“Haah ... haah ... haah ....” Napas Fiona tersengal, jantungnya berdebar lebih cepat dibandingkan biasanya. Tubuhnya terasa terbakar, seperti ada gelombang panas yang menghantamnya, mengikis kesadarannya.
“Hei!” Panggilan tidak bersahabat itu terdengar dari belakang, mengusik lamunannya. Fiona menoleh, ternyata pria tadi mengejarnya! Curiga pria tersebut memiliki andil dengan obat dalam minumannya, tanpa berpikir panjang, Fiona pun berusaha lari. Namun, baru satu langkah dia ambil, Fiona malah menabrak seseorang dengan keras! “Ugh!” Fiona hampir saja terjatuh, tapi sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya erat dan menahan kejatuhannya. Fiona membuka mata, mencoba melihat siapa penolongnya. Akan tetapi, pandangannya yang semakin membuyar tidak mengizinkannya melakukan hal itu. “Fiona Johnson?” Mendengar pria di depan memanggil namanya, Fiona yakin pria tersebut mengenalnya. Itu berarti pria tersebut juga bisa menolongnya! Meremas jas pria tersebut dengan sisa kekuatannya, Fiona pun memohon, “Tuan ... tolong aku ....” Napasnya tersengal dan tubuhnya terasa semakin panas, terlebih karena aroma kayu cedar yang menguar dari tubuh pria di hadapan terasa sangat menggoda. Tanpa Fiona ketahui, alis kanan sang pria meninggi, lalu dia mengangkat pandangan dan melihat sosok yang menghampiri wanita tersebut. Bisa menebak kurang-lebih mengenai apa yang sedang terjadi, pria misterius itu menatap Fiona yang kentara tidak mengenalinya. “Apa bayarannya?” Ekspresi Fiona berubah sedikit bingung. Pria itu mengenalnya, tapi meminta bayaran hanya untuk menolongnya? Yang benar saja! Namun, Fiona tahu dirinya tidak dalam situasi yang menguntungkan. Alhasil, dia berkata cepat, “Apa pun! Kamu bisa meminta apa pun asalkan kamu mengeluarkanku dari situasi ini, Tuan!” Mendengar hal itu, sudut bibir pria misterius terangkat, sedikit tersenyum dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca. Kemudian, dia dengan mudah mengangkat tubuh Fiona, membuat wanita tersebut terkejut. “Emerson.” Suara dalam pria misterius itu bergema, memanggil seseorang. “Tuan,” balas seorang pria lain yang Fiona duga adalah bawahan sang pria misterius. “Bereskan pria itu selagi aku membantu Nyonya Carter.” Usai mengucapkan hal tersebut, pria misterius itu melangkah meninggalkan area tersebut dengan Fiona dalam gendongan. Samar-samar, Fiona bisa mendengar perdebatan pria yang mengejarnya tadi dengan bawahan sang pria misterius. Namun, semakin lama suara itu semakin menghilang, menandakan pria misterius yang menggendongnya ini telah membawanya menjauh. Entah berapa lama pria itu menggendongnya, Fiona tidak lagi tahu. Dia hanya merasa tubuhnya semakin lemas dan panas, terlepas dari kesadarannya yang semakin menghilang. Di satu titik, Fiona merasakan tubuhnya dibaringkan dengan lembut di tempat tidur, dan pria itu mulai mengajaknya bicara. Sayangnya, Fiona tidak lagi bisa mendengar apa pun. Hanya ada satu yang Fiona rasakan saat itu. Gairah yang tak terkendali. “Tolong … tolong sentuh aku.” ** Kesadaran Fiona samar, terjaga di antara mimpi dan kenyataan. Namun, tubuhnya bisa merasakan sentuhan kuat–tapi lembut–yang menjalar di kulitnya. "Fiona…" Suara pria itu keluar dengan napas