Home / Romansa / Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu / Bab 1. Hubungan Danu dan Adisty

Share

Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu
Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu
Author: Liliana3108

Bab 1. Hubungan Danu dan Adisty

Author: Liliana3108
last update Last Updated: 2025-02-21 13:12:29

"Aku bisa memberikan apa yang Nora tidak bisa berikan padamu." desis Adisty dengan sura lembut, berbisik pelan di telinga Danu yang mulai memerah bukan karena dinginnya ruangan melainkan karena hasrat laki-lakinya yang secara tanpa sadar menjadi memuncak.

Danu termenung dengan kepala terus berpikir. Ini bukan hal yang ia inginkan tapi bukan hal yang bisa ia tolak begitu saja.

"Aku janji ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua." rayu Adisty kembali. Kali ini dia lebih berinisiatif lagi. Dia tahu Danu tidak akan pernah memulainya jika ia tidak memulai duluan.

Adisty memutar tubuh Danu pelan, meraih tangan Danu yang terkepal memegangi ganggang pintu kamarnya, dan menaruhnya di atas bulatan lingkaran dadanya yang empuk.

"Kamu menyukainya?" tanya Adisty lembut sedikit menekan tangan Danu hingga bentuk bulatan dadanya berubah.

Wajah Danu yang mengetat karena tidak suka perlahan melonggar dengan tatapan yang masih bingung. Pikiran dan hati nuraninya masih tidak sejalan. Bayangan wajah wanita berkacamata yang sedang tersenyum membuat batinnya sulit untuk menerima anugerah yang ada di depannya. Namun, Danu sangat mendambakan momen romantis penuh gairah ini. Sesuatu yang Danu dambakan dari dulu tapi tak ia dapatkan dari sosok wanita dalam bayangannya itu.

Kepalan tangan Danu perlahan terbuka. Adisty adalah wanita yang cantik dan seksi. Tanpa meminta, ia dengan sukarela memberikan dirinya sendiri. Danu tak ingin membuang kesempatan itu.

Adisty tersenyum melihatnya walaupun belum ada tanda-tanda Danu bergerak mengikuti nalurinya.

"Kalau begitu bagaimana kalau begini?" Adisty menggerakkan tangan Danu kembali, menggosokkannya pada dada besar miliknya secara perlahan dan membawanya semakin ke atas dan ke atas hingga tangan itu masuk ke dalam balutan baju yang menghalangi bentuk lekuk tubuh yang sesungguhnya.

Suara erangan Adisty yang tidak bisa menahan rasa nikmat yang ia buat dengan sendirinya, memicu rangsangan pada diri Danu. Tangan Danu yang kini sudah berada pada dada Adisty tanpa dihalangi sehelai kain pun.

Rasa kenyal dan hangat yang ia rasakan untuk pertama kalinya karena menyentuh seorang wanita, mengacaukan pikiran Danu yang menjadi tak rasional. Tanpa ia sadari tangan yang tadi hanya diam, bergerak dengan sendirinya, memainkan dengan jari-jarinya yang panjang, meremasnya pelan dan semakin kuat.

"Akh," erang Adisty spontan dengan wajah memerah. Rasa haus akan sentuhan itu membuatnya menjadi gila. Adisty menginginkan lebih banyak dari Danu.

"Apa satu tangan cukup?" tanya Adisty dengan wajah memelas. Dia sangat menyukai sentuhan yang membuat tubuhnya terasa meleleh.

Danu terdiam. Tubuhnya terasa terbakar hingga membuat nafasnya menjadi hangat. Rasa geli yang memenuhi tubuhnya terasa tidak nyaman. Ia menjadi gila hanya karena menyentuh bagian sensitif Adisty.

"Tidak apa-apa. Aku janji Nora tidak akan tahu ini." bujuk Adisty, lagi-lagi Adisty lah yang lebih dulu berinisiatif meraih tangan Danu dan memasukannya ke dalam pakaian dalamnya.

"Ikuti instingmu sebagai laki-laki. Aku menyukai setiap bagian yang kamu sentuh!" ucap Adisty mendesah seksi, membangkitkan gairah Danu yang menjadi tak terkontrol.

Di rumah sakit,

"Tolong ya Mba Nor. Sekali ini aja." perempuan berambut pendek sebahu itu memohon pada temannya. Meminta temannya untuk menggantikan shift malamnya.

"Ya," jawab perempuan berkacamata berambut panjang sepinggang itu dengan senyuman lebarnya.

"Terima kasih Mba Nor. Mba memang teman yang paling baik." ujarnya, memeluk Nora kemudian berlalu pergi begitu saja.

Nora hanya bisa menghela nafas panjang. Padahal dia sudah memiliki janji setelah ini tapi ia tidak bisa bilang tidak pada temannya.

"Ckckck, sekali-kali bisa nggak kamu nolak?" keluh Fera berkacak pinggang di samping pintu. Fera baru saja datang untuk tugas malam.

