Dalam ruangan kecil di kelab eksklusif kota Dexton, Fiona tengah dicumbu panas oleh seorang pria. Gaun satin hitam yang kontras dengan kulit putihnya tampak terangkat hingga ke atas lutut, tempat tangan kekar pria itu mencengkeramnya penuh gairah.
“Ngh!” Lenguhan terlontar dari bibir Fiona saat sang pria menyatukan tubuh mereka. Hal itu diikuti dengan entakan yang lebih keras, yang membuat Fiona tanpa sadar menggigit pundak sang pria. “Santai sedikit.” Suara dalam pria itu terdengar, membuat Fiona melepaskan gigitannya. “Ma... maaf...” bisik wanita itu lirih. Tawa rendah terdengar, diikuti dengan sang pria yang berkata, “Aku tidak merujuk kepada ‘mulut’ yang itu.” Ucapan sang pria langsung membuat wajah Fiona merona merah. Namun, belum sempat wanita itu membalas, pria asing itu kembali mencumbunya dengan begitu panas. Seumur hidupnya, Fiona Johnson tidak pernah menyangka akan berada di posisi seperti ini, mencumbu seorang pria asing tidak dikenal di kelab eksklusif di tengah kota, tepat di malam perayaan ulang tahun pernikahan dengan suaminya seharusnya diadakan! Bagaimana … bagaimana dirinya bisa sampai di posisi ini!? *Beberapa waktu lalu* “Batalkan jadwal makan malam hari ini, aku perlu membantu Amber mengurus Jackson.” Ucapan sang suami membuat Fiona Johnson yang telah berdandan cantik untuk merayakan ulang tahun pernikahannya yang ketiga membeku. “Kenapa?” tanya Fiona, menatap Antonio Carter—sang suami—yang tampak sangat tergesa-gesa mengenakan jasnya. “Apa yang terjadi pada Jackson?” imbuhnya selagi berusaha mengimbangi langkah pria itu menuju teras, tempat sebuah mobil hitam mewah dan seorang sopir telah menunggu sang tuan rumah untuk berangkat. “Jackson demam, jadi aku akan membawanya ke rumah sakit,” jawab Antonio seadanya. Kening Fiona pun berkerut. Jackson adalah putra tunggal kakak perempuannya, Amber Johnson. Namun, kenapa harus suami Fiona yang mengurus bocah tersebut? “Bukankah ada sopir di sana? Kenapa harus kamu yang membawa mereka?” “Amber panik dan khawatir tidak bisa mengurusnya sendiri, jadi dia meneleponku dan memintaku menemaninya,” balas Antonio datar, menjulurkan tangan untuk meraih pintu mobil. “Kenapa dia meneleponmu dan bukan aku? Atau mungkin orang tua kami yang jelas tinggal lebih dekat dari kediamannya?” tanya Fiona lagi. Di saat itu, langkah Antonio terhenti dan dia pun berbalik untuk menatap tajam sang istri. “Apa itu penting?” tanyanya. “Kakakmu perlu bantuan, tapi kamu malah bersikap seperti ini, apa masalahmu?” Ditanya seperti itu, Fiona dengan tenang menjawab, “Aku hanya merasa aneh, Antonio. Dia kakakku, bukan kakakmu, jadi kenapa dia meminta tolong kepada dirimu yang adalah suamiku, iparnya. Apa sebagai seorang istri sekaligus adik, aku tidak boleh merasa terganggu?” Saat kalimat Fiona terlontar, ekspresi Antonio menggelap. “Kamu cemburu, itu masalahnya?” tuding pria itu, membuat Fiona tersentak. Cemburu? Ya, harus Fiona akui bahwa dia memang cemburu. Lagi pula, bagaimana dia tidak cemburu ketika mengetahui suaminya kembali dekat dengan mantan tunangannya dulu?! Itu benar. Amber, kakak perempuan Fiona, dulu adalah tunangan Antonio. Sebelum berakhir dijodohkan dengan Fiona, sebenarnya Antonio telah dijodohkan terlebih dahulu dengan Amber oleh tetua dua keluarga yang ingin menjalin ikatan kekeluargaan. Karena