“Aaaa!” Cindy tak sengaja berteriak kala merasakan jantungnya berdegup kencang.
Matanya melirik ke kaca spion melihat bayangan mobil mewah merah yang mendekat dengan kecepatan mengerikan. "Rendy, mereka semakin dekat! Apa yang harus kita lakukan?" paniknya. "Tenang, Cindy. Aku akan mengatasinya." Suaranya tenang, namun ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan. Dia menambah kecepatan, mencoba menghindar dari kejaran gila Hezkil. Hal ini membuat Hezkil, di dalam mobil mewahnya, merasakan adrenalin mengalir deras. Angin yang masuk melalui jendela yang sedikit terbuka membawa aroma laut yang asin. Namun, dia tidak peduli. Semangat bertemu Naga Perang dan keinginannya untuk menghancurkan Rendy melebihi segalanya. Sementara itu, Tristan yang melihat ekspresi gila Hezkil, merasa ketakutan sekaligus kagum. "Lakukan, Hez! Tunjukkan padanya siapa yang berkuasa!" Tak lama, mobil mewah merah ini mendekat, jaraknya hanya beberapa meter lagi. Hezkil menyiapkan diri untuk benturan. "Ini untuk Naga Perang!" teriaknya. Suara mesinnya menderu seperti auman singa yang siap menerkam mangsa. Hanya saja, sebuah kilatan cahaya mendadak menerpa mata Hezkil dari arah berlawanan. Sebuah truk besar muncul di tikungan, membunyikan klakson panjang dan keras. Tin!!!! "Hati-hati!" teriak Tristan, panik. Sementara itu, Rendy, dengan refleks luar biasa, membanting kemudi ke kiri, menghindari tabrakan dengan mobil Hezkil. Mobilnya tergelincir sedikit di jalan basah, tapi dia berhasil mengendalikan kembali. Hanya saja, mobil Hezkil yang sudah terlalu dekat, tidak sempat menghindar sepenuhnya dan menabrak bagian belakang truk besar. Brak! Suara benturan keras menggema di udara malam. Mobil mewah merah ini terhuyung dan berhenti. Bagian depannya hancur dan asap mulai keluar dari kap mesin. Hezkil dan Tristan terdiam sejenak, terkejut dan panik. “Rendy!” Di dalam mobilnya, Cindy menangis terisak, sementara Rendy menenangkan dirinya, menyadari bahwa mereka selamat dari maut. "Tenang, Cindy. Kita selamat … kamu bisa tenang sekarang! Kedua berandalan itu tidak akan mengejar kita lagi!" ucapnya, mengusap rambut sang istri. ***** Di sisi lain, Zackarian Wu, yang lebih dikenal sebagai Zack Wu, menatap layar televisi yang menampilkan berita tentang kembalinya Naga Perang. Taipan muda yang akan menguasai Kota Kartanesia dan Underground City di Khatulistiwa, sungguh mengusik rasa penasarannya. Dulu, melalui salah satu Elemental Naganya, Katrin Chow, perusahaannya ditolong. Jadi, Zack Wu merasa berhutang budi kepada Naga Perang, yang menghilang setelah membantu memajukan perusahaannya. Malam ini adalah kesempatan untuk berterima kasih langsung kepada Naga Perang sekaligus memohon bantuannya sekali lagi. Sambil menyimak berita tersebut, tangannya juga sibuk menggulir layar ponsel termahal edisi khusus berlapis emas, salah satu dari lima buah yang ada di Negeri Khatulistiwa. Zack berencana memberikan ponsel serupa kepada Naga Perang sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih karena telah menolongnya dari kebangkrutan di masa lalu. Naga Perang adalah harapan terakhirnya untuk menyuntikkan dana