“Fiona!” Seruan Antonio menyentak lamunan Fiona.
Wanita itu pun langsung menjauhkan diri dari tubuh Aiden dan menoleh ke arah sang suami yang baru saja tiba. “Aiden?” panggil Antonio, bingung melihat kedatangan sang adik yang tidak diundang. “Kenapa kamu di sini? Bukannya kamu di luar negeri?” Melihat ekspresi Fiona dan Antonio yang canggung dan tidak menduga kedatangannya, Aiden hanya tersenyum penuh arti. “Aku hanya berkunjung karena disuruh Kakek, tapi … sepertinya aku mengganggu sesuatu?” Mata Aiden menatap ke arah wajah Fiona dan Antonio, lalu kepada Amber yang terduduk di lantai ruang tamu. Antonio angkat suara, “Aku dan kakak iparmu sedang sibuk, jadi bisakah kamu–” “Tidak, kamu tidak mengganggu apa pun,” Fiona memotong kalimat Antonio untuk menjawab Aiden. “Karena Antonio sedang sibuk dengan kakakku, biar aku sebagai salah satu tuan rumah yang menjamumu malam ini. Ikut denganku.” Aiden melirik Fiona dengan ekspresi yang sulit ditebak. Sekilas, sudut bibirnya terangkat, seolah ada sesuatu yang menghiburnya dari situasi ini. “Baiklah,” ujar Aiden santai. “Kakak iparku yang sibuk bersedia meluangkan waktu untuk mengundang, bagaimana aku bisa menolak? Hanya saja…” Tatapan Aiden mengarah ke Antonio, “... sepertinya masalahmu belum selesai.” “Fiona, kita masih harus bicara!” Antonio berusaha meraih tangan Fiona. Namun, wanita itu menepisnya. “Tidak perlu.” Fiona melirik Amber yang matanya sekilas memancarkan ekspresi tidak suka. Hal itu membuatnya tertawa pahit dalam hati. Ketidaksukaan Amber yang sudah sangat jelas itu, bagaimana bisa selama ini dia tidak menyadarinya? Fiona sangat buta kalau tidak menyadari bahwa sang kakak perempuan memang menginginkan suaminya! Merasa penat, Fiona berkata, “Aku ingin sendiri. Jangan ganggu aku.” Usai mengatakan hal tersebut, dia lekas meninggalkan tempat tersebut tanpa sedikit pun menoleh. “Fiona, tung–!” “Kakak,” Aiden menghadang jalan Antonio. “Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi kentara dirimu sudah membuat Kakak Ipar kesal.” Senyuman tipis penuh arti terlukis di wajahnya. “Biarkan aku yang menenangkannya selagi dirimu …” matanya mengarah kepada Amber yang tersentak dan langsung memasang wajah memelas. “... mengurus wanita itu.” Mendengar ucapan Aiden, Antonio menoleh dan baru tersadar posisi Amber masih di lantai. “Amber!” Pria itu gegas menghampiri sang mantan kekasih dengan wajah khawatir. “Kamu tidak apa-apa? Di mana yang sakit?” Melihat interaksi Antonio dan Amber, Aiden mendengus, sedikit jijik. ‘Tidak tahu malu.’ Kemudian, dia pun berbalik dan meninggalkan tempat tersebut, mengikuti jejak Fiona. Sementara itu, Fiona yang emosi, masih terus melangkah tanpa menoleh ke belakang. Pikirannya masih berkecamuk. Bukan hanya tentang Amber dan Antonio, tapi juga tentang … Aiden. Tiga tahun lebih tidak bertemu, Fiona hampir sepenuhnya lupa suara dan wajah Aiden. Akan tetapi, sekarang mendengarnya lagi, kenapa dia merasa suara adik suaminya itu begitu mirip dengan suara pria yang ada di ruang hotel!? Ruangan tadi memang gelap, dan Fiona tidak bisa benar-benar melihat wajah sang pria. Demikian, dia hanya mengandalkan indra pendengarannya. Jadi, Fiona yakin dia tidak salah! ‘Apa … mungkin aku tidur dengan Aiden?!’ pekik Fiona dalam hati selagi memasang wajah ngeri. Tiba-tiba– TIIIN!! Suara klakson membuat Fiona menoleh cepat ke kanan. Cahaya lampu sorot menyilaukan mata, tapi wanita itu bisa melihat sebuah mobil tengah melaju cepat ke arahnya! “Awas!” “Ah!” Tubuh Fiona tertarik ke belakang, lalu menghantam keras dada bidang seseorang. “Dasar wanita gila! Jalan pakai mata!” seru sopir mobil sebelum akhirnya kembali melaju. Jantung Fiona berdebar keras, dan napasnya pun memburu. Dia hampir saja kecelakaan, dan semua itu karena kecerobohannya sendiri. “Hanya karena suami bodohmu tergoda wanita lain, kamu langsung cari mati?! Apa kamu begitu bosan hidup, Fiona?!” Mendengar makian dan pertanyaan itu, Fiona mengangkat pandangannya. Memeluknya dengan begitu erat dan memasang ekspresi marah … adalah Aiden. Mengingat betapa Aiden membencinya dulu, bahkan jauh sebelum dirinya menikah dengan Antonio, Fiona langsung menjauhkan diri dari pria tersebut dan berkata, “Bukan urusanmu.” Aiden tertawa kecil, sinis. “Ah, benar. Fiona Johnson yang terhormat tidak pernah suka sembarang orang ikut campur urusan pribadinya. Hanya seorang adik ipar, jelas tidak sepadan untuk bahkan mengkhawatirkannya, bukan begitu?” Nada bicara Aiden membuat Fiona memasang ekspresi tidak suka. Sudah dia duga, pria di depannya ini akan mengambil segala kesempatan untuk mencari ribut dengannya. Sebuah permainan lama yang dimulai sejak mereka saling mengenal. Mencoba menekan emosi, Fiona bertanya, “Kenapa kamu di sini?” “Kamu sendiri yang berkata kamu ingin menjamuku dan berakhir menyuruhku mengikutimu.” Mendengar itu, Fiona tertegun. Tadi, dia memang mengatakan itu, tapi hal tersebut karena dirinya ingin berusaha lari dari Antonio, bukan sungguh-sungguh ingin menjamu Aiden! Sudut bibir Aiden terangkat, sedikit menantang. “Kenapa? Ingin menarik kembali kalimatmu? Apa selain tidak mampu menjaga tingkah laku suaminya, Fiona Johnson sekarang juga tidak bisa memegang janjinya?” Fiona mendelik. “Kamu–!” Hampir saja mengeluarkan serentetan makian, Fiona menghentikan dirinya. Aiden memang selalu seperti ini, memancing emosinya. Kalau Fiona sungguh hilang kendali, Aiden pasti merasa semakin senang dan menang. Fiona tidak ingin hal itu terjadi! “Kunci mobilku di dalam rumah, tapi seperti yang kamu ketahui, aku tidak ingin kembali dan melihat Antonio. Karena tidak ada kendaraan, kita batalkan saja makan malamnya,” tutur Fiona pada akhirnya, mencari cara untuk lepas dari Aiden. “Kamu tidak punya, tapi aku punya,” balas Aiden. Dia mengeluarkan kunci mobil dan menekan tombolnya, menyebabkan sebuah mobil Maybach S-Class berbunyi untuk memberi tahu keberadaannya. Tanpa menunggu balasan Fiona, Aiden menghampiri mobil dan membuka pintu pengemudi. “Katakan tujuannya, biar aku yang menyetir. Bagaimana?” Fiona menimbang sejenak. Berada di rumah sama saja membiarkan Amber dan Antonio terus menginjak-injak harga dirinya. Tak cuma itu, Aiden juga akan semakin mencacinya sebagai wanita yang tidak bisa memegang janji. Mungkin, memang lebih baik dia pergi sebentar. Lekas, Fiona menghampiri dan membuka pintu mobil. “Kamu tamunya. Terserahmu saja mau ke mana, aku hanya akan menemani.” BRAK! Tanpa menunggu balasan, Fiona langsung menutup pintu. Melihat hal itu, Aiden hanya tertawa rendah. ‘Keputusan bagus,’ batinnya seraya duduk di kursi pengemudi dan mulai melajukan mobil.Di dalam mobil, pikiran Fiona masih terasa ribut.Setelah kejadian di hotel dan pertengkarannya dengan Antonio serta Amber, dia juga hampir tertabrak oleh mobil karena melamun. Seakan tidak cukup melelahkan, sekarang dia masih harus satu mobil dengan Aiden, pria yang sedari dulu begitu membencinya.Diam-diam Fiona melirik kepada pria di sebelahnya.Jauh sebelum dirinya mengenal Antonio, sebenarnya Fiona sudah mengenal Aiden lebih dulu. Dan itu karena mereka satu jurusan semasa kuliah.Aiden Carter, putra kedua keluarga Carter yang ternama, merupakan sosok yang terkenal genius dan berkemampuan, terutama dalam hal bisnis. Akan tetapi, berbeda dari kakaknya yang ramah dan pintar membangun koneksi, Aiden lebih ketus, dingin, dan tidak memiliki banyak teman.Walau demikian, masih banyak wanita yang nekat mengejarnya, dan itu semua berkat ketampanannya.‘Apa yang tampan darinya?’ batin Fiona sembari mendengus dalam hati, mulai memerhatikan wajah Aiden.Mata elang, hidung tinggi, bibir tipis
