Share

Bab 14. Pertanyaan Sulit

Penulis: El Hawra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-30 23:02:04

Seorang pria berjalan mendekati Mia dan Jose. Sontak keduanya terdiam dan menunduk hormat.

“Oh, Tuan Mario. Bukan apa-apa, saya sedang bertanya pada Mia, kira-kira menu apa yang disukai nyonya baru kita, supaya beliau makin betah tinggal di sini.” Jose menjawab, memberikan alasan.

“Hmm, masuk akal juga alasanmu, Jose.” Mario tersenyum mendengar alasan sang juru masak, meskipun ia paham bukan hal itu yang mereka gosipkan sebelumnya. “Dan itu bisa dilakukan oleh Mia.”

“Ah, kau tenang saja, Jose. Nyonya pasti akan menyukai semua masakanmu, buktinya tadi nyonya memuji masakanmu, bukan?”

“Oh, kalian sudah menemui nyonya Elena?”

“Sudah, Tuan Mario. Tadi tuan memanggil kami, dan kami sudah mengucapkan selamat secara langsung.” Mia menjawab dengan antusias, “Oya, tuan juga berpesan kalau beliau akan segera masuk dalam waktu tiga puluh menit, dan meminta Anda menunggu di ruang kerja beliau.”

Mario mengangguk, ia segera melihat arlojinya.

“Sepertinya sekarang sudah waktunya.” Lelaki itu ber
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 15. Kamar Utama

    Wajah Mia menegang, sebagai seorang yang sudah sangat lama bekerja di kediaman Rodriguez, ia sangat paham apa yang telah terjadi di kediaman itu. Mia sudah bekerja di kediaman itu sedari nyonya besar Rodriguez yaitu ibu kandung Diego masih hidup, jadi sudah dipastikan ia tahu apa yang terjadi pada tuannya, Diego Rodriguez. Namun, Mia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya pada Elena, ia khawatir salah memberikan penjelasan.“Mia, ada apa?” Demi melihat perubahan wajah Mia, Elena pun penasaran, “Sebenarnya ada apa, Mia? Tolong jangan sembunyikan hal itu dariku. Sebagai istri Diego, aku berhak tahu, kan?”“Oh, ti-tidak apa-apa Elena. Bukan aku bermaksud menyembunyikannya darimu, tapi aku tidak punya wewenang untuk menjelaskan. Aku hanya seorang pelayan, tugasku hanya melayani dan memimpin pelayan lainnya.”“Baiklah, Mia. Aku mengerti posisimu. Nanti, aku akan bertanya langsung aja sama Diego.” Elena tersenyum menenangkan kegugupan Mia.“Oh, mungkin akan lebih baik jika kamu bertanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 16. Menerima Mandat

    "Tuan Mario, di mana Diego?" tanya Elena bingung, ia sudah mengedarkan seluruh pandangannya menjangkau setiap jengkal ruangan itu, namun ia tidak juga melihat lelaki yang kini telah menjadi suaminya.“Tenang, Nyonya. Tuan sedang menunggu di ruang kerja.” Mario menjawab sopan.“Di ruang kerja? Sudah malam begini?” tanya Elena terkejut, apa-apaan ini, bukankah ini malam pengantin mereka, mengapa masih memikirkan kerja? Selain itu bukankah Diego sedang sakit, kalau dilihat dari reaksi Emma, sepertinya sangat mengkhawatirkan.“Mari ikut saya, Nyonya. Nanti tuan akan menjelaskan semuanya.”Mario segera melangkah, membuka pintu yang terletak di samping lemari besar, pintu yang sejak tadi Elena bingung, pintu apa itu. Karena ada beberapa pintu di kamar ini.“Silahkan Nyonya, tuan sudah menunggu.”Elena mengangguk, ia segera masuk ke dalam ruangan lain yang ada di kamar itu, yang ternyata adalah ruang kerja Diego.Elena tertegun, terdapat beberapa rak buku besar dimana tertata berbagai macam b