ke Wu Corporation, yang sedang mengalami krisis keuangan akibat nilai saham yang anjlok. Perusahaannya terancam turun ke Grade C jika tidak segera mendapatkan suntikan dana dari Grup Pemodal Sembilan Naga Sakti yang dipimpin oleh Naga Perang atau dari Serikat Dagang dan Industri Khatulistiwa. Untuk itu, Zack harus memastikan segala sesuatunya siap di Underground City agar tidak ada kesalahan saat menyambut kembalinya Naga Perang. Namun, ponsel emasnya berdering, menampilkan nama Hezkil Wu, anak kesayangannya. "Ayah, aku sudah dipermalukan oleh orang miskin sampai mobilku hancur!" terdengar suara Hezkil dengan nada marah dan frustasi. Deg! "Siapa yang berani mempermalukan Keluarga Wu akan menerima akibatnya! Ayah akan memeriksa kamera lalu lintas untuk melihat siapa yang telah berani mempermalukan kita!" teriak Zack, marah. "Terima kasih, Ayah! Mobilnya MBenz putih! Semoga Ayah bisa mematahkan kedua kaki dan tangan si brengsek itu!" kata Hezkil dengan nada penuh dendam sebelum ayahnya mematikan ponsel emasnya. "Ryan, segera periksa kamera lalu lintas untuk menemukan pemuda brengsek yang mengendarai MBenz putih yang telah berani mempermalukan putraku!" perintah Zack Wu kepada asistennya. Sebagai sosok berpengaruh di Underground City, Zack Wu tidak akan kesulitan mengakses rekaman kamera lalu lintas yang memantau setiap kendaraan yang melintasi jalan-jalan besar di Khatulistiwa. Tak butuh waktu lama, Ryan pun kembali dengan wajah pucat pasi. Dia tahu bagaimana kekejaman Zack Wu terhadap bawahannya yang gagal melaksanakan tugas. "Maaf, Tuan Wu ... tidak satu pun kamera lalu lintas berhasil memotret mobil Mbenz putih yang menghancurkan mobil Tuan Muda, apalagi wajah pengemudinya," kata Ryan dengan suara gemetar. "Bagaimana mungkin mobil yang melaju kencang tidak bisa dipotret oleh kamera lalu lintas? Apa gunanya kamera itu dipasang? Apakah kamu yang tidak becus bekerja?" Zack Wu bertanya dengan wajah yang penuh kemarahan. "Ada teknik Blind Spot untuk menghindari kamera lalu lintas, Tuan Wu! Sepertinya pengemudi mobil ini sangat terampil, mampu menyembunyikan mobilnya di antara kendaraan lain... hanya pilot pesawat tempur yang mampu melakukan teknik seperti ini untuk mengelabui musuh," jelas Ryan, berusaha mempertahankan dirinya dari amarah Zack Wu. Mata pria tua itu membelalak. "Pilot pesawat tempur, katamu? Apa kamu yakin kalau teknik Blind Spot ini hanya bisa dilakukan oleh pilot pesawat tempur! Siapa sebenarnya pemuda brengsek itu?" tanya Zack Wu sambil melihat ke layar televisi besarnya yang kini sedang menampilkan Naga Perang dari belakang.Sementara itu, Cindy Huang menarik napas panjang. Lolos dari maut tetap saja membuat dirinya sulit mengendalikan diri. Hanya saja, satu pertanyaan mengusiknya saat ini. "Dari mana kamu belajar menyetir sehebat itu? Aku jadi merasa tidak mengenalimu lagi, Rendy!" ujarnya dengan wajah penasaran. Sungguh, suaminya sangat mahir mengemudikan mobil mewah. Padahal, setirannya agak berbeda dengan mobil biasa. "Kamu masih ingat kedai roti dan kue milik kakekmu, tidak?” Alih-alih menjawab, Rendy justru bertanya tiba-tiba. Hal ini membuat Cindy membelalak. "Kok kamu tahu kalau aku dulu sering berada di kedai makanan kakek?" Masa kecilnya memang lebih banyak dihabiskan di kedai roti dan kue milik kakeknya yang dahulu ada di jalanan yang sedang mereka lewati. Wajah penasaran Cindy membuat Rendy tersenyum. Dulu, Naga Perang bukan siapa-siapa. Dia hanyalah pembunuh bayaran yang sangat terlatih dan selalu sukses melaksanakan tugasnya. Namun suatu hari, terjadi pengkhianatan di organisa
