Kota Kartanesia, Khatulistiwa.
Seorang wanita cantik berumur awal 30-an yang menguasai roda perekonomian negara Khatulistiwa buru-buru membuka telepon genggamnya.
Setelah sekian lama, nomor rahasia yang hanya dimiliki “Empat Elemental Naga”--pengikut setia sang Naga Perang mengirimkan sebuah pesan. Katrin Chow langsung tersenyum membaca pesan yang tertera di layar ponselnya. Hanya 3 kalimat, tapi sudah cukup bagi Katrin memahami keinginan Naga Perang yang merupakan bos-nya selama ini. [Siap, Ketua! Tambang Emas di Jayanesia dan Tambang Minyak di Timornesia akan segera beralih nama menjadi milikmu.] [Jabatan CEO Perusahaan Wang Industries juga akan langsung diserahkan kepada Ketua.] [Proses balik nama untuk saham Perusahaan Wang Industries dan Sun City sebesar 75%, segera dilaksanakan] [Selamat datang kembali, Ketua] Tak lama, wanita yang terkenal akan kemampuan ilmu bela diri dan bisnisnya itu, langsung menelepon bawahannya. Ia juga meneruskan pesan sang ketua pada anggota “Empat Elemental Naga” yang berada di Underground City, Kepulauan Tropis, dan Pegunungan Andesia. Sama seperti Katrin, ketiganya begitu gembira. Akhirnya, sang Tuan Muda Wang yang merupakan penyelamat hidup mereka kembali! Mereka siap membantunya dan mulai menyiapkan kepulangannya. Begitu cepat, hingga hari itu juga kepulangannya membuat semua pengusaha ternama dunia terkejut! Di sisi lain, James Chung tiba di kediaman Huang yang terletak di Perumahan Paradise Hill, dengan penuh percaya diri. Pria dengan pakaian yang mencolok itu melangkah pasti di perumahan elite , Kota Buitenzorg yang hanya dihuni oleh keluarga pebisnis dengan perusahaan yang minimal berada di Grade C. Cindy Huang, wanita tercantik di kota ini yang diam-diam ia cintai, pasti akan didapatkan! Wajahnya semakin cerah kala Vera yang sudah kembali dari salon menyambut kedatangannya. “James!” “Halo, Tante Vera,” ucapnya dan diam-diam menatap nakal ke arah Cindy yang kini di samping ibunya. Hanya saja, tak jauh dari sana, mata James tak sengaja bersitatap dengan pria yang dianggapnya lalat pengganggu! "Hahaha... jadi ini suami sampahmu, Cin?" tanya James sambil menunjuk ke arah Rendy dengan tatapan meremehkan. Cindy merasa marah mendengar hinaan James terhadap suaminya. Namun, ia tak menyangka Rendy tiba-tiba menyahut, "Sampah masih bisa berguna kalau diolah dengan benar! Tapi pemalas sepertimu tidak berguna sama sekali bagi keluarga Chung!" Hal ini membuat semua orang tersentak kaget, terutama James. Bagaimana bisa Rendy mengetahui banyak tentang keluarganya? "Kurang ajar! Beraninya kamu menghinaku? Aku akan menyuruh orang untuk menghajarmu dan mematahkan kakimu agar tidak lancang padaku!" Wajah James memerah menahan amarah dan penghinaan. Ia hendak menampar Rendy, tetapi Vera sudah membentaknya, "Rendy, cepat minta maaf sama James! Tidak pantas kamu berbicara padanya!" "Aku hanya membela diri," tegas Rendy. Kemarahan Vera Huang memuncak mendengar calon menantu emasnya dipermalukan oleh menantu yang sangat dibencinya. "Kamu tetap salah! Menantu sampah sepertimu, sudah tidak pantas lagi berada di keluarga ini! Kenapa kamu tidak menceraikan Cindy saja?" bentaknya. "Ma, sudahlah!" kata Cindy mencoba meredakan kemarahan ibunya. Pandangannya lalu