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 17. Nyonya Rodriguez

    “Maksudnya, merahasiakan bagaimana, Diego?” tanya Elena bingung.“Jangan beritahu atau bicarakan dengan siapapun mengenai hal ini, Elena. Cukup hanya kamu dan Mario.” Diego menjawab dengan suara yang sungguh-sungguh. Bahkan senyumnya pun mulai menghilang, dan yang nampak keseriusan di wajah itu.Elena tertegun, meskipun ia masih belum banyak mengerti namun sedikitnya ia bisa meraba ada sesuatu yang terjadi di kediaman ini. Dan jika dikaitkan dengan sikap Diego pada Emma tadi, sepertinya suaminya tidak menyukai wanita itu. Namun Elena belum tahu dengan pasti, ia hanya akan mencoba mengikuti apa yang diminta suaminya itu.“Baiklah, Diego. Aku tidak akan bicara pada siapapun, lagi pula aku tidak ada teman bicara di tempat ini selain Mia. Tapi aku juga tidak akan membicarakan hal ini pada Mia.”Diego kembali tersenyum mendengar ucapan Elena, “Terima kasih sayang, kamu memang tidak perlu banyak berbicara, tapi tunjukan saja sikapmu.”“Maksudnya?” tanya Elena kembali bingung.“Maksud tuan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 18. Berbagi Tempat Tidur

    Diego menghela napas, namun ia tidak berkata apa-apa.“Apa yang mau kau tanyakan, Elena?” tanya Diego pada akhirnya, namun suaranya datar.“Apa benar Emma itu saudara sepupumu?” tanya Elena lagi.Diego kembali terdiam, namun kali ini dia benar-benar tidak bersuara.“Maaf Nyonya, Anda bisa menemukan jawabannya setelah membaca buku itu, semua ada tertera di situ.”Kali ini Mario yang bersuara, ia sangat paham mengapa majikannya tidak mau bicara.“Hmm, baiklah. Maaf jika pertanyaanku kurang berkenan, Diego.”Emma menyadari jika pertanyaan itu sepertinya berat untuk dijawab Diego. Meskipun ia masih sangat penasaran, namun sesuai saran Mario, ia akan mencari tahu sendiri.“Tidak apa-apa, sayang.” Diego menjawab sambil tersenyum. “Nah, sudah malam, sekarang sebaiknya kita beristirahat,” Diego menoleh pada Mario, “kamu boleh beristirahat, Mario. Biar nanti istriku yang akan membantuku ke tempat tidur.”“Baik Tuan, Nyonya. Saya Permisi,” jawab Mario sambil berdiri dan memberi hormat.Setelah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 19. Apa Kamu Mengusirnya?

    Elena terdiam, ia coba mengingat bagaimana sikap Diego pada Emma yang acuh tak acuh dan terkesan tidak suka, tapi sebaliknya Emma sepertinya sangat peduli pada Diego. Tidak seharusnya Diego bersikap seperti itu hanya karena ….Tiba-tiba Elena mendengar suara Diego terbatuk dan memanggilnya, Elena terperanjat, ia segera menutup buku itu dan bergegas kembali ke tempat tidur. Elena segera mengusap-usap dada suaminya dan membantunya minum."Kamu dari mana, sayang?” tanya Diego setelah tenang kembali.“Aku dari ruang kerja, membaca buku yang harus aku pelajari,” jawab Elena sambil kembali berbaring di samping suaminya. Diego hanya mengangguk. “Kamu memang harus belajar keras, Elena. Tapi tetap harus memperhatikan kesehatanmu.” Diego berkata serius, tatapannya sudah tenang kembali, tadi Elena sempat melihat kepanikan di kedua mata hitam itu.“Iya, Diego. Aku mengerti,” jawab Elena lembut. “Kamu sendiri kenapa? Kamu seperti orang panik, apa kamu mimpi buruk, Diego?” Elena bertanya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 20. Kenangan Masa Lalu