terengah, terdengar diselimuti gairah tak terbendung. Aroma kayu cedar menguar di udara, maskulin dan memabukkan. Fiona tak tahu siapa pria ini, namun tubuhnya merespons tanpa bisa ditahan. Saat merasakan sang pria bersiap melakukan sesuatu yang lebih, tangan Fiona menyentuh dada pria itu, merasakan denyut yang berdebar keras, seirama dengan detak jantungnya sendiri. “Berhenti … aku … aku tidak bisa melakukan ini ….” Pria itu membungkuk lebih dekat, napasnya menyapu leher Fiona dengan intens. “Sudah sejauh ini, terlambat untuk kata ‘berhenti’.” Tepat pada saat itu, Fiona merasakan sesuatu membelah tubuhnya. “Ngh!” Lenguhan terlontar seiring dirinya secara impulsif menggigit pundak sang pria. "Santai sedikit," kata sang pria dengan suara dalam, napasnya terdengar memburu. "Ma… maaf," Fiona bergumam cepat. Tawa rendah terdengar. "Aku tidak merujuk pada 'mulut' yang itu.” Semburat merah terlukis di wajah Fiona, dia langsung mengerti maksud pria tersebut. Namun, belum sempat ia merespons, pria itu menarik tubuhnya lebih dekat, menciumnya ganas tanpa memedulikan apa pun lagi. Dan Fiona pun hanya bisa tenggelam dalam gairah tak terbendung. Keji untuk membandingkan, tapi sentuhan dan gairah yang diberikan pria asing ini, jauh melebihi apa yang pernah ditunjukkan oleh Antonio. Kelembutan, perhatian, dan juga kehati-hatian, tidak mengejutkan kalau Fiona merasa pria ini lebih mencintainya dibandingkan suaminya itu. ‘Cinta?’ batin Fiona, sebelum kemudian tertawa dingin dalam hati. Sejak kapan sang suami pernah mengatakan cinta padanya? Tepat di saat itu, Fiona merasakan entakan yang lebih kuat pada inti tubuhnya. Kemudian, tangan pria di hadapan meraih wajahnya. “Bersamaku, beraninya kamu memikirkan hal lain?” Kemudian, sebuah ciuman ganas kembali menyerang Fiona. Untuk malam ini saja, Fiona hanya ingin menenggelamkan diri dalam gairah dan melupakan segalanya. Beberapa jam kemudian, saat kesadarannya kembali dan dia terbangun, Fiona mendudukkan diri dan merasakan nyeri di seluruh tubuhnya. Fiona menoleh ke samping, menatap ranjang yang kosong. Pria yang tadi malam tidur dengannya sudah pergi, dan dia hanya meninggalkan sebuah surat. [Tunggu aku kembali.] Membaca surat itu, Fiona menautkan alis dan memegang kepalanya. ‘Aku sudah gila ….’ Walau terdorong oleh obat dan tidak sepenuhnya sadar, tapi mau tak mau harus Fiona akui, dia telah berselingkuh. Seketika, rasa bersalah pun menyelimuti hatinya. Walaupun Antonio begitu kejam padanya, tapi pria itu tidak pernah melanggar batasan! ‘Teganya kamu melakukan ini, Fiona!?’ maki wanita itu dalam hati. Digerogoti perasaan berdosa dan juga rasa takut ketahuan, Fiona langsung turun dari tempat tidur dan mengenakan kembali pakaiannya. Tepat ketika dia selesai melakukan semuanya, Fiona melihat kertas yang ditinggalkan sang pria, yang memintanya menunggu hingga pria tersebut kembali. Fiona pun meraih pulpen yang tersedia di meja kamar tersebut, lalu menuliskan sesuatu di kertas. [Anggap tidak ada yang pernah terjadi. Kamu dan aku tidak pernah bertemu sama sekali.] Usai menuliskan hal tersebut, Fiona menghela napas, lalu pergi meninggalkan hotel tempat kelab tadi berada untuk kembali ke rumahnya. Apa yang terjadi di dalam