keduanya adalah teman kecil, dan Antonio sudah lama mencintai Amber, tentu saja dia sangat senang dengan pengaturan itu. Sayangnya, semua berubah ketika Amber dilamar oleh Harvey Mondial, pewaris keluarga terkaya di kota Dexton. Merasa Harvey lebih cocok untuk Amber, ibu Amber pun langsung membatalkan pernikahan Antonio dengan putrinya. Dan sebagai ganti agar tidak membuat tetua dua keluarga marah, dia mengusulkan Fiona, putri kedua keluarga Johnson, untuk menggantikan sang kakak. Karena tujuan para tetua adalah mempersatukan dua keluarga, mereka pun setuju dan melanjutkan pernikahan, tanpa sedikit pun mempedulikan perasaan Antonio yang patah hati. “Kita sama-sama korban dalam perjodohan ini, jadi aku tidak akan berbohong padamu. Aku tidak mencintaimu, tapi paling tidak aku akan berusaha menjadi suami yang bertanggung jawab untukmu, Fiona,” ucap Antonio di depan altar usai mengucap sumpah pernikahan. Fiona sama sekali tidak sakit hati. Lagi pula, seperti yang pria itu katakan, mereka berdua adalah korban yang tidak memiliki hak untuk memilih. Walau awal hubungan mereka cenderung dingin, tapi Antonio sungguh memenuhi janjinya dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami. Bahkan, pria itu menghangat dan sesekali menunjukkan perhatian yang menyentuh hati. Sebagai seorang wanita dan juga seorang istri, tentu saja Fiona merasa sangat bahagia! Dan dalam kebahagiaan tersebut, tumbuhlah perasaan cinta. Sayangnya, masa-masa bahagia itu hanya berjalan untuk waktu yang begitu singkat. Karena satu tahun setelah pernikahan mereka, sebuah musibah terjadi. Suami Amber, Harvey Mondial, meninggal dunia dalam kecelakaan. “Keluarga Mondial mengusir Amber karena menganggapnya pembawa sial. Padahal, dia sedang di bulan-bulan terakhir kehamilannya. Dia pasti terpukul, jadi kita harus menjaganya,” ucap Antonio. Fiona merasa omongan sang suami masuk akal, jadi dia menurut. Bahkan ketika dirinya diperlakukan hampir setara dengan pembantu di kediaman orang tuanya untuk mengurus Amber yang sedang hamil, Fiona juga tidak sedikit pun membantah. Sampai suatu hari— “Antonio, bisa tolong antarkan aku ke rumah sakit? Aku merasa perutku sangat sakit ...” ucap Fiona lirih. “Tidak bisa, aku sudah berjanji pada Amber akan menemaninya check-up hari ini. Pergilah sendiri dengan taksi, ini uangnya.” “Tapi, bukankah dokter datang ke rumah untuk—“ “Jangan manja, Fiona! Hanya sakit perut saja! Apa harus aku yang mengantar?!” Tanpa menunggu balasan Fiona, Antonio pun pergi meninggalkan kediaman, membiarkan wanita itu berjuang sendiri untuk pergi ke rumah sakit menggunakan taksi. Tak terduga, di tengah perjalanan Fiona mengalami pendarahan, dan begitu sampai di rumah sakit ... dia dinyatakan keguguran. “Usia kandungan Anda sudah dua bulan, tapi karena kondisi tubuh yang kelelahan, kehamilan ini menjadi sangat rentan. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun sayangnya kandungan Anda tidak dapat bertahan. Saya turut prihatin, Nyonya.” Dunia Fiona seakan runtuh. Di tengah kesibukannya mengurusi masalah kakaknya, Fiona lalai dalam memperhatikan kondisi tubuhnya sendiri. Dia bahkan tidak menyadari keberadaan kehidupan lain dalam rahimnya. Sebelum sempat merasakannya, dia sudah harus mengucapkan selamat tinggal. Awalnya, Fiona berniat memberitahukan berita ini kepada Antonio dan keluarganya. Akan tetapi, sebelum sampai ke telinga mereka, berita tersebut telah terlebih dulu diketahui ibunya. “Jangan beri tahu ini pada Amber dan Antonio. Apa kamu ingin membuat mereka merasa bersalah atas kelalaianmu sendiri?” ucap Elena, ibu dari Amber dan Fiona. “Maksud Mama?” “Dokter bilang kandungan Amber sangat lemah. Dia tidak boleh terkena shok dan harus dijaga. Antonio adalah orang terdekat Amber selain Harvey yang sudah tidak ada, jadi aku memintanya untuk mengurus Amber sementara waktu. Oleh karena itu, jangan salahkan mereka dan rahasiakan semua ini. Dibandingkan anak yang sudah tidak ada, lebih baik kita lindungi yang masih ada, bukan?” Fiona mematung. Anaknya dan Antonio baru saja meninggal, dan dia merasa hal itu wajib diketahui suaminya tersebut. Akan tetapi, sang ibu malah mengatakan hal ini!? Sakit, sungguh sakit hatinya. Namun, apa daya seorang Fiona? Dia tidak pernah bisa melawan ibunya. Lagi pula, ada satu hal yang Fiona sadari dari kalimat ibunya. Kalau sesuatu terjadi pada Amber dan juga anak dalam kandungannya yang tidak bersalah … apa Fiona bisa menanggungnya? Namun, sekarang sudah satu tahun semenjak kejadian itu. Amber telah melahirkan Jackson, dan ada banyak orang yang menjaga mereka. Jadi, kenapa Amber masih terus melibatkan Antonio dalam berbagai urusan pribadinya!? Sebutlah Fiona wanita picik, tapi wanita mana yang senang melihat suaminya memilih wanita lain dibandingkan dirinya? Terutama ketika ini bukan kali pertama hal tersebut terjadi. “Kalau aku bilang aku memang cemburu, apa kamu akan tetap di sini?”Mendengar balasan sang istri, Antonio menyisir rambutnya dengan frustrasi dan berkata, “Keponakanmu sedang demam, Fiona! Kamu tahu bagaimana anak kecil bisa kehilangan nyawa kalau tidak segera ditangani, bukan? Mengetahui hal itu, kamu masih ada waktu untuk bersikap cemburu kepada kakakmu? Apa kamu serius?!” bentak pria itu, tidak memedulikan bagaimana sang sopir dan pelayan rumah bisa mendengar omelannya kepada sang istri.Namun, sedetik kemudian, ekspresi Antonio berubah menjadi sangat gelap.“Tunggu, apa itu yang kamu inginkan? Agar Jackson meninggal dan Amber kembali terpuruk dalam kesedihan?”“Apa?“ Fiona menampakkan wajah tidak percaya.Antonio memasang wajah kecewa dan menatap jijik sang istri. “Jadi, benar kata Amber. Kamu begitu cemburu kepadanya sampai-sampai selalu ingin melihatnya menderita. Apa karena Amber jauh lebih sempurna dibandingkan dirimu dalam berbagai hal, itulah alasanmu tega bersikap keji padanya? Iya?!”“Apa yang kamu bicarakan—ah!” Ucapan Fiona terpotong saa
“Haah ... haah ... haah ....” Napas Fiona tersengal, jantungnya berdebar lebih cepat dibandingkan biasanya. Tubuhnya terasa terbakar, seperti ada gelombang panas yang menghantamnya, mengikis kesadarannya.“Hei!” Panggilan tidak bersahabat itu terdengar dari belakang, mengusik lamunannya.Fiona menoleh, ternyata pria tadi mengejarnya!Curiga pria tersebut memiliki andil dengan obat dalam minumannya, tanpa berpikir panjang, Fiona pun berusaha lari. Namun, baru satu langkah dia ambil, Fiona malah menabrak seseorang dengan keras!“Ugh!”Fiona hampir saja terjatuh, tapi sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya erat dan menahan kejatuhannya.Fiona membuka mata, mencoba melihat siapa penolongnya. Akan tetapi, pandangannya yang semakin membuyar tidak mengizinkannya melakukan hal itu.“Fiona Johnson?”Mendengar pria di depan memanggil namanya, Fiona yakin pria tersebut mengenalnya. Itu berarti pria tersebut juga bisa menolongnya!Meremas jas pria tersebut dengan sisa kekuatannya, Fiona pun
