Fiona terperangah.
Jantungnya serasa berhenti berdetak saat dugaannya akhirnya terbukti benar. Aiden. Pria yang tidur dengannya malam itu… adalah Aiden Carter! Adik iparnya sendiri! Melihat ekspresi Fiona, Aiden tersenyum sinis. “Jadi, benar dugaanku… kau sebenarnya sudah menyadarinya.” Napas Fiona tercekat. Tubuhnya kaku, pikirannya kacau. Pria yang tidur dengannya jelas dalam keadaan sadar, jadi … kalau benar pria itu Aiden, kenapa dia masih menidurinya!? “Kau … kenapa kau membiarkan semuanya terjadi!?” seru Fiona. “Oh? Setelah dirimu yang memaksaku untuk membantumu, sekarang kau malah menyalahkanku? Hebat sekali kau, Fiona Johnson.” Ekspresi Fiona berubah runyam. Memaksa? Bagaimana bisa memaksa kalau dirinyalah yang berada dalam pengaruh obat perangsang!? “Kau sepenuhnya sadar, tidak sepertiku. Saat tahu aku memintamu, betapapun aku memaksa, seharusnya kau menolakku!” Balasan Fiona membuat ekspresi Aiden berubah suram untuk sesaat, sebelum akhirnya sebuah senyuman kembali terlukis di bibirnya. “Bagaimanapun, kenyataan kau tidur denganku benar adanya. Jadi, kita harus melaporkan ini kepada Kakek. Biar dia yang menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar, bukan begitu?” Tanpa menunggu balasan Fiona, Aiden berbalik dan berniat masuk ke dalam kediaman. Panik, Fiona langsung menarik tangan Aiden. “Aiden, jangan—” "Kenapa? Bukannya kau bilang ingin bercerai? Kalau begitu, alasan ini sempurna, bukan?" Fiona tersentak. "Aiden, kau gila?!” Pun Fiona memang ingin bercerai, tapi tidak dengan menghancurkan reputasinya seperti ini! "Apa yang terjadi di sini?!" Suara menggelegar menghentikan perdebatan Fiona dan Aiden. Keduanya menoleh ke arah sumber suara. Di depan mereka, tepatnya di ambang pintu utama kediaman Carter, berdiri seorang pria tua dengan postur tegap dan sorot mata tajam yang penuh wibawa. Kakek Carter. Di sebelahnya, kepala pelayan berdiri dengan ekspresi tegang. Sepertinya, keributan yang dihasilkan Fiona dan Aiden terdengar oleh mereka. Sang kakek menatap Fiona dan Aiden dengan wajah menggelap. "Di rumah keluarga Carter, tidak ada kebiasaan bertengkar seperti ini! Kalian tidak malu jika ada orang lain yang melihat?!" Fiona langsung menunduk, wajahnya memerah karena malu dan gugup. Seberapa banyak mereka mendengar perdebatannya dengan Aiden? Di sisi lain, Aiden hanya memasang wajah datar, tidak sedikit pun menunjukkan tanda takut. "Masuk." Kakek Carter mendengus dan berbalik, berjalan masuk ke dalam rumah dengan langkah tegap. Kepala pelayan memberi isyarat kepada mereka berdua untuk mengikutinya. Fiona ingin melarikan diri, tetapi itu mustahil. Dengan napas tersengal, dia melangkah masuk, merasakan keringat dingin mengalir di pelipisnya. Sementara itu, Aiden berjalan dengan santai di sampingnya, seolah tidak terjadi apa-apa. ** Begitu mereka tiba di ruang tamu, Fiona bisa merasakan suasana di ruangan itu penuh tekanan. Kakek Carter duduk di kursi utama dengan wajah penuh ketegasan, sementara Fiona berdiri di hadapannya dengan tangan mengepal. "Sekarang, jelaskan." Tatapan kakek itu menusuk Fiona. "Apa yang terjadi di luar tadi?" Sebelum Fiona bisa berbicara, Aiden membuka mulutnya. Namun, dengan cepat Fiona menyela, "Tidak ada apa-apa, Kakek. Aku dan Aiden hanya berdebat soal masalah kecil." Kakek Carter tidak langsung merespons. Matanya menyipit, menatap