"Aku nggak tega. Katanya ini ulang tahun pacarnya." balas Nora.

Nora Azkya Heera, wanita dewasa berusia 28 tahun. Berprofesi sebagai perawat di salah satu rumah sakit swasta. Tingginya 160 cm, anak kedua dari keluarga sederhana. Rasa sungkan yang sudah mendarah daging di dalam dirinya, menjadi sesuatu yang tak bisa dihilangkan begitu saja. Orang terdekatnya kadang merasa kesal karena sifatnya itu. Nora selalu mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan dirinya sendiri.

"Sudah berapa kali dia beralasan seperti itu?" keluh Fera dengan kerutan kening, mempertanyakan ingatan Nora yang pastinya tidak bermasalah karena diantara perawat yang lainnya, Noralah yang memiliki ingatan paling tajam.

"Mungkin pacar baru," jawab Nora tersenyum tanpa beban, sedangkan Fera hanya bisa menghela nafas panjang karenanya.

Nora mengikat rambut panjangnya dan menjepitnya dengan hairnet. Seragam putih serta rok putih panjang yang sudah dilepasnya kembali dipakainya.

"Terus kamu bagaimana? Kamu nggak malam mingguan sama pacarmu?" tanya Fera dengan sebelah alis terangkat.

"Kami bisa bertemu kapanpun kami mau,"

"Jujur. Sampai saat ini aku masih penasaran kenapa hubungan kalian bisa bertahan lama. Apa pacarmu baik-baik saja hanya berpegang tangan? Kamu bilang batasmu sampai pegangan tangan saja kan?"

"Pacarku bukan laki-laki seperti itu!" Nada tegas yang keluar dari mulut Nora membuat Fera terdiam dengan kedua bola mata membesar. Nora wanita yang selalu tersenyum dan tidak pernah marah, jika sudah mengeluarkan nada seperti itu berarti dia tidak suka mendengarnya.

"Aku tidak bermaksud menuduh pacarmu laki-laki mesum. Aku hanya iri saja sama hubungan kalian." jawab Fera lirih. Di usianya yang sudah 28 tahun ini dia sudah menjadi seorang janda yang memiliki satu anak. Berbeda dengan Nora yang masih suci hingga saat ini.

"Benar," jawab Nora diam sejenak. Kedua bola matanya berbinar terang dengan senyuman lebar di wajahnya. Kebahagiaan yang tergambar begitu jelas di wajahnya membuat Fera ikut tersenyum melihatnya. Rasa bahagia yang bisa menular ke orang terdekat.

"Aku tak pernah berpikir ternyata hubungan kami bisa bertahan selama ini dengan diriku yang seperti ini. Danu adalah laki-laki yang sangat baik. Tidak ada laki-laki yang begitu pengertian seperti dirinya. Aku bersyukur memilikinya di dunia ini. Dia satu-satunya untukku, separuh nya-,"

"Ok. ok. Cukup sampai sana kamu membanggakan pacarmu yang spek dewa itu," hentikan Fera sebelum ia semakin merasa iri.

"Kamu duluan aja. Aku mau ngirim pesan dulu."

"Ya sudah." Fera pergi meninggalkan Nora yang sedang fokus melihat huruf-huruf kecil di layar handphonenya. Meluruskan kacamatanya agar terlihat lebih jelas.

("Sayang maaf. Aku lanjut shift lagi. Bagaimana kalau makan malamnya diganti dengan makan siang?") ketik Nora menambahkan emoticon maaf di akhir chatnya.

Selain mengirim pesan ke pacarnya. Nora juga mengirim pesan ke sahabatnya.

("Adisty aku minta maaf. Aku nggak bisa jengukin kamu dulu. Aku lanjut shift malam. Obat yang tadi Danu bawa tolong diminum ya! Jangan sampai lupa!") ketik Nora cepat, kemudian mengirimnya.

"Apa Danu sudah sampai ya? Seharusnya sudah sampai sih," gumam Nora, sambil berjalan ia melihat ke arah jam yang melingkar di tangannya. Setelah mendapatkan pesan dari sahabatnya, Adisty. Nora yang tak bisa meninggalkan pekerjaannya terpaksa meminta bantuan pacarnya untuk mengantarkan obat ke Adisty yang mengaku sedang sakit.

"Nora!"

"Ya." Nora berlari kecil menghampiri rekan-rekannya. Beberapa menit yang lalu saat ia meninggalkannya, ruangan itu baru saja kosong dan sekarang terisi kembali, bahkan lebih penuh dari sebelumnya.

"Malam ini kita tidak akan bisa beristirahat," gumam Fera, lesu sebelum berperang.

Di kamar Adisty,

Danu terdiam, merasakan handphone yang ada di saku celananya bergetar.

"Kenapa berhenti?" tanya Adisty. Bibir Danu yang tadinya melumat bibirnya secara sensual, berhenti di tengah jalan.