    “Apa mungkin Elena pergi ke sana!” Raul bergumam, ia ingat saat pertama kali melihat Elena. Saat itu ia mengantar sang nenek berbelanja ke sebuah butik, yang menjual berbagai pakaian dan aksesories.Raul melihat sang nenek bercakap-cakap dengan seorang pelayan toko yang berpenampilan sederhana, terlihat sangat polos dan lugu, namun gadis itu memiliki paras yang cantik dan senyum yang menawan, Raul tidak menampik itu. Namun di mata Raul saat itu biasa saja, tidak ada yang menarik dibandingkan teman-teman wanitanya yang bukan hanya cantik, tapi juga seksi dan berkelas.Raul hanya bersiul santai mendengarkan ocehan neneknya yang terus menerus memuji Elena. Dan yang menyebalkan sang nenek selalu datang ke toko itu, hampir setiap hari, hanya untuk ngobrol dan minta dilayani oleh gadis pelayan itu, dan ia hanya meminta diantar oleh Raul."Aduh, Nek… baru kemaren ke sana, masa tiap hari sih. Ya sudah minta diantar sopir aja ya, atau ditemani Mama, gimana?” ujar Raul membujuk sang nenek“Ngga

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 21. Melacak Jejak

    “Raul...” Terdengar suara seorang wanita memanggil Raul. Perlahan Raul menoleh, ia menatap wanita yang berdiri sambil tersenyum padanya. Raul tertegun, perlahan bibirya bergetar.“Elena ...” panggil Raul lirih.“Apa?!” teriak wanita itu. “Kamu kenapa, Raul? Elen, Elena dan Elena terus. Apa kamu masih mabuk?!”Raul terkesiap, ia memalingkan wajah dan mengusapnya dengan kasar. Lelaki itu menghela napas. ‘Astaga! ada apa dengan diriku? Kenapa aku selalu kepikiran Elena?’ Raul bergumam dalam hatinya, ia segera berdiri dari sisi tempat tidur.“Lo siento, Beatriz. Aku memang sedikit melamun,” jawab Raul datar. “Kamu sendiri, sedang apa di kamarku?”Beatriz yang semula ketus saat mendengar Raul memanggilnya Elena, kini kembali bersikap manis, ia tersenyum dan perlahan mendekati Raul.“Nggak apa-apa, Raul. Aku hanya sedikit terkejut, karena kamu selalu memanggilku dengan nama yang salah. Aku Beatriz Raul... Beatriz ....”Beatriz menyentuh pundak Raul dan berbisik di telinga lelaki itu sambil

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 22. Merasa Bersalah

    “Bukan, bukan merek pakaian. Tapi saya mencari Elena Torres. Apa dia kembali bekerja di sini?”“Elena Torres?” gumam pelayan itu, “oh, jadi yang Anda maksud seseorang?”“Ya,” sahut Raul sambil mengangguk, “dulu, dia bekerja di sini.”“Dulu? Kapan itu, Tuan?” tanya pelayan itu mengerutkan kening, ia nampak bingung dengan pengunjung yang terlihat aneh itu.“Dulu ... Maksud saya sekitar 3 atau 4 tahun lalu,” jawab Raul.“Oh, itu sudah lama sekali, Tuan. Saya sendiri baru bekerja setahun di sini. Tapi seingat saya tidak ada karyawan yang bernama Elena. Apa mungkin orang yang tuan maksud itu sudah berhenti atau pindah?”Raul menjadi kesal, sepertinya tidak ada gunanya bicara dengan pelayan dungu ini. Lelaki itu mengedarkan pandangannya ke seluruh butik itu, entah mengapa bayangan Elena seperti sedang bermain-main di ingatannya.“Begini saja, saya ingin bertemu dengan manajer kalian, bilang pada manajer kalian kalau Raul Mendez ingin bertemu” ujar Raul datar.“Oh baik, Tuan. Kebetulan Bu man