Fiona seolah sedang menganalisis kebohongan. "Fiona," suaranya lebih lembut, tetapi tetap penuh otoritas. "Aku tahu kau bukan orang yang suka membuat keributan. Jadi, kalau kau sampai berdebat dengan Aiden di depan rumah, itu pasti bukan sekadar masalah kecil." Fiona menelan ludah. Kakek terlalu pintar untuk bisa dibohongi. Kakek Carter kemudian menoleh ke Aiden. "Aiden, aku ingin penjelasan yang jujur." Saat itulah, tensi dalam ruangan naik ke level yang lebih tinggi. Fiona menahan napas saat melihat Aiden melirik ke arahnya. Sejenak, ia merasa pria itu akan mengatakan sesuatu yang akan menghancurkan segalanya. Namun, setelah membiarkan ketegangan menggantung beberapa detik, Aiden akhirnya mendengus dan menyandarkan punggung ke sofa dengan wajah acuh tak acuh. "Bukankah kakak iparku sudah menjawab, Kakek?" katanya santai. "Hanya pertengkaran kecil. Tidak penting." Fiona nyaris menghembuskan napas lega. "Tapi yang jelas sekarang, tugasku sudah selesai," lanjut Aiden, "aku sudah membawanya ke sini sesuai perintah Kakek." Fiona tertegun, lalu dia menoleh ke arah Aiden dengan cepat. Jadi, Aiden membawanya ke sini bukan untuk mengadu, tetapi karena Kakek Carter memang memintanya datang?! "Jadi… kamu membawaku kemari karena Kakek meminta tolong padamu?" Aiden menatap Fiona dengan seringai khasnya. "Kalau tidak, untuk apa aku membawamu kemari? Apa ada hal lain yang harus kulakukan?" Sudut bibirnya terangkat. "Seperti… melaporkan sesuatu, misalnya?" Fiona menggertakkan giginya. Pria ini benar-benar menikmati penderitaannya! Namun, semarah apa pun, Fiona tetap mengatupkan bibirnya rapat-rapat, menahan emosi. Dia tidak ingin menunjukkan reaksinya, tidak di depan Kakek Carter. Ia buru-buru mengalihkan perhatian dan menghadap pria tua itu. "Kenapa Kakek memintaku datang?" Kakek Carter menghela napas, lalu berkata, “Aku ingin membicarakan denganmu soal ____.” Fiona mengerjapkan mata. “___?” Kakek Carter mengangguk, lalu mulai menjelaskan tentang ____. Usai menjelaskan, Kakek Carter menghela napas. “Oleh karena itu, aku ingin kamu untuk membantuku mengenai hal itu. Bagaimana menurutmu?” Fiona pun tersenyum. Semenjak kecil, Kakek Carter sudah memperlakukannya seperti cucunya sendiri, hanya masalah sesederhana itu, tentu saja Fiona tidak keberatan membantu. “Tentu saja, Kakek. Itu bukan masalah besar.” “Bagus sekali!” Kakek Carter tertawa puas. Saat tawanya mereda, pria tua itu berkata, “Selain itu, aku ingin berbicara mengenai Antonio.” Detik itu juga, Fiona membeku. Dia mengangkat kepala dan menatap Kakek Carter lurus. “Antonio…?” "Tadi dia menghubungiku, lalu mengatakan bahwa dirimu mengajukan cerai?” Fiona tersentak. Ia menatap Kakek Carter dengan kaget, tidak menyangka bahwa Antonio telah melaporkan kejadian tadi kepada sang kakek. Fiona mengepalkan tangan, merasa malu lantaran dirinya bahkan masih berpikir untuk menyelesaikannya secara pribadi guna melindungi reputasi sang suami di depan Kakek Carter. Tapi ternyata, pria itu sendiri sudah lebih dulu mengadu!? Memalukan. Kakek Carter menghela napas panjang. "Aku tahu kenapa kalian terus-menerus bertengkar. Ini semua tentang Amber, bukan?" Fiona tidak menjawab. Ya, ini memang karena Amber, tetapi bukan hanya itu. Ada banyak hal yang membuatnya ingin mengakhiri pernikahan ini. Namun, kalau Kakek Carter mendengarnya, betapa sedihnya pria tua