beralih ke Rendy. "Kamu juga, apa sih susahnya minta maaf? Aku tidak bisa melindungimu terus menerus!" Ya, Cindy kini begitu khawatir. Bagaimanapun juga, dia bukan siapa-siapa. Menghadapi ibunya saja sulit, apalagi jika harus menghadapi James Chung? Cindy khawatir suaminya itu dijebloskan ke penjara atau bahkan dihabisi! Rendy dapat merasakan itu. Ia ingin mengatakan bahwa penantian Cindy sudah berakhir, tapi dia belum bisa membongkar identitasnya sekarang. Setidaknya, ia harus membuat pembalasan setimpal pada penjilat dan sampah tak berguna. "Kalau kamu tidak minta maaf sama James, aku tidak mau bicara denganmu lagi!" seru Cindy memberikan ultimatum kepada Rendy. Kali ini, wajah James terlihat senang melihat Cindy membelanya. "Begini saja!" ucapnya sambil maju dengan sombong. "Aku minta Cindy menemaniku saat acara jamuan makan malam menyambut Naga Perang! Anggap saja dia lebih berkelas ikut denganku daripada terus bersama suami sampah macam dirimu!" “Naga Perang? Kau bisa bertemu dengannya? Luar biasa sekali dirimu, James! Konon, dia masih muda tapi menguasai seluruh dunia dan kekayaannya tidak terbatas!" seru Vera senang, “jika kau bisa di dekatnya, Kau pasti bisa naik ke peringkat teratas!” Berbeda dengan Vera, sang putri justru tampak menghela napas. "Apa hebatnya Naga Perang? Katanya, dia hidup di suatu tempat dengan berpura-pura bodoh. Aku tidak suka pria seperti itu! Lebih baik, Rendy yang apa adanya tapi jujur padaku! Aku tidak suka pria pembohong seperti Naga Perang!" ucap Cindy dengan wajah kesal."Cindy! Naga Perang tidak bisa dibandingkan dengan suamimu yang sampah ini! Mana janjinya akan memberikanku berlian, emas, dan semua omongannya saat melamarmu? Dasar pembohong!" hina Vera Huang.
Mendengar perdebatan itu, Rendy diam-diam mengepalkan tangan. Tadinya, dia ingin memberitahukan mereka tentang identitas aslinya serta memenuhi janjinya kepada Vera Huang tiga tahun yang lalu. Tapi, penghinaan dari Vera–tak dapat dilupakannya. Ditambah, Cindy ternyata tidak menyukai Naga Perang. "Aku harus menunda munculnya diriku secara terbuka kepada publik! Aku tidak ingin Cindy membenciku!" pikir Rendy. Ia harus mengatur ulang strategi untuk mengaku pada istrinya itu. "Rendy, cepat minta maaf!" Teriakan sang mertua membuatnya tersadar dari lamunan. "Hahaha… Tidak perlu marah begitu, Tante Vera. Aku tidak sekejam itu,” timpal James yang kembali memasang wajah sombongnya saat menatap Rendy. “Hei, aku akan mengampunimu kalau kamu mencium ujung sepatuku dan menyembahku! Kalau tidak, kupastikan Naga Perang yang akan menjadi kolegaku di masa depan, ikut turun tangan nanti.” Kali ini, Rendy ingin tertawa. Menjadi kolega Naga Perang di masa depan? Sungguh, pewaris Chung ini terlalu sombong dan gegabah untuk menjual title Rendy tanpa tahu kebenarannya. Rendy saja tak yakin “Empat Elemental Naga” membiarkan James hidup lama. Pengikutnya itu bisa lebih kejam dari yang dibayangkan semua orang. “Cepat!” teriak James. "Tidak akan," tegas Rendy dengan tatapan tajam, "aku hanya mau berlutut pada Dewa saja."