Home / Romansa / Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu / Bab 7. Cinta Yang Membuat Mati

Share

Bab 7. Cinta Yang Membuat Mati

Author: Liliana3108
last update Last Updated: 2025-04-04 07:15:15

Beberapa menit sebelumnya,

"Kamu sudah selesai?" tanya Alina yang sejak tadi menunggu di depan kamar mandi laki-laki.

Naren diam tak menanggapi. Apa yang sudah terjadi 4 tahun sebelumnya membuat ia tak bisa bersikap baik-baik saja ke Alina. Naren lanjut berjalan, mengabaikan Alina yang terus mengikutinya dari belakang.

Tidak terima dengan sikap Naren yang begitu dingin, Alina berlari kecil untuk bisa menyaingi Naren.

"Naren!" Alina berhasil menahan tangan Naren.

Naren membalikkan badannya. Kedua alisnya menekuk ke bawah dengan otot rahang yang semakin mengetat. Tatapan dingin yang mengisyaratkan kemarahan tersampaikan ke Alina yang menjadi takut.

Bukk.

Naren mendorong tubuh Alina ke dinding cukup keras.

Alina tidak cukup cepat untuk bereaksi. Matanya terbuka lebar menatap Naren. Mata Naren yang dulunya melihatnya dengan penuh cinta sudah tak ada lagi disana.

"Apa kamu tidak punya rasa malu sedikitpun?" tekan Naren, meremas tangan Alina sangat kuat hingga Alina meringis.

"Sa-sakit Naren,"

Tapi hal itu tak menyurutkan niat Naren untuk menghancurkan wanita itu.

Tanpa mereka sadari, lagi-lagi Nora menyaksikan mereka. Nora yang malah berpikir sebaliknya. Berpikir sepasang suami-istri istri itu sedang ingin bercumbu di depan umum. Pelan-pelan berjalan melewati mereka, sebisa mungkin menghilangkan suara langkah kakinya. Tapi gaun panjang yang ia gunakan dan rasa gugup karena melihat adegan itu, membuatnya tidak sengaja menginjak gaunnya.

"Kyaaa!" Nora refleks bersuara saat tubuhnya terhuyung ke depan dan hampir membuat ia mencium lantai yang dingin. Untungnya tak terjadi. Nora mengangkat kedua tangannya mencoba menyeimbangkan dirinya, menguatkan jari-jari kaki kirinya untuk menopang tubuhnya yang lebih besar. Namun sayangnya dia gagal untuk tidak menarik perhatian Naren dan Alina yang sekarang melihat ke arahnya.

"Ma-maaf. Silahkan dilanjutkan!" ujar Nora gugup, segera berlari menjauh.

"Jadi itu suaminya?" gumam Nora. Menyadari sosok laki-laki yang bersama wanita yang baru ia kenal. Laki-laki yang Adisty panggil dengan nama Naren.

"Mereka sangat cocok."

Suara yang mulai terasa tidak asing, wajah yang beberapa kali ia lihat, Naren baru sadar ternyata wanita tadi adalah Nora. Namun ia tak peduli akan hal itu. Saat ini di pikiran Naren hanya pergi dari tempat itu.

"Naren!" panggil Alina lagi, saat Naren memilih untuk melepaskannya.

"Jangan uji kesabaranku Alina!" tekan Naren berlalu pergi.

Naren tak kembali ke tempatnya. Dia berjalan ke arah pintu keluar. Namun langkahnya langsung terhenti saat tiba-tiba Nora datang menghampirinya dan menempelkan bibirnya.

"Apa wanita ini tahu cara berciuman?" batin Naren kesal, lelah bermain sendiri. Bibir Nora yang manis dan kenyal, sama sekali tak memberikan kenikmatan untuk Naren. Seharusnya Noralah yang bekerja lebih keras karena dialah yang lebih dulu melemparkan dirinya ke Naren, tapi nyatanya dia hanya menerimanya saja.

Membuka matanya dan melihat ekspresi Nora yang sama sekali tak bergairah saat menempelkan bibirnya, Naren merasa terhina.

"He," senyum di sudut bibir Naren mengembang. Saat sebuah ide muncul di benaknya. Naren menggigit bibir Nora hingga memberikan luka di tengah bibir Nora. Seharusnya Nora bereaksi dengan membuka matanya atau menarik bibirnya kembali, tapi ini tidak. Nora masih saja menempelkan bibirnya ke Naren.

"Apa sesakit itu?" batin Naren, menyadari tetesan air mata yang mengalir dari kedua pelupuk mata Nora. Suara tangis yang tak bersuara namun mengisyaratkan luka yang begitu dalam. Selain itu, tubuhnya juga gemetar hebat, keringat dingin bermunculan mengelilingi area keningnya. Suara nafas hangat yang memburu di setiap tarikan. Nora tidak dalam keadaan baik-baik saja.

