Langit Negeri Malam menggantung redup di atas pelabuhan udara itu. Kabut tipis mulai menyelimuti jalanan saat Rendy dan keempat Penjuru Angin melangkah keluar dari terminal. Jalan-jalan di Dark City tampak sibuk, tapi sepi dari tatapan awam terhadap kelompok kecil yang begitu tenang namun mengintimidasi.Namun ketenangan itu hanya bertahan sekejap.Ledakan mendadak mengguncang sisi timur bangunan parkir bandara. Rendy refleks memutar tubuh, tangan kanannya otomatis menyentuh gagang Pedang Kabut Darah yang disimpannya di Cincin Ruang. Suara alarm meraung. Asap dan puing beterbangan, membungkus langit dengan abu hitam dan percikan api.Dari balik kabut itu, sosok-sosok berjubah hitam menyembul. Mereka bergerak dengan kecepatan abnormal—seolah meluncur di udara. Mata mereka tertutup topeng setengah wajah, membawa senjata api dan belati yang seolah menyatu dengan tangan mereka. “The Killer…” gumam Laras dengan sorot dingin.Ia mengenali anggota The Killer yang akan membunuh tanpa meningg
Sistem Cahaya dan Energi : Surya BuatanNegeri Malam tidak mengenal matahari alami. Langit mereka selalu diselimuti mendung hitam pekat yang abadi akibat peristiwa besar bernama Perang Langit Tertutup, sebuah konflik kuno yang menyebabkan langit di wilayah ini kehilangan sinar alami.Sebagai gantinya, mereka menciptakan Energi Surya, bola cahaya buatan yang mengambang di langit. Ini adalah teknologi campuran antara rekayasa energi dan sihir kuno yang ditambatkan pada rangkaian kristal hitam di menara-menara penjaga. Cahaya ini hangat namun steril, tidak pernah benar-benar bisa mengusir rasa dingin yang terus mengendap di kulit dan hati.Banyak penduduk percaya bahwa cahaya palsu ini menyimpan jiwa-jiwa dari para penyihir tua yang dikorbankan demi menciptakannya.Arsitektur dan Tata Kota: Keindahan dalam KegelapanKota-kota di Negeri Malam dibangun menjulang tinggi dengan gaya gothic futuristik—menara hitam mengilap, jembatan melengkung di antara bangunan, dan taman-taman violet bercah
Laras melangkah maju dengan mata menyipit. “Kau sadar apa yang kau katakan barusan, Rendy? Sheila Tanoto tidak mungkin mau bergabung denganmu! Ia menyuruh kami menjemputmu hanya karena ia penasaran dengan tujuanmu menemuinya. Ia tidak mau kamu tewas oleh Kakak sulungnya, Sang Pewaris Negeri Malam yang masih bersembunyi!”Lintang menambahkan dengan nada penuh tekanan, “Dan lebih dari itu… dia sangat membencimu.”Rendy menatap mereka satu per satu, lalu mengalihkan pandangannya ke arah puing bangunan tempat The Killer sempat menghilang. “Justru karena itu aku datang padanya. Hanya orang yang pernah jatuh sejatuh-jatuhnya yang bisa berdiri dengan kekuatan yang baru. Aku tahu dia belum melupakan sumpah kami di Dunia Paralel.”Namun saat Rendy akan melangkah ke mobil cadangan yang dipanggil Laras dari cincin dimensi, ledakan lain mengguncang jalanan.BOOOM ...!!!Asap membumbung dari bawah tanah—sebuah ranjau sihir aktif meledak, membuat mobil cadangan hancur dalam sekejap. Dari celah-cela