Danu melepaskan bibirnya. Tangannya merogoh kantung celananya untuk mencari benda yang bergetar tadi.

"Tunggu sebentar." ucap Danu melepaskan dirinya. Tapi Adisty tak membiarkannya begitu saja. Adisty tak mau rasa nikmat yang ia rasakan itu hilang di tengah jalan. Adisty mendorong tubuh Danu ke atas tempat tidurnya dan menindihnya dengan badannya yang sudah setengah telanjang, hanya menyisakan kain penutup bulatan dadanya yang masih terkait.

"Aku tidak tahan lagi. Sejak tadi kau terus bermain dengan bibirku." protes Adisty dengan manja. Bisikan seksinya membuat saliva di tenggorokan Danu tertelan dengan lancar.

"Tunggu aku balas pesan seben-." mulut Danu dibungkam Adisty. Adisty melumat bibir Danu seperti yang mereka lakukan tadi, tak membiarkan Danu lepas darinya. Adisty hanya ingin Danu fokus pada dirinya.

"Bisakah kamu fokus pada diriku? Jangan pikirkan Nora!" ucap Adisty serius. Matanya menatap mata Danu yang dalam. Tangannya meraih kaitan yang menutupi bentuk bulatan dadanya yang indah. Ia melepaskannya dan membiarkan Danu melihat ke arahnya. Rasa haus yang meledak membuat badannya merasa gerah. Benda besar yang membentuk indah itu bergerak mengikuti alunan nafas yang semakin terasa meningkat.

"Kalau begitu matikan lampunya!"

"Aku tidak mau. Biarkan saja menyala. Aku ingin melihat wajahmu. Apa kamu tidak mau melihat wajahku?"

"Bukan begitu," balas Danu memalingkan wajahnya. Melihatnya secara jelas membuatnya merasa malu. Tubuh Adisty sangat indah dan cantik, sebagai laki-laki normal Danu sulit untuk menahan dirinya untuk tidak menerkamnya lebih dulu.

"Kamu yakin melakukannya denganku?" Danu masih tidak bisa percaya dengan apa yang ia lakukan sekarang ini. Ini mungkin sudah sangat lebih dari yang ia bayangkan.

"Tentu saja." jawab Adisty tegas. Keyakinannya membuat Danu sejenak terpikirkan akan pacarnya. Pacarnya yang pastinya akan langsung menolak saat Danu hendak ingin mengecup bibirnya saja.

"Ingat. Ini hanya menjadi rahasia kita saja!" tekan Danu, matanya kembali mengarah ke arah Adisty yang terlihat agak kecewa. Adisty tahu dia tidak akan sepenuhnya menggantikan Nora di hati Danu.

"Ya." Tapi hal itu tak menjadi masalah untuk Adisty. Karena sejak awal dia memang ingin melakukan ini bersama Danu. Adisty menempelkan badannya, baju yang masih melekat di badan Danu ia buka secara perlahan.

"Aku tak akan membuatmu menyesal melakukannya denganku!" ujar Adisty tersenyum senang.

***

Mendapatkan jeda setelah berperang dengan banyaknya pasien yang berdatangan, Nora langsung mengambil handphonenya.

"Kenapa Danu belum balas pesanku? Apa dia lagi di jalan?" gumam Nora mengerutkan keningnya.

"Kamu!" panggil kepala ruangan. Nora yang tak tahu dirinya dipanggil, tetap fokus melihat layar handphonenya.

"Cewek kacamata!" panggil kepala ruangan itu lagi.

"Saya?" tanya Nora langsung menoleh ke belakang.

"Siapa lagi selain kamu yang berkacamata di sini?" omel ibu kepala ruangan.

"Ya Bu Dokter. Ada apa?" Nora meletakkan kembali handphonenya di laci meja. Menghampiri kepala ruangan yang berdiri agak jauh darinya.

"Beberapa hari ini aku terus melihatmu di sini. Siapa lagi yang kamu gantikan hari ini?" Suara tegas dan datar itu membuat jantung Nora menegang.

"Vivi." jawab Nora gugup. Perasaannya tidak enak. Siapapun yang ada di posisinya sekarang pasti tahu bahwa wanita di depannya itu terlihat marah.

"Anak itu lagi?" bola mata yang membesar bulat dengan nada bicara yang semakin tinggi. Nora tahu dia tidak akan bai-baik saja setelah ini.

"Siapa yang mengizinkan kalian bebas saling tukar?"

"I-itu,"

"Pulang! Jangan biarkan aku melihat wajahmu lagi!" usir kepala ruangan geram. Raut wajahnya memerah dengan tatapan seperti ingin membunuh. Mengintimidasi Nora yang mematung seketika.

"Dok. Terus yang-,"

"Kamu tidak mendengarkan perintahku?" bentaknya kencang, sampai yang lain melihat. Tatapan tajam yang mengkilat seperti Sambaran petir sontak membuat Nora langsung diam.