Fiona melangkah gontai menuju rumah, mencoba menepis perasaan bersalah yang melingkupi dirinya. Namun, semakin lama, kegelisahan itu semakin menggerogoti.Selama perjalanan menuju pulang ke rumah, segala macam pikiran berkecamuk di otaknya. Bukan hanya dia bertengkar dengan suaminya karena pria itu lebih memilih kakaknya, tapi dia juga sudah mengkhianati pernikahannya dengan tidur bersama pria yang bahkan tidak dia kenal!Fiona meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Benaknya kacau, tapi dia harus terlihat baik-baik saja agar hal yang baru saja terjadi tidak diketahui siapa pun!Ya ... aib ini ... harus dia simpan sendiri! "Dari mana kamu?”Pertanyaan yang terdengar ketika Fiona baru melangkah masuk ke ruang tamu membuatnya tersentak.Saat dia menoleh, Fiona baru menyadari kalau itu adalah Antonio!Terlihat suaminya itu tengah duduk di sofa ruang tamu. Di sebelahnya, seorang wanita cantik berambut hitam panjang dengan tubuh menggoda duduk dengan wajah gugup. Siapa lagi wanita itu kalau b
Suara tamparan yang bergema membuat ruang tamu kediaman itu menjadi hening.Antonio bergeming, memandang wajah Fiona yang memerah bergantian dengan tangannya yang baru saja mendarat di sana.Dia … baru saja menampar Fiona!Memang, sejak awal di antara mereka berdua tidak pernah ada cinta, tapi pria itu sama sekali tidak pernah bersikap kasar pada Fiona, apalagi sampai bermain fisik. Namun, karena terbawa emosi akibat hinaan Fiona kepada Amber, dia lepas kendali!“F-Fiona, aku ….”Fiona menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan. “kamu menamparku?”Antonio terdiam, berbagai hal berkelebat dalam benaknya.Demi Amber, dia baru saja menampar istrinya, tapi Antonio merasa itu hal yang wajar. Lagi pula, sedari awal dia tidak pernah sedikit pun mencintai Fiona. Walau memang Fiona begitu penurut dan perhatian padanya, tapi dia tidak bisa dibandingkan dengan Amber yang sungguh cantik dan memahami dirinya sejak awal!Dan lagi, Fiona telah menghina Amber, jadi wajar bila Antonio menam
“Fiona!” Seruan Antonio menyentak lamunan Fiona.Wanita itu pun langsung menjauhkan diri dari tubuh Aiden dan menoleh ke arah sang suami yang baru saja tiba.“Aiden?” panggil Antonio, bingung melihat kedatangan sang adik yang tidak diundang. “Kenapa kamu di sini? Bukannya kamu di luar negeri?”Melihat ekspresi Fiona dan Antonio yang canggung dan tidak menduga kedatangannya, Aiden hanya tersenyum penuh arti. “Aku hanya berkunjung karena disuruh Kakek, tapi … sepertinya aku mengganggu sesuatu?”Mata Aiden menatap ke arah wajah Fiona dan Antonio, lalu kepada Amber yang terduduk di lantai ruang tamu.Antonio angkat suara, “Aku dan kakak iparmu sedang sibuk, jadi bisakah kamu–”“Tidak, kamu tidak mengganggu apa pun,” Fiona memotong kalimat Antonio untuk menjawab Aiden. “Karena Antonio sedang sibuk dengan kakakku, biar aku sebagai salah satu tuan rumah yang menjamumu malam ini. Ikut denganku.”Aiden melirik Fiona dengan ekspresi yang sulit ditebak. Sekilas, sudut bibirnya terangkat, seolah