"RENDY!" Teriakan melengking seorang wanita paruh baya seketika memenuhi rumah mewah itu. Rendy Wang yang sedang mengepel lantai sontak mengerutkan kening melihat Ibu Mertuanya yang tampak marah. "Ada apa, Ma?" tanya pria 28 tahun itu, sopan. "Cepat kamu buang air kotor bekas cuci kaki aku dan istrimu! Dasar menantu sampah tak berguna! Mengepel saja begitu lamanya!" hina wanita yang sedang berbaring di Sofa Bed dengan anak gadisnya. Mendengar itu, Rendy pun bergegas mengambil baskom air bekas rendaman kaki ibu mertuanya, disusul baskom air bekas rendaman kaki istrinya. Tak tampak emosi di wajahnya meski diperlakukan tak manusiawi. Hal ini justru membuat Vera–sang mertua–semakin kesal. "Ck! Dasar pria memble! Beruntung Cindy mau menikahimu! Apa yang bisa dilihat dari penampilanmu yang lusuh itu, sih? Menyusahkan saja!" Kali ini, Rendy melihat ke arah Cindy. Ia ingin mengetahui reaksi istrinya itu yang ternyata … mengalihkan pandangan? Brak! "Ngapain kamu lihat-l
Kota Kartanesia, Khatulistiwa.Seorang wanita cantik berumur awal 30-an yang menguasai roda perekonomian negara Khatulistiwa buru-buru membuka telepon genggamnya. Setelah sekian lama, nomor rahasia yang hanya dimiliki “Empat Elemental Naga”--pengikut setia sang Naga Perang mengirimkan sebuah pesan. Katrin Chow langsung tersenyum membaca pesan yang tertera di layar ponselnya. Hanya 3 kalimat, tapi sudah cukup bagi Katrin memahami keinginan Naga Perang yang merupakan bos-nya selama ini. [Siap, Ketua! Tambang Emas di Jayanesia dan Tambang Minyak di Timornesia akan segera beralih nama menjadi milikmu.] [Jabatan CEO Perusahaan Wang Industries juga akan langsung diserahkan kepada Ketua.] [Proses balik nama untuk saham Perusahaan Wang Industries dan Sun City sebesar 75%, segera dilaksanakan] [Selamat datang kembali, Ketua] Tak lama, wanita yang terkenal akan kemampuan ilmu bela diri dan bisnisnya itu, langsung menelepon bawahannya. Ia juga meneruskan pesan sang ketua pada
“Menantu gila! Apa yang Kau lakukan?” teriak Vera, murka. Ia tak mengerti jalan pikiran Rendy. Sejak dulu, selalu menurut. Kenapa sekarang berubah? “Dasar, pria idiot!” timpal James lalu mengeluarkan sebuah undangan, “Apa kau tak tahu undangan ini sulit didapatkan, bahkan oleh keluarga istrimu?” Rendy melirik sinis undangan berwarna merah itu. "Baru undangan kelas menengah saja kamu sudah sombong. Belum tentu tamu undangan kelas menengah bisa bertemu Naga Perang." Wajah James memerah. "Apa yang kamu tahu tentang undangan ini? Undangan merah sudah termasuk bagus untuk perusahaan Grade C!" murkanya. "Aku bisa memberikan undangan emas yang bisa duduk berdampingan dengan Naga Perang kalau keluarga Huang menginginkannya!” balas Rendy, “Jadi, buat apa undangan sampah yang kamu berikan kepada keluarga ini?" “Hahaha!” "Suami tidak bergunamu ini sepertinya sudah gila, Cindy! Kalau Keluarga Huang tak mau undangan ini, bisa aku tarik kembali!" kata James sambil mencoba mengambil
James sempat terkejut dan ketakutan melihat sorot mata tajam Rendy. Namun, ia mengenyahkannya karena mengingat Rendy hanyalah sampah di Keluarga Huang. "Cindy, pakailah gaun pesta yang bagus agar bisa menarik perhatian Naga Perang!' ucapnya sambil melirik mengejek ke arah Rendy, “aku akan menjemputmu nanti.” Setelahnya, James pun pergi ditemani oleh Vera yang mengantarkannya ke depan. Sikap wanita paruh baya itu begitu hormat, berbeda jauh saat menghadapi menantunya. *** "Kamu harus mengendalikan emosimu, Ren ... kalau mau masuk ke dalam bisnis Huang Industries, kamu harus bersikap tenang dan tidak gampang marah!" ucap Cindy kala mereka berdua "Aku tidak suka pandangan matanya yang mesum, yang melecehkanmu, Cin!" "Tenang saja, aku bisa menjaga diri. Oh, iya, aku hendak beli gaun pesta yang pantas untuk aku pakai nanti saat bertemu Naga Perang. Apa kamu bisa menemaniku?" "Tentu saja! Aku dengan senang hati akan menemanimu untuk memilih gaun pesta yang cocok untukmu!' kata Rend
