Share

Bab 7. Pernikahan Tak Terduga

“Apa? Pesta? Apa maksudmu?”  Wanita yang berada diujung telepon itu nampak terkejut, begitupun dengan Dona. Semula ia merasa senang, jika nyonya Emma Rodriguez kembali lagi ke kediaman ini, maka otomatis ia akan mendapatkan kekuasaan menggantikan Mia. Itulah yang dijanjikan nyonya Emma.

“Ja-jadi, Anda tidak tahu, Nyonya?”

“Justru aku tidak mengerti apa maksudmu, coba cerita yang jelas, Dona!” bentak wanita yang dipanggil nyonya Emma itu. Donna pun menceritakan semua yang didengar dan dilihatnya.

“Oke Dona, dengar! Cepat cari informasi apa yang terjadi di sana, segera laporkan padaku, paham!”

“Ba-baik Nyonya.”

Setelah mematikan panggilan dengan Dona, Emma berjalan mondar mandir di balkon kamarnya. Informasi yang belum jelas itu cukup mengganggu pikirannya. Apa sebenarnya yang terjadi di kediaman Rodriguez? Si lumpuh itu mau mengadakan pesta? Pesta apa? Pesta kematiannya?

“Diego-Diego. Sudah mau mati besok masih mikirin pesta.”

Emma bergumam, ia nampak berpikir keras. “Lalu siapa yang dimaksud nyonya Rodriguez oleh si Dona tadi? Apa si lumpuh itu mau menikah? Tapi rasanya tidak mungkin, dia sudah mau mati besok, buat apa juga menikah?”

Emma terdiam, tatapannya menerawang jauh ke depan, pelayan bodoh itu memang tidak bisa diandalkan, ia harus mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi.

“Oh sayang, rupanya kamu di sini?”

Seorang pria bertubuh besar langsung memeluk Emma dari belakang, lalu menciumi leher wanita itu dengan bernafsu.

“Pedro, hari ini juga aku harus segera kembali ke Barcelona,” ujar Emma sambil menahan desahan atas cumbuan lelaki yang selalu membuatnya bergairah.

Sejenak Pedro tertegun, ia menatap wanita tiga puluh lima tahun yang beberapa bulan terakhir ini menjadi kekasihnya.

“Apa? Sekarang? Oh tidak bebe, aku masih sangat merindukanmu.” Pedro langsung melumat bibir merah Emma dengan penuh hasrat, lelaki itu langsung menggedong kekasihnya kembali ke tempat tdur.

“Pedro, tolong dengarkan aku dulu, sayang,” tukas Emma tersengal-sengal. Lelaki yang sedang mencubui Emma itu tertegun, ia mengangkat wajahnya dan menatap wanita yang terlihat sangat menggiurkannya.

“Aku harus kembali ke sana untuk memastikan semuanya. Tadi, pelayan bodoh itu melaporkan kalau sesuatu terjadi, aku harus memastikannya. Percayalah sayang, kalau si lumpuh itu sudah mampus, maka semua kekayaannya akan jatuh ke tanganku. Kita bisa bersenang-senang sesukanya, bahkan pulau ini pun akan aku beli.”

Emma berkata penuh semangat sambil membelai wajah pria yang berada di atasnya. Pedro hanya mendegus kesal.

“Tapi sampai kapan, bebe?”

“Tidak akan lama lagi sayang. Aku sudah mendapatkan infromasi kalau umur si lumpuh itu tidak akan bertahan lebih dari satu bulan.”

Emma tersenyum, matanya mengerjap menggoda. Membuat pria yang berada di atas tubuhnya semakin terbakar. Pedro kembali mencumbu wanita itu dengan segenap hasrat yang bergelora, bibir hangatnya menjelajahi setiap inci tubuh Emma, sedangkan tangannya aktif meremas-remas dua bukit kembar yang menggemaskan, membuat wanita itu mengerang, merasakan kenikmatan. Mereka pun kembali menuntaskan permainan ranjang yang panas sebelum Emma kembali ke kediaman Rodriguez.

Sementara itu, Elena tengah dipersiapkan menjadi seorang pengantin wanita yang cantik. Seorang penata rias profesional tengah sibuk mendandaninya. Elena sedikit gelisah, meskipun ini bukan pernikahan pertamanya, namun tak urung ia menjadi gugup. Apalagi ini adalah pernikahan yang tak terduga.

Jangankan menduga, membayangkannya saja tidak pernah terlintas di benak Elena. Ia kabur dari kediaman Mendez tanpa tujuan, karena pernikahannya yang hancur. Dan malah sekarang, ia dipertemukan lagi dengan pernikahan yang baru.

Sampai detik ini, Elena masih bingung dengan Diego. Mengapa lelaki kaya raya itu memilih Elena untuk menjadi istrinya? Bukankah sangat mudah bagi lelaki berduit itu untuk mendapatkan seorang istri yang bagaimanapun modelnya? Tapi mengapa justru malah memilih Elena, seorang wanita gelandangan yang dijumpainya di pinggir jalan?

Setelah beberapa saat lamanya akhirnya riasan Elena pun selesai. Ia berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik dan anggun, dengan gaun pengantin putih yang elegan membelit tubuhnya.

“Dios mío! Anda sangat cantik Nyonya,” puji penata rias takjub.

“Terima kasih,” jawab Elena sambil tersenyum anggun. Tidak  lama berselang Mia masuk, wanita itu pun sangat takjub melihat kecantikan Elena dalam balutan gaun pengantin yang menawan.

“Mari Nyonya, tuan sudah menunggu.” Mia tersenyum sambil mengulurkan tangan untuk menuntun Elena.

Elena melangkah perlahan di samping Mia, tangannya terasa dingin. Ia menggenggam tangan Mia dengan erat. Mia pun bisa merasakan kegugupan Elena.

“Tenanglah Elena, semua akan baik-baik saja.” Mia berbisik untuk menenangkan wanita muda yang sebentar lagi akan resmi menjadi nyonya Rodriguez. Elena mengangguk, ia mengambil napas dalam-dalam untuk menetralkan kegugupannya.

Sedangkan di area depan, Diego telah bersiap, ia juga mengenakan setelan jas putih, terlihat tampan dan agung, meskipun duduk di atas kursi roda, dengan didampingi Mario yang berdiri di sampingnya.

Para pelayan berbaris dan berdiri berderet, mereka menundukan kepala saat Elena melewati ruangan utama. Namun begitu mereka bisa melihat aura kecantikan sang pengantin yang sangat menawan.

Tanpa disadari oleh mereka, seseorang diam-diam menyelinap meninggalkan ruangan itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status