“Menantu gila! Apa yang Kau lakukan?” teriak Vera, murka. Ia tak mengerti jalan pikiran Rendy. Sejak dulu, selalu menurut. Kenapa sekarang berubah? “Dasar, pria idiot!” timpal James lalu mengeluarkan sebuah undangan, “Apa kau tak tahu undangan ini sulit didapatkan, bahkan oleh keluarga istrimu?” Rendy melirik sinis undangan berwarna merah itu. "Baru undangan kelas menengah saja kamu sudah sombong. Belum tentu tamu undangan kelas menengah bisa bertemu Naga Perang." Wajah James memerah. "Apa yang kamu tahu tentang undangan ini? Undangan merah sudah termasuk bagus untuk perusahaan Grade C!" murkanya. "Aku bisa memberikan undangan emas yang bisa duduk berdampingan dengan Naga Perang kalau keluarga Huang menginginkannya!” balas Rendy, “Jadi, buat apa undangan sampah yang kamu berikan kepada keluarga ini?" “Hahaha!” "Suami tidak bergunamu ini sepertinya sudah gila, Cindy! Kalau Keluarga Huang tak mau undangan ini, bisa aku tarik kembali!" kata James sambil mencoba mengambil
James sempat terkejut dan ketakutan melihat sorot mata tajam Rendy. Namun, ia mengenyahkannya karena mengingat Rendy hanyalah sampah di Keluarga Huang. "Cindy, pakailah gaun pesta yang bagus agar bisa menarik perhatian Naga Perang!' ucapnya sambil melirik mengejek ke arah Rendy, “aku akan menjemputmu nanti.” Setelahnya, James pun pergi ditemani oleh Vera yang mengantarkannya ke depan. Sikap wanita paruh baya itu begitu hormat, berbeda jauh saat menghadapi menantunya. *** "Kamu harus mengendalikan emosimu, Ren ... kalau mau masuk ke dalam bisnis Huang Industries, kamu harus bersikap tenang dan tidak gampang marah!" ucap Cindy kala mereka berdua "Aku tidak suka pandangan matanya yang mesum, yang melecehkanmu, Cin!" "Tenang saja, aku bisa menjaga diri. Oh, iya, aku hendak beli gaun pesta yang pantas untuk aku pakai nanti saat bertemu Naga Perang. Apa kamu bisa menemaniku?" "Tentu saja! Aku dengan senang hati akan menemanimu untuk memilih gaun pesta yang cocok untukmu!' kata Rend
Mobil mewah merah melaju kencang dalam misi mengejar MBenz yang disetir oleh Rendy Wang, seseorang yang dianggap sampah tapi ternyata memiliki talenta luar biasa. Angin kencang menyentuh wajah Hezkil Wu yang bengis, penuh hawa membunuh. "Kurang ajar! Akan kupatahkan kaki dan tangan sampah brengsek itu! Beraninya menghina kemampuanku sebagai pembalap Super Car!" gerutunya. Suaranya bergetar dengan amarah yang mendidih. "Terlalu bagus kalau hanya dipatahkan kaki dan tangannya! Siksa saja dahulu, kemudian buang ke laut setelah mematahkan seluruh kaki dan tangannya, baru puas!" hasut Tristan Liu, duduk kaku dengan wajah pucat di samping Hezkil. Ruang sempit dalam mobil merah ini membuatnya kesulitan bernapas, setiap gerakan terasa seperti beban yang menekan. akhirnya, sesuatu yang ditahan lama terlepas juga ... Duuuut…! Tanpa sadar, Tristan mengeluarkan gas busuk yang langsung mengacaukan konsentrasi Hezkil. "Kamu ini apa-apaan sih? Memalukan keluarga Liu saja!" tegurnya dengan na