Berbeda dengan Hezkil yang kebingungan, Cindy sudah jauh lebih tenang. Putri keluarga Huang itu kini turun dengan anggunnya di depan Butik Channel yang menjadi favoritnya. Seorang petugas Valet pun menghampiri Rendy di mobil. "Mas, biar aku bawa mobil ini ke tempat parkir khusus!" "Biar petugas Valet yang parkirkan mobilnya, Ren ... kamu ikut masuk saja!” ujar Cindy. "Beruntung sekali sopir ini ... sudah pakaiannya lusuh seperti itu, majikannya begitu baik pada dirinya," gerutu petugas Vaalet sambil mengambil alih mobil MBenz dari tangan Rendy. Tampilan mewah sudah terlihat di halaman depan butik yang hanya bisa dikunjungi oleh orang-orang kaya ini. Begitu masuk ke dalam butik, hawa dingin dan wangi aromatherapy langsung menerpa Rendy membuatnya agak mual. "Selamat datang Nona Cindy!" sapa gadis penjaga butik yang berada di meja kasir sambil sedikit membungkukkan tubuhnya. Namun, wangi parfum murahan yang menusuk hidung langsung tercium dan menerpa hidung Rendy. HAA
Tadi, Katrin Chow mendapat kabar kalau Naga Perang sedang berada di Kota Buitenzorg dan sedang menuju ke kawasan butik ternama di kota tersebut. Namun, ponsel Naga Perang sepertinya dimatikan, sehingga Katrin Chow kesulitan menghubungi pemimpinnya ini. Rasa cemas membuatnya segera menyusul ke Kota Buitenzorg dan memasuki Butik Channel. Terlebih, ada yang hendak dibicarakannya secara langsung kepadanya. Tapi, siapa sangka Katrin justru melihat Naga Perang tengah diseret oleh Sekurity Butik? Butik-butik terkenal yang berseliweran di sepanjang jalan yang menjadi pusat fashion ini dimiliki oleh perusahaan yang berada di bawah pimpinan Naga Perang. Jadi, orang yang tengah diseret-seret oleh Sekurity Butik ini adalah pemilik Butik Channel juga!Kenapa Naga Perang diam saja diseret seperti itu? Katrin Chow sudah hendak menjelaskan siapa Rendy, tapi kerlingan mata sang atasan membuatnya berbalik mengatur siasat lainnya. "Kenapa kalian bertindak kasar terhadap pelanggan? Tidak bole
Hanya saja, Rendy justru memandangi kartu bergambar Naga dengan tulisan angka 9 itu dengan ekspresi bingung. "Apa ini?" tanyanya. Selama menjadi Naga Perang, dia tidak pernah mendengar tentang kartu khusus seperti ini. Katrin Chow lantas tersenyum penuh arti. "Ini Kartu Black Dragon, juga dikenal sebagai Kartu Sembilan Naga! Tuan Muda pasti sudah pernah mendengar tentang kartu ini, bukan?" Seketika, kenangan Rendy kembali. Dulu, sebelum menghilang, ia memang sempat merancang kartu eksklusif yang bisa digunakan di mana saja dengan limit tak terbatas. Saat itu, ia memimpin Klan Sembilan Naga Sakti yang menguasai bisnis dan perdagangan dunia. "Jadi ini adalah kartu tanpa batas yang aku buat?" tanyanya takjub. "Benar sekali, Tuan Muda. Kartu ini adalah penghargaan untuk Anda. Kita bisa membahasnya lebih lanjut nanti. Aku mohon maaf telah mengganggu Anda. Jika Anda memerlukan bantuan, jangan ragu untuk menghubungiku kapan saja," kata Katrin sebelum meninggalkan butik Channel itu,