"Nafasnya terlalu cepat," Naren menyadari.

Nora membuka matanya, tatapannya sangat kosong. Nafasnya tiba-tiba menjadi melemah. Perona pipi yang cerah luntur memperlihatkan wajahnya yang pucat.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Nora terjatuh di depan Naren. Naren sigap menangkapnya, mendekapnya dalam pelukannya.

"Nora!" Danu berjalan mendekat. Dia ingin memegangi Nora, namun ditepis Naren.

"Dia Pacarku!" tekan Danu dengan wajah memerah.

"Ku rasa tidak lagi!" balas Naren datar. Ia mengangkat tubuh Nora dengan entengnya, mungkin karena tubuh Nora tidak terlalu besar.

Naren membopong Nora, membawanya pergi bersama dengannya.

"Tunggu! Kamu mau bawa kemana Pacarku?" tahan Danu, mencengkram pundak Naren dengan sangat kuat. Matanya merah menyala, mencoba mengintimidasi Naren. Sayangnya itu tidak berguna.

"Naren!" Alina mendekat.

"Sebaiknya kamu tidak ikut campur,"

Naren tersenyum getir. "Lalat memang selalu tahu jenis mereka!" ucap Naren menajamkan matanya. Ia melihat ke arah Danu, dengan tatapan yang sama dengan Danu. Sama-sama memperlihatkan tatapan tidak suka.

"Lepaskan tanganmu jika tidak ingin patah!"

"Seharusnya aku yang bilang begitu!"

"Danu! Lepaskan!" Adisty ikut bergabung. Adisty berusaha menarik tangan Danu dengan tangan gemetar. Karena Adisty tahu, laki-laki itu tidak pernah main-main dengan kata-katanya. Dia adalah orang yang Danu harus hindari.

"Danu!" bentak Adisty kesal. Dia menarik Danu menjauh dari sana dan Naren bisa berjalan kembali.

Setelah mereka berdua berhasil keluar, sebuah mobil datang mendekat. Laki-laki berkacamata keluar dari mobil dan memberikan mereka tumpangan.

***

Laki-laki berkacamata itu masih memandangi kaca spion, memastikan keadaan Nora yang duduk di belakang.

Keringat yang terus bermunculan di area wajah Nora. Suara nafas yang tak beraturan, dan wajah yang semakin pucat, memicu kecemasan laki-laki berkacamata itu.

"Dia tidak mati kan?"

Dia tidak tahu saat ini dia sedang berada di situasi seperti apa, yang jelas dia cukup menyesal langsung datang setelah mendapatkan panggilan dari Naren yang memintanya untuk datang menjemputnya.

"Orang tidak akan mati hanya karena pingsan."

"Kata siapa? Emang kamu dokter?"

"Jangan banyak bicara. Aku mau tidur!"

"Kamu memang tidak punya hati!"

Laki-laki itu sangat kaget melihat Naren keluar sambil membopong seorang wanita yang tidak dikenalnya. Yang lebih mengejutkannya, cara Naren meletakkan Nora. Ia melempar Nora begitu saja ke tempat duduk seperti barang mati. Saat inipun begitu, Nora dibiarkan duduk sendiri di belakang dengan kepala beberapa kali terbentur kaca. Entah sampai kapan posisi itu bertahan sampai mobil berbelok mungkin tubuhnya akan jatuh bergelinding ke bawah.

"Kenapa mobil ini berubah seperti kura-kura?" tegur Naren. Mobil merah sporty yang harusnya bisa melesat cepat di jalanan bergerak pelan karena takut membuat Nora jatuh.

"Kamu sudah gila? Bagaimana kalau dia jatuh ke bawah? Kepalanya terbentur? Terus dia amnesia?"

"Bagus kalau begitu,"

Jika bisa begitu, mungkin itu akan menjadi anugerah terbesar Nora. Dia bisa melupakan rasa sakit yang membuatnya merasa sakit hati, batin Naren.

"Kamu memang laki-laki tak berperasaan!"

Naren tidak menyangkalnya. Apapun yang dikatakan laki-laki berkacamata itu memang benar. Naren memejamkan matanya pura-pura tidur agar temannya tidak mengoceh lagi.

Mereka akhirnya memutuskan membawa Nora ke rumah sakit. Vivi yang kebetulan berjaga hari itu kaget mendapatkan bahwa pasien darurat yang datang adalah Nora dan yang membawanya adalah laki-laki berkacamata.