Mobil mewah merah melaju kencang dalam misi mengejar MBenz yang disetir oleh Rendy Wang, seseorang yang dianggap sampah tapi ternyata memiliki talenta luar biasa. Angin kencang menyentuh wajah Hezkil Wu yang bengis, penuh hawa membunuh. "Kurang ajar! Akan kupatahkan kaki dan tangan sampah brengsek itu! Beraninya menghina kemampuanku sebagai pembalap Super Car!" gerutunya. Suaranya bergetar dengan amarah yang mendidih. "Terlalu bagus kalau hanya dipatahkan kaki dan tangannya! Siksa saja dahulu, kemudian buang ke laut setelah mematahkan seluruh kaki dan tangannya, baru puas!" hasut Tristan Liu, duduk kaku dengan wajah pucat di samping Hezkil. Ruang sempit dalam mobil merah ini membuatnya kesulitan bernapas, setiap gerakan terasa seperti beban yang menekan. akhirnya, sesuatu yang ditahan lama terlepas juga ... Duuuut…! Tanpa sadar, Tristan mengeluarkan gas busuk yang langsung mengacaukan konsentrasi Hezkil. "Kamu ini apa-apaan sih? Memalukan keluarga Liu saja!" tegurnya dengan na
Laras melangkah maju dengan mata menyipit. “Kau sadar apa yang kau katakan barusan, Rendy? Sheila Tanoto tidak mungkin mau bergabung denganmu! Ia menyuruh kami menjemputmu hanya karena ia penasaran dengan tujuanmu menemuinya. Ia tidak mau kamu tewas oleh Kakak sulungnya, Sang Pewaris Negeri Malam yang masih bersembunyi!”Lintang menambahkan dengan nada penuh tekanan, “Dan lebih dari itu… dia sangat membencimu.”Rendy menatap mereka satu per satu, lalu mengalihkan pandangannya ke arah puing bangunan tempat The Killer sempat menghilang. “Justru karena itu aku datang padanya. Hanya orang yang pernah jatuh sejatuh-jatuhnya yang bisa berdiri dengan kekuatan yang baru. Aku tahu dia belum melupakan sumpah kami di Dunia Paralel.”Namun saat Rendy akan melangkah ke mobil cadangan yang dipanggil Laras dari cincin dimensi, ledakan lain mengguncang jalanan.BOOOM ...!!!Asap membumbung dari bawah tanah—sebuah ranjau sihir aktif meledak, membuat mobil cadangan hancur dalam sekejap. Dari celah-cela
Sistem Cahaya dan Energi : Surya BuatanNegeri Malam tidak mengenal matahari alami. Langit mereka selalu diselimuti mendung hitam pekat yang abadi akibat peristiwa besar bernama Perang Langit Tertutup, sebuah konflik kuno yang menyebabkan langit di wilayah ini kehilangan sinar alami.Sebagai gantinya, mereka menciptakan Energi Surya, bola cahaya buatan yang mengambang di langit. Ini adalah teknologi campuran antara rekayasa energi dan sihir kuno yang ditambatkan pada rangkaian kristal hitam di menara-menara penjaga. Cahaya ini hangat namun steril, tidak pernah benar-benar bisa mengusir rasa dingin yang terus mengendap di kulit dan hati.Banyak penduduk percaya bahwa cahaya palsu ini menyimpan jiwa-jiwa dari para penyihir tua yang dikorbankan demi menciptakannya.Arsitektur dan Tata Kota: Keindahan dalam KegelapanKota-kota di Negeri Malam dibangun menjulang tinggi dengan gaya gothic futuristik—menara hitam mengilap, jembatan melengkung di antara bangunan, dan taman-taman violet bercah
