Home / Pernikahan / Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu / Part 179. Saling Mengusulkan untuk Dirawat di Jakarta

Share

Part 179. Saling Mengusulkan untuk Dirawat di Jakarta

last update Last Updated: 2023-05-02 15:26:47

Mendekati adzan Ashar Lidya dan Santoso sampai di rumah sakit, Lidya pun menghubungi Arjuna,

"Aku sama papi udah di parkiran, mas dimana?"

"Kamu disuruh Kak Sonia?"

"Iya, Mas. Kirim ke aku nomor kamar mami dirawat!"

"Papi gimana?"

"Aman. Kirim cepat, Mas!"

Begitu sambungan terputus, Arjuna lekas mengirim nomor kamar inap Shanti. Dan, Lidya serta Santoso pun bergegas menuju kamar Shanti.

"Papi udah siap segala kemungkinan buruk soal mami?" tanya Lidya saat berjalan.

"Siap, tapi semoga kondisi mami kamu nggak parah."

"Ya, semoga saja, Pi.

Lidya dan Santoso berhenti di sebuah kamar VVIP No. 2 sesuai dengan yang diberikan Arjuna.

"Ini kamarnya, Pi," ucap Lidya.

Lidya pun mengetuk pintu.

Tok … Tok … Tok …

Saat pintu terketuk, Arjuna dan Shanti hampir bersamaan menoleh ke sumber suara.

"Siapa itu, Ar?" tanya Shanti.

"Hmmm …." Belum tuntas Arjuna menjawab, rupanya Lidya sudah lebih dulu membuka pintu.

"Mamiiii …!" Lidya berlari seiring dengan bulir bening yang turun dari bola matanya.

"Lidya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 180. Akhirnya Direstui dengan Ikhlas

    Lidya mengetuk pintu tak lama kemudian saat itu juga Shanti terbangun. Bukannya menemui Shanti, Lidya malah berjalan mendekati sofa yang diduduki Santoso, dan tanpa basa-basi langsung mengajak Santoso pulang bersamanya."Pi, pulang sekarang yuk!" ajaknya tanpa rasa segan."Terserah kalau papi sih. Gimana mami kamu juga, boleh apa enggaknya papi pulang sama kamu.""Mi, nggak apa-apa kan aku pulang sama papi? Soalnya ada urusan mi, penting. Kalau nggak, aku mau nemenin mami di sini," sahut Lidya seolah perhatian. Dia melirik sekilas ke arah Arjuna yang acuh."Nggak apa, Lid. Karir kamu jelas lebih penting," balas Shanti seperti yang tadi, dia terlihat memaksakan senyumannya."Aku bareng juga biar nggak repot Arjuna nganterin nanti," kilah Santoso seraya bangkit dari duduknya."Bener, Mas. Makin repot Arjuna nanti, ngerti aku." Shanti sengaja memperlurus ucapan Santoso, dia tidak peduli jika lelaki berusia 65 tahun itu tersindir."Kamu marah sama, Mas?""Buat apa marah, Mas. Udah kalian

    Last Updated : 2023-05-02
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 181. Pantas Saja Tergila-gila!

    Hari ini adalah hari yang sama-sama ditunggu Arjuna dan Shanti, mereka tak sabar terbang ke Jakarta meski dalam keadaan duka."Ternyata, bahagia itu kala seperti ini ya, Ar. Beda banget bahagianya ketika punya tas mewah, mobil keren, jalan-jalan keluar negeri.""Tapi 'kan keadaan mami begini," lirih Arjuna yang pasti merasa prihatin atas kondisi Shanti."Ya nggak apa-apa. Daripada mami hidup penuh dusta dan maruk terus-menerus," sahut Shanti.Keduanya tampak berbincang saat terbang menuju Jakarta."Ya Allah, jika Engkau memanggil hamba, panggil lah aku dalam keadaan husnul khotimah," batin Shanti terus mengatakan itu sejak kecelakaan itu terjadi."Namun, jika boleh meminta, beri hamba waktu untuk memperbaiki diri. Membenahi diri. Mempertebal iman serta taqwa. Hamba takut, jika pulang kepada-Mu tidak ada modal apapun yang akan dibawa."Kata batin Shanti juga tak jauh beda dengan harapan yang disimpan Arjuna dalam batinnya."Ya Allah, jangan ambil mami hamba saat ini. Beri dia kesempata