"Anda pacar Mba Nora?" Bukannya langsung memanggil temannya yang lain, Vivi lebih tertarik dengan sosok laki-laki tinggi tampan itu.

"Bu-bukan. Ini. Mau ditaruh dimana?" tanya laki-laki kacamata cemas.

"Di sana!" tunjuk Vivi menunjuk salah satu ranjang yang kosong.

"Kenapa ini?" tanya kepala perawat. Ikut mendekat setelah melihat pasien yang datang adalah Nora.

"Saya tidak tahu."

"Tidak tahu?" Vivi dan kepala perawat melempar tatapan tidak percaya.

"Saya memang tidak tahu!" laki-laki berkacamata itu mengangkat kedua tangannya. Dia datang ke sana hanya dasar keterpaksaan. Naren yang menyuruhnya membawa wanita itu ke sana. Tadinya dia sudah menolak tapi...

"Kamu ingin melihat wanita itu mati di dalam mobilmu?" kata-kata itu membuat laki-laki itu langsung membopong Nora dan membawanya masuk ke dalam.

"Tidak mungkin anda tidak tahu. Lalu kenapa anda bisa membawanya ke sini?" bentak kepal perawat. Nadanya yang kencang dan raut wajahnya yang jutek menekan laki-laki itu yang langsung menciut.

"Saya menemukannya dalam keadaan tidak sadar!" Laki-laki itu tidak sepenuhnya bohong, karena saat melihatnya dia sudah tidak sadar dalam pelukan Naren.

"Dimana?" tanya Vivi dia lebih penasaran dengan apa yang terjadi daripada keadaan Nora.

"Di Le Paradise."

"Vivi infus PCT!"

"Ya Bu!"

"Saya boleh pergi kan? Saya hanya datang membantu!"

"Ya."

Laki-laki berkacamata itu segera pergi dari sana. Menyerahkan sepenuhnya Nora pada tim medis.

"Bagaimana?" tanya Naren saat laki-laki itu membuka pintu mobil.

"Kalau kamu khawatir seharusnya kamu yang membawanya masuk!"

"Aku tidak tanya itu!" tekan Naren, nadanya sangat serius lebih serius dibandingkan tadi.

"Lalu?"

"Kamu tidak mau menjelaskan sesuatu padaku?" Tatapan dingin Naren membuat suasana di dalam mobil ikut dingin.

"Aku tidak mengerti maksudmu."

"Aku bertemu dengan wanita itu."

"Wanita?"

Kebingungan laki-laki itu membuat Naren semakin meruncingkan pupilnya. Aura dingin yang terasa berubah menjadi berapi-api.

"Aku benar-benar nggak ngerti maksudmu!" balas laki-laki itu menghindari tatapan membunuh Naren.

"Alina?" Tebaknya, siapa lagi wanita yang dimaksudkan Naren yang bisa membuat Naren berubah seperti serigala seperti saat ini.

"Hmm,"

"Aku ingin memberitahumu tapi kamu langsung mematikan handphone mu!"

Naren teringat saat hujan waktu itu.

"Lalu bagaimana?"

"Aku yang harusnya tanya. Apa tujuannya kembali?"

"Aku tidak tahu. Kakekku sama sekali tidak bilang apa-apa. Menurutmu?"

"Aku tidak tahu."

Pastinya itu tidak menjadi hal yang baik untuknya.

***

Nora terbangun setelah beberapa menit tak sadarkan diri. Tatapannya masih kosong seperti tadi. Ingatan saat ia melihat Adisty yang begitu berkeringat duduk di atas laki-laki bertelanjang, bagaikan pedang tajam yang kembali merobek jantung Nora.

"Hiks. Hiks. Hiks." Nora kembali menangis, tangannya meremas dadanya yang terasa begitu sakit. Luka dalam yang sama sekali tak berdarah.

"Ada apa Mba?" Vivi berlari cepat setelah mencari suara tangis yang ia dengar.

"Sakit. Dadaku rasanya sangat sakit!" ujar Nora.

"Tunggu sebentar. Aku panggilkan dokter!" Vivi yang berlari memanggil dokter yang berjaga.

"Bagaimana rasa sakitnya?" tanya Dokter itu sambil memeriksa keadaan Nora.

"Sangat sakit." tangis Nora, semakin meremas dadanya. Dokter yang merasa tidak ada yang aneh dengan detak jantung Nora merasa bingung dengan apa yang terjadi.

"Kita rontgen saja!" ujar Dokter untuk mencari tahu masalah yang terjadi karena dia tidak bisa menyimpulkan penyakit yang terjadi.