"Baik Dok. Tapi saya gak dipecat kan?"

"Aku akan pecat kamu kalau kalian saling tukar lagi tanpa izin!"

"Maaf." balas Nora. Tapi kata maaf itu tidak tersampaikan dengan benar. Kepala ruangannya sudah langsung meninggalkan dirinya. Dari jauh, Nora bisa melihat wanita yang ia panggil sebagai Bu Dokter itu sedang memarahi kepala perawat. Gara-gara dia, kepala perawatnya jadi kenak omel. Nora hanya bisa berdiri lesu dengan rasa bersalah yang mulai menyelimuti dirinya.

"Aku harus cepat pergi dari sini," Nora memutar tubuhnya dan berjalan pergi ke ruang ganti.

Pakaiannya sudah berganti dengan pakaian formal. Jam tangan yang melingkar di tangannya baru saja menunjukkan angka sepuluh malam. Belum terlalu malam untuk ia pergi menjenguk Adisty.

"Aku lihat sebentar saja lalu pulang," rencananya.

Nora memesan mobil untuk mengantarnya. Seperti biasa, dia memesan mobil dengan supir wanita. Tidak lama, hanya beberapa menit, mobil yang ia pesan pun sudah ada di depan matanya.

"Perumahan HK." beritahu Nora.

Di sepanjang jalan, Nora mencoba menghubungi Danu. Dia berencana untuk memberi tahu pacarnya bahwa dia akan pergi ke rumah Adisty. Laporan singkat yang sering Nora lakukan untuk mengabari sang pacar.

"Nomor yang anda tuju sedang sibuk." jawab operator berulang kali.

"Mungkin dia sedang sibuk. Aku nggak boleh ganggu." ujarnya. Setelah berulang kali mencoba menghubungi Danu, Nora menyerah.

("Adisty. Aku sedang menuju rumahmu.") beritahu Nora memasukkan kembali handphonenya ke dalam tasnya.

***

Klik.

Nora terpaksa membuka pintu apartemen Adisty. Sejak tadi ia memanggil Adisty tapi tak ada jawaban dari Adisty. Nora pikir Adisty mungkin sedang kesakitan di dalam karena itu ia menerobos masuk.

Rumah itu sangat gelap dan sunyi. Tidak ada tanda kehadiran siapa-siapa kecuali suara erangan yang samar-samar terdengar.

"Adisty?" panggil Nora, tapi tak ada jawaban.

Melepaskan sepatunya di samping rak sepatu. Nora melihat ada sepatu laki-laki di sana.

"Ada orang?" gumamnya, berjalan masuk lebih dalam. Firasatnya sungguh tidak enak, Nora merasakan itu.

"Adisty?" panggil Nora mendekat. Erangan itu semakin terdengar di telinganya. Suara yang tak asing di telinganya yang tidak dapat ia artikan.

"Adisty? Kamu baik-baik saja?" Nora tampak ragu untuk mendekat. Dia melihat ruangan Adisty menjadi satu-satunya ruangan yang terlihat menyala lampunya disana.

"Akhhhh." erang Adisty semakin kencang. Nora yang berpikir Adisty sedang berteriak kesakitan langsung masuk ke dalam.

Nora mematung seketika dengan tubuh gemetar. Kedua matanya terbuka lebar dengan degup jantung berdebar kencang.

"Nora." ucap Adisty menatap kaget. Saat dirinya masih berada di atas Danu dengan tubuh polosnya yang penuh keringat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 2. Hal Yang Seharusnya Tidak Dilihat

    "Sekarang giliranku!" ujar Adisty dengan suara terengah-engah. Sudah satu jam lebih berlangsung tak membuat mereka berdua puas untuk melakukan ikatan intim itu. Danu yang tadinya berada di atas memberikan kesempatan pada Adisty untuk menggantikan posisinya. Mencoba hal baru yang belum pernah ia rasakan. Saat Adisty mulia melebarkan pahanya dan memasukkan miliknya tanpa aba-aba. Semuanya masuk dalam satu tekanan yang membuat perutnya terasa hangat dan penuh. "Akhhhh," rintih Adisty, rasa sakit yang membuatnya menggila. Apalagi saat melihat wajah Danu yang terlihat menyukainya. Perasaan Adisty menjadi penuh bahagia. "Sentuh dadaku!" ujar Adisty sambil menggoyangkan pinggulnya. Tangan kekar yang tak berhenti memainkan bulatan miliknya semakin membuat Adisty dimabuk cinta. Kenikmatan yang ia rasakan yang tidak ingin ia akhiri dengan cepat. Klik. Danu dan Adisty terdiam sejenak. Gerakan pinggul yang tadinya semakin cepat tiba-tiba berhenti mendadak. "Maaf." suara yang tak asing, mem

    Last Updated : 2025-02-21
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 3. Tidak Asing

