Share

Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga
Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga
Penulis: El Hawra

Bab 1. Pesta Membawa Luka

“Untuk apa kamu berdandan seperti itu, Elena?!”

Suara dingin Raul yang berdiri acuh tak acuh terdengar dari arah belakang. Pria berusia 30 tahun itu memiliki wajah tampan yang mampu menghipnotis setiap wanita. Namun sayang, wajah rupawan itu terlihat dingin. Seulas senyum pun tidak pernah terlukis di sana. 

Setidaknya, itulah yang dirasakan Elena selama tiga tahun hidup bersama Raul.

Keduanya memang terikat dalam sebuah pernikahan yang terjadi karena keterpaksaan.

Saat itu, Nyonya Besar Mendez yang merupakan nenek Raul bertemu dengan Elena yang bekerja di sebuah toko pakaian dan aksesoris. Seperti biasa, ia dengan sabar membantu dan melayani pelanggan. Tapi siapa sangka, sang nenek pun sangat menyukai Elena dan terobsesi untuk menikahkannya dengan sang cucu, Raul Mendez?

“Apa? Menikahi gadis pelayan toko yang terlihat kuno dan kampungan itu? Cantik sih cantik, tapi ... apa tidak ada wanita lain yang lebih berkelas?” ucap Raul kala itu.

Pria itu berkeras menolak. Dari mulai secara halus, hingga terang-terangan. Namun, sang nenek bergeming pada keputusannya.

Raul harus menikahi Elena!

Hal ini membuat Nyonya Victoria Mendez, ibu kandung Raul, turun tangan.

Nyonya Victoria berusaha membujuk dan meyakinkan ibu mertuanya kalau Elena tidak pantas menjadi istri Raul.

Namun, kuasa Nyonya Besar Mendez tak terbantahkan. Wanita tua itu bahkan langsung mengancam akan mencoret Raul sebagai ahli waris Mendez jika ia tidak mau menuruti keinginannya, menikahi Elena.

Sayangnya, Elena baru tahu semua itu saat sudah masuk sebagai menantu keluarga Mendez. 

Ia harus menghadapi perlakuan dingin dan tidak peduli dari sang suami. Bukan hanya itu, perlakuan ibu mertua dan para pelayan pun memandang Elena sebelah mata, bahkan Elena harus mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, layaknya pembantu.

Perlakuan dingin mereka membuatnya ingin kabur, tetapi ia tak tega pada sang nenek yang sangat menyayanginya dan memperlakukan Elena seperti cucunya sendiri. Bahkan, Elena pun dididik bagaimana bersikap selayaknya wanita terhormat dari keluarga Mendez.

Jadi, Elena menjalani semuanya dengan tenang. Ia mengingat nasihat sang nenek  untuk bersabar menghadapi Raul karena pada dasarnya pria itu memiliki hati yang baik.

Dan memang benar, Raul tidak pernah bersikap kasar kepada Elena meskipun sikapnya dingin dan acuh.

Elena sendiri telah jatuh cinta pada pria tampan itu, terutama setelah menghabiskan malam pertama dengannya. 

“Raul ...” ucap Elena lembut. Tak lupa seulas senyum manis terukir menghiasi wajah cantiknya. “Bukankah hari ini ulang tahun mama?”

“Benar. Lalu, apa hubungannya denganmu? Dan siapa yang menyuruhmu berdandan seperti ini?!” tegas Raul.

Deg!

Kali ini, Elena terkesiap. Malam ini akan digelar pesta ulang tahun nyonya Victoria, ibu kandung Raul.

Sebagai istri Raul, bukankah hal yang wajar jika ia sedikit berhias untuk mendampingi nyonya Victoria, sebagai nyonya rumah yang akan menyambut para tamu?

Tetapi mengapa Raul terlihat tidak suka melihat Elena berdandan, padahal ia hanya berhias sekedarnya, tidak terlalu mencolok.

“Raul, aku ....”

Toktoktok!

Suara Elena menggantung di udara ketika pintu kamar tiba-tiba diketuk. Seorang wanita paruh baya dengan mengenakan seragam pelayan masuk.

Wanita itu memberi hormat lalu memberitahu Raul jika ia telah ditunggu di ruang pesta.

Raul pun segera berbalik meninggalkan Elena di sana. 

"Kamu sedang apa di sini, Elena? Para tamu mulai berdatangan. Kita akan sangat sibuk malam ini. Jadi cepatlah bantu di dapur!"  Kepala Pelayan di kediaman Mendez berucap sinis padanya dan segera melangkah meninggalkan Elena.

Namun kemudian, dia berhenti dan berbalik menatap Elena dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Hey Elena! Mengapa kamu berpenampilan seperti ini? Apa kamu pikir mereka akan menganggap dirimu sebagai nyonya rumah? Sebagai Nyonya Raul Mendez?"  Kepala pelayan itu menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum mengejek.

"Apa yang salah? Aku adalah istri sah Raul," kilah Elena.

"Sudahlah, Elena. Cepatlah ke dapur seperti biasa dan layani para tamu!" perintah  wanita itu sambil berjalan meninggalkan Elena yang termangu sendirian.

Elena hanya bisa menghela napas. 

Ia segera melangkah menuju ruang utama. Ruangan itu semakin ramai; terdengar derai tawa para tamu yang hadir.

Mereka semuanya adalah anggota keluarga Mendez dan rekan-rekan Raul serta Nyonya Victoria.

Elena berdiri dan menyaksikan perayaan itu, tetapi tidak ada seorang pun yang menganggapnya.