"Hiks. Hiks. Hiks." Tangis Nora masih berlanjut. Rasanya, Nora ingin membuang jantungnya, agar dia tidak merasakan rasa sakit yang hampir membuatnya merasa mati. Rasa cinta yang begitu dalam pada Danu bagaikan ribuan pedang tajam yang merobek setiap bagian tubuhnya. Nora sampai memukul-mukul dadanya agar rasanya bisa reda. Tapi bukannya reda, malah setiap ingatan manis yang pernah dilalui bersama datang menghampiri seperti ribuan panah yang menusuk jantung.

"Mba!" ujar Vivi menenangkan. Vivi tidak mengerti apa yang terjadi.

"Mba kenapa?" tanya Vivi menyadari sesuatu yang tidak beres.

Pakaian yang cantik dan polesan wajah yang begitu anggun, datang dengan wajah pucat dan mata sembab.

"Mba putus?" tanya Vivi, membuat Nora terdiam. Dia tidak tahu hubungannya akan seperti apa sekarang. Dia belum mengucapkan kata putus, tapi juga dia tidak ingin kembali pada hubungan yang sudah mengkhianatinya.

"Vivi tolong aku. Rasanya sakit sekali!" ujar Nora terlihat sangat lemah. Vivi yang biasanya ceplas ceplos dan tidak terlalu peka dengan perasaan orang lain, ikut merasakan kesedihan Nora.

"Tenang Mba! Tenang! Aku pasti akan membantu Mba!" ujar Vivi memeluk Nora.

"Rasanya begitu sakit hingga membuatku ingin mati." ujar Nora lirih. Perkataan bodoh yang seharusnya Nora tidak pernah ucapkan.

"Bukan begitu caranya. Saat Mba mati apa Mba pikir pacar Mba akan merasa sedih?" bentak Vivi penuh emosi.

Nora terdiam, bahkan walau Vivi sudah mengatakannya. Nora masih terlihat enggan untuk menerima. Seluruh hidupnya ada di Danu. Semua hal yang ia lakukan selama hidup ini selalu berkaitan dengan Danu dan sekarang bagaimana ia bisa menjalani hidup tanpa Danu? Haruskah dia memakluminya? atau mengakhiri hubungannya? atau mengakhiri dirinya agar Danu terus dihantui rasa bersalah? Mungkin itu adalah pembalasan terbaik yang ada di pikiran Nora.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 8. Melepaskan Kesucian

    "Kenapa kamu menarik ku?" Danu menarik tangannya dari Adisty. Menatap Adisty dengan penuh amarah. Seharusnya Adisty tidak membawanya, karena sekarang Danu jadi tidak tahu Nora ada dimana. Dia tahu kesalahannya tapi dia tidak bisa membiarkan Nora begitu saja dibawa olek laki-laki asing yang tak ia kenal. Bagaimana jika laki-laki itu berbuat sesuatu pada Nora? Danu kesal memikirkannya. Membayangkan apa yang ia lakukan dengan Adisty bisa saja terjadi pada Nora. Danu semakin marah. Dia tidak mau itu terjadi. "Agghhhhh!" teriaknya sambil menjambak rambutnya sendiri. "Tenanglah Danu!" "Bagaimana aku bisa tenang? Semua ini gara-gara kamu!" balas Danu mendorong Adisty menjauh darinya. "Bagaimana jika laki-laki itu berbuat sesuatu pada Nora?" Rahang Danu semakin mengetat dengan wajah memerah, bahkan urat-urat di wajahnya hampir terlihat. Dia tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Nora. "Kamu mau kemana?" "Menurutmu?""Dia bukan

    Last Updated : 2025-04-05
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 9. Tidak Suci Lagi?

    Sebelum laki-laki itu datang, Nora bergegas untuk kabur. Namun, saat baru menginjakkan kaki ke lantai, Nora merasakan kepalanya seperti tersengat listrik dengan voltase tinggi, sakitnya membuat Nora memutuskan untuk tidur kembali. "Aghh," ringisnya, kepalanya terasa ingin pecah. Nora sama sekali tidak ingat apa yang terjadi padanya tadi malam. Yang dia ingat dia dan Vivi datang ke sebuah klub untuk tujuan melepaskan kesuciannya. Agar tidak gugup Vivi memesankan minuman untuknya dan setelah itu Nora tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. "Aku benar-benar lupa." rengek Nora, menutupi wajahnya yang kecil dengan kedua telapak tangannya. Matanya masih tertuju ke arah kamar mandi, suara air keran itu masih terdengar dan seperti suara hantu bagi Nora. "Aku harus pergi sekarang!" tuntutnya, mencari cara untuk bisa pergi dengan keadaannya sekarang. Nora kembali mencoba menurunkan kakinya terlebih dahulu, menggeser badannya yang terasa sakit di sek