    Mobil Ferrari Purosangue berwarna merah melesat cepat di jalanan melewati setiap pelintas. Tak satupun dari mereka bisa menghentikan mobil merah itu melintas. Bergerak ke kanan kiri, menguasai jalanan. Mobil merah itu masuk ke dalam area gedung tinggi dekat perumahan HK yang sangat terkenal. Terparkir rapi di tempat yang aman. Klik. Mobil terbuka. Laki-laki jenjang keluar dengan penampilan yang menyeramkan. Darah yang menempel di seluruh pakaiannya masih terlihat segar. Begitu juga dengan darah yang menempel di wajah dan tangannya. Tatapannya dingin, wajahnya datar, Rahangnya mengetat keras. Tanpa perasaan takut ada orang yang melihatnya. Laki-laki itu berjalan masuk ke dalam gedung dengan cuek. Masuk ke dalam lift yang bergerak mengantarnya sampai ke lantai atas. Melintasi apartemen Adisty yang berada di sebelah kiri lift, laki-laki itu diam berhenti di tempat. Matanya mengarah pada pintu yang terbuka lebar, memperlihatkan area dalam rumah itu. Tanpa seizin pemilik rumah, laki

    Last Updated : 2025-02-23
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 4. Kecurigaan Yang Semakin Besar

    "Kamu di sini?" Grizell yang baru saja keluar dari ruangannya, berpapasan dengan Naren di depan pintu ruangannya. Nora yang berlari mengejar langsung berhenti mendadak. Matanya tak lagi tertarik pada sosok laki-laki di depannya itu, matanya tertuju pada perempuan yang ada di depannya. Melihat Nora dengan garis alis lurus dan garis bibir tegas. "Tunggu di ruanganku!" ucap Grizell berbicara dengan Nora. Naren yang sadar perhatian Kakaknya teralihkan, mencari tahu dengan siapa ia bicara. Naren melihatnya tapi Nora tidak. Nora sudah membungkukkan badannya. "Ikut aku!" ajak Grizell, menuntun Naren. "Kenalan Bu dokter?" gumam Nora, mengangkat kepalanya setelah Grizell pergi. Sesuai instruksi, Nora masuk ke dalam ruangan. Ternyata, dia tak sendiri di sana. Ada laki-laki tua, yang usianya hampir sama seperti Ayahnya, sedang duduk menyesap kopinya sambil melihat ke arahnya bingung. "Siang Pak," salam hormat Nora, menundukkan kepalanya. Nora mengenalnya tapi laki-laki tua itu

    Last Updated : 2025-02-25
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 5. Gadis Bodoh

    Langit terlalu kosong tanpa bintik-bintik kecil terang yang selalu ada mengisi tempat. Cuacanya pun cukup dingin tak seperti biasanya karena sudah memasuki musim penghujan. Taman kota yang biasanya ramai dikunjungi pengunjung terlihat tidak terlalu ramai seperti biasanya. Hanya ada beberapa orang yang bertahan di sana, saat angin terasa semakin kencang menyapa tubuh. Diantaranya, Naren yang berlari sendiri mengelilingi area taman. Di telinganya terpasang benda hitam kecil yang menghubungkan dia dengan seseorang. "Kamu sedang olahraga?" "Hmm," "Demi apa? Kamu nggak kedinginan?" "Ha?" "Oh ya, manusia dingin sepertimu mana bisa merasakan dingin," Laki-laki berpakaian baju tidur berwarna hitam tengah duduk di sofanya sambil menikmati kopi hangat. Di samping telinganya ada handphone yang melekat. "Langsung saja. Aku tidak suka banyak bicara denganmu!" "Aissssh. Jadi kamu mau tetap melanjutkan kontrak dengannya setelah tahu bagaimana kehidupan pribadinya?" "Ya." "Ka

    Last Updated : 2025-03-01
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 6. Laki-laki Itu Ternyata Danu!

    Wanita cantik yang ada di depan cermin itu adalah Nora. Paras yang selama ini tersembunyi di balik wajah tanpa riasan. Bibir kecil yang selalu terlihat pucat, kini terlihat lebih cerah dan segar dengan olesan warna cherry. Rambut panjang yang selalu diikat kuda kini terurai panjang bergelombang. Kacamata yang selalu terkait di telinga tak lagi menutupi mata indahnya. Bola mata yang umumnya orang asia punya, kecoklatan dan bulu mata hitam panjang lentik. "Apa ini aku?" gumam Nora, bahkan ia pun tak menyangka wanita yang ada di depan cermin itu adalah dirinya sendiri. Sudah lama sejak ia terakhir kali membubuhkan warna ke wajahnya. Terakhir, di acara pernikahan Kakaknya. "Kamu sebenarnya cantik, tapi sayang kurang dirawat aja!" celetuk laki-laki di belakangnya. Orang yang sudah berjasa mengubahnya menjadi seorang putri cantik. "Apa aku bilang. Dia cantik kan?" sahut Adisty, memajukan wajahnya ke dekat Nora. Aroma parfum yang segar dan cukup kuat, menggelitik hidung Nora. Aroma kh