Villa di Paradise Hill tampak sangat gemerlap dan bermandikan cahaya malam purnama. Malam ini adalah pesta ulang tahun Vera Huang. Semenjak sore, halamannya sudah dipenuhi tamu undangan. "Semoga Mama selalu diberkati, panjang umur, dan sehat selalu!" ucap Cindy Huang. Vera tersenyum, senang. Terlebih, bayang-bayang akan undangan bertemu Naga Perang juga memenuhi kepalanya. Oleh sebab itu, Vera tiba-tiba berseru, "Aku akan mengabulkan beberapa permintaan dari orang terdekat apabila memungkinkan!" Hal ini jelas cukup mengejutkan tamu undangan yang hadir! "Aku ingin Tas Luis Viton, Bibi Huang!' ucap perempuan cantik berusia paling 18 tahun yang cantik jelita. Kendall Chang, putri dari adik perempuan Vera Huang yang menikah dengan pengusaha kaya yang memiliki Chang Industries and Development, David Chang. "Aku ingin Jam Rlex Emas, Auntie Huang!" Kali ini, sepupu Cindy lainnya yang bernama Alex Huang, menyahut. Ia adalah putra satu-satunya dari adik laki-laki Vera, Stephen Huang.
Di sisi lain, Rendy duduk di bangku taman yang luas milik Keluarga Huang, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk di bawah langit malam yang sejuk. Namun, kesunyian itu terganggu oleh bunyi dering ponsel tua di sakunya. Dengan enggan, dia mengangkat ponsel dan melihat pesan dari Katrin Chow yang muncul di layar. [Salam hormat, Ketua Apa Ketua bisa datang besok pagi ke kantor pusat Wang Industries di Kartanesia? Ada dokumen yang harus Ketua tanda tangani sebagai persyaratan pengalihan jabatan CEO. Helikopter akan kami kirim untuk menjemput Ketua. Atau Ketua ingin dijemput dengan mobil? Jika iya, aku sendiri yang akan menyetir ke sana untuk menjemput Ketua] Rendy menghela napas panjang, menyadari betapa kejadian hari ini menguras energinya. "Hufh! Aku tidak ingin memikirkan apapun saat ini, tapi mungkin perubahan suasana bisa membantu," gumamnya, membiarkan pesan dari Katrin tak terjawab. Matanya melayang ke arah rumah besar itu, mencari sosok yang tak kunjung keluar
"RENDY!" Suara teriakan keras memecah keheningan malam, menghentikan langkah Rendy yang sudah hampir masuk ke dalam Porshe hitam yang menjemputnya. Dia menoleh dengan tenang, meski dalam dirinya, gejolak perasaan mulai muncul. Jessy Liu, yang sudah bersiap menghadapi kemungkinan terburuk, menegang melihat sosok Vera Huang yang penuh amarah dan ancaman terhadap Naga Perang . Namun, Rendy mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Jessy tidak ikut campur. "Ibu... ada apa memanggilku? Bukankah kalian sudah mengusirku dari acara pesta ulang tahun?" tanya Rendy, wajahnya menunjukkan kebingungan yang tenang. Wajah Naga Perang perlahan-lahan kembali lagi ke wajah Rendy yang lugu Vera, dengan sikap yang lebih mirip seorang ibu-ibu yang kesal karena kurang uang belanja, langsung menyemprot Rendy dengan kata-kata kasar. Tubuhnya berkacak pinggang, sementara matanya menyala-nyala penuh amarah. "Bagus sekali kelakuanmu! Baru saja diusir dari Keluarga Huang, sudah berani berselingkuh dengan
