Share

Bab 2. Kehancuran Hati

Penulis: El Hawra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Elena menerima amplop itu dengan tangan sedikit gemetar. Ia tercekat membaca isi surat perceraiannya dengan Raul.

“Raul, benarkah ini ...?” Elena menatap Raul, suaranya bergetar.

“Benar Elena, sekarang semuanya sudah berakhir.”  

Setelah berkata demikian, Raul bergeming di tempatnya. Ia masih berdiri dengan angkuh dan menatap wanita yang telah tiga tahun dinikahinya itu dengan dingin.

“Tapi Raul, apa salahku?”

“Kamu tidak salah, dan tidak ada yang mesti dipersalahkan, Elena. Karena sejak awal, pernikahan kita adalah suatu kesalahan.”

Terdengar helaan napas lelaki itu, perlahan ia duduk di sisi tempat tidur, di samping wanita yang matanya kembali menghangat, tergenang oleh kesedihan.

“Tapi Raul, kita telah bersama selama tiga tahun, tidak adakah tempat di hatimu untukku? Apakah kamu akan melupakan begitu saja saat-saat manis yang telah kita lalui?”

Raul terdiam, lelaki itu tak serta merta menjawab pertanyaan wanita di sampingnya, ia kembali menghela napas sebelum akhirnya bekata, “Maafkan aku Elena. Kamu tahu, kan? Sejak awal aku tidak mencintaimu, semua yang aku lakukan hanya sekedar menjalankan kewajibanku sebagai suami. Sekarang nenek sudah tidak ada, maka kamu bebas. Jadi, lupakan semuanya.”

Usai berkata lelaki itu segera berdiri dan melangkah meninggalkan Elena yang mulai terisak, tiba-tiba lelaki itu berhenti dan kembali menoleh pada Elena.

“Oya, Elena. Kamu masih boleh tinggal di rumah ini kalau kamu mau, tapi kita tidak bisa sekamar lagi. Nanti Carmen akan menunjukan kamar baru untukmu, supaya kamu tidak selalu teringat kenangan di kamar ini.”

Raul melanjutkan langkahnya dan segera ke luar dari kamar besar itu. Air mata segera menyergap Elena, tumpah tak terbendung lagi, ia menangis pilu. Seketika semua rekaman saat-saat bersama pria itu berputar kembali di kepalanya.

Meskipun sikap Raul dingin terhadapnya, namun ada saat-saat dimana mereka merajut kemesraan bersama. Meskipun bisa dihitung jari, tapi ia pernah merasakan pelukan hangat Raul dan kelembutan sikapnya. Apakah itu hanya pura-pura?

Pernah di satu malam, setelah mereka menuntaskan hasrat bercinta, Raul yang tertidur nyenyak mengigau dan memanggil namanya, saat itu Elena tersenyum, ia mengira jika Raul mulai mencintainya seperti yang ia rasakan. Apakah itu juga palsu? Bukankah hal itu terucap dari alam bawah sadar Raul?

Elena tak menemukan jawaban atas pertanyaan demi pertanyaan yang berputar-putar mengganggunya, ia hanya bisa menangis, merutuki nasibnya. Kini semua mimpi-mimpinya telah hancur, dunia yang ia pijak seakan telah runtuh.

Tiga tahun bukan waktu yang sebentar, ia bertahan dan bersabar hanya untuk mendapatkan cinta suaminya. Namun semua berakhir di atas selembar surat cerai.

“Elena, apa kamu di dalam?!”

Terdengar teriakan Carmen memanggil dan mengetuk pintu. “Cepat ke dapur Elena! Banyak pekerjaan malah santai-santai.”

Setelah berteriak di depan kamar Elena, kepala pelayan itu pun kembali ke dapur.

Elena yang masih terisak mendengar semua teriakan Carmen.

Ia segera bangun dan duduk di depan meja hias. Ditatapnya wajahnya yang basah oleh air mata.