ruangan itu … sama sekali tidak boleh ada yang tahu. Namun, tanpa Fiona ketahui, sekitar satu jam kemudian, pria misterius itu kembali ke kamar tersebut dan melihat pesan yang ditinggalkan olehnya. Kemarahan terlukis jelas di wajah tampannya, dan dia meremas kertas itu kuat seraya bergumam, “Beraninya dia menghinaku seperti ini ….” Bawahan sang pria dengan ragu berkata, “M-maafkan aku tidak mengabarkan kepergian Nyonya lebih awal, Tuan Aiden.” Aiden menatap bawahannya sekilas, lalu beralih menatap gelang yang ada di tangannya. “Tidak, Emerson.” Dia memasukkan gelang itu ke dalam kantong jasnya, lalu berbalik meninggalkan ruangan dengan pandangan dingin. “Memang sudah waktunya aku kembali untuk mengunjungi keluargaku, terutama kakak iparku yang luar biasa itu.” Aiden Carter, itulah nama pria misterius yang telah tidur dengan Fiona. Seorang presdir salah satu perusahaan perhotelan multinasional terbesar dunia, Haven International, sekaligus putra kedua dari keluarga Carter yang ternama. Ya, itu benar. Aiden adalah adik kandung Antonio Carter sekaligus adik ipar dari Fiona!Fiona melangkah gontai menuju rumah, mencoba menepis perasaan bersalah yang melingkupi dirinya. Namun, semakin lama, kegelisahan itu semakin menggerogoti.Selama perjalanan menuju pulang ke rumah, segala macam pikiran berkecamuk di otaknya. Bukan hanya dia bertengkar dengan suaminya karena pria itu lebih memilih kakaknya, tapi dia juga sudah mengkhianati pernikahannya dengan tidur bersama pria yang bahkan tidak dia kenal!Fiona meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Benaknya kacau, tapi dia harus terlihat baik-baik saja agar hal yang baru saja terjadi tidak diketahui siapa pun!Ya ... aib ini ... harus dia simpan sendiri! "Dari mana kamu?”Pertanyaan yang terdengar ketika Fiona baru melangkah masuk ke ruang tamu membuatnya tersentak.Saat dia menoleh, Fiona baru menyadari kalau itu adalah Antonio!Terlihat suaminya itu tengah duduk di sofa ruang tamu. Di sebelahnya, seorang wanita cantik berambut hitam panjang dengan tubuh menggoda duduk dengan wajah gugup. Siapa lagi wanita itu kalau b
Suara tamparan yang bergema membuat ruang tamu kediaman itu menjadi hening.Antonio bergeming, memandang wajah Fiona yang memerah bergantian dengan tangannya yang baru saja mendarat di sana.Dia … baru saja menampar Fiona!Memang, sejak awal di antara mereka berdua tidak pernah ada cinta, tapi pria itu sama sekali tidak pernah bersikap kasar pada Fiona, apalagi sampai bermain fisik. Namun, karena terbawa emosi akibat hinaan Fiona kepada Amber, dia lepas kendali!“F-Fiona, aku ….”Fiona menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan. “kamu menamparku?”Antonio terdiam, berbagai hal berkelebat dalam benaknya.Demi Amber, dia baru saja menampar istrinya, tapi Antonio merasa itu hal yang wajar. Lagi pula, sedari awal dia tidak pernah sedikit pun mencintai Fiona. Walau memang Fiona begitu penurut dan perhatian padanya, tapi dia tidak bisa dibandingkan dengan Amber yang sungguh cantik dan memahami dirinya sejak awal!Dan lagi, Fiona telah menghina Amber, jadi wajar bila Antonio menam