Langit Negeri Malam menggantung redup di atas pelabuhan udara itu. Kabut tipis mulai menyelimuti jalanan saat Rendy dan keempat Penjuru Angin melangkah keluar dari terminal. Jalan-jalan di Dark City tampak sibuk, tapi sepi dari tatapan awam terhadap kelompok kecil yang begitu tenang namun mengintimidasi.Namun ketenangan itu hanya bertahan sekejap.Ledakan mendadak mengguncang sisi timur bangunan parkir bandara. Rendy refleks memutar tubuh, tangan kanannya otomatis menyentuh gagang Pedang Kabut Darah yang disimpannya di Cincin Ruang. Suara alarm meraung. Asap dan puing beterbangan, membungkus langit dengan abu hitam dan percikan api.Dari balik kabut itu, sosok-sosok berjubah hitam menyembul. Mereka bergerak dengan kecepatan abnormal—seolah meluncur di udara. Mata mereka tertutup topeng setengah wajah, membawa senjata api dan belati yang seolah menyatu dengan tangan mereka. “The Killer…” gumam Laras dengan sorot dingin.Ia mengenali anggota The Killer yang akan membunuh tanpa meningg
Rendy berdiri di ambang jendela kaca yang terbuka lebar, menatap langit jingga yang perlahan memudar menjadi kelam. Di tangannya, sebuah map tebal bertuliskan "Organisasi Naga Hitam" diserahkan kepada Katrin. Ia menatap wanita itu dalam-dalam, seolah menitipkan beban dunia di pundaknya."Tolong telusuri ini lebih jauh. Aku harus pergi," suaranya dalam dan tenang, namun sarat dengan urgensi yang terpendam.Katrin hanya mengangguk. Matanya memantulkan cahaya layar komputer, namun sorotnya penuh dengan kesungguhan."Kau tahu aku tak akan main-main soal ini. Hati-hati, Ketua."Rendy membalas dengan senyum tipis sebelum melangkah pergi, pikirannya sudah melayang ke nama-nama yang telah lama tak ia jumpai—Sheila, Carissa, Selina, dan Seruni. Keempat wanita itu bukan hanya sekadar rekan, mereka adalah Elemental Naga yang pernah menyatu dengannya di Dunia Paralel.Nmun di Dunia Nyata ini mereka adalah musuh besarnya yang pernah konfrontasi dengannya.Berdasarkan informasi tentag keempat wanit
Ruang tamu di kantor Menara Naga Perang terasa dingin meski matahari masih menggantung di langit. Ketegangan melingkupi udara seperti kabut yang tak terlihat. Rendy berdiri tegak di hadapan Vera, matanya menyala tajam seperti bara yang menyala pelan namun pasti. Nafasnya teratur, tapi suara yang keluar dari bibirnya menyimpan gelegak emosi yang ditahan dengan susah payah.“Aku ingin tahu,” katanya, tajam dan tanpa basa-basi, “siapa yang menghubungimu untuk ikut demonstrasi di depan Menara Naga Perang?”Matanya menusuk lurus ke arah Vera.“Jangan coba-coba menyangkal.”Vera mengerjap. Sesaat, bibirnya bergerak seolah hendak menyusun alasan. Tapi tatapan Rendy terlalu dingin, terlalu tegas. Seperti paku yang menghentikan langkahnya untuk berbohong.“A-aku tidak tahu siapa...” ujarnya dengan suara gemetar. Ia memainkan jari-jarinya, menyatukannya lalu melepas, gugup dan tertekan. “Aku hanya menerima telepon, suara laki-laki tak kukenal. Dia hanya... memintaku menyetujui demonstrasi menun
Di pojok ruangan yang remang, Rendy berdiri nyaris tak bergerak. Tubuhnya bersandar santai pada dinding keramik yang dingin dan licin, seperti bagian dari tembok itu sendiri. Cahaya lampu menggoyang pelan, bayangannya menari di dinding seperti sosok arwah yang menunggu saat untuk bangkit. Udara di ruangan itu berat, nyaris menggumpal oleh ketegangan. Saat semua mata akhirnya mengarah padanya—dengan tatapan mencurigai, mencemaskan, bahkan menggertak—Rendy mendorong tubuhnya dari dinding dan mulai melangkah maju. Langkahnya lambat namun pasti, dan setiap hentakan sepatu kulitnya di lantai batu memantul dalam keheningan. Seolah ruang itu menahan napas.Lalu, suara itu terdengar. Datar, rendah, namun tajam dan dingin seperti bilah pisau yang baru dicelupkan ke salju."Baik," katanya, menatap lurus ke arah sosok yang duduk di tengah ruangan. "Sekarang, jelaskan keterlibatanmu dalam demonstrasi ini."Vera mendongak. Ia telah duduk dengan lengan terlipat sejak awal, tapi kini tubuhnya meneg