Fiona terperangah.Jantungnya serasa berhenti berdetak saat dugaannya akhirnya terbukti benar.Aiden.Pria yang tidur dengannya malam itu… adalah Aiden Carter! Adik iparnya sendiri!Melihat ekspresi Fiona, Aiden tersenyum sinis. “Jadi, benar dugaanku… kau sebenarnya sudah menyadarinya.”Napas Fiona tercekat. Tubuhnya kaku, pikirannya kacau. Pria yang tidur dengannya jelas dalam keadaan sadar, jadi … kalau benar pria itu Aiden, kenapa dia masih menidurinya!?“Kau … kenapa kau membiarkan semuanya terjadi!?” seru Fiona.“Oh? Setelah dirimu yang memaksaku untuk membantumu, sekarang kau malah menyalahkanku? Hebat sekali kau, Fiona Johnson.”Ekspresi Fiona berubah runyam. Memaksa? Bagaimana bisa memaksa kalau dirinyalah yang berada dalam pengaruh obat perangsang!?“Kau sepenuhnya sadar, tidak sepertiku. Saat tahu aku memintamu, betapapun aku memaksa, seharusnya kau menolakku!”Balasan Fiona membuat ekspresi Aiden berubah suram untuk sesaat, sebelum akhirnya sebuah senyuman kembali terlukis
Dalam ruangan kecil di kelab eksklusif kota Dexton, Fiona tengah dicumbu panas oleh seorang pria. Gaun satin hitam yang kontras dengan kulit putihnya tampak terangkat hingga ke atas lutut, tempat tangan kekar pria itu mencengkeramnya penuh gairah.“Ngh!” Lenguhan terlontar dari bibir Fiona saat sang pria menyatukan tubuh mereka. Hal itu diikuti dengan entakan yang lebih keras, yang membuat Fiona tanpa sadar menggigit pundak sang pria.“Santai sedikit.” Suara dalam pria itu terdengar, membuat Fiona melepaskan gigitannya.“Ma... maaf...” bisik wanita itu lirih.Tawa rendah terdengar, diikuti dengan sang pria yang berkata, “Aku tidak merujuk kepada ‘mulut’ yang itu.”Ucapan sang pria langsung membuat wajah Fiona merona merah. Namun, belum sempat wanita itu membalas, pria asing itu kembali mencumbunya dengan begitu panas.Seumur hidupnya, Fiona Johnson tidak pernah menyangka akan berada di posisi seperti ini, mencumbu seorang pria asing tidak dikenal di kelab eksklusif di tengah kota, tep
Mendengar balasan sang istri, Antonio menyisir rambutnya dengan frustrasi dan berkata, “Keponakanmu sedang demam, Fiona! Kamu tahu bagaimana anak kecil bisa kehilangan nyawa kalau tidak segera ditangani, bukan? Mengetahui hal itu, kamu masih ada waktu untuk bersikap cemburu kepada kakakmu? Apa kamu serius?!” bentak pria itu, tidak memedulikan bagaimana sang sopir dan pelayan rumah bisa mendengar omelannya kepada sang istri.Namun, sedetik kemudian, ekspresi Antonio berubah menjadi sangat gelap.“Tunggu, apa itu yang kamu inginkan? Agar Jackson meninggal dan Amber kembali terpuruk dalam kesedihan?”“Apa?“ Fiona menampakkan wajah tidak percaya.Antonio memasang wajah kecewa dan menatap jijik sang istri. “Jadi, benar kata Amber. Kamu begitu cemburu kepadanya sampai-sampai selalu ingin melihatnya menderita. Apa karena Amber jauh lebih sempurna dibandingkan dirimu dalam berbagai hal, itulah alasanmu tega bersikap keji padanya? Iya?!”“Apa yang kamu bicarakan—ah!” Ucapan Fiona terpotong saa