Di dalam mobil, pikiran Fiona masih terasa ribut.Setelah kejadian di hotel dan pertengkarannya dengan Antonio serta Amber, dia juga hampir tertabrak oleh mobil karena melamun. Seakan tidak cukup melelahkan, sekarang dia masih harus satu mobil dengan Aiden, pria yang sedari dulu begitu membencinya.Diam-diam Fiona melirik kepada pria di sebelahnya.Jauh sebelum dirinya mengenal Antonio, sebenarnya Fiona sudah mengenal Aiden lebih dulu. Dan itu karena mereka satu jurusan semasa kuliah.Aiden Carter, putra kedua keluarga Carter yang ternama, merupakan sosok yang terkenal genius dan berkemampuan, terutama dalam hal bisnis. Akan tetapi, berbeda dari kakaknya yang ramah dan pintar membangun koneksi, Aiden lebih ketus, dingin, dan tidak memiliki banyak teman.Walau demikian, masih banyak wanita yang nekat mengejarnya, dan itu semua berkat ketampanannya.‘Apa yang tampan darinya?’ batin Fiona sembari mendengus dalam hati, mulai memerhatikan wajah Aiden.Mata elang, hidung tinggi, bibir tipis
Fiona terperangah.Jantungnya serasa berhenti berdetak saat dugaannya akhirnya terbukti benar.Aiden.Pria yang tidur dengannya malam itu… adalah Aiden Carter! Adik iparnya sendiri!Melihat ekspresi Fiona, Aiden tersenyum sinis. “Jadi, benar dugaanku… kau sebenarnya sudah menyadarinya.”Napas Fiona tercekat. Tubuhnya kaku, pikirannya kacau. Pria yang tidur dengannya jelas dalam keadaan sadar, jadi … kalau benar pria itu Aiden, kenapa dia masih menidurinya!?“Kau … kenapa kau membiarkan semuanya terjadi!?” seru Fiona.“Oh? Setelah dirimu yang memaksaku untuk membantumu, sekarang kau malah menyalahkanku? Hebat sekali kau, Fiona Johnson.”Ekspresi Fiona berubah runyam. Memaksa? Bagaimana bisa memaksa kalau dirinyalah yang berada dalam pengaruh obat perangsang!?“Kau sepenuhnya sadar, tidak sepertiku. Saat tahu aku memintamu, betapapun aku memaksa, seharusnya kau menolakku!”Balasan Fiona membuat ekspresi Aiden berubah suram untuk sesaat, sebelum akhirnya sebuah senyuman kembali terlukis
Fiona terperangah.Jantungnya serasa berhenti berdetak saat dugaannya akhirnya terbukti benar.Aiden.Pria yang tidur dengannya malam itu… adalah Aiden Carter! Adik iparnya sendiri!Melihat ekspresi Fiona, Aiden tersenyum sinis. “Jadi, benar dugaanku… kau sebenarnya sudah menyadarinya.”Napas Fiona tercekat. Tubuhnya kaku, pikirannya kacau. Pria yang tidur dengannya jelas dalam keadaan sadar, jadi … kalau benar pria itu Aiden, kenapa dia masih menidurinya!?“Kau … kenapa kau membiarkan semuanya terjadi!?” seru Fiona.“Oh? Setelah dirimu yang memaksaku untuk membantumu, sekarang kau malah menyalahkanku? Hebat sekali kau, Fiona Johnson.”Ekspresi Fiona berubah runyam. Memaksa? Bagaimana bisa memaksa kalau dirinyalah yang berada dalam pengaruh obat perangsang!?“Kau sepenuhnya sadar, tidak sepertiku. Saat tahu aku memintamu, betapapun aku memaksa, seharusnya kau menolakku!”Balasan Fiona membuat ekspresi Aiden berubah suram untuk sesaat, sebelum akhirnya sebuah senyuman kembali terlukis