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07

Bab terbaru

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 146. Selalu Ada Cara

    Sepasang mata diam-diam merekam gerak gerik Raul. Orang itu segera melangkah masuk ke dalam sebuah mobil yang di parkir agak jauh dari kediaman Rodriguez.“Halo nyonya, saya melihat tuan Mendez ke luar dari kediaman Rodriguez, wajahnya terlihat sangat muram, langkahnya juga kelihatan gontai.”“Bagus, obatku sudah mulai bekerja. Kamu awasi terus kediaman Rodriguez, awasi semua gerak-gerik tuan Mendez dan nyonya Rodriguez, lalu laporkan padaku.”“Siap nyonya.”Sementara itu, Elena duduk termangu sambil memeluk putranya, bayi itu mulai merengek, namun Elena tidak menyadarinya, pikirannya seolah tidak berada pada raganya. Mia yang baru masuk menggelengkan kepalanya, tidak salah lagi, Elena pasti menyimpan masalah yang sangat mengganggu pikirannya, sehingga tangisan putranya pun tidak disadarinya.Mia segera meletakan nampan makanan dan minuman yang dibawanya di atas meja, ia segera duduk di samping Elena. “Elena…” panggil Mia sambil menepuk bahu Elena pelan. Tepukan pelan itu pun menyada

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 145. Apa Yang Sebenarnya Terjadi?

    “Oh, Apa, ini?” Elena terbelalak, spontan dia menutup mulutnya, ia membuka satu per satu foto-foto yang dikirimkan oleh nomor yang tidak dikenalnya. Elena menggeleng-gelengkan kepalanya, tubuhnya seketika bergetar. “Tidak… Tidak mungkin….” Elena berusaha menepis semua itu, namun foto-foto itu sangat jelas. Seketika air mata menyergap kedua netranya, ia merasakan sakit tak tertahankan. Baru saja dia akan membuka diri, namun dihantam kenyataan menyakitkan seperti ini.Elena tidak bisa lagi untuk berpikir jernih, keyakinannya benar-benar goyah. Seketika tubuhnya lemas, ia jatuh terduduk di sisi tempat tidur.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu menyadarkan Elena, ia segera menghapus air matanya dan mempersilahkan Mia untuk masuk.“Apa Juan sudah bangun, Mia?” tanya Elena berusaha untuk bersikap wajar, namun Mia yang sudah menganggap Elena seperti putrinya sendiri bisa melihat sesuatu yang lain pada suara Elena terlebih wajah wanita itu.“Sudah Elena, sedang main dengan tuan Mendez,” Mia me

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 144. Biar Cinta yang Memandu

    Bab 144“Apa maksudmu, Beatriz?” desak Emma bingung, ia menatap Beatriz dengan tajam dan kesal, wanita di hadapannya ini sudah membuatnya rugi karena tidak becus menjalankan misi.“Tadi Anda sudah menampar saya nyonya, dan mengatakan kalau saya bodoh serta memaki-maki saya.” Beatriz merespon acuh sambil memainkan ponselnya.“Lalu?” Emma berusaha menekan suaranya, padahal ia merasa sangat kesal dengan Beatriz.“Tentu saja saya tidak akan memberikan foto-foto ini begitu saja, nyonya.” Beatriz menyeringai penuh arti. Sedangkan Emma menghela napas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tahu persis apa yang diinginkan Beatriz.Emma segera mengambil tasnya, lalu mengeluarkan sebuah kartu dan melemparkannya pada Beatriz. “Itu kan yang kamu mau? Sudah, sekarang berikan foto-foto itu, dan kamu bebas berbelanja sepuasmu.”Wajah Beatriz berbinar-binar mendengar kata belanja, dia memang sudah lama tidak bersenang-senang. Namun ia harus pergi jauh dari kota itu agar tidak ditangkap orang-oran