“Haah ... haah ... haah ....” Napas Fiona tersengal, jantungnya berdebar lebih cepat dibandingkan biasanya. Tubuhnya terasa terbakar, seperti ada gelombang panas yang menghantamnya, mengikis kesadarannya.“Hei!” Panggilan tidak bersahabat itu terdengar dari belakang, mengusik lamunannya.Fiona menoleh, ternyata pria tadi mengejarnya!Curiga pria tersebut memiliki andil dengan obat dalam minumannya, tanpa berpikir panjang, Fiona pun berusaha lari. Namun, baru satu langkah dia ambil, Fiona malah menabrak seseorang dengan keras!“Ugh!”Fiona hampir saja terjatuh, tapi sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya erat dan menahan kejatuhannya.Fiona membuka mata, mencoba melihat siapa penolongnya. Akan tetapi, pandangannya yang semakin membuyar tidak mengizinkannya melakukan hal itu.“Fiona Johnson?”Mendengar pria di depan memanggil namanya, Fiona yakin pria tersebut mengenalnya. Itu berarti pria tersebut juga bisa menolongnya!Meremas jas pria tersebut dengan sisa kekuatannya, Fiona pun
Fiona melangkah gontai menuju rumah, mencoba menepis perasaan bersalah yang melingkupi dirinya. Namun, semakin lama, kegelisahan itu semakin menggerogoti.Selama perjalanan menuju pulang ke rumah, segala macam pikiran berkecamuk di otaknya. Bukan hanya dia bertengkar dengan suaminya karena pria itu lebih memilih kakaknya, tapi dia juga sudah mengkhianati pernikahannya dengan tidur bersama pria yang bahkan tidak dia kenal!Fiona meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Benaknya kacau, tapi dia harus terlihat baik-baik saja agar hal yang baru saja terjadi tidak diketahui siapa pun!Ya ... aib ini ... harus dia simpan sendiri! "Dari mana kamu?”Pertanyaan yang terdengar ketika Fiona baru melangkah masuk ke ruang tamu membuatnya tersentak.Saat dia menoleh, Fiona baru menyadari kalau itu adalah Antonio!Terlihat suaminya itu tengah duduk di sofa ruang tamu. Di sebelahnya, seorang wanita cantik berambut hitam panjang dengan tubuh menggoda duduk dengan wajah gugup. Siapa lagi wanita itu kalau b
Suara tamparan yang bergema membuat ruang tamu kediaman itu menjadi hening.Antonio bergeming, memandang wajah Fiona yang memerah bergantian dengan tangannya yang baru saja mendarat di sana.Dia … baru saja menampar Fiona!Memang, sejak awal di antara mereka berdua tidak pernah ada cinta, tapi pria itu sama sekali tidak pernah bersikap kasar pada Fiona, apalagi sampai bermain fisik. Namun, karena terbawa emosi akibat hinaan Fiona kepada Amber, dia lepas kendali!“F-Fiona, aku ….”Fiona menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan. “kamu menamparku?”Antonio terdiam, berbagai hal berkelebat dalam benaknya.Demi Amber, dia baru saja menampar istrinya, tapi Antonio merasa itu hal yang wajar. Lagi pula, sedari awal dia tidak pernah sedikit pun mencintai Fiona. Walau memang Fiona begitu penurut dan perhatian padanya, tapi dia tidak bisa dibandingkan dengan Amber yang sungguh cantik dan memahami dirinya sejak awal!Dan lagi, Fiona telah menghina Amber, jadi wajar bila Antonio menam
Fiona terperangah.Jantungnya serasa berhenti berdetak saat dugaannya akhirnya terbukti benar.Aiden.Pria yang tidur dengannya malam itu… adalah Aiden Carter! Adik iparnya sendiri!Melihat ekspresi Fiona, Aiden tersenyum sinis. “Jadi, benar dugaanku… kau sebenarnya sudah menyadarinya.”Napas Fiona tercekat. Tubuhnya kaku, pikirannya kacau. Pria yang tidur dengannya jelas dalam keadaan sadar, jadi … kalau benar pria itu Aiden, kenapa dia masih menidurinya!?“Kau … kenapa kau membiarkan semuanya terjadi!?” seru Fiona.“Oh? Setelah dirimu yang memaksaku untuk membantumu, sekarang kau malah menyalahkanku? Hebat sekali kau, Fiona Johnson.”Ekspresi Fiona berubah runyam. Memaksa? Bagaimana bisa memaksa kalau dirinyalah yang berada dalam pengaruh obat perangsang!?“Kau sepenuhnya sadar, tidak sepertiku. Saat tahu aku memintamu, betapapun aku memaksa, seharusnya kau menolakku!”Balasan Fiona membuat ekspresi Aiden berubah suram untuk sesaat, sebelum akhirnya sebuah senyuman kembali terlukis