tersebut. Kakek Carter menatap Fiona dengan penuh pengertian. "Fiona, kau tahu kalau aku menyayangimu. Aku tidak ingin kau membuat keputusan yang gegabah hanya karena emosi sesaat." Fiona menggigit bibirnya. Lalu mengangkat kepala untuk berkata, "Aku sudah memikirkannya dengan matang, Kakek." Dia menghela napas. “Aku rasa, perceraian memang jalan yang terbaik.” Kakek Carter terdiam sejenak, lalu berkata dengan suara tegas, "Aku paham perasaanmu, tapi aku ingin kamu berpikir dengan tenang dulu. Oleh karena itu, sebelum kau mengambil keputusan akhir, aku ingin kau tinggal di rumah ini untuk sementara waktu." Fiona kaget. "Apa?" Tinggal di kediaman Carter? Bukankah itu berarti … dirinya akan berada di satu rumah dengan Aiden selama beberapa waktu!? Ini tidak boleh terjadi! “Kakek, aku—" "Satu bulan,” potong Kakek Carter. “Tinggallah selama satu bulan di sini dan pikirkan baik-baik keputusanmu, oke?” Fiona ingin menolak. Namun, tatapan Kakek Carter begitu serius. Mengenal sifat Kakek Carter, ditambah melihat ekspresinya sekarang, Fiona tahu, tidak ada gunanya lagi berdebat dengan Kakek Carter saat ini. Akhirnya, dengan berat hati, ia mengangguk. “Aku … mengerti.” “Bagus … kamu tidak perlu pulang untuk mengambil barang-barangmu. Kakek akan menyuruh pelayan dan sopir untuk mengambilkannya.” Setelah mengatakan itu, Kakek Carter pun pergi untuk beristirahat, meninggalkan Fiona di ruang tamu bersama dengan sosok Aiden yang tertawa. “Sedari dulu, kamu seperti tidak punya pendirian di hadapan pria tua itu,” sindir Aiden. “Tapi, tidak masalah, ini perkembangan yang baik untukku.” Aiden mendekatkan wajahnya ke sisi telinga Fiona, lalu berkata, “Selamat datang di kediaman Carter, Kakak Ipar. Aku akan menjagamu dengan baik.”Dalam ruangan kecil di kelab eksklusif kota Dexton, Fiona tengah dicumbu panas oleh seorang pria. Gaun satin hitam yang kontras dengan kulit putihnya tampak terangkat hingga ke atas lutut, tempat tangan kekar pria itu mencengkeramnya penuh gairah.“Ngh!” Lenguhan terlontar dari bibir Fiona saat sang pria menyatukan tubuh mereka. Hal itu diikuti dengan entakan yang lebih keras, yang membuat Fiona tanpa sadar menggigit pundak sang pria.“Santai sedikit.” Suara dalam pria itu terdengar, membuat Fiona melepaskan gigitannya.“Ma... maaf...” bisik wanita itu lirih.Tawa rendah terdengar, diikuti dengan sang pria yang berkata, “Aku tidak merujuk kepada ‘mulut’ yang itu.”Ucapan sang pria langsung membuat wajah Fiona merona merah. Namun, belum sempat wanita itu membalas, pria asing itu kembali mencumbunya dengan begitu panas.Seumur hidupnya, Fiona Johnson tidak pernah menyangka akan berada di posisi seperti ini, mencumbu seorang pria asing tidak dikenal di kelab eksklusif di tengah kota, tep
Mendengar balasan sang istri, Antonio menyisir rambutnya dengan frustrasi dan berkata, “Keponakanmu sedang demam, Fiona! Kamu tahu bagaimana anak kecil bisa kehilangan nyawa kalau tidak segera ditangani, bukan? Mengetahui hal itu, kamu masih ada waktu untuk bersikap cemburu kepada kakakmu? Apa kamu serius?!” bentak pria itu, tidak memedulikan bagaimana sang sopir dan pelayan rumah bisa mendengar omelannya kepada sang istri.Namun, sedetik kemudian, ekspresi Antonio berubah menjadi sangat gelap.“Tunggu, apa itu yang kamu inginkan? Agar Jackson meninggal dan Amber kembali terpuruk dalam kesedihan?”“Apa?“ Fiona menampakkan wajah tidak percaya.Antonio memasang wajah kecewa dan menatap jijik sang istri. “Jadi, benar kata Amber. Kamu begitu cemburu kepadanya sampai-sampai selalu ingin melihatnya menderita. Apa karena Amber jauh lebih sempurna dibandingkan dirimu dalam berbagai hal, itulah alasanmu tega bersikap keji padanya? Iya?!”“Apa yang kamu bicarakan—ah!” Ucapan Fiona terpotong saa