‘Sudahlah Elena, untuk apa kamu menangis? Sekarang kamu harus segera pergi dari sini.’

Terdengar bisikan dari dalam dirinya, Elena menghela napas panjang dan mengahpus sisa-sisa air mata di wajahnya.

“Benar, untuk apa lagi aku di sini? Hanya untuk dijadikan budak? Tidak! Selama ini aku bertahan di rumah besar ini hanya demi Raul, sekarang Raul sudah mencampakkanku, jadi, buat apa aku di sini?”

Elena bergumam meyakinkan dirinya sendiri.

Wanita itu  segera berdiri.

Ia membuka lemari dan mengambil satu stel pakaian yang dulu pernah ia pakai ketika pertama kali  datang ke rumah besar itu.

Meskipun sudah sedikit usang, namun masih pas di tubuhnya.

Elena memang tidak banyak mengalami perubahan, baik wajah maupun bentuk tubuh. Pernah nenek Maria menanyakan mengapa Elena belum juga hamil, ia hanya bisa menggeleng sambil tersenyum getir.

Bagaimana mau hamil? Saat berhubungan intim dengan Raul, suaminya itu selalu mengenakan pengaman.

Elena pernah menanyakan mengapa Raul selalu mengenakan pengaman saat bercinta dengannya, padahal mereka adalah pasangan resmi yang sah dan sehat.

“Aku belum siap untuk mempunyai anak, Elena. Jadi nikmati saja seperti ini,” jawab Raul acuh sambil melepas kondom yang penuh dengan cairan dari juniornya. Sejak saat itu, Elena tidak pernah bertanya lagi.

Mungkinkah itu cara Raul agar bisa berpisah dengannya lebih mudah?

Elena menghela napas.

Dipercepat gerakannya untuk mengganti pakaian.

Setelah selesai, Elena pun melepaskan satu per satu perhiasan yang dikenakannya.

Ia tidak akan membawa apa pun dari Raul meskipun sebenarnya ia punya hak. Namun, ia tidak mau keluarga Raul semakin merendahkannya lagi.

Sudah cukup!

Hanya saja, Elena tertegun saat meraba jari manisnya.

Cincin pernikahan bertahta berlian itu disematkan sendiri oleh Raul saat mereka mengikat janji suci di depan altar.

Saat itu, Elena memimpikan pernikahan yang dihiasi kebahagiaan, akan selalu bersama hingga maut memisahkan. Namun, semua mimpi sang pengantin itu kini telah musnah tak bersisa.

Dengan menghela napas berat, Elena melepas cincin pernikahannya itu dan di letaknnya di atas meja hias. Ia kembali membuka lemari dan mengambil tas yang dulu ia pakai saat pertama kali  datang lalu memasukkan barang-barang pribadinya, barang-barang yang dulu ia bawa sebelum menjadi istri Raul.

Tapi, hanya satu barang dari Keluarga Mendez yang tak bisa dilepaskan.

Gelang pemberian Nenek Maria.

Elena segera membuka kotak perhiasannya dan mengambil gelang itu, didekapnya gelang itu ke dadanya, terbayang semua kebaikan hati sang nenek.

“Nenek, maafkan aku ...” gumam Elena lirih, dikenakannya segera gelang itu, sebagai kenang-kenangan dari orang yang paling baik padanya. Yah, hanya nenek Maria, nenek kandung Raul yang baik dan peduli padanya di kediaman Mendez ini, sekarang sang nenek sudah tiada, Elena sudah kehilangan tempat berpijak di rumah besar itu.

Sejenak Elena mengedarkan pandangnya ke seluruh sudut kamar itu.

Air matanya kembali mengalir saat menatap foto pengantin yang tergantung di sudut dinding.

“Selamat tinggal Raul ...” ucap Elena dengan suara bergetar.

Perlahan Elena berbalik, lalu meninggalkan kamar yang penuh kenangan itu.