Di dalam mobil, pikiran Fiona masih terasa ribut.Setelah kejadian di hotel dan pertengkarannya dengan Antonio serta Amber, dia juga hampir tertabrak oleh mobil karena melamun. Seakan tidak cukup melelahkan, sekarang dia masih harus satu mobil dengan Aiden, pria yang sedari dulu begitu membencinya.Diam-diam Fiona melirik kepada pria di sebelahnya.Jauh sebelum dirinya mengenal Antonio, sebenarnya Fiona sudah mengenal Aiden lebih dulu. Dan itu karena mereka satu jurusan semasa kuliah.Aiden Carter, putra kedua keluarga Carter yang ternama, merupakan sosok yang terkenal genius dan berkemampuan, terutama dalam hal bisnis. Akan tetapi, berbeda dari kakaknya yang ramah dan pintar membangun koneksi, Aiden lebih ketus, dingin, dan tidak memiliki banyak teman.Walau demikian, masih banyak wanita yang nekat mengejarnya, dan itu semua berkat ketampanannya.‘Apa yang tampan darinya?’ batin Fiona sembari mendengus dalam hati, mulai memerhatikan wajah Aiden.Mata elang, hidung tinggi, bibir tipis
“Fiona!” Seruan Antonio menyentak lamunan Fiona.Wanita itu pun langsung menjauhkan diri dari tubuh Aiden dan menoleh ke arah sang suami yang baru saja tiba.“Aiden?” panggil Antonio, bingung melihat kedatangan sang adik yang tidak diundang. “Kenapa kamu di sini? Bukannya kamu di luar negeri?”Melihat ekspresi Fiona dan Antonio yang canggung dan tidak menduga kedatangannya, Aiden hanya tersenyum penuh arti. “Aku hanya berkunjung karena disuruh Kakek, tapi … sepertinya aku mengganggu sesuatu?”Mata Aiden menatap ke arah wajah Fiona dan Antonio, lalu kepada Amber yang terduduk di lantai ruang tamu.Antonio angkat suara, “Aku dan kakak iparmu sedang sibuk, jadi bisakah kamu–”“Tidak, kamu tidak mengganggu apa pun,” Fiona memotong kalimat Antonio untuk menjawab Aiden. “Karena Antonio sedang sibuk dengan kakakku, biar aku sebagai salah satu tuan rumah yang menjamumu malam ini. Ikut denganku.”Aiden melirik Fiona dengan ekspresi yang sulit ditebak. Sekilas, sudut bibirnya terangkat, seolah
Suara tamparan yang bergema membuat ruang tamu kediaman itu menjadi hening.Antonio bergeming, memandang wajah Fiona yang memerah bergantian dengan tangannya yang baru saja mendarat di sana.Dia … baru saja menampar Fiona!Memang, sejak awal di antara mereka berdua tidak pernah ada cinta, tapi pria itu sama sekali tidak pernah bersikap kasar pada Fiona, apalagi sampai bermain fisik. Namun, karena terbawa emosi akibat hinaan Fiona kepada Amber, dia lepas kendali!“F-Fiona, aku ….”Fiona menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan. “kamu menamparku?”Antonio terdiam, berbagai hal berkelebat dalam benaknya.Demi Amber, dia baru saja menampar istrinya, tapi Antonio merasa itu hal yang wajar. Lagi pula, sedari awal dia tidak pernah sedikit pun mencintai Fiona. Walau memang Fiona begitu penurut dan perhatian padanya, tapi dia tidak bisa dibandingkan dengan Amber yang sungguh cantik dan memahami dirinya sejak awal!Dan lagi, Fiona telah menghina Amber, jadi wajar bila Antonio menam