“Haah ... haah ... haah ....” Napas Fiona tersengal, jantungnya berdebar lebih cepat dibandingkan biasanya. Tubuhnya terasa terbakar, seperti ada gelombang panas yang menghantamnya, mengikis kesadarannya.“Hei!” Panggilan tidak bersahabat itu terdengar dari belakang, mengusik lamunannya.Fiona menoleh, ternyata pria tadi mengejarnya!Curiga pria tersebut memiliki andil dengan obat dalam minumannya, tanpa berpikir panjang, Fiona pun berusaha lari. Namun, baru satu langkah dia ambil, Fiona malah menabrak seseorang dengan keras!“Ugh!”Fiona hampir saja terjatuh, tapi sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya erat dan menahan kejatuhannya.Fiona membuka mata, mencoba melihat siapa penolongnya. Akan tetapi, pandangannya yang semakin membuyar tidak mengizinkannya melakukan hal itu.“Fiona Johnson?”Mendengar pria di depan memanggil namanya, Fiona yakin pria tersebut mengenalnya. Itu berarti pria tersebut juga bisa menolongnya!Meremas jas pria tersebut dengan sisa kekuatannya, Fiona pun
Fiona melangkah gontai menuju rumah, mencoba menepis perasaan bersalah yang melingkupi dirinya. Namun, semakin lama, kegelisahan itu semakin menggerogoti.Selama perjalanan menuju pulang ke rumah, segala macam pikiran berkecamuk di otaknya. Bukan hanya dia bertengkar dengan suaminya karena pria itu lebih memilih kakaknya, tapi dia juga sudah mengkhianati pernikahannya dengan tidur bersama pria yang bahkan tidak dia kenal!Fiona meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Benaknya kacau, tapi dia harus terlihat baik-baik saja agar hal yang baru saja terjadi tidak diketahui siapa pun!Ya ... aib ini ... harus dia simpan sendiri! "Dari mana kamu?”Pertanyaan yang terdengar ketika Fiona baru melangkah masuk ke ruang tamu membuatnya tersentak.Saat dia menoleh, Fiona baru menyadari kalau itu adalah Antonio!Terlihat suaminya itu tengah duduk di sofa ruang tamu. Di sebelahnya, seorang wanita cantik berambut hitam panjang dengan tubuh menggoda duduk dengan wajah gugup. Siapa lagi wanita itu kalau b
Suara tamparan yang bergema membuat ruang tamu kediaman itu menjadi hening.Antonio bergeming, memandang wajah Fiona yang memerah bergantian dengan tangannya yang baru saja mendarat di sana.Dia … baru saja menampar Fiona!Memang, sejak awal di antara mereka berdua tidak pernah ada cinta, tapi pria itu sama sekali tidak pernah bersikap kasar pada Fiona, apalagi sampai bermain fisik. Namun, karena terbawa emosi akibat hinaan Fiona kepada Amber, dia lepas kendali!“F-Fiona, aku ….”Fiona menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan. “kamu menamparku?”Antonio terdiam, berbagai hal berkelebat dalam benaknya.Demi Amber, dia baru saja menampar istrinya, tapi Antonio merasa itu hal yang wajar. Lagi pula, sedari awal dia tidak pernah sedikit pun mencintai Fiona. Walau memang Fiona begitu penurut dan perhatian padanya, tapi dia tidak bisa dibandingkan dengan Amber yang sungguh cantik dan memahami dirinya sejak awal!Dan lagi, Fiona telah menghina Amber, jadi wajar bila Antonio menam