"Aku serahkan menantu tak berguna ini padamu, Nona! Aku akan kembali ke pesta ulang tahunku saja!" ujar Vera Huang pada akhirnya.Tadinya dia mengira Katrin Chow khusus datang menghadairi pesta ulang tahunnya, tapi dia salah. Tokoh penting di Khatulistiwa ini malahan terlihat berbicara serius dengan menantu sampahnya. Dia tidak tahu apa hubungan Rendy dengan Katrin, tapi dia juga tidak berani menanyakannya karena kekejaman katrin Chow sangat terkenal di Khatulistiwa.Dia tidak ingin membuat masalah dengan Katrin Chow, yang begitu berkuasa di dunia bisnis Khatulistiwa. CEO Wang Industries ini memiliki kekuatan yang bisa membuat Keluarga Huang hancur dalam sekejap saja.Namun, matanya menatap tajam ke arah Rendy sebelum perlahan mundur–menjauh dari Rendy, seakan merendahkan Naga Perang ini.“Sialan!” maki Katrin Chow dalam hati. Dia memendam keheranan terhadap pemimpinnya yang diam saja meskipun baru saja dipermalukan oleh Vera Huang, tetapi ia tidak berani bertanya kepada atasannya ini
Teror Katrin Chow terus menghantui para demonstran, ibarat semut yang sewaktu-waktu bisa diinjak dan dihancurkan olehnya tanpa ampun. Napas mereka tersengal, keringat dingin mengalir di pelipis meski matahari terik membakar langit Kartanesia."Apa kalian masih ingin menghancurkan Menara Naga Perang?" Suaranya rendah, namun tajam bagaikan bilah pisau yang siap mengiris keberanian mereka. Seketika angin dingin menyelinap di antara kerumunan, bertentangan dengan panas yang membara di udara. Tubuh mereka gemetar, bukan hanya karena hawa yang aneh itu, tapi juga ketakutan yang mengunci hati mereka.Bahkan para petugas keamanan Menara Naga Perang yang berdiri menyaksikan pun mulai merasa ketakutan. Mereka tahu betul betapa mengerikannya kemarahan CEO mereka. Jika Katrin bisa melakukan ini kepada para demonstran, apa yang akan terjadi jika mereka suatu hari menjadi targetnya?Seluruh demonstran saling berpandangan, wajah-wajah mereka pucat pasi, seakan darah telah terkuras dari tubuh mereka.
Katrin Chow melangkah keluar dari Menara Naga Perang, sepatu hak tingginya mengetuk lantai marmer dengan ritme yang tegas. Wajahnya tetap tak terbaca, ekspresi yang ia kenakan seperti topeng batu yang tak tergoyahkan. Begitu ia muncul, terik matahari langsung membakar kulitnya, tapi tak ada tanda ia terganggu. Hembusan angin hanya mengibarkan helaian rambut hitam legamnya, seperti bendera perang yang berkibar di tengah pertempuran.Di hadapannya, jalanan telah berubah menjadi lautan manusia yang bergejolak. Ribuan pengunjuk rasa memadati area, mengacungkan papan tuntutan dengan tangan yang gemetar karena emosi atau mungkin kelelahan. Udara dipenuhi bau keringat dan asap kendaraan yang tertahan akibat kerumunan. Sorak-sorai mereka menggema, kata-kata tuntutan melesat ke udara seperti anak panah yang dilepaskan tanpa ampun.Kata-kata itu berpendar di atas karton dan papan, berayun-ayun di tangan para demonstran yang tampak beringas.KEMBALIKAN DANA INVESTASI KAMI!TURUNKAN NAGA PERANG!