Fiona melangkah gontai menuju rumah, mencoba menepis perasaan bersalah yang melingkupi dirinya. Namun, semakin lama, kegelisahan itu semakin menggerogoti.Selama perjalanan menuju pulang ke rumah, segala macam pikiran berkecamuk di otaknya. Bukan hanya dia bertengkar dengan suaminya karena pria itu lebih memilih kakaknya, tapi dia juga sudah mengkhianati pernikahannya dengan tidur bersama pria yang bahkan tidak dia kenal!Fiona meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Benaknya kacau, tapi dia harus terlihat baik-baik saja agar hal yang baru saja terjadi tidak diketahui siapa pun!Ya ... aib ini ... harus dia simpan sendiri! "Dari mana kamu?”Pertanyaan yang terdengar ketika Fiona baru melangkah masuk ke ruang tamu membuatnya tersentak.Saat dia menoleh, Fiona baru menyadari kalau itu adalah Antonio!Terlihat suaminya itu tengah duduk di sofa ruang tamu. Di sebelahnya, seorang wanita cantik berambut hitam panjang dengan tubuh menggoda duduk dengan wajah gugup. Siapa lagi wanita itu kalau b
“Haah ... haah ... haah ....” Napas Fiona tersengal, jantungnya berdebar lebih cepat dibandingkan biasanya. Tubuhnya terasa terbakar, seperti ada gelombang panas yang menghantamnya, mengikis kesadarannya.“Hei!” Panggilan tidak bersahabat itu terdengar dari belakang, mengusik lamunannya.Fiona menoleh, ternyata pria tadi mengejarnya!Curiga pria tersebut memiliki andil dengan obat dalam minumannya, tanpa berpikir panjang, Fiona pun berusaha lari. Namun, baru satu langkah dia ambil, Fiona malah menabrak seseorang dengan keras!“Ugh!”Fiona hampir saja terjatuh, tapi sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya erat dan menahan kejatuhannya.Fiona membuka mata, mencoba melihat siapa penolongnya. Akan tetapi, pandangannya yang semakin membuyar tidak mengizinkannya melakukan hal itu.“Fiona Johnson?”Mendengar pria di depan memanggil namanya, Fiona yakin pria tersebut mengenalnya. Itu berarti pria tersebut juga bisa menolongnya!Meremas jas pria tersebut dengan sisa kekuatannya, Fiona pun
Mendengar balasan sang istri, Antonio menyisir rambutnya dengan frustrasi dan berkata, “Keponakanmu sedang demam, Fiona! Kamu tahu bagaimana anak kecil bisa kehilangan nyawa kalau tidak segera ditangani, bukan? Mengetahui hal itu, kamu masih ada waktu untuk bersikap cemburu kepada kakakmu? Apa kamu serius?!” bentak pria itu, tidak memedulikan bagaimana sang sopir dan pelayan rumah bisa mendengar omelannya kepada sang istri.Namun, sedetik kemudian, ekspresi Antonio berubah menjadi sangat gelap.“Tunggu, apa itu yang kamu inginkan? Agar Jackson meninggal dan Amber kembali terpuruk dalam kesedihan?”“Apa?“ Fiona menampakkan wajah tidak percaya.Antonio memasang wajah kecewa dan menatap jijik sang istri. “Jadi, benar kata Amber. Kamu begitu cemburu kepadanya sampai-sampai selalu ingin melihatnya menderita. Apa karena Amber jauh lebih sempurna dibandingkan dirimu dalam berbagai hal, itulah alasanmu tega bersikap keji padanya? Iya?!”“Apa yang kamu bicarakan—ah!” Ucapan Fiona terpotong saa
Dalam ruangan kecil di kelab eksklusif kota Dexton, Fiona tengah dicumbu panas oleh seorang pria. Gaun satin hitam yang kontras dengan kulit putihnya tampak terangkat hingga ke atas lutut, tempat tangan kekar pria itu mencengkeramnya penuh gairah.“Ngh!” Lenguhan terlontar dari bibir Fiona saat sang pria menyatukan tubuh mereka. Hal itu diikuti dengan entakan yang lebih keras, yang membuat Fiona tanpa sadar menggigit pundak sang pria.“Santai sedikit.” Suara dalam pria itu terdengar, membuat Fiona melepaskan gigitannya.“Ma... maaf...” bisik wanita itu lirih.Tawa rendah terdengar, diikuti dengan sang pria yang berkata, “Aku tidak merujuk kepada ‘mulut’ yang itu.”Ucapan sang pria langsung membuat wajah Fiona merona merah. Namun, belum sempat wanita itu membalas, pria asing itu kembali mencumbunya dengan begitu panas.Seumur hidupnya, Fiona Johnson tidak pernah menyangka akan berada di posisi seperti ini, mencumbu seorang pria asing tidak dikenal di kelab eksklusif di tengah kota, tep