    Last Updated : 2025-03-04
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 7. Cinta Yang Membuat Mati

    Beberapa menit sebelumnya, "Kamu sudah selesai?" tanya Alina yang sejak tadi menunggu di depan kamar mandi laki-laki.Naren diam tak menanggapi. Apa yang sudah terjadi 4 tahun sebelumnya membuat ia tak bisa bersikap baik-baik saja ke Alina. Naren lanjut berjalan, mengabaikan Alina yang terus mengikutinya dari belakang. Tidak terima dengan sikap Naren yang begitu dingin, Alina berlari kecil untuk bisa menyaingi Naren. "Naren!" Alina berhasil menahan tangan Naren.Naren membalikkan badannya. Kedua alisnya menekuk ke bawah dengan otot rahang yang semakin mengetat. Tatapan dingin yang mengisyaratkan kemarahan tersampaikan ke Alina yang menjadi takut. Bukk. Naren mendorong tubuh Alina ke dinding cukup keras. Alina tidak cukup cepat untuk bereaksi. Matanya terbuka lebar menatap Naren. Mata Naren yang dulunya melihatnya dengan penuh cinta sudah tak ada lagi disana. "Apa kamu tidak punya rasa malu sedikitpun?" tekan N

    Last Updated : 2025-04-04
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 8. Melepaskan Kesucian

    "Kenapa kamu menarik ku?" Danu menarik tangannya dari Adisty. Menatap Adisty dengan penuh amarah. Seharusnya Adisty tidak membawanya, karena sekarang Danu jadi tidak tahu Nora ada dimana. Dia tahu kesalahannya tapi dia tidak bisa membiarkan Nora begitu saja dibawa olek laki-laki asing yang tak ia kenal. Bagaimana jika laki-laki itu berbuat sesuatu pada Nora? Danu kesal memikirkannya. Membayangkan apa yang ia lakukan dengan Adisty bisa saja terjadi pada Nora. Danu semakin marah. Dia tidak mau itu terjadi. "Agghhhhh!" teriaknya sambil menjambak rambutnya sendiri. "Tenanglah Danu!" "Bagaimana aku bisa tenang? Semua ini gara-gara kamu!" balas Danu mendorong Adisty menjauh darinya. "Bagaimana jika laki-laki itu berbuat sesuatu pada Nora?" Rahang Danu semakin mengetat dengan wajah memerah, bahkan urat-urat di wajahnya hampir terlihat. Dia tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Nora. "Kamu mau kemana?" "Menurutmu?""Dia bukan

    Last Updated : 2025-04-05
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 9. Tidak Suci Lagi?

    Sebelum laki-laki itu datang, Nora bergegas untuk kabur. Namun, saat baru menginjakkan kaki ke lantai, Nora merasakan kepalanya seperti tersengat listrik dengan voltase tinggi, sakitnya membuat Nora memutuskan untuk tidur kembali. "Aghh," ringisnya, kepalanya terasa ingin pecah. Nora sama sekali tidak ingat apa yang terjadi padanya tadi malam. Yang dia ingat dia dan Vivi datang ke sebuah klub untuk tujuan melepaskan kesuciannya. Agar tidak gugup Vivi memesankan minuman untuknya dan setelah itu Nora tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. "Aku benar-benar lupa." rengek Nora, menutupi wajahnya yang kecil dengan kedua telapak tangannya. Matanya masih tertuju ke arah kamar mandi, suara air keran itu masih terdengar dan seperti suara hantu bagi Nora. "Aku harus pergi sekarang!" tuntutnya, mencari cara untuk bisa pergi dengan keadaannya sekarang. Nora kembali mencoba menurunkan kakinya terlebih dahulu, menggeser badannya yang terasa sakit di sek

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 13. Ajakan Tidur Bersama

    Bola mata berwarna keabu-abuan itu menangkap bayangan Nora yang berbalik pergi, kabur seperti dikejar hantu. Entah apa yang ada di pikirannya, terakhir ia melihat ke arah Naren dengan kedua bola mata bergetar."Apa yang kamu bicarakan dengan wanita itu?" Naren duduk di kursi tempat Nora duduk tadi. Perhatiannya teralihkan ke arah pelayan yang mengantarkan makanan ke mejanya. Dia baru saja datang dan makanan itu sudah datang. Ada cake strawberry yang tidak cocok di mulutnya dan beberapa makanan manis lainnya. Membuat Naren bertanya-tanya. "Ini punyaku. Ini punyamu!" Andrew memutar makanan yang ada di depan Naren. "Ini untuk wanita itu kan?" Naren melipat kedua tangannya di atas dada. Tatapan menyelidik nya terarah ke arah Andrew. "Bukan!""Sejak kapan kamu suka makanan manis?" "Hahaha, gak seru!" balas Andrew tertawa. Tetap memakan makanan manis tersebut walau tidak terlalu suka. "Jadi apa yang kalian bicarakan?" Naren masih belum