“Fiona!” Seruan Antonio menyentak lamunan Fiona.Wanita itu pun langsung menjauhkan diri dari tubuh Aiden dan menoleh ke arah sang suami yang baru saja tiba.“Aiden?” panggil Antonio, bingung melihat kedatangan sang adik yang tidak diundang. “Kenapa kamu di sini? Bukannya kamu di luar negeri?”Melihat ekspresi Fiona dan Antonio yang canggung dan tidak menduga kedatangannya, Aiden hanya tersenyum penuh arti. “Aku hanya berkunjung karena disuruh Kakek, tapi … sepertinya aku mengganggu sesuatu?”Mata Aiden menatap ke arah wajah Fiona dan Antonio, lalu kepada Amber yang terduduk di lantai ruang tamu.Antonio angkat suara, “Aku dan kakak iparmu sedang sibuk, jadi bisakah kamu–”“Tidak, kamu tidak mengganggu apa pun,” Fiona memotong kalimat Antonio untuk menjawab Aiden. “Karena Antonio sedang sibuk dengan kakakku, biar aku sebagai salah satu tuan rumah yang menjamumu malam ini. Ikut denganku.”Aiden melirik Fiona dengan ekspresi yang sulit ditebak. Sekilas, sudut bibirnya terangkat, seolah
Di dalam mobil, pikiran Fiona masih terasa ribut.Setelah kejadian di hotel dan pertengkarannya dengan Antonio serta Amber, dia juga hampir tertabrak oleh mobil karena melamun. Seakan tidak cukup melelahkan, sekarang dia masih harus satu mobil dengan Aiden, pria yang sedari dulu begitu membencinya.Diam-diam Fiona melirik kepada pria di sebelahnya.Jauh sebelum dirinya mengenal Antonio, sebenarnya Fiona sudah mengenal Aiden lebih dulu. Dan itu karena mereka satu jurusan semasa kuliah.Aiden Carter, putra kedua keluarga Carter yang ternama, merupakan sosok yang terkenal genius dan berkemampuan, terutama dalam hal bisnis. Akan tetapi, berbeda dari kakaknya yang ramah dan pintar membangun koneksi, Aiden lebih ketus, dingin, dan tidak memiliki banyak teman.Walau demikian, masih banyak wanita yang nekat mengejarnya, dan itu semua berkat ketampanannya.‘Apa yang tampan darinya?’ batin Fiona sembari mendengus dalam hati, mulai memerhatikan wajah Aiden.Mata elang, hidung tinggi, bibir tipis
Fiona terperangah.Jantungnya serasa berhenti berdetak saat dugaannya akhirnya terbukti benar.Aiden.Pria yang tidur dengannya malam itu… adalah Aiden Carter! Adik iparnya sendiri!Melihat ekspresi Fiona, Aiden tersenyum sinis. “Jadi, benar dugaanku… kau sebenarnya sudah menyadarinya.”Napas Fiona tercekat. Tubuhnya kaku, pikirannya kacau. Pria yang tidur dengannya jelas dalam keadaan sadar, jadi … kalau benar pria itu Aiden, kenapa dia masih menidurinya!?“Kau … kenapa kau membiarkan semuanya terjadi!?” seru Fiona.“Oh? Setelah dirimu yang memaksaku untuk membantumu, sekarang kau malah menyalahkanku? Hebat sekali kau, Fiona Johnson.”Ekspresi Fiona berubah runyam. Memaksa? Bagaimana bisa memaksa kalau dirinyalah yang berada dalam pengaruh obat perangsang!?“Kau sepenuhnya sadar, tidak sepertiku. Saat tahu aku memintamu, betapapun aku memaksa, seharusnya kau menolakku!”Balasan Fiona membuat ekspresi Aiden berubah suram untuk sesaat, sebelum akhirnya sebuah senyuman kembali terlukis