Ya, sebelum Carmen kembali untuk menyeretnya ke dapur, ia harus segera pergi.

Dengan mengendap-endap, Elena segera ke luar dari rumah besar keluarga Mendez.

Untungnya, semua orang sedang sibuk dengan pesta malam itu, sehingga tidak ada yang memperhatikan kepergian Elena.

Wanita itu terus berjalan tanpa arah dan tujuan menusuri sudut kota Barcelona yang indah.

Ia hanya mengikuti ke mana kaki akan membawanya. 

Entah sudah berapa jauh ia berjalan, Elena tidak tahu.

Yang ia tahu sekarang  mulai terasa letih.

Wanita itu pun duduk di tepi jalan, tenggorokannya mulai terasa kering, namun ia tidak membawa bekal minum.

Elena menelan ludah untuk menetralkan tenggorokannya yang kering. Ia mencoba berpikir, apa yang harus ia lakukan sekarang? Elena kepikiran untuk kembali ke toko tempat dulu ia bekerja, tapi di mana?

Semenjak menikah dengan Raul, Elena tidak pernah keluar rumah. Rumah besar itu bagaikan sangkar emas yang mengurungnya. Sekarang, Elena merasa kota ini begitu asing.

Hanya saja, saat Elena berkutat dalam kebingungannya, tiba-tiba terdengar suara berat seseorang memanggilnya, “Kamu tersesat, Sayang?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rosalinda
menarik ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 3. Pria Aneh

    Elena menoleh ke arah sumber suara. Seorang pria yang duduk di atas kursi roda, tersenyum ramah padanya. Di bawah pantulan lampu kota yang terang, terlihat pantulan wajahnya yang tenang.Pria ini terlihat lebih dewasa dari Raul, namun jejak ketampanan masih terlihat dengan jelas di wajahnya yang tenang. Tatapan matanya tegas, namun terlihat teduh. Hanya melihat sekilas, orang akan merasakan aura keagungan pria ini, meskipun ia duduk di atas kursi roda.“Anda siapa, tuan?” tanya Elena bingung.Pria itu tersenyum dan mendorong kursi rodanya mendekati Elena.“Apakah nama itu sesuatu yang penting?” Balik bertanya, pria itu melempar pandangannya ke arah langit yang dipenuhi bintang. “Lihatlah bintang-bintang itu, apakah nama penting bagi mereka? Mereka akan tetap seperti itu, terlepas apa pun orang menamai mereka.”Tanpa sadar, Elena ikut melihat ke atas langit. Entah mengapa, ia merasakan sedikit tenang manakala menatap langit yang dipenuhi ribuan bintang, terlihat sangat damai.“Langit

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 4. Tawaran Pernikahan

    Elena tertegun, ia seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. “A-apa, Tuan?”“Apa suaraku kurang jelas, Elena?” “Baik, aku ulangi. Menikahlah denganku, Elena. Aku akan memberikanmu kehidupan yang lebih baik,” ucap pria itu lagi.“Me-menikah...?” gumam Elena, ia benar-benar bingung. Bagaimana mungkin pria ini bisa mengajaknya menikah, sedangkan mereka baru saja bertemu, tidak mengenal satu sama lain? Nama pria ini saja, Elena tidak tahu. Sungguh pria yang aneh!“Bagaimana, Elena?”“Ta-tapi Tuan, kita baru saja bertemu, kita belum mengenal satu sama lain, bagaimana mungkin Anda langsung meminta saya menikah?”“Apanya yang tidak mungkin, Elena? Jika sesuatu bisa dipermudah, mengapa harus dipersulit?” Diego Rodriguez berkata dengan mantap.“Tuan, bukankah pernikahan itu sesuatu yang sakral, bukan sesuatu yang bisa untuk bermain-main.”Mendengar perkataan Elena, pria aneh itu tersenyum. “Kamu benar, Elena. Terus siapa yang sedang mengajakmu bermain-main? Aku menawarkan pernikahan yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 5. Persiapan