Langit Kartanesia menggantung kelabu, awan pekat menggumpal di atas menara-menara pencakar langit. Angin berembus dingin saat Vera Huang keluar dari mobil mewahnya, tumit runcing sepatunya mengetuk lantai marmer dengan ketukan tajam yang memantul di udara. Gaun merah darah yang membalut tubuh rampingnya berkibar sedikit saat ia berjalan dengan penuh percaya diri, namun ekspresi wajahnya kontras dengan penampilannya yang elegan—kening berkerut, rahang mengeras, dan mata berkilat tajam penuh kemarahan."Beraninya mereka menarik kembali investasi 250 miliar dari Wang Industries!" gerutunya dalam hati, tangannya mencengkeram erat tas bermerk yang tergantung di lengannya.Menara Naga Perang berdiri menjulang megah di hadapannya, kaca-kaca reflektifnya seakan mengejeknya, memantulkan bayangan seorang wanita yang saat ini dipenuhi amarah. Begitu ia melangkah mendekati pintu masuk, tiga petugas keamanan yang telah mendapat instruksi khusus bergerak cepat, membentuk barisan penghalang. Mata me
Pagi itu, Red Lotus Club terasa lebih sunyi dari biasanya. Matahari baru saja muncul di ufuk timur, mewarnai langit dengan semburat jingga keemasan. Rendy duduk di salah satu sudut ruangan VIP, tangannya menggenggam secangkir kopi hitam yang masih mengepulkan uap. Pikirannya berkecamuk, memikirkan pertemuan yang sebentar lagi akan terjadi.Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar mendekat. Pintu terbuka, dan satu per satu anggota Elemental Naga mulai memasuki ruangan.Kristin datang pertama, mengenakan mantel panjang dengan ekspresi penuh kewaspadaan. Matanya menatap tajam ke arah Rendy, seolah menuntut jawaban sebelum ia sempat mengucapkan sepatah kata pun.“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi, Jenderal?” tanya Kristin, menyilangkan tangan di depan dada.Tak lama, Katrin Chow muncul dengan gaya santainya, mengenakan jaket kulit dan menyesap bubble tea yang entah dari mana ia dapatkan. “Tumben banget kita dikumpulkan. Biasanya kalau kayak gini, ada sesuatu yang besar, kan?”Renat
Rendy masih terpaku di tempatnya, matanya tak lepas dari sosok Clara yang perlahan menghilang di balik kabut malam. Langkah gadis itu terdengar samar, seolah setiap jejaknya membawa pergi sesuatu yang berharga dari hati Rendy. Napasnya tertahan, dadanya terasa sesak. Ia mengepalkan tangan, berusaha meredam emosi yang bergolak dalam dirinya.Setelah beberapa detik yang terasa begitu panjang, ia menghela napas dan merogoh saku jasnya. Ponselnya dingin di genggaman, tetapi pikirannya lebih dingin lagi. Tanpa ragu, ia menekan sebuah nomor yang sudah lama tersimpan, menunggu panggilan tersambung.“Halo, apa ini masih nomor Kristin?” suaranya terdengar tegas, meskipun ada sedikit ketegangan di baliknya.Di seberang sana, terdengar suara wanita yang sudah lama tak ia dengar.[Jendral Wang, ada keperluan apa meneleponku? Apa ada misi baru lagi untuk Elemental Naga?]Rendy menatap lurus ke depan, sorot matanya tajam. “Bisa kita ketemu besok di Red Lotus? Ada yang ingin aku tanyakan padamu.”Se