    Last Updated : 2023-05-03
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 182. Tanggalnya Kamu yang Nentuin

    "Kalau itu Nana setuju, Oma." Bukan Devina namanya yang tidak berceletuk sesuka hati. Padahal dia sedang memainkan tabletnya tapi masih fokus mendengar pembicaraan antara Shanti dan Ratna.Wajah Ratna jelas semakin bersemu merah menahan malu di depan Shanti."Berarti kamu satu ide sama Oma 'kan?""Iya, Oma. Nana sudah nggak sabar jadi anaknya Oom Ganteng. Eh, tapi, Oma nerima nggak kalau Nana jadi cucunya, Oma?""Nerima, Sayang. Oma bakal nerima sepaket," sahut Shanti seraya mengulas senyum pada Devina. Pun Devina membalasnya dengan senyuman termanis."Jadi, gimana Ratna? Bulan depan ya?""Hmm … menurutku, kita lebih baik fokus sama keadaan mami dulu. Untuk urusan yang tadi itu, bisa dibahas kapan-kapan, Mi.""Malah kebalik. Urusan kamu sama Arjuna yang lebih penting didahulukan. Kalian memang sudah sepatutnya segera dinikahkan. Jangan buat mami makin bersalah. Mau ya kamu?"Nada Shanti menelan secara perlahan. Ratna yang tadinya tertunduk, menatap dalam.Jika ditanya ingin hatinya, s

    Last Updated : 2023-05-03
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 183. Tambah Mahar Perhiasan Bagaimana?

    Ratna tampak terperangah mendengar rentetan kata yang begitu lancar terucap."Kok gitu ekspresinya?" tanya Arjuna yang jelas peka akan bahasa tubuh calon istrinya itu."Aku masih merasa shock, Mas. Apalagi kamu ngikutin maunya aku, biar aku nyaman, dan aku ngerasa kamu kayaknya mau lancar biar nggak banyak belibetnya.""Harus gitu dong. Perjalanan kita sudah cukup penuh perjuangan, aku nggak mau menghabiskan energi lagi cuma karena berbeda keinginan soal acara nikah dan resepsi. Lebih baik aku ngikutin mau kamu, nyamannya gimana. Aku ikutin semuanya. Termasuk, mahar. Kamu mau maharnya apa?"Deg!!!Jantung Ratna kembali memberi kode."Aku maunya seperangkat alat sholat saja, Mas.""Aku boleh tambahin perhiasan nggak? Sebagai tanda bentuk terima kasih aku. Boleh?""Hmm … aku pikirkan soal itu, Mas."Jawabannya yang sangat dirasa aneh terdengar, membuat kening Arjuna mengkerut."Kenapa harus dipikirkan? Memangnya berat sekali bagi kamu?""Iya, Mas. Aku takut jika tidak amanah dan menjaga

    Last Updated : 2023-05-04
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 184 Pindah Kamar Penjara

    Dara memberanikan diri berbicara pada polisi yang bertugas tak lama dirinya tersadar setelah pingsan."Apa? Pindah kamar? Kamu pikir hotel, seenaknya pindah kamar. Masih pagi, kamu udah bikin orang-orang ribet," sungut sang petugas yang masih mengantuk.Ulah teriakan senior sekamar Dara, dirinya terpaksa terjaga padahal baru saja lima menit ketiduran di meja tugasnya."Nanti kalau saya pingsan lagi bagaimana, Pak? Nanti bapak ngeluh lagi kayak tadi. Saya ini anak orang kaya lho, Pak.""Ngaku-ngaku aja kamu. Kalau kamu anak orang kaya, atau setidaknya punya keluarga nggak ada satupun keluarga mencari keberadaan kamu. Kecuali perempuan tua yang sama kamu waktu itu.""Nah, itu yang bikin saya bingung, Pak. Saya meminta ibu yang kemarin itu menemui papa saya. Tapi entah kenapa nggak datang-datang sampai sekarang.""Halah, banyak alasan kamu. Saya bertugas hampir 15 tahun lamanya. Ngadepin orang macam kamu, tidak terhitung banyaknya. Jadi, saya sudah hafal taktiknya.""Pak, saya serius, Pa