    Nyonya Victoria menatap benda yang digenggam kepala pelayannya itu. “Cincin ...?” Wanita itu bergumam sambil mengamati cicin bermatakan berlian itu, “sepertinya ini cincin Elena.”“Benar, Nyonya. Itu cincin pernikahan Elena dengan tuan muda.” Carmen menjawab dengan suara yang rendah.“Bagaimana bisa ada padamu?” tanya Nyonya Victoria heran. Dengan cepat, Carmen pun menceritakan bagaimana ia menemukan cincin itu.Bermula saat ia kembali ke kamar Elena untuk menyeretnya ke dapur, karena telah lama ditunggu-tunggu namun perempuan itu tidak juga datang, Carmen berpikir Elena sedang tidur, karenanya ia segera masuk ke dalam kamar yang tidak dikunci itu. Ternyata wanita itu tidak menemui siapa-siapa.Carmen mencari Elena ke setiap sudut kamar, namun tetap tidak menemukannya, dan tanpa sengaja ia melihat cincin itu tergeletak di meja rias Elena.“Hmm, sepertinya Elena pergi.” Nyonya Victoria menghela napas lalu menoleh pada putranya yang mulai mabuk.“Benar, Nyonya. Dan dia tidak membawa ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 6. Pelayan Julid

    Tampak sekali Mario masih ragu dan bingung dengan rencana tuannya itu, namun Diego tersenyum sebagai reaksi atas kebimbangan dari orang kepercayaannya itu.“Aku percaya, Elena pasti bisa. Asal kamu mau membimbingnya dengan sabar dan sungguh-sungguh.”Diego berkata dengan kesungguhan di wajahnya, ia juga menatap Mario dengan tatapan yang penuh keyakinan.“Baiklah, Tuan. Saya akan mengerahkan segenap kemampuan saya untuk menangani hal ini. Saya permisi, untuk segera mencatatkan pernikahan Anda dan nona Elena.”Diego mengangguk, Mario segera berbalik dan keluar dari ruangan sang bos. Hari itu kediaman Rodriguez cukup sibuk, Mia mengerahka para pelayan untuk bekerja ekstra. Sejak pagi-pagi buta kesibukan di kediaman mewah itu sudah terlihat, terutama sekali di bagian dapur. Beberapa pelayan yang biasanya mengerjakan bagian lain turut diperbantukan ke dapur.“Sebenarnya mau ada acara apa sih? Kok sibuk sekali, apa tuan akan mengadakan jamuan besar?” tanya Dona, salah seorang pelayan wanit

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 7. Pernikahan Tak Terduga

    “Apa? Pesta? Apa maksudmu?” Wanita yang berada diujung telepon itu nampak terkejut, begitupun dengan Dona. Semula ia merasa senang, jika nyonya Emma Rodriguez kembali lagi ke kediaman ini, maka otomatis ia akan mendapatkan kekuasaan menggantikan Mia. Itulah yang dijanjikan nyonya Emma.“Ja-jadi, Anda tidak tahu, Nyonya?”“Justru aku tidak mengerti apa maksudmu, coba cerita yang jelas, Dona!” bentak wanita yang dipanggil nyonya Emma itu. Donna pun menceritakan semua yang didengar dan dilihatnya.“Oke Dona, dengar! Cepat cari informasi apa yang terjadi di sana, segera laporkan padaku, paham!”“Ba-baik Nyonya.”Setelah mematikan panggilan dengan Dona, Emma berjalan mondar mandir di balkon kamarnya. Informasi yang belum jelas itu cukup mengganggu pikirannya. Apa sebenarnya yang terjadi di kediaman Rodriguez? Si lumpuh itu mau mengadakan pesta? Pesta apa? Pesta kematiannya?“Diego-Diego. Sudah mau mati besok masih mikirin pesta.”Emma bergumam, ia nampak berpikir keras. “Lalu siapa yang d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 8. Prosesi Pernikahan