Di dalam mobil, pikiran Fiona masih terasa ribut.Setelah kejadian di hotel dan pertengkarannya dengan Antonio serta Amber, dia juga hampir tertabrak oleh mobil karena melamun. Seakan tidak cukup melelahkan, sekarang dia masih harus satu mobil dengan Aiden, pria yang sedari dulu begitu membencinya.Diam-diam Fiona melirik kepada pria di sebelahnya.Jauh sebelum dirinya mengenal Antonio, sebenarnya Fiona sudah mengenal Aiden lebih dulu. Dan itu karena mereka satu jurusan semasa kuliah.Aiden Carter, putra kedua keluarga Carter yang ternama, merupakan sosok yang terkenal genius dan berkemampuan, terutama dalam hal bisnis. Akan tetapi, berbeda dari kakaknya yang ramah dan pintar membangun koneksi, Aiden lebih ketus, dingin, dan tidak memiliki banyak teman.Walau demikian, masih banyak wanita yang nekat mengejarnya, dan itu semua berkat ketampanannya.‘Apa yang tampan darinya?’ batin Fiona sembari mendengus dalam hati, mulai memerhatikan wajah Aiden.Mata elang, hidung tinggi, bibir tipis
“Fiona!” Seruan Antonio menyentak lamunan Fiona.Wanita itu pun langsung menjauhkan diri dari tubuh Aiden dan menoleh ke arah sang suami yang baru saja tiba.“Aiden?” panggil Antonio, bingung melihat kedatangan sang adik yang tidak diundang. “Kenapa kamu di sini? Bukannya kamu di luar negeri?”Melihat ekspresi Fiona dan Antonio yang canggung dan tidak menduga kedatangannya, Aiden hanya tersenyum penuh arti. “Aku hanya berkunjung karena disuruh Kakek, tapi … sepertinya aku mengganggu sesuatu?”Mata Aiden menatap ke arah wajah Fiona dan Antonio, lalu kepada Amber yang terduduk di lantai ruang tamu.Antonio angkat suara, “Aku dan kakak iparmu sedang sibuk, jadi bisakah kamu–”“Tidak, kamu tidak mengganggu apa pun,” Fiona memotong kalimat Antonio untuk menjawab Aiden. “Karena Antonio sedang sibuk dengan kakakku, biar aku sebagai salah satu tuan rumah yang menjamumu malam ini. Ikut denganku.”Aiden melirik Fiona dengan ekspresi yang sulit ditebak. Sekilas, sudut bibirnya terangkat, seolah
Suara tamparan yang bergema membuat ruang tamu kediaman itu menjadi hening.Antonio bergeming, memandang wajah Fiona yang memerah bergantian dengan tangannya yang baru saja mendarat di sana.Dia … baru saja menampar Fiona!Memang, sejak awal di antara mereka berdua tidak pernah ada cinta, tapi pria itu sama sekali tidak pernah bersikap kasar pada Fiona, apalagi sampai bermain fisik. Namun, karena terbawa emosi akibat hinaan Fiona kepada Amber, dia lepas kendali!“F-Fiona, aku ….”Fiona menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan. “kamu menamparku?”Antonio terdiam, berbagai hal berkelebat dalam benaknya.Demi Amber, dia baru saja menampar istrinya, tapi Antonio merasa itu hal yang wajar. Lagi pula, sedari awal dia tidak pernah sedikit pun mencintai Fiona. Walau memang Fiona begitu penurut dan perhatian padanya, tapi dia tidak bisa dibandingkan dengan Amber yang sungguh cantik dan memahami dirinya sejak awal!Dan lagi, Fiona telah menghina Amber, jadi wajar bila Antonio menam
Fiona melangkah gontai menuju rumah, mencoba menepis perasaan bersalah yang melingkupi dirinya. Namun, semakin lama, kegelisahan itu semakin menggerogoti.Selama perjalanan menuju pulang ke rumah, segala macam pikiran berkecamuk di otaknya. Bukan hanya dia bertengkar dengan suaminya karena pria itu lebih memilih kakaknya, tapi dia juga sudah mengkhianati pernikahannya dengan tidur bersama pria yang bahkan tidak dia kenal!Fiona meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Benaknya kacau, tapi dia harus terlihat baik-baik saja agar hal yang baru saja terjadi tidak diketahui siapa pun!Ya ... aib ini ... harus dia simpan sendiri! "Dari mana kamu?”Pertanyaan yang terdengar ketika Fiona baru melangkah masuk ke ruang tamu membuatnya tersentak.Saat dia menoleh, Fiona baru menyadari kalau itu adalah Antonio!Terlihat suaminya itu tengah duduk di sofa ruang tamu. Di sebelahnya, seorang wanita cantik berambut hitam panjang dengan tubuh menggoda duduk dengan wajah gugup. Siapa lagi wanita itu kalau b