“Fiona!” Seruan Antonio menyentak lamunan Fiona.Wanita itu pun langsung menjauhkan diri dari tubuh Aiden dan menoleh ke arah sang suami yang baru saja tiba.“Aiden?” panggil Antonio, bingung melihat kedatangan sang adik yang tidak diundang. “Kenapa kamu di sini? Bukannya kamu di luar negeri?”Melihat ekspresi Fiona dan Antonio yang canggung dan tidak menduga kedatangannya, Aiden hanya tersenyum penuh arti. “Aku hanya berkunjung karena disuruh Kakek, tapi … sepertinya aku mengganggu sesuatu?”Mata Aiden menatap ke arah wajah Fiona dan Antonio, lalu kepada Amber yang terduduk di lantai ruang tamu.Antonio angkat suara, “Aku dan kakak iparmu sedang sibuk, jadi bisakah kamu–”“Tidak, kamu tidak mengganggu apa pun,” Fiona memotong kalimat Antonio untuk menjawab Aiden. “Karena Antonio sedang sibuk dengan kakakku, biar aku sebagai salah satu tuan rumah yang menjamumu malam ini. Ikut denganku.”Aiden melirik Fiona dengan ekspresi yang sulit ditebak. Sekilas, sudut bibirnya terangkat, seolah
Di dalam mobil, pikiran Fiona masih terasa ribut.Setelah kejadian di hotel dan pertengkarannya dengan Antonio serta Amber, dia juga hampir tertabrak oleh mobil karena melamun. Seakan tidak cukup melelahkan, sekarang dia masih harus satu mobil dengan Aiden, pria yang sedari dulu begitu membencinya.Diam-diam Fiona melirik kepada pria di sebelahnya.Jauh sebelum dirinya mengenal Antonio, sebenarnya Fiona sudah mengenal Aiden lebih dulu. Dan itu karena mereka satu jurusan semasa kuliah.Aiden Carter, putra kedua keluarga Carter yang ternama, merupakan sosok yang terkenal genius dan berkemampuan, terutama dalam hal bisnis. Akan tetapi, berbeda dari kakaknya yang ramah dan pintar membangun koneksi, Aiden lebih ketus, dingin, dan tidak memiliki banyak teman.Walau demikian, masih banyak wanita yang nekat mengejarnya, dan itu semua berkat ketampanannya.‘Apa yang tampan darinya?’ batin Fiona sembari mendengus dalam hati, mulai memerhatikan wajah Aiden.Mata elang, hidung tinggi, bibir tipis
Fiona terperangah.Jantungnya serasa berhenti berdetak saat dugaannya akhirnya terbukti benar.Aiden.Pria yang tidur dengannya malam itu… adalah Aiden Carter! Adik iparnya sendiri!Melihat ekspresi Fiona, Aiden tersenyum sinis. “Jadi, benar dugaanku… kau sebenarnya sudah menyadarinya.”Napas Fiona tercekat. Tubuhnya kaku, pikirannya kacau. Pria yang tidur dengannya jelas dalam keadaan sadar, jadi … kalau benar pria itu Aiden, kenapa dia masih menidurinya!?“Kau … kenapa kau membiarkan semuanya terjadi!?” seru Fiona.“Oh? Setelah dirimu yang memaksaku untuk membantumu, sekarang kau malah menyalahkanku? Hebat sekali kau, Fiona Johnson.”Ekspresi Fiona berubah runyam. Memaksa? Bagaimana bisa memaksa kalau dirinyalah yang berada dalam pengaruh obat perangsang!?“Kau sepenuhnya sadar, tidak sepertiku. Saat tahu aku memintamu, betapapun aku memaksa, seharusnya kau menolakku!”Balasan Fiona membuat ekspresi Aiden berubah suram untuk sesaat, sebelum akhirnya sebuah senyuman kembali terlukis