    Last Updated : 2023-05-05
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 185. Bagus Kalau Selamat! Bermain Dendam

    Mulyadi memang memutuskan sambungan telepon dari Dara. Namun, bukan berarti dia akan diam begitu saja. Tampak gurat emosi saat dia kembali mengetik nama seseorang dalam daftar pencarian di kontaknya."Kenapa nomor hape Shanti tidak bisa dihubungi?" Mulyadi bertanya-tanya dalam hati, karena nomor Shanti sama sekali tidak bisa dihubungi. Sampai saat ini, Mulyadi memang belum tahu apa yang menimpa Shanti. Apalagi tak pernah sekalipun, Shanti seperti itu. Paling lama mengangkat, mungkin ketika sudah tiga kali berdering. Dan itu, sangat jarang sekali.Gagal menghubungi Shanti, Mulyadi berganti menghubungi Santoso. "Saya pikir, setelah seminggu ini kamu berhenti menjadi tangan kanan saya di kantor ini, bisa bikin semuanya membaik. Ini malah makin buruk. Istri kamu kemana Santoso? Saya ingin mempertanyakan, kenapa Dara masuk penjara?" Suara Mulyadi terdengar lantang."Saya sudah usahakan, tapi mungkin ini sudah jalan terbaik. Arjuna memang tidak berjodoh, tidak masalah jika saya berhenti me

    Last Updated : 2023-05-08
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 186. Untung Melihat, Bisa Dijadikan Bukti

    "Hei, Romi! Kamu tanggalkan semua atribut yang memancing kecurigaan. Lalu, pantau ke dalam. Kalau anak sialan itu masih ada, kamu cari cara gimana supaya dia keluar dari kamar wanita matre itu!" titah Mulyadi.Detik kemudian, bodyguard yang perintahkan dengan sigap mengikuti instruksi. Buru-buru turun dari mobil menuju kamar inap Shanti.Sebelum memastikan ada atau tidaknya Arjuna di dalam, dia memantau dengan berjalan di teras yang kebetulan juga jalan alternatif menuju ruangan VVIP lainnya. Tak lupa memasang kedua telinganya, siapa tahu ditandai dengan adanya suara dari dalam.Dua kali mondar-mandir. Romi tak menemukan suara apapun dari dalam sana. Malahan, untuk memastikan keberadaan Arjuna dirinya berdiri dan mengintip dari jendela, tentunya sudah memantau keadaan sekeliling.Dia menjauh setelah mengintip lewat jendela, merogoh ponsel dari saku celana."Aman, Bos. Hajar saja sekarang!" infonya setelah telepon tersambung.Mulyadi dan kedua bodyguard lainnya pun menanggalkan atribut

    Last Updated : 2023-05-08
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 188. Emangnya Salah Jadi Pecundang?

    Mulyadi dan rombongannya tiba di kantor polisi cepat satu jam sebelum jam besuk dibuka. Sengaja, karena dia ingin menampakkan dan berpamitan pada polisi yang berani menentangnya kemarin malam."Salahnya Anda tidak mendengar ancaman saya, coba kalau pinter dikit, jabatan Anda pasti akan lebih tinggi dari ini," ucap Mulyadi yang sengaja menunggu keluarnya polisi itu."Saya lebih milih dibuang seperti ini daripada tidak punya harga diri, Pak. Ada Allah yang akan menolong saya sampai kapanpun.""Ya … ya, saya iyain ajalah ya. Daripada Anda makin sedih."Berhasilnya Mulyadi mendepak salah satu polisi yang benar-benar mengabdi tak mengherankan negeri kohona ini. Namun, terkadang penyelamatan Sang Pencipta itu memang terasa sakit."Papa …!" Mata Dara terbelalak sempurna melihat Mulyadi duduk di kursi keluarga penghuni penjara.Sampai saat ini kasus Dara memang masih dalam tahap pengembangan."Apa kabar kamu?" Mulyadi bangkit dari duduk, mengembangkan kedua tangannya untuk mengisyaratkan ingi