    Tanpa disadari oleh mereka, seseorang diam-diam menyelinap meninggalkan ruangan itu. Ia masuk ke tempat lain yang sepi dan menghubungi Emma.“Apa? Menikah? Jadi benar si lumpuh itu akan menikah?”“Be-benar Nyonya, pengantin wanitanya sangat cantik.”“Bodoh! Aku tidak peduli cantik atau tidak, tapi siapa perempuan yang dinikahi Diego.” Emma mendengus gusar.“Oh, namanya Elena, Nyonya. Mereka sedang bersiap untuk upacara pemberkatan.” Dona menjawab cepat.“Elena ... Hm, baiklah aku akan segera ke sana.”Usai memberikan laporan, Dona segera kembali ke tempat semula, namun barisan pelayan itu sudah bubar dan kembali ke pekerjaan masing-masing.“Kamu dari mana Dona? Jose mencarimu, kalau kamu sudah tidak sakit segera selesaikan pekerjaanmu.”“Kamu siapa memangnya ngatur-ngatur aku?” Dona menjawab ketus.“Aku bukan ngatur kamu, Dona. Tapi menyampaikan pesan Jose,” balas pelayan itu tak kalah ketus, keduanya bergegas ke ruangan dapur.Sementara itu, Elena telah tiba di area depan di mana Die

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 9. Tamu Tak Diundang

    Seorang wanita melangkah mendekati Diego dan Elena. Ia mengenakan gaun malam seksi dan perhiasan mewah, berjalan dengan anggun layaknya wanita-wanita dari kalangan atas. Namun, wanita itu nampak angkuh dan arogan.Elena tertegun, siapa wanita yang sangat mendominasi itu? Elena memperhatikan dengan seksama, jika diperhatikan baik-baik, wanita itu sepertinya sangat mengenal Diego. Ia seperti sangat familiar dengan tempat itu.Diam-diam Elena melirik suaminya, Diego nampak acuh, riak wajahnya tak berubah sama sekali. Ia tetap duduk dengan tenang. Elena menghela napas, bagaimanapun ia adalah orang baru, ia belum tahu apa-apa tentang kehidupan suaminya. Jadi, ia hanya akan mengikuti dan menyimak apa pun yang terjadi.Sedangkan Diego, ia hanya melirik Mario, dan memberi kode padanya, sang asisten mengangguk perlahan. Ia paham betul, kalau mereka kedatangan tamu yang tak diundang.“Selamat, selamat atas pernikahan kalian!” Wanita itu berhenti tepat di depan pasangan pengantin, “sungguh sua

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 10. Makan Malam Spesial

    Diego menghela napas, ia memperhatikan langkah sang asisten yang menjauh. Elena terdiam di samping lelaki yang kini telah resmi menjadi suaminya, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan.“Tuan, Nyonya. Saatnya makan malam.” Mia berkata sopan mengingatkan Diego dan Elena.“Kamu mau makan, sayang?”Terdengar suara Diego sambil tersenyum menatap Elena.“Sebenarnya aku belum lapar, tapi bukankah kamu juga belum makan, Diego?” Elena balik bertanya.“Hahaha, kamu benar sayang. Sekarang saatnya menikmati hidangan spesial yang telah disiapkan Jose.”Elena mengangguk, ia pun berdiri mendorong kursi roda Diego mengikuti langkah Mia menuju bagian lain di mansion mewah itu. Tempat yang disiapkan itu khusus untuk makan malam pasangan pengantin, dengan aura yang sangat romantis dan magis.Warna putih klasik yang dipadu dengan warna gold mendominasi ruangan terbuka itu dengan dekorasi bunga-bunga segar dan lampu-lampu hias. Sebuah meja bulat telah di tata sedemikian rupa, tak ketinggalan empat buah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 143. Senjata Pamungkas Beatriz

