“Nyonya, saya sudah mendapatkan informasinya.”Dona masuk sambil membawa sebuah amplop lalu menyerahkannya pada Emma. Wanita itu segera membukanya, ternyata isi amplop itu adalah salinan data-data pribadi Elena.“Hmm, Ellena Torres ... Ternyata dia bukan berasal dari kota ini.” Emma bergumam sambil mengangguk-anggukan kepalanya, seulas senyum misterius tersungging di bibirnya.“Oh, memangnya nyonya Elena berasal dari mana, Nyonya?” tanya Dona penasaran, ia sendiri tidak sempat membuka amplop yang dikirimkan seseorang tadi.“Tidak penting juga untukmu. Kamu mau tahu apa yang penting?”“I-iya Nyonya pasti, yang penting itu apa ya Nyonya?”“Dengar baik-baik, Dona. Cari informasi kapan wanita itu datang ke kediaman ini, dan bagaimana dia bertemu Diego. Kamu paham?”“Pa-paham Nyonya. Ta-tapi ....”“Tapi apa?!” potong Emma. “Hmm, pasti kamu mau minta uang, kan?!”“Hehe, Nyonya tahu aja ....”“Dasar mata duitan!” Emma segera mengambil amplop dari tasnya, dan melemparkannya pada pelayan d
Elena dibesarkan di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh kebun anggur dan pertanian. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya dan juga seorang adik perempuan. Mereka hidup dari hasil mengelola perkebunan anggur yang merupakan komoditas utama wilayah itu.Namun begitu, Elena dan kedua adiknya tidak pernah hidup kekurangan meskipun belum dikategorikan mewah, namun semuanya serba mencukupi. Hal itu karena kedua orang tuanya cukup mampu mengelola keuangan dengan baik, Elena sendiri sempat mengenyam pendidikan tinggi.Sayangnya, semua itu harus berakhir ketika sebuah tragedi menimpa kedua orang tua Elena. Ayah dan ibu Elena mengalami kecelakaan maut sekembalinya mereka dari kota, usai menjual hasil kebun mereka.Elena sangat syock atas kejadian yang menimpa keluarganya, ia harus kehilangan kedua orang tuanya sekaligus. Kini ia hanya hidup berdua dengan adik perempuannya. Elena merasa sangat bingung, bagaimana ia akan membiayai hidupnya dan adiknya? Satu-satunya yang Elena miliki adalah keb
"Diego ..." panggil Elena Rilih. Diego tersentak dari lamunannya, ia menatap Elena sambil tersenyum.“Jadi keluarga Mendez ....”“Apa kamu mengenal keluarga Mendez, Diego?” tanya Elena bingung, karena sepertinya Diego tidak asing dengan mereka.“Aku mengenal semua keluarga seperti itu di kota ini, Elena. Jika kamu mau, aku bisa saja membantumu membalas dendam pada mereka.” Diego berkata dengan santai.“Ah, maksudnya bagaimana Diego? Jadi kamu mengenal mereka?”“Mengenal secara langsung sih tidak. Aku bahkan tidak pernah kontak langsung dengan orang-orang dari keluarga Mendez. Tapi aku pastikan padamu, aku bisa membuat mereka bangkrut. Dan itu tidak sulit bagiku.” Diego tersenyum ringan seolah tak ada beban, namun ada sirat berbahaya di kedua bola mata pria miliarder itu.“Oh, tidak, tidak Diego. Itu bukan ide yang baik. Dendam hanya akan membawa kehancuran di mana-mana.” Elena menggelang, “aku tidak ingin membalas dendam pada siapapun, aku hanya tidak ingin bertemu dengan mereka lagi.”