    Last Updated : 2023-05-08

Latest chapter

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 199. Potrait Kebahagiaan

    Di pusara yang berhiaskan rumput jepang Lidya menangis sejadi-jadinya. Hari ini tepat satu bukan kepergian Santoso dan hari pertama Lidya diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Kondisi yang sangat parah membuat dirinya sering drop."Pi, aku menyesal. Sangat menyesal. Andai waktu itu aku mendengar kata Kak Sonia, pasti semua ini nggak akan kayak gini.""Pi, kenapa harus pergi dengan cara gini? Kenapa papi perginya nggak bawa aku sekalian aja?"Air mata Lidya mengalir deras tanpa jeda. Mata dan hidungnya merah. Suaranya pun terdengar parau. Dari jarak satu meter Sonia hanya diam membisu seraya menatap sendu adik bungsunya yang meratapi kepergian lelaki tercintanya."Sudah, Lid. Papi sudah tenang di sana. Nggak sakit lagi." Sonia akhirnya menghampiri tubuh ringkih adiknya yang memeluk pusara Santoso.Lidya yang tak sesehat dulu jelas membuat Sonia khawatir. Apalagi bagian kepalanya yang bocor akibat jatuh dari tangga sebulan yang lalu itu."Lepasin aku, Kak. Aku mau disini nemenin papi."

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 198. Mengutuk Diri

    Rumah kediaman Santoso yang biasanya lengang, kini ramai didatangi oleh para pelayat. Pagi hari, jenazah Santoso dibawa pulang, karena atas keinginan Shanti otopsi diberhentikan, mengingat Shanti tak ingin jenazah suaminya itu melewati lima waktu sholat. Shanti tak ingin jenazah suaminya itu masih merasakan siksa dunia.Sanak saudara, klien, dan rekan kerja Santoso dulu turut hadir memberi doa sebelum Santoso dikebumikan. Dalam keramaian para pelayat yang datang, belum tampak batang hidung Ratna dan Devina. Mereka baru pagi ini terbang ke Jogja setelah semalam diberitahu oleh Arjuna.Pukul sebelas siang, Ratna dan Devina sampai juga di rumah duka. Shanti memeluk tubuh Ratna dengan erat."Maaf jika aku membawa sial, Mi. Kalau aku tidak ada mungkin papi masih ada," sesal Ratna seraya berbisik pada Shanti."Ini takdir Yang Maha Kuasa. Kamu bukan pembawa sial. Melalui kamu, Allah menyadarkan mami dari maruknya harta dan tahta."Tapi, Mi ….""Sudah, Ratna. Kamu tidak perlu terus-terusan me

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 197. Duka Beruntun

    Santoso mengalihkan pandangannya ke arah Lidya yang tertunduk takut."Benar apa yang dikatakan mami kamu, Lidya?" tanya Santoso dengan lantang.Hening tanpa jawaban. Tak dijawab langsung membuat emosi Santoso membuncah."Lidya, jawab papi!" teriak Santoso. Emosi yang tak terkontrol membuat Santoso drop seketika. Tangan kanannya memegang dada."Aaauuu …," pekiknya bersamaan dengan jatuhnya tubuh berbobot cukup besar itu ke lantai. Arjuna yang tidak begitu memperhatikan Santoso kalah cepat menyambut tubuh papinya itu."Mas!" pekik Shanti."Papi …," teriak Lidya histeris.Arjuna memapah tubuh Santoso dan merebahkannya di sofa.Napas Santoso tersengal-sengal menahan sesak."Ngapain kamu bengong, Lidya. Cepat telepon dokter!" desak Shanti yang panik."Sini aku telpon, mana nomor hape dokternya," ucap Arjuna."Aku nggak hapal, Mas." Lidya berlari menuju lantai dua untuk mengambil ponselnya yang ada di kamar.Namun, saat dirinya berhasil mengambil ponsel dan menuruni anak tangga kurang hati-