“Aaaa!” Cindy tak sengaja berteriak kala merasakan jantungnya berdegup kencang. Matanya melirik ke kaca spion melihat bayangan mobil mewah merah yang mendekat dengan kecepatan mengerikan. "Rendy, mereka semakin dekat! Apa yang harus kita lakukan?" paniknya. "Tenang, Cindy. Aku akan mengatasinya." Suaranya tenang, namun ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan. Dia menambah kecepatan, mencoba menghindar dari kejaran gila Hezkil. Hal ini membuat Hezkil, di dalam mobil mewahnya, merasakan adrenalin mengalir deras. Angin yang masuk melalui jendela yang sedikit terbuka membawa aroma laut yang asin. Namun, dia tidak peduli. Semangat bertemu Naga Perang dan keinginannya untuk menghancurkan Rendy melebihi segalanya. Sementara itu, Tristan yang melihat ekspresi gila Hezkil, merasa ketakutan sekaligus kagum. "Lakukan, Hez! Tunjukkan padanya siapa yang berkuasa!" Tak lama, mobil mewah merah ini mendekat, jaraknya hanya beberapa meter lagi. Hezkil menyiapkan diri untuk benturan. "I
Sementara itu, Cindy Huang menarik napas panjang. Lolos dari maut tetap saja membuat dirinya sulit mengendalikan diri. Hanya saja, satu pertanyaan mengusiknya saat ini. "Dari mana kamu belajar menyetir sehebat itu? Aku jadi merasa tidak mengenalimu lagi, Rendy!" ujarnya dengan wajah penasaran. Sungguh, suaminya sangat mahir mengemudikan mobil mewah. Padahal, setirannya agak berbeda dengan mobil biasa. "Kamu masih ingat kedai roti dan kue milik kakekmu, tidak?” Alih-alih menjawab, Rendy justru bertanya tiba-tiba. Hal ini membuat Cindy membelalak. "Kok kamu tahu kalau aku dulu sering berada di kedai makanan kakek?" Masa kecilnya memang lebih banyak dihabiskan di kedai roti dan kue milik kakeknya yang dahulu ada di jalanan yang sedang mereka lewati. Wajah penasaran Cindy membuat Rendy tersenyum. Dulu, Naga Perang bukan siapa-siapa. Dia hanyalah pembunuh bayaran yang sangat terlatih dan selalu sukses melaksanakan tugasnya. Namun suatu hari, terjadi pengkhianatan di organisa
Berbeda dengan Hezkil yang kebingungan, Cindy sudah jauh lebih tenang. Putri keluarga Huang itu kini turun dengan anggunnya di depan Butik Channel yang menjadi favoritnya. Seorang petugas Valet pun menghampiri Rendy di mobil. "Mas, biar aku bawa mobil ini ke tempat parkir khusus!" "Biar petugas Valet yang parkirkan mobilnya, Ren ... kamu ikut masuk saja!” ujar Cindy. "Beruntung sekali sopir ini ... sudah pakaiannya lusuh seperti itu, majikannya begitu baik pada dirinya," gerutu petugas Vaalet sambil mengambil alih mobil MBenz dari tangan Rendy. Tampilan mewah sudah terlihat di halaman depan butik yang hanya bisa dikunjungi oleh orang-orang kaya ini. Begitu masuk ke dalam butik, hawa dingin dan wangi aromatherapy langsung menerpa Rendy membuatnya agak mual. "Selamat datang Nona Cindy!" sapa gadis penjaga butik yang berada di meja kasir sambil sedikit membungkukkan tubuhnya. Namun, wangi parfum murahan yang menusuk hidung langsung tercium dan menerpa hidung Rendy. HAA
Tadi, Katrin Chow mendapat kabar kalau Naga Perang sedang berada di Kota Buitenzorg dan sedang menuju ke kawasan butik ternama di kota tersebut. Namun, ponsel Naga Perang sepertinya dimatikan, sehingga Katrin Chow kesulitan menghubungi pemimpinnya ini. Rasa cemas membuatnya segera menyusul ke Kota Buitenzorg dan memasuki Butik Channel. Terlebih, ada yang hendak dibicarakannya secara langsung kepadanya. Tapi, siapa sangka Katrin justru melihat Naga Perang tengah diseret oleh Sekurity Butik? Butik-butik terkenal yang berseliweran di sepanjang jalan yang menjadi pusat fashion ini dimiliki oleh perusahaan yang berada di bawah pimpinan Naga Perang. Jadi, orang yang tengah diseret-seret oleh Sekurity Butik ini adalah pemilik Butik Channel juga!Kenapa Naga Perang diam saja diseret seperti itu? Katrin Chow sudah hendak menjelaskan siapa Rendy, tapi kerlingan mata sang atasan membuatnya berbalik mengatur siasat lainnya. "Kenapa kalian bertindak kasar terhadap pelanggan? Tidak bole