Seorang pria berjalan mendekati Mia dan Jose. Sontak keduanya terdiam dan menunduk hormat.“Oh, Tuan Mario. Bukan apa-apa, saya sedang bertanya pada Mia, kira-kira menu apa yang disukai nyonya baru kita, supaya beliau makin betah tinggal di sini.” Jose menjawab, memberikan alasan.“Hmm, masuk akal juga alasanmu, Jose.” Mario tersenyum mendengar alasan sang juru masak, meskipun ia paham bukan hal itu yang mereka gosipkan sebelumnya. “Dan itu bisa dilakukan oleh Mia.”“Ah, kau tenang saja, Jose. Nyonya pasti akan menyukai semua masakanmu, buktinya tadi nyonya memuji masakanmu, bukan?”“Oh, kalian sudah menemui nyonya Elena?”“Sudah, Tuan Mario. Tadi tuan memanggil kami, dan kami sudah mengucapkan selamat secara langsung.” Mia menjawab dengan antusias, “Oya, tuan juga berpesan kalau beliau akan segera masuk dalam waktu tiga puluh menit, dan meminta Anda menunggu di ruang kerja beliau.”Mario mengangguk, ia segera melihat arlojinya. “Sepertinya sekarang sudah waktunya.” Lelaki itu ber
Wajah Mia menegang, sebagai seorang yang sudah sangat lama bekerja di kediaman Rodriguez, ia sangat paham apa yang telah terjadi di kediaman itu. Mia sudah bekerja di kediaman itu sedari nyonya besar Rodriguez yaitu ibu kandung Diego masih hidup, jadi sudah dipastikan ia tahu apa yang terjadi pada tuannya, Diego Rodriguez. Namun, Mia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya pada Elena, ia khawatir salah memberikan penjelasan.“Mia, ada apa?” Demi melihat perubahan wajah Mia, Elena pun penasaran, “Sebenarnya ada apa, Mia? Tolong jangan sembunyikan hal itu dariku. Sebagai istri Diego, aku berhak tahu, kan?”“Oh, ti-tidak apa-apa Elena. Bukan aku bermaksud menyembunyikannya darimu, tapi aku tidak punya wewenang untuk menjelaskan. Aku hanya seorang pelayan, tugasku hanya melayani dan memimpin pelayan lainnya.”“Baiklah, Mia. Aku mengerti posisimu. Nanti, aku akan bertanya langsung aja sama Diego.” Elena tersenyum menenangkan kegugupan Mia.“Oh, mungkin akan lebih baik jika kamu bertanya
"Tuan Mario, di mana Diego?" tanya Elena bingung, ia sudah mengedarkan seluruh pandangannya menjangkau setiap jengkal ruangan itu, namun ia tidak juga melihat lelaki yang kini telah menjadi suaminya.“Tenang, Nyonya. Tuan sedang menunggu di ruang kerja.” Mario menjawab sopan.“Di ruang kerja? Sudah malam begini?” tanya Elena terkejut, apa-apaan ini, bukankah ini malam pengantin mereka, mengapa masih memikirkan kerja? Selain itu bukankah Diego sedang sakit, kalau dilihat dari reaksi Emma, sepertinya sangat mengkhawatirkan.“Mari ikut saya, Nyonya. Nanti tuan akan menjelaskan semuanya.”Mario segera melangkah, membuka pintu yang terletak di samping lemari besar, pintu yang sejak tadi Elena bingung, pintu apa itu. Karena ada beberapa pintu di kamar ini.“Silahkan Nyonya, tuan sudah menunggu.”Elena mengangguk, ia segera masuk ke dalam ruangan lain yang ada di kamar itu, yang ternyata adalah ruang kerja Diego.Elena tertegun, terdapat beberapa rak buku besar dimana tertata berbagai macam b
“Maksudnya, merahasiakan bagaimana, Diego?” tanya Elena bingung.“Jangan beritahu atau bicarakan dengan siapapun mengenai hal ini, Elena. Cukup hanya kamu dan Mario.” Diego menjawab dengan suara yang sungguh-sungguh. Bahkan senyumnya pun mulai menghilang, dan yang nampak keseriusan di wajah itu.Elena tertegun, meskipun ia masih belum banyak mengerti namun sedikitnya ia bisa meraba ada sesuatu yang terjadi di kediaman ini. Dan jika dikaitkan dengan sikap Diego pada Emma tadi, sepertinya suaminya tidak menyukai wanita itu. Namun Elena belum tahu dengan pasti, ia hanya akan mencoba mengikuti apa yang diminta suaminya itu.“Baiklah, Diego. Aku tidak akan bicara pada siapapun, lagi pula aku tidak ada teman bicara di tempat ini selain Mia. Tapi aku juga tidak akan membicarakan hal ini pada Mia.”Diego kembali tersenyum mendengar ucapan Elena, “Terima kasih sayang, kamu memang tidak perlu banyak berbicara, tapi tunjukan saja sikapmu.”“Maksudnya?” tanya Elena kembali bingung.“Maksud tuan,
Diego menghela napas, namun ia tidak berkata apa-apa.“Apa yang mau kau tanyakan, Elena?” tanya Diego pada akhirnya, namun suaranya datar.“Apa benar Emma itu saudara sepupumu?” tanya Elena lagi.Diego kembali terdiam, namun kali ini dia benar-benar tidak bersuara.“Maaf Nyonya, Anda bisa menemukan jawabannya setelah membaca buku itu, semua ada tertera di situ.”Kali ini Mario yang bersuara, ia sangat paham mengapa majikannya tidak mau bicara.“Hmm, baiklah. Maaf jika pertanyaanku kurang berkenan, Diego.”Emma menyadari jika pertanyaan itu sepertinya berat untuk dijawab Diego. Meskipun ia masih sangat penasaran, namun sesuai saran Mario, ia akan mencari tahu sendiri.“Tidak apa-apa, sayang.” Diego menjawab sambil tersenyum. “Nah, sudah malam, sekarang sebaiknya kita beristirahat,” Diego menoleh pada Mario, “kamu boleh beristirahat, Mario. Biar nanti istriku yang akan membantuku ke tempat tidur.”“Baik Tuan, Nyonya. Saya Permisi,” jawab Mario sambil berdiri dan memberi hormat.Setelah