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 196. Cuti Menjadi Dua Hari

    "Mami dan Mas Arjuna pasti nggak tahu 'kan kalau papi sakit parah.""Jantung 'kan?""Bukan," bantah Lidya."Lalu apa, Lid. Kamu daritadi setengah-setengah aja ngomongnya. Bikin makin panik," sungut Shanti yang sudah mulai kesal."Papi, sakit kanker paru-paru kata dokter, Mi."Shanti dan Arjuna saling menoleh heran."Kamu jangan asal ngomong ya? Mana mungkin papi kena kanker," protes Shanti. Menurut Shanti, suaminya itu tampak seperti biasanya. Tak ada tanda jika suaminya memginap penyakit yang berbahaya itu."Sudah, sekarang kamu balik ke Jogja, biar aku temui papi besok. Dan, cukup bersikap lancang sama Ratna. Dia itu hanya korban dan kamu tidak punya hak mencampuri semua ini."Lidya bangkit dari duduknya, lalu berdiri berhadapan dengan Arjuna."Tanpa Mas suruh pun aku akan pulang. Tak sudi tinggal disini dengan orang seperti mas dan mami. Egois!"Lidya menyentak dengan kasar saat membuka pintu dan menghempaskannya dengan keras saat menutupnya kembali."Biarkan saja, Ar. Lidya meman

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 195 Keduanya Terperangah!

    Lidya tersentak kaget ketika melihat sosok yang sempat dia cari sebelumnya tiba-tiba datang tanpa kode."Ngapain kamu kesini? Nggak ada sopan santunnya sama sekali!" serang Arjuna yang terlihat begitu marah pada adik bungsunya itu.Mendengar suara Arjuna berada di luar rumah, Ratna pun bergegas ke sumber suara."Mas, kamu kok bisa tahu Lidya disini?" tanya Ratna penasaran."Nggak usah sok nanya, dasar perempuan bermuka dua," geram Lidya melihat Ratna tiba-tiba nimbrung. Dipikiran Lidya, Ratna lah yang menghubungi Arjuna. Dan, sekarang malah seorang bertanya."Jaga mulut kamu, Lid. Sembarangan aja kalau bicara!" sergah Arjuna. "Aku minta maaf atas sikap Lidya sama kamu, Rat. Nanti malam aku ke sini lagi.""Kamu ikut aku sekarang!" Arjuna menarik kasar tangan Lidya untuk masuk ke dalam mobil.Selama ini Arjuna tidak pernah berkata kasar ataupun bersikap kasar pada saudara perempuannya itu. Namun, tingkah Lidya yang kelewatan batas, tak ada toleransi lagi.Ratna melepas kepergian Arjuna

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 194. Pemisah dan Pembunuh

    Lidya sedang berdiri di sebuah rumah yang baru saja dikunjungi Arjuna dan Shanti."Permisi!" seru Lidya di depan pagar.Mendengar suara tersebut, Ratna pun bergegas ke pintu utama. Dirinya sempat mengernyitkan dahi saat berhenti di ambang pintu utama."Itu siapa? Kok asing wajahnya," gumam Ratna."Permisi, Mbak," sapa Lidya lagi seraya mengulas senyum palsu.Ratna pun melanjutkan langkah menuju pagar."Ya, Mbak. Ada yang bisa dibantu?" tanya Ratna, sama tidak membukakan gembok pagar rumahnya untuk jaga-jaga.Wajah Lidya yang tadinya menampakkan kehangatan palsu, sekarang berubah drastis tepat saat Ratna berdiri di depannya yang hanya terbatas dengan pagar."Saya Lidya, adiknya Mas Arjuna. Saya ingin mengobrol dengan Anda!" ucapnya dengan lantang. Sorot matanya pun ikut menatap Ratna dengan tajam."Oh, boleh. Silakan masuk!" titah Ratna yang setelahnya membuka gembok.Lidya mengikut langkah Ratna saat masuk ke dalam rumah. Tak ada rasa takut apalagi kesal karena melihat wajah Lidya yan