Di dalam mobil, pikiran Fiona masih terasa ribut.Setelah kejadian di hotel dan pertengkarannya dengan Antonio serta Amber, dia juga hampir tertabrak oleh mobil karena melamun. Seakan tidak cukup melelahkan, sekarang dia masih harus satu mobil dengan Aiden, pria yang sedari dulu begitu membencinya.Diam-diam Fiona melirik kepada pria di sebelahnya.Jauh sebelum dirinya mengenal Antonio, sebenarnya Fiona sudah mengenal Aiden lebih dulu. Dan itu karena mereka satu jurusan semasa kuliah.Aiden Carter, putra kedua keluarga Carter yang ternama, merupakan sosok yang terkenal genius dan berkemampuan, terutama dalam hal bisnis. Akan tetapi, berbeda dari kakaknya yang ramah dan pintar membangun koneksi, Aiden lebih ketus, dingin, dan tidak memiliki banyak teman.Walau demikian, masih banyak wanita yang nekat mengejarnya, dan itu semua berkat ketampanannya.‘Apa yang tampan darinya?’ batin Fiona sembari mendengus dalam hati, mulai memerhatikan wajah Aiden.Mata elang, hidung tinggi, bibir tipis
“Fiona!” Seruan Antonio menyentak lamunan Fiona.Wanita itu pun langsung menjauhkan diri dari tubuh Aiden dan menoleh ke arah sang suami yang baru saja tiba.“Aiden?” panggil Antonio, bingung melihat kedatangan sang adik yang tidak diundang. “Kenapa kamu di sini? Bukannya kamu di luar negeri?”Melihat ekspresi Fiona dan Antonio yang canggung dan tidak menduga kedatangannya, Aiden hanya tersenyum penuh arti. “Aku hanya berkunjung karena disuruh Kakek, tapi … sepertinya aku mengganggu sesuatu?”Mata Aiden menatap ke arah wajah Fiona dan Antonio, lalu kepada Amber yang terduduk di lantai ruang tamu.Antonio angkat suara, “Aku dan kakak iparmu sedang sibuk, jadi bisakah kamu–”“Tidak, kamu tidak mengganggu apa pun,” Fiona memotong kalimat Antonio untuk menjawab Aiden. “Karena Antonio sedang sibuk dengan kakakku, biar aku sebagai salah satu tuan rumah yang menjamumu malam ini. Ikut denganku.”Aiden melirik Fiona dengan ekspresi yang sulit ditebak. Sekilas, sudut bibirnya terangkat, seolah
Suara tamparan yang bergema membuat ruang tamu kediaman itu menjadi hening.Antonio bergeming, memandang wajah Fiona yang memerah bergantian dengan tangannya yang baru saja mendarat di sana.Dia … baru saja menampar Fiona!Memang, sejak awal di antara mereka berdua tidak pernah ada cinta, tapi pria itu sama sekali tidak pernah bersikap kasar pada Fiona, apalagi sampai bermain fisik. Namun, karena terbawa emosi akibat hinaan Fiona kepada Amber, dia lepas kendali!“F-Fiona, aku ….”Fiona menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan. “kamu menamparku?”Antonio terdiam, berbagai hal berkelebat dalam benaknya.Demi Amber, dia baru saja menampar istrinya, tapi Antonio merasa itu hal yang wajar. Lagi pula, sedari awal dia tidak pernah sedikit pun mencintai Fiona. Walau memang Fiona begitu penurut dan perhatian padanya, tapi dia tidak bisa dibandingkan dengan Amber yang sungguh cantik dan memahami dirinya sejak awal!Dan lagi, Fiona telah menghina Amber, jadi wajar bila Antonio menam
Fiona melangkah gontai menuju rumah, mencoba menepis perasaan bersalah yang melingkupi dirinya. Namun, semakin lama, kegelisahan itu semakin menggerogoti.Selama perjalanan menuju pulang ke rumah, segala macam pikiran berkecamuk di otaknya. Bukan hanya dia bertengkar dengan suaminya karena pria itu lebih memilih kakaknya, tapi dia juga sudah mengkhianati pernikahannya dengan tidur bersama pria yang bahkan tidak dia kenal!Fiona meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Benaknya kacau, tapi dia harus terlihat baik-baik saja agar hal yang baru saja terjadi tidak diketahui siapa pun!Ya ... aib ini ... harus dia simpan sendiri! "Dari mana kamu?”Pertanyaan yang terdengar ketika Fiona baru melangkah masuk ke ruang tamu membuatnya tersentak.Saat dia menoleh, Fiona baru menyadari kalau itu adalah Antonio!Terlihat suaminya itu tengah duduk di sofa ruang tamu. Di sebelahnya, seorang wanita cantik berambut hitam panjang dengan tubuh menggoda duduk dengan wajah gugup. Siapa lagi wanita itu kalau b