    Last Updated : 2025-04-09
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 10. Pelacur Yang Kehilangan Rasa Malu

    "Kamu sudah coba hubungi adikmu?" Sosok laki-laki beruban tengah duduk di sofa sembari memegangi ponselnya. Mata tua dibalik kacamata tebalnya, terus tertuju pada layar ponsel yang menyala. Menunggu sang putri yang tidak dapat dihubungi setelah seharian hilang tanpa kabar. "Ayah tidak perlu khawatir. Dia sudah cukup dewasa untuk mengurus dirinya sendiri!" jawab Nadin. Dia datang untuk mengisi stok makanan yang ada di kulkas. "Tapi tetap saja......." Ucapannya terhenti. Kelopak mata yang sudah mengendur, sedikit menegang. Suara keributan yang samar-samar terdengar sampai ke dalam rumah menarik perhatiannya. Nadin yang mendengar pun juga diam menghentikan aktivitasnya. "Orang berkelahi?" tebak Nadin, tentunya membuat jiwa keingintahuannya meningkat. Nadin menutup kembali pintu kulkasnya, membiarkan sebagian barang yang belum sempat ia masukkan di atas meja. Ayah yang juga penasaran, ikut bersama sang putri untuk mencari tahu. **

    Last Updated : 2025-04-10
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 11. Bukan Pelacur Seperti Dia!

    "Aku pergi!" Naren baru saja akan meninggalkan tempat itu. Saat langkah kakinya terhenti dan matanya menangkap kehadiran Nora yang berjalan mendekat dengan kecepatan penuh ke arah Adisty. Penampilan wanita itu sangat berbeda dari kesan yang sudah tertanam di kepala Naren. Pakaiannya yang transparan, samar-samar memperlihatkan kulitnya yang halus. Rambut gelombang terurai panjang dengan sedikit riasan di wajahnya, matanya yang menatap dalam seperti ombak pantai yang bergemuruh. Mengingatkan Naren dengan tatapan kosong yang terakhir kali ia lihat. Kini wanita itu memiliki keinginan dalam hidupnya, setidaknya itulah yang terlihat di mata Naren. Naren jadi penasaran apa yang membuat tatapan wanita itu berubah. Walau sebenarnya ia pun tahu jawabannya. Namun dia lebih penasaran apa yang akan di lakukan wanita itu untuk melawan Adisty. Tapi siapa sangka, ucapan Nora bisa mengancam kerja kerasnya. Naren sudah salah sangka karena berpikir wanita itu hanya akan memandangi

    Last Updated : 2025-04-11
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 12. Hubungan Yang Rumit

    Andrew terus melihat ke layar handphonenya. Setiap kali mendengar suara dering ponsel, dia buru-buru mengangkatnya dan kemudian menghela nafas panjang. Hal itu terus Naren lihat selama dua hari berturut-turut. Bahkan saat berada di dalam mobil saat ini juga. Andrew buru-buru melihat handphone dan kemudian menghela nafas lagi. Entah sudah berapa kali Naren melihatnya dalam beberapa jam. Naren melirik kan matanya, tanpa mengucapkan sepatah kata. Andrew langsung memberikan penjelasan. "Aku sudah memberitahumu kan wanita itu... Tidak. Maksudku Nora. Kamu tahu kan dia meminta nomor handphoneku dua hari lalu? Tapi kenapa sekarang dia belum juga menghubungiku?" Pembicaraan mereka waktu itu berakhir dengan Nora yang berhasil mendapatkan nomor handphone Andrew, tapi Andrew tidak berhasil mendapatkan nomor milik Nora, alasannya karena Noralah yang nantinya akan menghubungi Andrew terlebih dahulu. Namun nyatanya?"Apa rencanamu?" Andrew bukanlah ora

    Last Updated : 2025-04-12
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 13. Ajakan Tidur Bersama

    Bola mata berwarna keabu-abuan itu menangkap bayangan Nora yang berbalik pergi, kabur seperti dikejar hantu. Entah apa yang ada di pikirannya, terakhir ia melihat ke arah Naren dengan kedua bola mata bergetar."Apa yang kamu bicarakan dengan wanita itu?" Naren duduk di kursi tempat Nora duduk tadi. Perhatiannya teralihkan ke arah pelayan yang mengantarkan makanan ke mejanya. Dia baru saja datang dan makanan itu sudah datang. Ada cake strawberry yang tidak cocok di mulutnya dan beberapa makanan manis lainnya. Membuat Naren bertanya-tanya. "Ini punyaku. Ini punyamu!" Andrew memutar makanan yang ada di depan Naren. "Ini untuk wanita itu kan?" Naren melipat kedua tangannya di atas dada. Tatapan menyelidik nya terarah ke arah Andrew. "Bukan!""Sejak kapan kamu suka makanan manis?" "Hahaha, gak seru!" balas Andrew tertawa. Tetap memakan makanan manis tersebut walau tidak terlalu suka. "Jadi apa yang kalian bicarakan?" Naren masih belum