Hanya saja, Rendy justru memandangi kartu bergambar Naga dengan tulisan angka 9 itu dengan ekspresi bingung. "Apa ini?" tanyanya. Selama menjadi Naga Perang, dia tidak pernah mendengar tentang kartu khusus seperti ini. Katrin Chow lantas tersenyum penuh arti. "Ini Kartu Black Dragon, juga dikenal sebagai Kartu Sembilan Naga! Tuan Muda pasti sudah pernah mendengar tentang kartu ini, bukan?" Seketika, kenangan Rendy kembali. Dulu, sebelum menghilang, ia memang sempat merancang kartu eksklusif yang bisa digunakan di mana saja dengan limit tak terbatas. Saat itu, ia memimpin Klan Sembilan Naga Sakti yang menguasai bisnis dan perdagangan dunia. "Jadi ini adalah kartu tanpa batas yang aku buat?" tanyanya takjub. "Benar sekali, Tuan Muda. Kartu ini adalah penghargaan untuk Anda. Kita bisa membahasnya lebih lanjut nanti. Aku mohon maaf telah mengganggu Anda. Jika Anda memerlukan bantuan, jangan ragu untuk menghubungiku kapan saja," kata Katrin sebelum meninggalkan butik Channel itu,
Teror Katrin Chow terus menghantui para demonstran, ibarat semut yang sewaktu-waktu bisa diinjak dan dihancurkan olehnya tanpa ampun. Napas mereka tersengal, keringat dingin mengalir di pelipis meski matahari terik membakar langit Kartanesia."Apa kalian masih ingin menghancurkan Menara Naga Perang?" Suaranya rendah, namun tajam bagaikan bilah pisau yang siap mengiris keberanian mereka. Seketika angin dingin menyelinap di antara kerumunan, bertentangan dengan panas yang membara di udara. Tubuh mereka gemetar, bukan hanya karena hawa yang aneh itu, tapi juga ketakutan yang mengunci hati mereka.Bahkan para petugas keamanan Menara Naga Perang yang berdiri menyaksikan pun mulai merasa ketakutan. Mereka tahu betul betapa mengerikannya kemarahan CEO mereka. Jika Katrin bisa melakukan ini kepada para demonstran, apa yang akan terjadi jika mereka suatu hari menjadi targetnya?Seluruh demonstran saling berpandangan, wajah-wajah mereka pucat pasi, seakan darah telah terkuras dari tubuh mereka.
Katrin Chow melangkah keluar dari Menara Naga Perang, sepatu hak tingginya mengetuk lantai marmer dengan ritme yang tegas. Wajahnya tetap tak terbaca, ekspresi yang ia kenakan seperti topeng batu yang tak tergoyahkan. Begitu ia muncul, terik matahari langsung membakar kulitnya, tapi tak ada tanda ia terganggu. Hembusan angin hanya mengibarkan helaian rambut hitam legamnya, seperti bendera perang yang berkibar di tengah pertempuran.Di hadapannya, jalanan telah berubah menjadi lautan manusia yang bergejolak. Ribuan pengunjuk rasa memadati area, mengacungkan papan tuntutan dengan tangan yang gemetar karena emosi atau mungkin kelelahan. Udara dipenuhi bau keringat dan asap kendaraan yang tertahan akibat kerumunan. Sorak-sorai mereka menggema, kata-kata tuntutan melesat ke udara seperti anak panah yang dilepaskan tanpa ampun.Kata-kata itu berpendar di atas karton dan papan, berayun-ayun di tangan para demonstran yang tampak beringas.KEMBALIKAN DANA INVESTASI KAMI!TURUNKAN NAGA PERANG!