    “Tuan, saya menemukan sesuatu di sini,” ujar Julio sambil menunjukan sebuah camera kepada Raul.“Apa itu, Julio?” tanya Raul sambil memperhatikan sebuah kamera yang dipegang asistennya, “Kamera? Apa itu kamera si pelaku?”“Benar, tuan. Saya berhasil merebut kamera si fotografer, namun dia berhasil kabur karena fokus kami adalah menyelamatkan Anda.”Julio segera menyerahkan kamera itu pada Raul, “Sepertinya mereka biasa mengambil foto-foto tidak senonoh, mungkin untuk diperjual belikan,” imbuhnya.Raul segera memeriksa foto-foto yang tersimpan di kamera itu, yang sebagian besar adalah foto-foto vulgar. Sudah bisa ditebak, fotografer itu adalah spesialisasi pengambil gambar-gambar porno.“Fokus pada scene terakhir, mereka belum banyak mengambil gambar tuan, baru ada beberapa gambar, dan di sana Anda bisa melihat sosok yang tadi Anda tanyakan. Sayangnya… Saya sangat panik melihat kondisi tuan sehingga tidak sempat menggeledah tempat itu. Padahal, perempuan itu bersembunyi di sana.”Julio

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 142. Aku Baik-baik Saja

    “Raul, bangun Raul…” panggil Elena pelan, “jangan membuat aku takut….”Suara Elena begitu lirih, nyaris tak terdengar. Air matanya mengalir tak terbendung, ia menempelkan kepalanya di atas dahi Raul, dan tanpa di sadarinya, air mata itu membasahi wajah Raul.Perlahan, bulu mata lelaki itu bergetar. Ia mendengar jelas isakan lirih di telinganya, dan juga merasakan wajahnya basah. Elena masih belum menyadari jika Raul telah sadar, hingga terdengar suara lelaki itu memanggilnya.“Elena…” panggil Raul dengan suara yang lemah. Elena segera mengangkat wajahnya dan menatap Raul.“Kamu sudah bangun, Raul.” Elena berkata sambil tersenyum.Raul menatap wajah cantik yang basah dengan air mata itu, perlahan ia mengangkat tangannya lalu menghapus sisa-sisa air mata di wajah Elena.“Jangan menangis, sayang. Aku sudah bersumpah tidak akan pernah meninggalkan kamu dan Juan.”“Apa yang sebenarnya terjadi, Raul. Kata Julio kamu dibius.”Raul menghela napas, ia menatap langit-langit kamar, dan berusaha

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 141. Dijebak

    Dua orang pria memapah Raul yang sudah tidak sadarkan diri ke sebuah kamar, Raul di letakan di atas tempat tidur, seorang wanita sudah menunggu dengan senyum mengembang, di sampingnya berdiri pria lainnya dengan kamera menggantung di lehernya.“Kalian boleh ke luar,” perintah wanita itu. Kedua lelaki yang tadi membawa Raul pun meninggalkan kamar itu.Wanita berpakaian seksi itu mendekati Raul, perlahan ia duduk di sisi tempat tidur, mengusap wajah tampan yang tidak berdaya itu, lalu menciumnya.“Raul, akhirnya kamu jatuh ke pelukanku lagi… Sayang kali ini kamu tidak ingat apa-apa.” Beatriz memeluk tubuh Raul, “Kamu gak tahu Raul, aku sangat merindukanmu.”Perempuan itu terus menciumi Raul, namun sang fotografer menyadarkannya. “Nona, bisa dimulai sekarang?”Beatriz menghela napas, ia mengangguk, lalu mulai melepas jas Raul, kemudian perlahan-lahan membuka kancing kemejanya. Beatriz tertegun, ia menelan ludah melihat dada atletis pria di hadapannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Ia me