    Last Updated : 2025-04-14
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 1. Hubungan Danu dan Adisty

    "Aku bisa memberikan apa yang Nora tidak bisa berikan padamu." desis Adisty dengan sura lembut, berbisik pelan di telinga Danu yang mulai memerah bukan karena dinginnya ruangan melainkan karena hasrat laki-lakinya yang secara tanpa sadar menjadi memuncak. Danu termenung dengan kepala terus berpikir. Ini bukan hal yang ia inginkan tapi bukan hal yang bisa ia tolak begitu saja. "Aku janji ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua." rayu Adisty kembali. Kali ini dia lebih berinisiatif lagi. Dia tahu Danu tidak akan pernah memulainya jika ia tidak memulai duluan. Adisty memutar tubuh Danu pelan, meraih tangan Danu yang terkepal memegangi ganggang pintu kamarnya, dan menaruhnya di atas bulatan lingkaran dadanya yang empuk. "Kamu menyukainya?" tanya Adisty lembut sedikit menekan tangan Danu hingga bentuk bulatan dadanya berubah. Wajah Danu yang mengetat karena tidak suka perlahan melonggar dengan tatapan yang masih bingung. Pikiran dan hati nuraninya masih tidak sejalan. Baya

    Last Updated : 2025-02-21
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 2. Hal Yang Seharusnya Tidak Dilihat

    "Sekarang giliranku!" ujar Adisty dengan suara terengah-engah. Sudah satu jam lebih berlangsung tak membuat mereka berdua puas untuk melakukan ikatan intim itu. Danu yang tadinya berada di atas memberikan kesempatan pada Adisty untuk menggantikan posisinya. Mencoba hal baru yang belum pernah ia rasakan. Saat Adisty mulia melebarkan pahanya dan memasukkan miliknya tanpa aba-aba. Semuanya masuk dalam satu tekanan yang membuat perutnya terasa hangat dan penuh. "Akhhhh," rintih Adisty, rasa sakit yang membuatnya menggila. Apalagi saat melihat wajah Danu yang terlihat menyukainya. Perasaan Adisty menjadi penuh bahagia. "Sentuh dadaku!" ujar Adisty sambil menggoyangkan pinggulnya. Tangan kekar yang tak berhenti memainkan bulatan miliknya semakin membuat Adisty dimabuk cinta. Kenikmatan yang ia rasakan yang tidak ingin ia akhiri dengan cepat. Klik. Danu dan Adisty terdiam sejenak. Gerakan pinggul yang tadinya semakin cepat tiba-tiba berhenti mendadak. "Maaf." suara yang tak asing, mem

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 13. Ajakan Tidur Bersama

    Bola mata berwarna keabu-abuan itu menangkap bayangan Nora yang berbalik pergi, kabur seperti dikejar hantu. Entah apa yang ada di pikirannya, terakhir ia melihat ke arah Naren dengan kedua bola mata bergetar."Apa yang kamu bicarakan dengan wanita itu?" Naren duduk di kursi tempat Nora duduk tadi. Perhatiannya teralihkan ke arah pelayan yang mengantarkan makanan ke mejanya. Dia baru saja datang dan makanan itu sudah datang. Ada cake strawberry yang tidak cocok di mulutnya dan beberapa makanan manis lainnya. Membuat Naren bertanya-tanya. "Ini punyaku. Ini punyamu!" Andrew memutar makanan yang ada di depan Naren. "Ini untuk wanita itu kan?" Naren melipat kedua tangannya di atas dada. Tatapan menyelidik nya terarah ke arah Andrew. "Bukan!""Sejak kapan kamu suka makanan manis?" "Hahaha, gak seru!" balas Andrew tertawa. Tetap memakan makanan manis tersebut walau tidak terlalu suka. "Jadi apa yang kalian bicarakan?" Naren masih belum