“Haah ... haah ... haah ....” Napas Fiona tersengal, jantungnya berdebar lebih cepat dibandingkan biasanya. Tubuhnya terasa terbakar, seperti ada gelombang panas yang menghantamnya, mengikis kesadarannya.“Hei!” Panggilan tidak bersahabat itu terdengar dari belakang, mengusik lamunannya.Fiona menoleh, ternyata pria tadi mengejarnya!Curiga pria tersebut memiliki andil dengan obat dalam minumannya, tanpa berpikir panjang, Fiona pun berusaha lari. Namun, baru satu langkah dia ambil, Fiona malah menabrak seseorang dengan keras!“Ugh!”Fiona hampir saja terjatuh, tapi sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya erat dan menahan kejatuhannya.Fiona membuka mata, mencoba melihat siapa penolongnya. Akan tetapi, pandangannya yang semakin membuyar tidak mengizinkannya melakukan hal itu.“Fiona Johnson?”Mendengar pria di depan memanggil namanya, Fiona yakin pria tersebut mengenalnya. Itu berarti pria tersebut juga bisa menolongnya!Meremas jas pria tersebut dengan sisa kekuatannya, Fiona pun
Mendengar balasan sang istri, Antonio menyisir rambutnya dengan frustrasi dan berkata, “Keponakanmu sedang demam, Fiona! Kamu tahu bagaimana anak kecil bisa kehilangan nyawa kalau tidak segera ditangani, bukan? Mengetahui hal itu, kamu masih ada waktu untuk bersikap cemburu kepada kakakmu? Apa kamu serius?!” bentak pria itu, tidak memedulikan bagaimana sang sopir dan pelayan rumah bisa mendengar omelannya kepada sang istri.Namun, sedetik kemudian, ekspresi Antonio berubah menjadi sangat gelap.“Tunggu, apa itu yang kamu inginkan? Agar Jackson meninggal dan Amber kembali terpuruk dalam kesedihan?”“Apa?“ Fiona menampakkan wajah tidak percaya.Antonio memasang wajah kecewa dan menatap jijik sang istri. “Jadi, benar kata Amber. Kamu begitu cemburu kepadanya sampai-sampai selalu ingin melihatnya menderita. Apa karena Amber jauh lebih sempurna dibandingkan dirimu dalam berbagai hal, itulah alasanmu tega bersikap keji padanya? Iya?!”“Apa yang kamu bicarakan—ah!” Ucapan Fiona terpotong saa
Dalam ruangan kecil di kelab eksklusif kota Dexton, Fiona tengah dicumbu panas oleh seorang pria. Gaun satin hitam yang kontras dengan kulit putihnya tampak terangkat hingga ke atas lutut, tempat tangan kekar pria itu mencengkeramnya penuh gairah.“Ngh!” Lenguhan terlontar dari bibir Fiona saat sang pria menyatukan tubuh mereka. Hal itu diikuti dengan entakan yang lebih keras, yang membuat Fiona tanpa sadar menggigit pundak sang pria.“Santai sedikit.” Suara dalam pria itu terdengar, membuat Fiona melepaskan gigitannya.“Ma... maaf...” bisik wanita itu lirih.Tawa rendah terdengar, diikuti dengan sang pria yang berkata, “Aku tidak merujuk kepada ‘mulut’ yang itu.”Ucapan sang pria langsung membuat wajah Fiona merona merah. Namun, belum sempat wanita itu membalas, pria asing itu kembali mencumbunya dengan begitu panas.Seumur hidupnya, Fiona Johnson tidak pernah menyangka akan berada di posisi seperti ini, mencumbu seorang pria asing tidak dikenal di kelab eksklusif di tengah kota, tep