Dalam ruangan kecil di kelab eksklusif kota Dexton, Fiona tengah dicumbu panas oleh seorang pria. Gaun satin hitam yang kontras dengan kulit putihnya tampak terangkat hingga ke atas lutut, tempat tangan kekar pria itu mencengkeramnya penuh gairah.“Ngh!” Lenguhan terlontar dari bibir Fiona saat sang pria menyatukan tubuh mereka. Hal itu diikuti dengan entakan yang lebih keras, yang membuat Fiona tanpa sadar menggigit pundak sang pria.“Santai sedikit.” Suara dalam pria itu terdengar, membuat Fiona melepaskan gigitannya.“Ma... maaf...” bisik wanita itu lirih.Tawa rendah terdengar, diikuti dengan sang pria yang berkata, “Aku tidak merujuk kepada ‘mulut’ yang itu.”Ucapan sang pria langsung membuat wajah Fiona merona merah. Namun, belum sempat wanita itu membalas, pria asing itu kembali mencumbunya dengan begitu panas.Seumur hidupnya, Fiona Johnson tidak pernah menyangka akan berada di posisi seperti ini, mencumbu seorang pria asing tidak dikenal di kelab eksklusif di tengah kota, tep
Mendengar balasan sang istri, Antonio menyisir rambutnya dengan frustrasi dan berkata, “Keponakanmu sedang demam, Fiona! Kamu tahu bagaimana anak kecil bisa kehilangan nyawa kalau tidak segera ditangani, bukan? Mengetahui hal itu, kamu masih ada waktu untuk bersikap cemburu kepada kakakmu? Apa kamu serius?!” bentak pria itu, tidak memedulikan bagaimana sang sopir dan pelayan rumah bisa mendengar omelannya kepada sang istri.Namun, sedetik kemudian, ekspresi Antonio berubah menjadi sangat gelap.“Tunggu, apa itu yang kamu inginkan? Agar Jackson meninggal dan Amber kembali terpuruk dalam kesedihan?”“Apa?“ Fiona menampakkan wajah tidak percaya.Antonio memasang wajah kecewa dan menatap jijik sang istri. “Jadi, benar kata Amber. Kamu begitu cemburu kepadanya sampai-sampai selalu ingin melihatnya menderita. Apa karena Amber jauh lebih sempurna dibandingkan dirimu dalam berbagai hal, itulah alasanmu tega bersikap keji padanya? Iya?!”“Apa yang kamu bicarakan—ah!” Ucapan Fiona terpotong saa
Fiona terperangah.Jantungnya serasa berhenti berdetak saat dugaannya akhirnya terbukti benar.Aiden.Pria yang tidur dengannya malam itu… adalah Aiden Carter! Adik iparnya sendiri!Melihat ekspresi Fiona, Aiden tersenyum sinis. “Jadi, benar dugaanku… kau sebenarnya sudah menyadarinya.”Napas Fiona tercekat. Tubuhnya kaku, pikirannya kacau. Pria yang tidur dengannya jelas dalam keadaan sadar, jadi … kalau benar pria itu Aiden, kenapa dia masih menidurinya!?“Kau … kenapa kau membiarkan semuanya terjadi!?” seru Fiona.“Oh? Setelah dirimu yang memaksaku untuk membantumu, sekarang kau malah menyalahkanku? Hebat sekali kau, Fiona Johnson.”Ekspresi Fiona berubah runyam. Memaksa? Bagaimana bisa memaksa kalau dirinyalah yang berada dalam pengaruh obat perangsang!?“Kau sepenuhnya sadar, tidak sepertiku. Saat tahu aku memintamu, betapapun aku memaksa, seharusnya kau menolakku!”Balasan Fiona membuat ekspresi Aiden berubah suram untuk sesaat, sebelum akhirnya sebuah senyuman kembali terlukis
Di dalam mobil, pikiran Fiona masih terasa ribut.Setelah kejadian di hotel dan pertengkarannya dengan Antonio serta Amber, dia juga hampir tertabrak oleh mobil karena melamun. Seakan tidak cukup melelahkan, sekarang dia masih harus satu mobil dengan Aiden, pria yang sedari dulu begitu membencinya.Diam-diam Fiona melirik kepada pria di sebelahnya.Jauh sebelum dirinya mengenal Antonio, sebenarnya Fiona sudah mengenal Aiden lebih dulu. Dan itu karena mereka satu jurusan semasa kuliah.Aiden Carter, putra kedua keluarga Carter yang ternama, merupakan sosok yang terkenal genius dan berkemampuan, terutama dalam hal bisnis. Akan tetapi, berbeda dari kakaknya yang ramah dan pintar membangun koneksi, Aiden lebih ketus, dingin, dan tidak memiliki banyak teman.Walau demikian, masih banyak wanita yang nekat mengejarnya, dan itu semua berkat ketampanannya.‘Apa yang tampan darinya?’ batin Fiona sembari mendengus dalam hati, mulai memerhatikan wajah Aiden.Mata elang, hidung tinggi, bibir tipis