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 12. Hubungan Yang Rumit

    Andrew terus melihat ke layar handphonenya. Setiap kali mendengar suara dering ponsel, dia buru-buru mengangkatnya dan kemudian menghela nafas panjang. Hal itu terus Naren lihat selama dua hari berturut-turut. Bahkan saat berada di dalam mobil saat ini juga. Andrew buru-buru melihat handphone dan kemudian menghela nafas lagi. Entah sudah berapa kali Naren melihatnya dalam beberapa jam. Naren melirik kan matanya, tanpa mengucapkan sepatah kata. Andrew langsung memberikan penjelasan. "Aku sudah memberitahumu kan wanita itu... Tidak. Maksudku Nora. Kamu tahu kan dia meminta nomor handphoneku dua hari lalu? Tapi kenapa sekarang dia belum juga menghubungiku?" Pembicaraan mereka waktu itu berakhir dengan Nora yang berhasil mendapatkan nomor handphone Andrew, tapi Andrew tidak berhasil mendapatkan nomor milik Nora, alasannya karena Noralah yang nantinya akan menghubungi Andrew terlebih dahulu. Namun nyatanya?"Apa rencanamu?" Andrew bukanlah ora

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 11. Bukan Pelacur Seperti Dia!

    "Aku pergi!" Naren baru saja akan meninggalkan tempat itu. Saat langkah kakinya terhenti dan matanya menangkap kehadiran Nora yang berjalan mendekat dengan kecepatan penuh ke arah Adisty. Penampilan wanita itu sangat berbeda dari kesan yang sudah tertanam di kepala Naren. Pakaiannya yang transparan, samar-samar memperlihatkan kulitnya yang halus. Rambut gelombang terurai panjang dengan sedikit riasan di wajahnya, matanya yang menatap dalam seperti ombak pantai yang bergemuruh. Mengingatkan Naren dengan tatapan kosong yang terakhir kali ia lihat. Kini wanita itu memiliki keinginan dalam hidupnya, setidaknya itulah yang terlihat di mata Naren. Naren jadi penasaran apa yang membuat tatapan wanita itu berubah. Walau sebenarnya ia pun tahu jawabannya. Namun dia lebih penasaran apa yang akan di lakukan wanita itu untuk melawan Adisty. Tapi siapa sangka, ucapan Nora bisa mengancam kerja kerasnya. Naren sudah salah sangka karena berpikir wanita itu hanya akan memandangi

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 10. Pelacur Yang Kehilangan Rasa Malu

    "Kamu sudah coba hubungi adikmu?" Sosok laki-laki beruban tengah duduk di sofa sembari memegangi ponselnya. Mata tua dibalik kacamata tebalnya, terus tertuju pada layar ponsel yang menyala. Menunggu sang putri yang tidak dapat dihubungi setelah seharian hilang tanpa kabar. "Ayah tidak perlu khawatir. Dia sudah cukup dewasa untuk mengurus dirinya sendiri!" jawab Nadin. Dia datang untuk mengisi stok makanan yang ada di kulkas. "Tapi tetap saja......." Ucapannya terhenti. Kelopak mata yang sudah mengendur, sedikit menegang. Suara keributan yang samar-samar terdengar sampai ke dalam rumah menarik perhatiannya. Nadin yang mendengar pun juga diam menghentikan aktivitasnya. "Orang berkelahi?" tebak Nadin, tentunya membuat jiwa keingintahuannya meningkat. Nadin menutup kembali pintu kulkasnya, membiarkan sebagian barang yang belum sempat ia masukkan di atas meja. Ayah yang juga penasaran, ikut bersama sang putri untuk mencari tahu. **

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 9. Tidak Suci Lagi?

    Sebelum laki-laki itu datang, Nora bergegas untuk kabur. Namun, saat baru menginjakkan kaki ke lantai, Nora merasakan kepalanya seperti tersengat listrik dengan voltase tinggi, sakitnya membuat Nora memutuskan untuk tidur kembali. "Aghh," ringisnya, kepalanya terasa ingin pecah. Nora sama sekali tidak ingat apa yang terjadi padanya tadi malam. Yang dia ingat dia dan Vivi datang ke sebuah klub untuk tujuan melepaskan kesuciannya. Agar tidak gugup Vivi memesankan minuman untuknya dan setelah itu Nora tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. "Aku benar-benar lupa." rengek Nora, menutupi wajahnya yang kecil dengan kedua telapak tangannya. Matanya masih tertuju ke arah kamar mandi, suara air keran itu masih terdengar dan seperti suara hantu bagi Nora. "Aku harus pergi sekarang!" tuntutnya, mencari cara untuk bisa pergi dengan keadaannya sekarang. Nora kembali mencoba menurunkan kakinya terlebih dahulu, menggeser badannya yang terasa sakit di sek