Nyonya Victoria melirik ke arah Elena, tetapi wanita itu mengabaikannya. Ia segera mengalihkan perhatiannya kepada tamu-tamu lain.

"Selamat ulang tahun, Mamá. Semoga panjang umur." Elena tersenyum sambil mengucapkan selamat kepada ibu mertuanya, Nyonya Victoria hanya mengangguk pelan.

"Layani para tamu dengan baik, Elena!"

Sebagai sebuah perintah, nyonya Victoria berkata dengan pelan namun cukup jelas untuk didengar oleh telinga Elena.

Lagi, dia diperintahkan untuk melayani di sana.

Elena hanya bisa mengangguk.

Ia segera berbalik untuk kembali ke ruang dalam, namun pandangannya terhenti di salah satu sudut  ruangan. Raul sedang mengobrol dengan seorang wanita yang masih kerabat jauh Nyonya Victoria.

Hanya saja, mereka berdua terlihat akrab dan hangat?

Elena sampai terperanjat melihat sikap suaminya. Raul bisa tersenyum dan tertawa dengan bebas dan santai, yang sangat kontras ketika berbicara dan berhadapan dengannya. Alih-alih tertawa, tersenyum pun tidak pernah. Kalaupun dia berbicara, hanya seperlunya saja dengan nada dan sikap yang dingin dan acuh.

Hati Elena seketika terasa nyeri....

"Elena, bawakan minuman-minuman ini untuk para tamu," perintah kepala pelayan sambil menyerahkan nampan berisi gelas-gelas minuman. Elena tak bisa menolak, ia  hanya bisa menerima nampan itu.

Perlahan, Elena mengedarkan gelas-gelas itu kepada para tamu. Namun, pandangannya tidak pernah lepas dari Raul dan wanita yang bersamanya. Dan ketika hanya tersisa satu gelas di atas nampan, Elena berbalik untuk kembali.

Akan tetapi, wanita yang bersama Raul mendadak memanggilnya. "Pelayan! Berikan gelas itu!"

Elena kembali menghela napas dalam. Ia pun segera berbalik menghadap wanita cantik dengan dandanan dan perhiasan yang cukup mencolok itu lalu menyodorkan nampan kepadanya.

"Apakah kamu tidak ingin minum, Raul?"

Terdengar  suara genit wanita itu sambil  mengambil gelas  dari atas nampan.

"Tidak, aku tidak haus. Kamu saja yang minum. Hati-hati minumnya ya, jangan sampai tersedak karena kamu gugup menatapku."

Raul menjawab sambil tersenyum pada wanita di depannya.

Mereka berdua tertawa dan bercanda tanpa menghiraukan Elena.

Elena mengepalkan tangannya melihat itu.

Segera dia berbalik, menahan hatinya yang sakit.

Sayangnya, terpaan gelombang besar yang bergejolak dan berkecamuk di dalam dadanya membuat Elena tidak fokus, sehingga membuatnya kehilangan keseimbangan, tak ayal, Elena terjatuh.

"Argh!"

Spontan, Elena berteriak. Namun sebelum tubuhnya menyentuh lantai, dia merasakan sebuah tangan yang kuat menahannya.

Elena sedikit lega karena mengira itu adalah Raul. Akan tetapi, ia harus menelan kekecewaannya saat mendengar suara seseorang yang menopangnya.

"Anda baik-baik saja, Nona?" Seorang pria tersenyum sambil membantu Elena berdiri. "Ya, Tuan. Saya tidak apa-apa, terima kasih."

Elena mencoba tersenyum pada pria itu. Ia melirik ke arah Raul, yang juga melirik ke arahnya dan menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin.

Entah apa maksud tatapan itu, yang jelas Elena langsung menarik diri dan bergegas masuk ke dalam kediaman Mendez.

Diletakkannya nampan di atas meja dan berlari ke kamarnya.

Bahkan, teriakan kepala pelayan yang memanggil-manggilnya tak lagi ia hiraukan.

Elena langsung menjatuhkan diri ke tempat tidur.

Air matanya tak terbendung lagi. Ia menangis tersedu-sedu.

Hatinya teramat perih karena selama ini dia telah bertahan dan melayani suaminya dengan sepenuh hati. Dia selalu berharap bahwa ketulusan dan pengabdiannya pada Raul dan keluarganya akan mampu menggerakkan hati pria itu. Tapi, sepertinya dia salah.

Kriet!

Terdengar suara pintu dibuka.

Elena masih terisak, tapi dia bisa mendengar langkah kaki mendekat. Ia mengenali langkah kaki Raul Mendez, pria yang telah bersamanya selama tiga tahun terakhir.

"Untuk apa kamu ada di sana, Elena? Pesta itu bukan untukmu!"

Deg!

Elena terdiam. Kata-kata Raul terdengar sangat tajam menusuk hatinya.

Bagaimana bisa seorang suami dengan kejam mengucapkan kata-kata itu kepada istrinya?

Memang apa yang salah dengan kedatangannya dan mengucapkan selamat ulang tahun kepada ibu mertuanya?

Ketika pertanyaan demi pertanyaan berputar-putar di kepala Elena, tiba-tiba ia mendengar suara dingin Raul lagi. "Elena, ada yang ingin aku sampaikan padamu."

Sambil berkata, Raul mengeluarkan sesuatu dari saku mantelnya dan menyerahkannya kepada Elena.

"A-apa ini, Raul?"

"Mari kita berpisah."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
kalifia
lanjut....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status