“Fiona!” Seruan Antonio menyentak lamunan Fiona.Wanita itu pun langsung menjauhkan diri dari tubuh Aiden dan menoleh ke arah sang suami yang baru saja tiba.“Aiden?” panggil Antonio, bingung melihat kedatangan sang adik yang tidak diundang. “Kenapa kamu di sini? Bukannya kamu di luar negeri?”Melihat ekspresi Fiona dan Antonio yang canggung dan tidak menduga kedatangannya, Aiden hanya tersenyum penuh arti. “Aku hanya berkunjung karena disuruh Kakek, tapi … sepertinya aku mengganggu sesuatu?”Mata Aiden menatap ke arah wajah Fiona dan Antonio, lalu kepada Amber yang terduduk di lantai ruang tamu.Antonio angkat suara, “Aku dan kakak iparmu sedang sibuk, jadi bisakah kamu–”“Tidak, kamu tidak mengganggu apa pun,” Fiona memotong kalimat Antonio untuk menjawab Aiden. “Karena Antonio sedang sibuk dengan kakakku, biar aku sebagai salah satu tuan rumah yang menjamumu malam ini. Ikut denganku.”Aiden melirik Fiona dengan ekspresi yang sulit ditebak. Sekilas, sudut bibirnya terangkat, seolah
Suara tamparan yang bergema membuat ruang tamu kediaman itu menjadi hening.Antonio bergeming, memandang wajah Fiona yang memerah bergantian dengan tangannya yang baru saja mendarat di sana.Dia … baru saja menampar Fiona!Memang, sejak awal di antara mereka berdua tidak pernah ada cinta, tapi pria itu sama sekali tidak pernah bersikap kasar pada Fiona, apalagi sampai bermain fisik. Namun, karena terbawa emosi akibat hinaan Fiona kepada Amber, dia lepas kendali!“F-Fiona, aku ….”Fiona menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan. “kamu menamparku?”Antonio terdiam, berbagai hal berkelebat dalam benaknya.Demi Amber, dia baru saja menampar istrinya, tapi Antonio merasa itu hal yang wajar. Lagi pula, sedari awal dia tidak pernah sedikit pun mencintai Fiona. Walau memang Fiona begitu penurut dan perhatian padanya, tapi dia tidak bisa dibandingkan dengan Amber yang sungguh cantik dan memahami dirinya sejak awal!Dan lagi, Fiona telah menghina Amber, jadi wajar bila Antonio menam
Fiona melangkah gontai menuju rumah, mencoba menepis perasaan bersalah yang melingkupi dirinya. Namun, semakin lama, kegelisahan itu semakin menggerogoti.Selama perjalanan menuju pulang ke rumah, segala macam pikiran berkecamuk di otaknya. Bukan hanya dia bertengkar dengan suaminya karena pria itu lebih memilih kakaknya, tapi dia juga sudah mengkhianati pernikahannya dengan tidur bersama pria yang bahkan tidak dia kenal!Fiona meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Benaknya kacau, tapi dia harus terlihat baik-baik saja agar hal yang baru saja terjadi tidak diketahui siapa pun!Ya ... aib ini ... harus dia simpan sendiri! "Dari mana kamu?”Pertanyaan yang terdengar ketika Fiona baru melangkah masuk ke ruang tamu membuatnya tersentak.Saat dia menoleh, Fiona baru menyadari kalau itu adalah Antonio!Terlihat suaminya itu tengah duduk di sofa ruang tamu. Di sebelahnya, seorang wanita cantik berambut hitam panjang dengan tubuh menggoda duduk dengan wajah gugup. Siapa lagi wanita itu kalau b
