“Uuh, Raul. Nyebelin!” Elena men

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 136. Berterima Kasihlah Pada Pria Tampan Ini

    “Itu dia!” teriak salah seorang anak buah Luis yang mengikuti Clara, mereka melihat Clara masuk ke sebuah gang, lalu mengejar. Gang itu cukup panjang, dan ada beberapa belokan, dari kejauhan mereka mendengar suara tangisan anak kecil yang menangis dengan keras.Akhirnya, setelah melewati beberapa kelokan, mereka menemukan Hugo menangis sendirian. Tidak lama berselang, Luis pun tiba, ia sangat marah melihat anaknya diperlakukan seperti itu.“Cepat kejar dan tangkap perempuan gila itu, jangan sampai lolos!” perintah Luis sambil mendekap putranya.“Bagaimana, Luis?” tanya Raul yang tiba tidak lama setelahnya.“Dia meninggalkan anakku sendirian di sini, lalu kabur.” Luis berkata dengan kesal, Raul mengamati lokasi sektitar.“Kalau tidak salah, gang ini menuju ke sebuah jalan raya, jadi biasa digunakan orang-orang sebagai jalan pintas, kalau menggunakan mobil harus berputar untuk sampai di jalan raya depan.”Raul menjelaskan, sedangkan Luis berusaha menenangkan putranya. “Orang-orangku se

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 135. Melarikan Diri

    “Tutup mulutmu perempuan jalang! Dasar sampah! Tidak tahu malu!” Terdengar teriakan keras dari arah luar yang memotong kata-kata Clara, sehingga wanita itu menggantung kalimatnya. Seketika perhatian semua orang tertuju ke arah pintu di mana sumber suara itu berasal.Tidak lama berselang seorang pria berpostur tinggi masuk dengan langkah panjang, diikuti beberapa lelaki lain yang mengiringinya. Terlihat kemarahan di wajahnya. Tatapannya tajam ke arah Clara yang tercengang, wajah perempuan itu memucat, tubuhnya bergetar ketakutan.“Ka-kamu…” Suara Clara terbata-bata, namun lelaki itu langsung menarik Clara dan menamparnya dengan keras.“Aku tidak masalah kalau kau menjual dirimu, perempuan sampah. Tapi aku tidak akan membiarkan kau menjual putraku!”Luis segera menoleh kepada Elena dan Mario, lalu mengatupkan kedua tangannya.“Saya mohon maaf nyonya dan tuan-tuan semua, saya ingin mengonfirmasi bahwa Hugo adalah putra kandung saya, Luis Gonjalez. Hasil DNA yang ditunjukan perempuan sampa

DMCA.com Protection Status