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 143. Senjata Pamungkas Beatriz

    “Tuan, saya menemukan sesuatu di sini,” ujar Julio sambil menunjukan sebuah camera kepada Raul.“Apa itu, Julio?” tanya Raul sambil memperhatikan sebuah kamera yang dipegang asistennya, “Kamera? Apa itu kamera si pelaku?”“Benar, tuan. Saya berhasil merebut kamera si fotografer, namun dia berhasil kabur karena fokus kami adalah menyelamatkan Anda.”Julio segera menyerahkan kamera itu pada Raul, “Sepertinya mereka biasa mengambil foto-foto tidak senonoh, mungkin untuk diperjual belikan,” imbuhnya.Raul segera memeriksa foto-foto yang tersimpan di kamera itu, yang sebagian besar adalah foto-foto vulgar. Sudah bisa ditebak, fotografer itu adalah spesialisasi pengambil gambar-gambar porno.“Fokus pada scene terakhir, mereka belum banyak mengambil gambar tuan, baru ada beberapa gambar, dan di sana Anda bisa melihat sosok yang tadi Anda tanyakan. Sayangnya… Saya sangat panik melihat kondisi tuan sehingga tidak sempat menggeledah tempat itu. Padahal, perempuan itu bersembunyi di sana.”Julio

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 142. Aku Baik-baik Saja

    “Raul, bangun Raul…” panggil Elena pelan, “jangan membuat aku takut….”Suara Elena begitu lirih, nyaris tak terdengar. Air matanya mengalir tak terbendung, ia menempelkan kepalanya di atas dahi Raul, dan tanpa di sadarinya, air mata itu membasahi wajah Raul.Perlahan, bulu mata lelaki itu bergetar. Ia mendengar jelas isakan lirih di telinganya, dan juga merasakan wajahnya basah. Elena masih belum menyadari jika Raul telah sadar, hingga terdengar suara lelaki itu memanggilnya.“Elena…” panggil Raul dengan suara yang lemah. Elena segera mengangkat wajahnya dan menatap Raul.“Kamu sudah bangun, Raul.” Elena berkata sambil tersenyum.Raul menatap wajah cantik yang basah dengan air mata itu, perlahan ia mengangkat tangannya lalu menghapus sisa-sisa air mata di wajah Elena.“Jangan menangis, sayang. Aku sudah bersumpah tidak akan pernah meninggalkan kamu dan Juan.”“Apa yang sebenarnya terjadi, Raul. Kata Julio kamu dibius.”Raul menghela napas, ia menatap langit-langit kamar, dan berusaha

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 141. Dijebak

    Dua orang pria memapah Raul yang sudah tidak sadarkan diri ke sebuah kamar, Raul di letakan di atas tempat tidur, seorang wanita sudah menunggu dengan senyum mengembang, di sampingnya berdiri pria lainnya dengan kamera menggantung di lehernya.“Kalian boleh ke luar,” perintah wanita itu. Kedua lelaki yang tadi membawa Raul pun meninggalkan kamar itu.Wanita berpakaian seksi itu mendekati Raul, perlahan ia duduk di sisi tempat tidur, mengusap wajah tampan yang tidak berdaya itu, lalu menciumnya.“Raul, akhirnya kamu jatuh ke pelukanku lagi… Sayang kali ini kamu tidak ingat apa-apa.” Beatriz memeluk tubuh Raul, “Kamu gak tahu Raul, aku sangat merindukanmu.”Perempuan itu terus menciumi Raul, namun sang fotografer menyadarkannya. “Nona, bisa dimulai sekarang?”Beatriz menghela napas, ia mengangguk, lalu mulai melepas jas Raul, kemudian perlahan-lahan membuka kancing kemejanya. Beatriz tertegun, ia menelan ludah melihat dada atletis pria di hadapannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Ia me