Langit Kartanesia menggantung kelabu, awan pekat menggumpal di atas menara-menara pencakar langit. Angin berembus dingin saat Vera Huang keluar dari mobil mewahnya, tumit runcing sepatunya mengetuk lantai marmer dengan ketukan tajam yang memantul di udara. Gaun merah darah yang membalut tubuh rampingnya berkibar sedikit saat ia berjalan dengan penuh percaya diri, namun ekspresi wajahnya kontras dengan penampilannya yang elegan—kening berkerut, rahang mengeras, dan mata berkilat tajam penuh kemarahan."Beraninya mereka menarik kembali investasi 250 miliar dari Wang Industries!" gerutunya dalam hati, tangannya mencengkeram erat tas bermerk yang tergantung di lengannya.Menara Naga Perang berdiri menjulang megah di hadapannya, kaca-kaca reflektifnya seakan mengejeknya, memantulkan bayangan seorang wanita yang saat ini dipenuhi amarah. Begitu ia melangkah mendekati pintu masuk, tiga petugas keamanan yang telah mendapat instruksi khusus bergerak cepat, membentuk barisan penghalang. Mata me
Pagi itu, Red Lotus Club terasa lebih sunyi dari biasanya. Matahari baru saja muncul di ufuk timur, mewarnai langit dengan semburat jingga keemasan. Rendy duduk di salah satu sudut ruangan VIP, tangannya menggenggam secangkir kopi hitam yang masih mengepulkan uap. Pikirannya berkecamuk, memikirkan pertemuan yang sebentar lagi akan terjadi.Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar mendekat. Pintu terbuka, dan satu per satu anggota Elemental Naga mulai memasuki ruangan.Kristin datang pertama, mengenakan mantel panjang dengan ekspresi penuh kewaspadaan. Matanya menatap tajam ke arah Rendy, seolah menuntut jawaban sebelum ia sempat mengucapkan sepatah kata pun.“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi, Jenderal?” tanya Kristin, menyilangkan tangan di depan dada.Tak lama, Katrin Chow muncul dengan gaya santainya, mengenakan jaket kulit dan menyesap bubble tea yang entah dari mana ia dapatkan. “Tumben banget kita dikumpulkan. Biasanya kalau kayak gini, ada sesuatu yang besar, kan?”Renat
Rendy masih terpaku di tempatnya, matanya tak lepas dari sosok Clara yang perlahan menghilang di balik kabut malam. Langkah gadis itu terdengar samar, seolah setiap jejaknya membawa pergi sesuatu yang berharga dari hati Rendy. Napasnya tertahan, dadanya terasa sesak. Ia mengepalkan tangan, berusaha meredam emosi yang bergolak dalam dirinya.Setelah beberapa detik yang terasa begitu panjang, ia menghela napas dan merogoh saku jasnya. Ponselnya dingin di genggaman, tetapi pikirannya lebih dingin lagi. Tanpa ragu, ia menekan sebuah nomor yang sudah lama tersimpan, menunggu panggilan tersambung.“Halo, apa ini masih nomor Kristin?” suaranya terdengar tegas, meskipun ada sedikit ketegangan di baliknya.Di seberang sana, terdengar suara wanita yang sudah lama tak ia dengar.[Jendral Wang, ada keperluan apa meneleponku? Apa ada misi baru lagi untuk Elemental Naga?]Rendy menatap lurus ke depan, sorot matanya tajam. “Bisa kita ketemu besok di Red Lotus? Ada yang ingin aku tanyakan padamu.”Se