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 193. Pergi Sebentar

    Gerbang didorong oleh Pak Kobir saat bunyi klakson memberi kode.Pak Kobir tidak langsung memberitahu Arjuna, dirinya beranggapan tak sopan jika sang Tuan belum duduk di dalam rumah. Arjuna dan Pak Sobri melakukan seperti kemarin saat mobil sudah berhenti di depan rumah, hal akan menjadi rutinitas sampai waktu tak ditentukan."Mami langsung istirahat saja ya. Aku ada urusan sebentar," pamit Arjuna setelah membopong tubuh Shanti ke peraduan."Mau kemana, Ar? Bukannya cuti," tanya Shanti heran."Ada perlu sebentar, Mi.""Iya, sebentarnya kemana? Nggak tenang mami nih, Ar. Kata kamu ada polisi yang ngejagain. Tapi kok mami nggak lihat dari kemarin kalau ada yang jaga berpakaian lengkap seperti biasanya.""Yang jaga kita nggak pake seragam, Mi. Sengaja biar nggak ketahuan sama orang-orangnya Mulyadi.""Tapi nggak ada juga yang berdiri di dekat rumah kita.""Mereka berdiri di suatu tempat dengan standby CCTV. Begitu juga tadi di rumah Ratna. Kalau terang-terangan dijaga, mana ada yang bera

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 192. Sekalian Tidak Usah Menikah!

    Benar saja, esok hari Lidya langsung terbang ke Jakarta, tentu saja berbohong pada Santoso. Alih-alih beralasan ada interview di luar kota. Meskipun Sonia sudah melarang tapi tetap saja Lidya berangkat dengan berbohong pada Santoso."Aku pergi interview dulu ya, Pi. Doakan berhasil," pamit Lidya seraya mencium punggung tangan Santoso."Pasti. Semoga kamu bisa lebih sukses dari Arjuna.""Tentu, Pi. Aku akan bikin papi bangga, nggak kayak Mas Arjuna."Sebelum pamit, Lidya memberi selembar kertas pada asisten rumah tangganya. Disana tertulis apa saja yang akan dilakukan asisten rumah tangganya serta jam minum obat. Tak lupa, Lidya meminta asisten mengabari dirinya jika ada kondisi darurat. Atau jika tidak ada respon, asisten rumah tangga diminta untuk menghubungi Sonia."Pak, ada Mas Arjuna?" tanya Lidya pada security yang bertugas. Lidya sampai di Jakarta pukul dua belas siang."Bapaknya baru saja pergi, Mbak Lid.""Sama mami juga?" Lidya ingin memastikan."Iya, sama nyonya juga.""Kira

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 191. Disambut Saat Pulang

    Ponsel yang standby di tangannya, tak butuh lama bagi Arjuna membaca pesan yang dikirim oleh kakak kandungnya itu, meskipun dia hanya membaca lewat sekilas pemberitahuan di layar ponselnya."Mereka pikir aku akan gentar dengan ancaman ini. Cukup selama ini aku yang menjadi tameng menyelamatkan hidup keluarga. Namun, nggak berlaku lagi sekarang."Tanpa membuka pesan yang dikirim Sonia, Arjuna malah menghapus pesan yang Sonia serta memblokir nomor ponsel kakaknya itu dari whatsapp. Arjuna lebih memilih fokus pada kondisi Shanti daripada meladeni saudara kandungnya itu. Sebegitu kecewakah Arjuna sampai-sampai tak memberi celah?"Gimana, Kak? Sudah dibaca? Udah tiga jam lho ini." Lidya masih saja penasaran. Mereka tengah menikmati cemilan malam di balkon lantai dua."Belum. Sibuk atau bisa jadi sengaja nggak direspon.""Nggak direspon, berarti dia baca dong?""Tanda birunya nggak ada.""Apa Mas Arjuna menonaktifkan pertanda pesan yang masuk itu sudah dibaca?""Ya … nggak tau lah soal itu.

DMCA.com Protection Status