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 140. Bertemu Klien

    "Klien, baru?" tanya nyonya Victoria menimpali, Raul hanya mengangguk.“Kenapa malam-malam begini?”“Sebenarnya dari tadi sore, aku sudah minta Julio membatalkan pertemuan hari ini, tapi kata Julio ternyata mereka masih menunggu.” Raul menjelaskan sambil memeluk ibunya, “ya sudah mama sekarang tidur, ya. Aku juga mau istirahat.”Raul mencium pipi ibunya, lalu ibu dan anak itu pun masuk ke kamar masing-masing.Keesokan harinya, Raul beraktifitas seperti biasa. Sebelum ke kantor, ia singgah ke kediaman Rodriguez untuk melihat bayi kecilnya dan juga Elena tentunya. Bagi Raul keduanya sangat penting.“Buenos días Raul,” sapa Elena masuk ke ruang bayi, Raul sedang asik bercengkrama dengan Juan.“Buenos días, cariño.” Raul membalas dengan mesra, ia tersenyum manis yang membuat wajah tampannya semakin mempesona.“Ck, bisa gak sih nggak pake embel-embel sayang, lebay sekali.” Elena menggerutu sendiri, namun Raul terkekeh mendengarnya.“Sayang, mama puya-puya tuh…” goda Raul sambil berbicara d

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 139. Secercah Harapan

    “Oh, lalu apa yang harus saya lakukan, nyonya?” tanya perempuan itu merasa gugup, bagaimanapun dia tahu, Raul Mendez bukanlah pria yang mudah dihadapi. Meskipun dia sangat menginginkan lelaki tampan itu, dan tergila-gila padanya, namun sedapat mungkin dia ingin berlari menjauhinya, karena dia tidak ingin lagi berurusan dengan lelaki yang tak mengenal ampun padanya.“Hmm, kamu harus mendekati tuan Mendez lagi, rayu dia, bila perlu tidur dengannya, buat dia melupakan perempuan kampung itu. Aku akan memberikanmu bayaran yang tinggi.” Emma berkata sambil menghisap rokok dan mengepulkan asapnya.“Tidak, nyonya. Itu sulit dan tidak mungkin. Raul sangat membenci saya, rayuan apapun tidak akan mempan buatnya.”“Bodoh! Kalau cara biasa tidak bisa, pakai cara licik sedikit.” Emma mendengus kesal, kenapa perempuan-perempuan itu bodoh semua, sebelumnya Clara, sekarang Beatriz.“Nyonya, saya pernah memakai cara licik itu dulu, tapi Raul sangat marah, bukan hanya membalas saya dengan perlakuan yang

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 138. Target Selanjutnya

    “Raul Mendez, semua ini gara-gara dia. Aku harus membuat perhitungan dengan lelaki itu!” Suara Emma bergetar menahan amarah, wajahnya merah padam. Ia mencengkram gelas dengan kuat sebelum meneguk isinya.“Lalu apa yang harus kita lakaukan, Emma?” tanya Clara sambil terisak.“Diamlah, Clara! Kenapa kamu terus menangis,” bentak Emma geram.“Kamu tidak akan mengerti, Emma. Karena kamu tidak pernah menjadi seorang ibu, kamu tidak akan pernah tahu bagaimana sedihnya berpisah dengan putranya sendiri.”“Ya, aku memang belum pernah jadi seorang ibu, lalu dengan tangisanmu itu, apa anakmu akan kembali?” sungut Emma kesal. “Pergi saja sana ke Paris, anakmu ada di sana!”“Bagaimana mungkin pergi ke sana? Aku sekarang sedang diburu polisi. Baru sampai bandara atau statsiun kereta saja pasti akan diringkus,” bantah Clara kesal. Ia menjadi menyesal karena mengikuti skenario Emma.“Ya makanya diam, bantu aku berpikir untuk membalas Elena dan Raul.”“Memangnya dengan kamu membalas dendam, masalahny

DMCA.com Protection Status