Clara menatap tajam ke arah Rendy, matanya menyala dengan amarah yang tak tertahankan. "Jangan kau kira tindakanmu ini akan mengubah kebencianku padamu!" suaranya dingin, nyaris menggigit, tanpa sedikit pun nada terima kasih.Rendy menghela napas panjang, mencoba memahami kekerasan hati Clara. Wajahnya dipenuhi kebingungan, tetapi suaranya tetap tenang. "Aku terus mencarimu, Clara! Buat apa aku membunuhmu? Apa untungnya bagiku?" katanya, menatapnya lekat-lekat, mencari celah di balik tatapan penuh kebencian itu.Clara menyilangkan tangan di dadanya, dagunya sedikit terangkat, menegaskan keangkuhannya. "Aku tidak percaya padamu! Aku datang untuk memperingatimu. Berhenti mencari Kekuatan Tertinggi, atau kami akan menghancurkanmu!" suaranya bergetar, bukan karena takut, melainkan karena tekad yang membaja.Rendy mengernyit. "Kekuatan Tertinggi? Apakah organisasi itu yang membuatmu membenci aku?" tanyanya, mencoba menelisik lebih dalam.Clara tak menjawab. Dengan santai, ia melangkah ke b
Rendy menatap tubuh wanita yang berdiri di tengah kekacauan Klub Red Lotus. Gaun merahnya berkibar pelan, seolah ikut menari bersama cahaya lampu temaram yang berpendar di langit-langit. Aroma alkohol, asap rokok, dan keringat bercampur menjadi satu dalam udara yang berat. Mata Rendy menyipit, mengamati siluet wanita itu."Kenapa aku merasa mengenalnya?" pikirnya, langkahnya perlahan mendekat."Nona, ada masalah apa sampai kamu mengacau di Klub Red Lotus ini?" tanyanya dengan suara tenang namun penuh kewaspadaan.Plok! Plok! Plok!Tepukan tangan menggema, menggantikan hiruk-pikuk yang sempat mereda. Wanita bergaun merah itu tetap membelakanginya, tubuhnya tegak, aura misterius menguar dari setiap gerakannya."Apa kita perlu memanggil bantuan, Tuan Muda?" suara manager klub terdengar penuh kehati-hatian."Tidak perlu! Aku bisa mengatasinya sendiri!" Rendy menjawab, tetap melangkah maju.Sebuah tawa kecil menggema, renyah namun menusuk."Hihihi ... selamat datang, Jendral Wang!"Suara i
Tok! Tok! Tok!Suara ketukan di pintu menggema di dalam ruangan, menginterupsi atmosfer hangat yang tercipta antara Rendy dan Jessy. Rendy yang duduk di sofa menoleh dengan malas, sementara Jessy menghela napas panjang, kesal karena momennya terganggu."Siapa?" tanya Jessy, suaranya tajam, penuh ketidaksabaran.Pintu terbuka sedikit, memperlihatkan wajah pucat seorang pria berseragam hitam. Ia adalah manager klub, tampak gelisah, peluh mulai bercucuran di pelipisnya."Gawat, Chief! Ada sedikit masalah di Klub!" katanya dengan suara bergetar. Matanya sekilas melirik ke arah Rendy, lalu cepat-cepat menunduk saat melihat ekspresi tajam pria yang dikenal sebagai Naga Perang—sosok legendaris di dunia gelap Khatulistiwa.Jessy melipat tangan di dadanya, wajahnya penuh kejengkelan. "Masalah kecil saja tidak bisa kamu tangani! Bagaimana kamu bisa mempertahankan jabatanmu?"Seakan darahnya terkuras, wajah manager itu semakin pucat. Ia menelan ludah, tidak berani menatap Jessy."Apa yang terjad
Dalam keheningan yang hanya diisi suara dengungan komputer, Jessy menatap layar dengan penuh konsentrasi. Cahaya biru dari monitor memantul di wajahnya yang tegang, memperlihatkan garis-garis kelelahan yang tersembunyi di balik sorot matanya yang tajam. Jari-jarinya menari di atas keyboard, sesekali berhenti untuk meneliti setiap baris kode dengan seksama. Rendy berdiri di belakangnya, tubuhnya tegang seperti kawat yang ditarik kencang, matanya tak berkedip menatap layar holografik yang terus berubah di hadapan mereka."Aku menemukannya," bisik Jessy, suaranya bergetar oleh ketegangan yang nyaris tak tertahankan. "Ada lokasi yang tersembunyi dalam sistem mereka... Ini bukan sekadar markas biasa, Ketua. Ini pusat dari segalanya."Rendy mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Ada api yang menyala di matanya, kemarahan yang selama ini ia pendam akhirnya menemukan bentuknya. "Di situlah ibuku disekap?" tanyanya dengan suara yang nyaris bergetar.Jessy menoleh padanya, menatap dalam-dal