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 12. Hubungan Yang Rumit

    Andrew terus melihat ke layar handphonenya. Setiap kali mendengar suara dering ponsel, dia buru-buru mengangkatnya dan kemudian menghela nafas panjang. Hal itu terus Naren lihat selama dua hari berturut-turut. Bahkan saat berada di dalam mobil saat ini juga. Andrew buru-buru melihat handphone dan kemudian menghela nafas lagi. Entah sudah berapa kali Naren melihatnya dalam beberapa jam. Naren melirik kan matanya, tanpa mengucapkan sepatah kata. Andrew langsung memberikan penjelasan. "Aku sudah memberitahumu kan wanita itu... Tidak. Maksudku Nora. Kamu tahu kan dia meminta nomor handphoneku dua hari lalu? Tapi kenapa sekarang dia belum juga menghubungiku?" Pembicaraan mereka waktu itu berakhir dengan Nora yang berhasil mendapatkan nomor handphone Andrew, tapi Andrew tidak berhasil mendapatkan nomor milik Nora, alasannya karena Noralah yang nantinya akan menghubungi Andrew terlebih dahulu. Namun nyatanya?"Apa rencanamu?" Andrew bukanlah ora

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 11. Bukan Pelacur Seperti Dia!

    "Aku pergi!" Naren baru saja akan meninggalkan tempat itu. Saat langkah kakinya terhenti dan matanya menangkap kehadiran Nora yang berjalan mendekat dengan kecepatan penuh ke arah Adisty. Penampilan wanita itu sangat berbeda dari kesan yang sudah tertanam di kepala Naren. Pakaiannya yang transparan, samar-samar memperlihatkan kulitnya yang halus. Rambut gelombang terurai panjang dengan sedikit riasan di wajahnya, matanya yang menatap dalam seperti ombak pantai yang bergemuruh. Mengingatkan Naren dengan tatapan kosong yang terakhir kali ia lihat. Kini wanita itu memiliki keinginan dalam hidupnya, setidaknya itulah yang terlihat di mata Naren. Naren jadi penasaran apa yang membuat tatapan wanita itu berubah. Walau sebenarnya ia pun tahu jawabannya. Namun dia lebih penasaran apa yang akan di lakukan wanita itu untuk melawan Adisty. Tapi siapa sangka, ucapan Nora bisa mengancam kerja kerasnya. Naren sudah salah sangka karena berpikir wanita itu hanya akan memandangi

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 10. Pelacur Yang Kehilangan Rasa Malu

    "Kamu sudah coba hubungi adikmu?" Sosok laki-laki beruban tengah duduk di sofa sembari memegangi ponselnya. Mata tua dibalik kacamata tebalnya, terus tertuju pada layar ponsel yang menyala. Menunggu sang putri yang tidak dapat dihubungi setelah seharian hilang tanpa kabar. "Ayah tidak perlu khawatir. Dia sudah cukup dewasa untuk mengurus dirinya sendiri!" jawab Nadin. Dia datang untuk mengisi stok makanan yang ada di kulkas. "Tapi tetap saja......." Ucapannya terhenti. Kelopak mata yang sudah mengendur, sedikit menegang. Suara keributan yang samar-samar terdengar sampai ke dalam rumah menarik perhatiannya. Nadin yang mendengar pun juga diam menghentikan aktivitasnya. "Orang berkelahi?" tebak Nadin, tentunya membuat jiwa keingintahuannya meningkat. Nadin menutup kembali pintu kulkasnya, membiarkan sebagian barang yang belum sempat ia masukkan di atas meja. Ayah yang juga penasaran, ikut bersama sang putri untuk mencari tahu. **

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 9. Tidak Suci Lagi?

    Sebelum laki-laki itu datang, Nora bergegas untuk kabur. Namun, saat baru menginjakkan kaki ke lantai, Nora merasakan kepalanya seperti tersengat listrik dengan voltase tinggi, sakitnya membuat Nora memutuskan untuk tidur kembali. "Aghh," ringisnya, kepalanya terasa ingin pecah. Nora sama sekali tidak ingat apa yang terjadi padanya tadi malam. Yang dia ingat dia dan Vivi datang ke sebuah klub untuk tujuan melepaskan kesuciannya. Agar tidak gugup Vivi memesankan minuman untuknya dan setelah itu Nora tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. "Aku benar-benar lupa." rengek Nora, menutupi wajahnya yang kecil dengan kedua telapak tangannya. Matanya masih tertuju ke arah kamar mandi, suara air keran itu masih terdengar dan seperti suara hantu bagi Nora. "Aku harus pergi sekarang!" tuntutnya, mencari cara untuk bisa pergi dengan keadaannya sekarang. Nora kembali mencoba menurunkan kakinya terlebih dahulu, menggeser badannya yang terasa sakit di sek