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 8. Melepaskan Kesucian

    "Kenapa kamu menarik ku?" Danu menarik tangannya dari Adisty. Menatap Adisty dengan penuh amarah. Seharusnya Adisty tidak membawanya, karena sekarang Danu jadi tidak tahu Nora ada dimana. Dia tahu kesalahannya tapi dia tidak bisa membiarkan Nora begitu saja dibawa olek laki-laki asing yang tak ia kenal. Bagaimana jika laki-laki itu berbuat sesuatu pada Nora? Danu kesal memikirkannya. Membayangkan apa yang ia lakukan dengan Adisty bisa saja terjadi pada Nora. Danu semakin marah. Dia tidak mau itu terjadi. "Agghhhhh!" teriaknya sambil menjambak rambutnya sendiri. "Tenanglah Danu!" "Bagaimana aku bisa tenang? Semua ini gara-gara kamu!" balas Danu mendorong Adisty menjauh darinya. "Bagaimana jika laki-laki itu berbuat sesuatu pada Nora?" Rahang Danu semakin mengetat dengan wajah memerah, bahkan urat-urat di wajahnya hampir terlihat. Dia tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Nora. "Kamu mau kemana?" "Menurutmu?""Dia bukan

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 7. Cinta Yang Membuat Mati

    Beberapa menit sebelumnya, "Kamu sudah selesai?" tanya Alina yang sejak tadi menunggu di depan kamar mandi laki-laki.Naren diam tak menanggapi. Apa yang sudah terjadi 4 tahun sebelumnya membuat ia tak bisa bersikap baik-baik saja ke Alina. Naren lanjut berjalan, mengabaikan Alina yang terus mengikutinya dari belakang. Tidak terima dengan sikap Naren yang begitu dingin, Alina berlari kecil untuk bisa menyaingi Naren. "Naren!" Alina berhasil menahan tangan Naren.Naren membalikkan badannya. Kedua alisnya menekuk ke bawah dengan otot rahang yang semakin mengetat. Tatapan dingin yang mengisyaratkan kemarahan tersampaikan ke Alina yang menjadi takut. Bukk. Naren mendorong tubuh Alina ke dinding cukup keras. Alina tidak cukup cepat untuk bereaksi. Matanya terbuka lebar menatap Naren. Mata Naren yang dulunya melihatnya dengan penuh cinta sudah tak ada lagi disana. "Apa kamu tidak punya rasa malu sedikitpun?" tekan N

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 6. Laki-laki Itu Ternyata Danu!

    Wanita cantik yang ada di depan cermin itu adalah Nora. Paras yang selama ini tersembunyi di balik wajah tanpa riasan. Bibir kecil yang selalu terlihat pucat, kini terlihat lebih cerah dan segar dengan olesan warna cherry. Rambut panjang yang selalu diikat kuda kini terurai panjang bergelombang. Kacamata yang selalu terkait di telinga tak lagi menutupi mata indahnya. Bola mata yang umumnya orang asia punya, kecoklatan dan bulu mata hitam panjang lentik. "Apa ini aku?" gumam Nora, bahkan ia pun tak menyangka wanita yang ada di depan cermin itu adalah dirinya sendiri. Sudah lama sejak ia terakhir kali membubuhkan warna ke wajahnya. Terakhir, di acara pernikahan Kakaknya. "Kamu sebenarnya cantik, tapi sayang kurang dirawat aja!" celetuk laki-laki di belakangnya. Orang yang sudah berjasa mengubahnya menjadi seorang putri cantik. "Apa aku bilang. Dia cantik kan?" sahut Adisty, memajukan wajahnya ke dekat Nora. Aroma parfum yang segar dan cukup kuat, menggelitik hidung Nora. Aroma kh

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 5. Gadis Bodoh

    Langit terlalu kosong tanpa bintik-bintik kecil terang yang selalu ada mengisi tempat. Cuacanya pun cukup dingin tak seperti biasanya karena sudah memasuki musim penghujan. Taman kota yang biasanya ramai dikunjungi pengunjung terlihat tidak terlalu ramai seperti biasanya. Hanya ada beberapa orang yang bertahan di sana, saat angin terasa semakin kencang menyapa tubuh. Diantaranya, Naren yang berlari sendiri mengelilingi area taman. Di telinganya terpasang benda hitam kecil yang menghubungkan dia dengan seseorang. "Kamu sedang olahraga?" "Hmm," "Demi apa? Kamu nggak kedinginan?" "Ha?" "Oh ya, manusia dingin sepertimu mana bisa merasakan dingin," Laki-laki berpakaian baju tidur berwarna hitam tengah duduk di sofanya sambil menikmati kopi hangat. Di samping telinganya ada handphone yang melekat. "Langsung saja. Aku tidak suka banyak bicara denganmu!" "Aissssh. Jadi kamu mau tetap melanjutkan kontrak dengannya setelah tahu bagaimana kehidupan pribadinya?" "Ya." "Ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status