“Haah ... haah ... haah ....” Napas Fiona tersengal, jantungnya berdebar lebih cepat dibandingkan biasanya. Tubuhnya terasa terbakar, seperti ada gelombang panas yang menghantamnya, mengikis kesadarannya.“Hei!” Panggilan tidak bersahabat itu terdengar dari belakang, mengusik lamunannya.Fiona menoleh, ternyata pria tadi mengejarnya!Curiga pria tersebut memiliki andil dengan obat dalam minumannya, tanpa berpikir panjang, Fiona pun berusaha lari. Namun, baru satu langkah dia ambil, Fiona malah menabrak seseorang dengan keras!“Ugh!”Fiona hampir saja terjatuh, tapi sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya erat dan menahan kejatuhannya.Fiona membuka mata, mencoba melihat siapa penolongnya. Akan tetapi, pandangannya yang semakin membuyar tidak mengizinkannya melakukan hal itu.“Fiona Johnson?”Mendengar pria di depan memanggil namanya, Fiona yakin pria tersebut mengenalnya. Itu berarti pria tersebut juga bisa menolongnya!Meremas jas pria tersebut dengan sisa kekuatannya, Fiona pun
Mendengar balasan sang istri, Antonio menyisir rambutnya dengan frustrasi dan berkata, “Keponakanmu sedang demam, Fiona! Kamu tahu bagaimana anak kecil bisa kehilangan nyawa kalau tidak segera ditangani, bukan? Mengetahui hal itu, kamu masih ada waktu untuk bersikap cemburu kepada kakakmu? Apa kamu serius?!” bentak pria itu, tidak memedulikan bagaimana sang sopir dan pelayan rumah bisa mendengar omelannya kepada sang istri.Namun, sedetik kemudian, ekspresi Antonio berubah menjadi sangat gelap.“Tunggu, apa itu yang kamu inginkan? Agar Jackson meninggal dan Amber kembali terpuruk dalam kesedihan?”“Apa?“ Fiona menampakkan wajah tidak percaya.Antonio memasang wajah kecewa dan menatap jijik sang istri. “Jadi, benar kata Amber. Kamu begitu cemburu kepadanya sampai-sampai selalu ingin melihatnya menderita. Apa karena Amber jauh lebih sempurna dibandingkan dirimu dalam berbagai hal, itulah alasanmu tega bersikap keji padanya? Iya?!”“Apa yang kamu bicarakan—ah!” Ucapan Fiona terpotong saa
Dalam ruangan kecil di kelab eksklusif kota Dexton, Fiona tengah dicumbu panas oleh seorang pria. Gaun satin hitam yang kontras dengan kulit putihnya tampak terangkat hingga ke atas lutut, tempat tangan kekar pria itu mencengkeramnya penuh gairah.“Ngh!” Lenguhan terlontar dari bibir Fiona saat sang pria menyatukan tubuh mereka. Hal itu diikuti dengan entakan yang lebih keras, yang membuat Fiona tanpa sadar menggigit pundak sang pria.“Santai sedikit.” Suara dalam pria itu terdengar, membuat Fiona melepaskan gigitannya.“Ma... maaf...” bisik wanita itu lirih.Tawa rendah terdengar, diikuti dengan sang pria yang berkata, “Aku tidak merujuk kepada ‘mulut’ yang itu.”Ucapan sang pria langsung membuat wajah Fiona merona merah. Namun, belum sempat wanita itu membalas, pria asing itu kembali mencumbunya dengan begitu panas.Seumur hidupnya, Fiona Johnson tidak pernah menyangka akan berada di posisi seperti ini, mencumbu seorang pria asing tidak dikenal di kelab eksklusif di tengah kota, tep