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 8. Melepaskan Kesucian

    "Kenapa kamu menarik ku?" Danu menarik tangannya dari Adisty. Menatap Adisty dengan penuh amarah. Seharusnya Adisty tidak membawanya, karena sekarang Danu jadi tidak tahu Nora ada dimana. Dia tahu kesalahannya tapi dia tidak bisa membiarkan Nora begitu saja dibawa olek laki-laki asing yang tak ia kenal. Bagaimana jika laki-laki itu berbuat sesuatu pada Nora? Danu kesal memikirkannya. Membayangkan apa yang ia lakukan dengan Adisty bisa saja terjadi pada Nora. Danu semakin marah. Dia tidak mau itu terjadi. "Agghhhhh!" teriaknya sambil menjambak rambutnya sendiri. "Tenanglah Danu!" "Bagaimana aku bisa tenang? Semua ini gara-gara kamu!" balas Danu mendorong Adisty menjauh darinya. "Bagaimana jika laki-laki itu berbuat sesuatu pada Nora?" Rahang Danu semakin mengetat dengan wajah memerah, bahkan urat-urat di wajahnya hampir terlihat. Dia tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Nora. "Kamu mau kemana?" "Menurutmu?""Dia bukan

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 7. Cinta Yang Membuat Mati

    Beberapa menit sebelumnya, "Kamu sudah selesai?" tanya Alina yang sejak tadi menunggu di depan kamar mandi laki-laki.Naren diam tak menanggapi. Apa yang sudah terjadi 4 tahun sebelumnya membuat ia tak bisa bersikap baik-baik saja ke Alina. Naren lanjut berjalan, mengabaikan Alina yang terus mengikutinya dari belakang. Tidak terima dengan sikap Naren yang begitu dingin, Alina berlari kecil untuk bisa menyaingi Naren. "Naren!" Alina berhasil menahan tangan Naren.Naren membalikkan badannya. Kedua alisnya menekuk ke bawah dengan otot rahang yang semakin mengetat. Tatapan dingin yang mengisyaratkan kemarahan tersampaikan ke Alina yang menjadi takut. Bukk. Naren mendorong tubuh Alina ke dinding cukup keras. Alina tidak cukup cepat untuk bereaksi. Matanya terbuka lebar menatap Naren. Mata Naren yang dulunya melihatnya dengan penuh cinta sudah tak ada lagi disana. "Apa kamu tidak punya rasa malu sedikitpun?" tekan N

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 6. Laki-laki Itu Ternyata Danu!

    Wanita cantik yang ada di depan cermin itu adalah Nora. Paras yang selama ini tersembunyi di balik wajah tanpa riasan. Bibir kecil yang selalu terlihat pucat, kini terlihat lebih cerah dan segar dengan olesan warna cherry. Rambut panjang yang selalu diikat kuda kini terurai panjang bergelombang. Kacamata yang selalu terkait di telinga tak lagi menutupi mata indahnya. Bola mata yang umumnya orang asia punya, kecoklatan dan bulu mata hitam panjang lentik. "Apa ini aku?" gumam Nora, bahkan ia pun tak menyangka wanita yang ada di depan cermin itu adalah dirinya sendiri. Sudah lama sejak ia terakhir kali membubuhkan warna ke wajahnya. Terakhir, di acara pernikahan Kakaknya. "Kamu sebenarnya cantik, tapi sayang kurang dirawat aja!" celetuk laki-laki di belakangnya. Orang yang sudah berjasa mengubahnya menjadi seorang putri cantik. "Apa aku bilang. Dia cantik kan?" sahut Adisty, memajukan wajahnya ke dekat Nora. Aroma parfum yang segar dan cukup kuat, menggelitik hidung Nora. Aroma kh

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 5. Gadis Bodoh

    Langit terlalu kosong tanpa bintik-bintik kecil terang yang selalu ada mengisi tempat. Cuacanya pun cukup dingin tak seperti biasanya karena sudah memasuki musim penghujan. Taman kota yang biasanya ramai dikunjungi pengunjung terlihat tidak terlalu ramai seperti biasanya. Hanya ada beberapa orang yang bertahan di sana, saat angin terasa semakin kencang menyapa tubuh. Diantaranya, Naren yang berlari sendiri mengelilingi area taman. Di telinganya terpasang benda hitam kecil yang menghubungkan dia dengan seseorang. "Kamu sedang olahraga?" "Hmm," "Demi apa? Kamu nggak kedinginan?" "Ha?" "Oh ya, manusia dingin sepertimu mana bisa merasakan dingin," Laki-laki berpakaian baju tidur berwarna hitam tengah duduk di sofanya sambil menikmati kopi hangat. Di samping telinganya ada handphone yang melekat. "Langsung saja. Aku tidak suka banyak bicara denganmu!" "Aissssh. Jadi kamu mau tetap melanjutkan kontrak dengannya setelah tahu bagaimana kehidupan pribadinya?" "Ya." "Ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status