Clara menatap tajam ke arah Rendy, matanya menyala dengan amarah yang tak tertahankan. "Jangan kau kira tindakanmu ini akan mengubah kebencianku padamu!" suaranya dingin, nyaris menggigit, tanpa sedikit pun nada terima kasih.Rendy menghela napas panjang, mencoba memahami kekerasan hati Clara. Wajahnya dipenuhi kebingungan, tetapi suaranya tetap tenang. "Aku terus mencarimu, Clara! Buat apa aku membunuhmu? Apa untungnya bagiku?" katanya, menatapnya lekat-lekat, mencari celah di balik tatapan penuh kebencian itu.Clara menyilangkan tangan di dadanya, dagunya sedikit terangkat, menegaskan keangkuhannya. "Aku tidak percaya padamu! Aku datang untuk memperingatimu. Berhenti mencari Kekuatan Tertinggi, atau kami akan menghancurkanmu!" suaranya bergetar, bukan karena takut, melainkan karena tekad yang membaja.Rendy mengernyit. "Kekuatan Tertinggi? Apakah organisasi itu yang membuatmu membenci aku?" tanyanya, mencoba menelisik lebih dalam.Clara tak menjawab. Dengan santai, ia melangkah ke b
Rendy menatap tubuh wanita yang berdiri di tengah kekacauan Klub Red Lotus. Gaun merahnya berkibar pelan, seolah ikut menari bersama cahaya lampu temaram yang berpendar di langit-langit. Aroma alkohol, asap rokok, dan keringat bercampur menjadi satu dalam udara yang berat. Mata Rendy menyipit, mengamati siluet wanita itu."Kenapa aku merasa mengenalnya?" pikirnya, langkahnya perlahan mendekat."Nona, ada masalah apa sampai kamu mengacau di Klub Red Lotus ini?" tanyanya dengan suara tenang namun penuh kewaspadaan.Plok! Plok! Plok!Tepukan tangan menggema, menggantikan hiruk-pikuk yang sempat mereda. Wanita bergaun merah itu tetap membelakanginya, tubuhnya tegak, aura misterius menguar dari setiap gerakannya."Apa kita perlu memanggil bantuan, Tuan Muda?" suara manager klub terdengar penuh kehati-hatian."Tidak perlu! Aku bisa mengatasinya sendiri!" Rendy menjawab, tetap melangkah maju.Sebuah tawa kecil menggema, renyah namun menusuk."Hihihi ... selamat datang, Jendral Wang!"Suara i
Tok! Tok! Tok!Suara ketukan di pintu menggema di dalam ruangan, menginterupsi atmosfer hangat yang tercipta antara Rendy dan Jessy. Rendy yang duduk di sofa menoleh dengan malas, sementara Jessy menghela napas panjang, kesal karena momennya terganggu."Siapa?" tanya Jessy, suaranya tajam, penuh ketidaksabaran.Pintu terbuka sedikit, memperlihatkan wajah pucat seorang pria berseragam hitam. Ia adalah manager klub, tampak gelisah, peluh mulai bercucuran di pelipisnya."Gawat, Chief! Ada sedikit masalah di Klub!" katanya dengan suara bergetar. Matanya sekilas melirik ke arah Rendy, lalu cepat-cepat menunduk saat melihat ekspresi tajam pria yang dikenal sebagai Naga Perang—sosok legendaris di dunia gelap Khatulistiwa.Jessy melipat tangan di dadanya, wajahnya penuh kejengkelan. "Masalah kecil saja tidak bisa kamu tangani! Bagaimana kamu bisa mempertahankan jabatanmu?"Seakan darahnya terkuras, wajah manager itu semakin pucat. Ia menelan ludah, tidak berani menatap Jessy."Apa yang terjad
Dalam keheningan yang hanya diisi suara dengungan komputer, Jessy menatap layar dengan penuh konsentrasi. Cahaya biru dari monitor memantul di wajahnya yang tegang, memperlihatkan garis-garis kelelahan yang tersembunyi di balik sorot matanya yang tajam. Jari-jarinya menari di atas keyboard, sesekali berhenti untuk meneliti setiap baris kode dengan seksama. Rendy berdiri di belakangnya, tubuhnya tegang seperti kawat yang ditarik kencang, matanya tak berkedip menatap layar holografik yang terus berubah di hadapan mereka."Aku menemukannya," bisik Jessy, suaranya bergetar oleh ketegangan yang nyaris tak tertahankan. "Ada lokasi yang tersembunyi dalam sistem mereka... Ini bukan sekadar markas biasa, Ketua. Ini pusat dari segalanya."Rendy mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Ada api yang menyala di matanya, kemarahan yang selama ini ia pendam akhirnya menemukan bentuknya. "Di situlah ibuku disekap?" tanyanya dengan suara yang nyaris bergetar.Jessy menoleh padanya, menatap dalam-dal