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 140. Bertemu Klien

    "Klien, baru?" tanya nyonya Victoria menimpali, Raul hanya mengangguk.“Kenapa malam-malam begini?”“Sebenarnya dari tadi sore, aku sudah minta Julio membatalkan pertemuan hari ini, tapi kata Julio ternyata mereka masih menunggu.” Raul menjelaskan sambil memeluk ibunya, “ya sudah mama sekarang tidur, ya. Aku juga mau istirahat.”Raul mencium pipi ibunya, lalu ibu dan anak itu pun masuk ke kamar masing-masing.Keesokan harinya, Raul beraktifitas seperti biasa. Sebelum ke kantor, ia singgah ke kediaman Rodriguez untuk melihat bayi kecilnya dan juga Elena tentunya. Bagi Raul keduanya sangat penting.“Buenos días Raul,” sapa Elena masuk ke ruang bayi, Raul sedang asik bercengkrama dengan Juan.“Buenos días, cariño.” Raul membalas dengan mesra, ia tersenyum manis yang membuat wajah tampannya semakin mempesona.“Ck, bisa gak sih nggak pake embel-embel sayang, lebay sekali.” Elena menggerutu sendiri, namun Raul terkekeh mendengarnya.“Sayang, mama puya-puya tuh…” goda Raul sambil berbicara d

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 139. Secercah Harapan

    “Oh, lalu apa yang harus saya lakukan, nyonya?” tanya perempuan itu merasa gugup, bagaimanapun dia tahu, Raul Mendez bukanlah pria yang mudah dihadapi. Meskipun dia sangat menginginkan lelaki tampan itu, dan tergila-gila padanya, namun sedapat mungkin dia ingin berlari menjauhinya, karena dia tidak ingin lagi berurusan dengan lelaki yang tak mengenal ampun padanya.“Hmm, kamu harus mendekati tuan Mendez lagi, rayu dia, bila perlu tidur dengannya, buat dia melupakan perempuan kampung itu. Aku akan memberikanmu bayaran yang tinggi.” Emma berkata sambil menghisap rokok dan mengepulkan asapnya.“Tidak, nyonya. Itu sulit dan tidak mungkin. Raul sangat membenci saya, rayuan apapun tidak akan mempan buatnya.”“Bodoh! Kalau cara biasa tidak bisa, pakai cara licik sedikit.” Emma mendengus kesal, kenapa perempuan-perempuan itu bodoh semua, sebelumnya Clara, sekarang Beatriz.“Nyonya, saya pernah memakai cara licik itu dulu, tapi Raul sangat marah, bukan hanya membalas saya dengan perlakuan yang

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 138. Target Selanjutnya

    “Raul Mendez, semua ini gara-gara dia. Aku harus membuat perhitungan dengan lelaki itu!” Suara Emma bergetar menahan amarah, wajahnya merah padam. Ia mencengkram gelas dengan kuat sebelum meneguk isinya.“Lalu apa yang harus kita lakaukan, Emma?” tanya Clara sambil terisak.“Diamlah, Clara! Kenapa kamu terus menangis,” bentak Emma geram.“Kamu tidak akan mengerti, Emma. Karena kamu tidak pernah menjadi seorang ibu, kamu tidak akan pernah tahu bagaimana sedihnya berpisah dengan putranya sendiri.”“Ya, aku memang belum pernah jadi seorang ibu, lalu dengan tangisanmu itu, apa anakmu akan kembali?” sungut Emma kesal. “Pergi saja sana ke Paris, anakmu ada di sana!”“Bagaimana mungkin pergi ke sana? Aku sekarang sedang diburu polisi. Baru sampai bandara atau statsiun kereta saja pasti akan diringkus,” bantah Clara kesal. Ia menjadi menyesal karena mengikuti skenario Emma.“Ya makanya diam, bantu aku berpikir untuk membalas Elena dan Raul.”“Memangnya dengan kamu membalas dendam, masalahny