“Haah ... haah ... haah ....” Napas Fiona tersengal, jantungnya berdebar lebih cepat dibandingkan biasanya. Tubuhnya terasa terbakar, seperti ada gelombang panas yang menghantamnya, mengikis kesadarannya.“Hei!” Panggilan tidak bersahabat itu terdengar dari belakang, mengusik lamunannya.Fiona menoleh, ternyata pria tadi mengejarnya!Curiga pria tersebut memiliki andil dengan obat dalam minumannya, tanpa berpikir panjang, Fiona pun berusaha lari. Namun, baru satu langkah dia ambil, Fiona malah menabrak seseorang dengan keras!“Ugh!”Fiona hampir saja terjatuh, tapi sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya erat dan menahan kejatuhannya.Fiona membuka mata, mencoba melihat siapa penolongnya. Akan tetapi, pandangannya yang semakin membuyar tidak mengizinkannya melakukan hal itu.“Fiona Johnson?”Mendengar pria di depan memanggil namanya, Fiona yakin pria tersebut mengenalnya. Itu berarti pria tersebut juga bisa menolongnya!Meremas jas pria tersebut dengan sisa kekuatannya, Fiona pun
Mendengar balasan sang istri, Antonio menyisir rambutnya dengan frustrasi dan berkata, “Keponakanmu sedang demam, Fiona! Kamu tahu bagaimana anak kecil bisa kehilangan nyawa kalau tidak segera ditangani, bukan? Mengetahui hal itu, kamu masih ada waktu untuk bersikap cemburu kepada kakakmu? Apa kamu serius?!” bentak pria itu, tidak memedulikan bagaimana sang sopir dan pelayan rumah bisa mendengar omelannya kepada sang istri.Namun, sedetik kemudian, ekspresi Antonio berubah menjadi sangat gelap.“Tunggu, apa itu yang kamu inginkan? Agar Jackson meninggal dan Amber kembali terpuruk dalam kesedihan?”“Apa?“ Fiona menampakkan wajah tidak percaya.Antonio memasang wajah kecewa dan menatap jijik sang istri. “Jadi, benar kata Amber. Kamu begitu cemburu kepadanya sampai-sampai selalu ingin melihatnya menderita. Apa karena Amber jauh lebih sempurna dibandingkan dirimu dalam berbagai hal, itulah alasanmu tega bersikap keji padanya? Iya?!”“Apa yang kamu bicarakan—ah!” Ucapan Fiona terpotong saa
Dalam ruangan kecil di kelab eksklusif kota Dexton, Fiona tengah dicumbu panas oleh seorang pria. Gaun satin hitam yang kontras dengan kulit putihnya tampak terangkat hingga ke atas lutut, tempat tangan kekar pria itu mencengkeramnya penuh gairah.“Ngh!” Lenguhan terlontar dari bibir Fiona saat sang pria menyatukan tubuh mereka. Hal itu diikuti dengan entakan yang lebih keras, yang membuat Fiona tanpa sadar menggigit pundak sang pria.“Santai sedikit.” Suara dalam pria itu terdengar, membuat Fiona melepaskan gigitannya.“Ma... maaf...” bisik wanita itu lirih.Tawa rendah terdengar, diikuti dengan sang pria yang berkata, “Aku tidak merujuk kepada ‘mulut’ yang itu.”Ucapan sang pria langsung membuat wajah Fiona merona merah. Namun, belum sempat wanita itu membalas, pria asing itu kembali mencumbunya dengan begitu panas.Seumur hidupnya, Fiona Johnson tidak pernah menyangka akan berada di posisi seperti ini, mencumbu seorang pria asing tidak dikenal di kelab eksklusif di tengah kota, tep