Menara Naga Perang menjulang bak tombak raksasa yang menusuk langit kota Kartanesia. Dari kejauhan, bangunan itu tampak megah dan tak tergoyahkan, seperti penjaga abadi dari rezim kekuasaan yang disegani. Namun di kaki menara itu, tanah bergetar oleh amarah rakyat.Udara sore yang panas dan berdebu menyesakkan dada. Bau aspal terbakar dan peluh manusia berpadu dalam aroma ketegangan yang mengambang di sekeliling. Ratusan orang berjejal di depan gerbang utama, suaranya membentuk gelombang keras yang menampar dinding-dinding kaca.Polisi juga sudah mulai mengatur para demonstran yang mengamuk agar tidak melakukan tindakan yang merugikan Wang Industries."Turunkan Wang Industries! Hukum si pembunuh!" teriak seorang pemuda dengan suara parau, sementara tangannya menggenggam poster bergambar tengkorak bersanding dengan logo Wang Industries.Kain-kain spanduk berkibar liar, digigit angin sore yang keras, menyuarakan tuduhan keji terhadap konglomerat teknologi itu. Beberapa bahkan masih tern
Rendy menatap emblem berukiran naga hitam yang menggantung di depannya. Ukiran itu begitu detail, setiap sisik dan lekukan tubuh naga tampak begitu nyata, seolah siap menerkam siapa saja yang menantangnya. Namun, ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Matanya menyipit, napasnya tertahan sesaat saat ia mencoba menggali ingatannya."Aku tidak pernah melihat simbol naga hitam ini..." gumamnya, suaranya dipenuhi kebingungan. Ia mengulurkan tangan, jari-jarinya nyaris menyentuh permukaan logam yang dingin.Dari sampingnya, Katrin menatap emblem itu dengan ekspresi tegang. Ia menghela napas sebelum berbicara, seolah mengumpulkan ingatannya yang telah lama terkubur. "Aku baru ingat... Simbol naga hitam ini sangat kuno. Dulu, ada organisasi yang ingin mengatur dunia ini sesuai keinginan mereka. Organisasi ini disebut... Organisasi Naga Hitam."Jantung Rendy berdetak lebih cepat. Ia melangkah mundur, rahangnya mengeras saat kata-kata Katrin menggema di benaknya. "Siapa yang berada di balik Orga
Rendy menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin, matanya seperti dua bongkahan es yang menembus langsung ke dalam hati Vera. Rahangnya mengeras, garis-garis wajahnya tegang. "Kau menuduhku tanpa bukti, Vera. Apa yang sebenarnya kau tahu?" suaranya rendah, hampir seperti bisikan yang berbahaya. Tak ada lagi nada hormat di sana. Rendy bahkan tidak lagi memanggilnya "Mama"—sebuah isyarat nyata bahwa ia telah menghapus status Vera sebagai mertuanya. Vera mengepalkan tangannya, kukunya hampir mencengkeram telapak tangannya sendiri. Matanya berkilat penuh kemarahan, tapi ada sesuatu yang lebih dalam dari itu—ketakutan. Rendy sudah tidak mengakuinya di saat ia tahu kalau menantunya ini sangat kaya dan berkuasa. "Cukup untuk tahu bahwa kau selalu ada di mana kekacauan terjadi!" sergah Vera dengan suara bergetar. "Sejak dulu, Wang Industries selalu memiliki cara untuk menyingkirkan musuh-musuhnya. Dan sekarang? Kau membiarkan ini terjadi di depan mata kita semua?" Dari balik kepulan asap