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 137. Beri Aku Waktu

    “Raul, apaan sih?” tanya Elena kesal, “Ya sudah kalau begitu aku akan siapkan hadiah dulu sebagai ucapan terima kasih." Elena hendak beridiri, namun Raul menekan tangannya.“Sayang, mama mau kasih papa hadiah tuh,” ucap Raul sambil menatap Juan.“Mama-mama... Kalau mau kacih papa hadiah, cekalang aja ya mama…” Raul kembali berkata menirukan suara anak kecil.“Hmmh, oke. Hadiah apa?” tanya Elena menimpali.“Hadiah apa dong, sayang?” tanya Raul kepada Juan.“Kiss papa, mama…”“Apa?!” teriak Elena terbelalak.“Hiks, ya sudah nggak dikasih juga gak apa-apa…” Raul menatap Juan dengan wajah sedih, “Sayang, papa sedih….”“Ck, apaan sih? Iya-iya…”“Asiik, sayang. Papa mau siap-siap nerima hadiah dari mama dulu ya,” ujar Raul sambil memejamkan mata.“Huh, ge-er,” gerutu Elena, ia terdiam sejenak sambil menghela napas. Wanita itu mendekatkan wajahnya lalu dengan cepat mencium pipi Raul.“Iih mama, maca kiss nya di pipi…” Raul kembali menirukan suara anak kecil.“Uuh, Raul. Nyebelin!” Elena men

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 136. Berterima Kasihlah Pada Pria Tampan Ini

    “Itu dia!” teriak salah seorang anak buah Luis yang mengikuti Clara, mereka melihat Clara masuk ke sebuah gang, lalu mengejar. Gang itu cukup panjang, dan ada beberapa belokan, dari kejauhan mereka mendengar suara tangisan anak kecil yang menangis dengan keras.Akhirnya, setelah melewati beberapa kelokan, mereka menemukan Hugo menangis sendirian. Tidak lama berselang, Luis pun tiba, ia sangat marah melihat anaknya diperlakukan seperti itu.“Cepat kejar dan tangkap perempuan gila itu, jangan sampai lolos!” perintah Luis sambil mendekap putranya.“Bagaimana, Luis?” tanya Raul yang tiba tidak lama setelahnya.“Dia meninggalkan anakku sendirian di sini, lalu kabur.” Luis berkata dengan kesal, Raul mengamati lokasi sektitar.“Kalau tidak salah, gang ini menuju ke sebuah jalan raya, jadi biasa digunakan orang-orang sebagai jalan pintas, kalau menggunakan mobil harus berputar untuk sampai di jalan raya depan.”Raul menjelaskan, sedangkan Luis berusaha menenangkan putranya. “Orang-orangku se

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 135. Melarikan Diri

    “Tutup mulutmu perempuan jalang! Dasar sampah! Tidak tahu malu!” Terdengar teriakan keras dari arah luar yang memotong kata-kata Clara, sehingga wanita itu menggantung kalimatnya. Seketika perhatian semua orang tertuju ke arah pintu di mana sumber suara itu berasal.Tidak lama berselang seorang pria berpostur tinggi masuk dengan langkah panjang, diikuti beberapa lelaki lain yang mengiringinya. Terlihat kemarahan di wajahnya. Tatapannya tajam ke arah Clara yang tercengang, wajah perempuan itu memucat, tubuhnya bergetar ketakutan.“Ka-kamu…” Suara Clara terbata-bata, namun lelaki itu langsung menarik Clara dan menamparnya dengan keras.“Aku tidak masalah kalau kau menjual dirimu, perempuan sampah. Tapi aku tidak akan membiarkan kau menjual putraku!”Luis segera menoleh kepada Elena dan Mario, lalu mengatupkan kedua tangannya.“Saya mohon maaf nyonya dan tuan-tuan semua, saya ingin mengonfirmasi bahwa Hugo adalah putra kandung saya, Luis Gonjalez. Hasil DNA yang ditunjukan perempuan sampa

DMCA.com Protection Status