Home / Romansa / Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu / Bab 8. Melepaskan Kesucian

Share

Bab 8. Melepaskan Kesucian

Author: Liliana3108
last update Last Updated: 2025-04-05 07:20:03

"Kenapa kamu menarik ku?" Danu menarik tangannya dari Adisty. Menatap Adisty dengan penuh amarah. Seharusnya Adisty tidak membawanya, karena sekarang Danu jadi tidak tahu Nora ada dimana. Dia tahu kesalahannya tapi dia tidak bisa membiarkan Nora begitu saja dibawa olek laki-laki asing yang tak ia kenal. Bagaimana jika laki-laki itu berbuat sesuatu pada Nora?

Danu kesal memikirkannya. Membayangkan apa yang ia lakukan dengan Adisty bisa saja terjadi pada Nora. Danu semakin marah. Dia tidak mau itu terjadi.

"Agghhhhh!" teriaknya sambil menjambak rambutnya sendiri.

"Tenanglah Danu!"

"Bagaimana aku bisa tenang? Semua ini gara-gara kamu!" balas Danu mendorong Adisty menjauh darinya.

"Bagaimana jika laki-laki itu berbuat sesuatu pada Nora?" Rahang Danu semakin mengetat dengan wajah memerah, bahkan urat-urat di wajahnya hampir terlihat. Dia tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Nora.

"Kamu mau kemana?"

"Menurutmu?"

"Dia bukan lawanmu Danu. Dia Naren Dirgantara! Kamu pasti tahu dia kan?"

Danu berhenti mendadak. Dia muak mengakui dirinya yang bukan apa-apa melebihi sosok itu.

"Lalu apa?" Danu melanjutkan langkah kakinya.

"Cowok itu gila Danu. Dia bisa melakukan hal apapun padamu!" Adisty berlari mengejar Danu, menahan Danu dengan melingkarkan kedua tangannya di lingkar pinggang Danu. Menguncinya agar tidak kemana-mana.

"Aku mohon jangan berurusan dengannya. Biar aku saja. Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padamu," ujar Adisty dengan nada pelan diiringi tetesan air mata yang mengalir. Adisty yang begitu kuat menjadi lemah dihadapan Danu. Adisty tidak tahu kenapa dia bisa sampai menangis seperti itu karena Danu. Kenapa dia begitu takut terjadi sesuatu pada Danu. Padahal Danu sama sekali tak mempedulikan dirinya.

Walau Danu mendengar isak tangis Adisty. Danu tetap meninggalkannya.

"Jangan pernah temui aku lagi!"

Adisty termenung seorang diri di sana, menatap punggung Danu yang mulai menghilang dari pandangannya.

"Sayangnya aku tidak bisa," balas Adisty dan Danu tidak dengar itu.

***

Drrrtttt, dering handphone Nora terus bergetar sejak tadi. Nama Danu yang terpampang jelas di layar membangkitkan rasa sakit dan marah di hati Nora.

"Apa Mba yakin?"

Vivi tidak tahu jika perkataan yang dia lontarkan dianggap begitu serius oleh Nora. Dia agak menyesal sudah mengatakannya. Mengotori sesuatu yang masih putih membuat hati nuraninya merasa bersalah.

"Ya." jawab Nora, mematikan handphonenya ke mode off. Dia sudah berjanji akan menghilangkan rasa sakitnya dengan melakukan hal yang sama seperti Danu dan Adisty lakukan. Membuktikan dirinya bahwa diapun bisa melakukan hal yang mereka lakukan.

"Ok..," jawab Vivi masih agak khawatir.

Mereka berdua pun masuk ke dalam. Suara alunan musik Dj terdengar kencang bercampur riuh suara teriakan orang yang menari. Sebuah pandangan yang membuat Nora berhenti seketika.

Ini hal baru bagi Nora. Keluar dari zona nyamannya membuat ia sedikit ragu untuk meyakini keputusannya.

Degup jantungnya berdetak kencang seperti tabuhan gendang, namun rasa sakit yang begitu dalam hingga membuat ia sulit untuk bernafas menghilangkan akal pikirannya. Nora memang sudah gila datang ke tempat itu

"Kalau mba gak yakin kita bisa pulang!"

"Lalu bagaimana? Aku tidak ingin menangis semalaman sampai mati Vi!" ujar Nora, matanya yang sembab tidak bisa disembunyikan oleh polesan warna yang dibubuhkan di wajahnya.

"Itu tidak boleh terjadi! Mari kita buktikan bahwa kita juga bisa melakukan hal yang sama seperti mereka!" Vivi ikut terpancing, mengingat dirinya yang juga masih dalam fase menyembuhkan diri dari sang mantan. Tidak ragu-ragu lagi, Vivi menarik tangan Nora melewati beberapa orang di sana.

Nora mungkin sudah mati rasa. Nora yang biasanya akan langsung gemetar saat tubuhnya tak sengaja bersentuhan dengan sosok bernama Adam menjadi tak merasakan apa-apa. Ketakutan yang luar biasa itu menghilang dikuasai rasa amarah untuk balas dendam.

"Vodka 2!" Vivi memesan.

Seorang bartender dengan rambut pirang datang mendekati mereka.

"Saya tidak pernah melihat anda sebelumnya. Apa ini pertama kali?" tanyanya ramah, ekor matanya mengarah ke arah Nora yang terlihat begitu gugup. menggagalkan ide yang sudah ia buat tadi.

"Ya," jawab Vivi tersenyum lebar. Wajah campuran bartender tersebut membuat Vivi tidak bisa mengalihkan pandangannya darinya.

"Silahkan nikmati minumannya!" ujarnya meletakkan hasil racikannya di depan Nora.

"Minuman apa ini?"

"Minuman yang bisa membuat Mba lupa akan rasa sakit!" balas Vivi tersenyum senang. Memberikan Nora meminum minuman beralkohol tinggi, pastinya bisa membuat Nora langsung tidur. Setidaknya dengan ini dia tidak merasa bersalah sudah membuat Nora yang polos menjadi anak nakal seperti dirinya.

"Terima kasih,"

Di ujung meja samping kiri, ada Naren dan Andrew yang juga sedang menikmati minuman mereka.

"Bukannya itu wanita yang tadi?" tunjuk Andrew ke arah Nora. Membuat Naren melihat ke arah yang ditunjuk.

Naren melihat ke arah Nora yang tampak begitu gelisah. Melihat kesana-kemari seperti melihat hal yang menakutkan. Dan siapa wanita yang ada di sampingnya?

"Biarkan saja!" ujar Naren, sibuk meneguk minumannya sendiri. Dia pernah berada di posisi Nora. Dia pikir dengan melampiaskan semuanya dengan minum akan membuat rasa sakitnya menghilang tapi nyatanya tidak.

4 tahun lalu. Naren yang baru pulang kerja berniat untuk melihat tunangannya sebentar di apartemen. Setelah lelah bekerja, tentunya bersama dengan orang tercinta akan meredakan kelelahan. Namun apa? Naren malah mendapatkan Alina yang sedang bertelanjang berada di bawah seorang laki-laki. Suara erangannya yang erotis dan kenikmatan yang dua orang itu rasakan saat menyatukan diri menjadi satu, tidak menyadari kehadiran Naren. Saking tidak mengertinya dengan apa yang ia lihat di depan matanya, Naren hanya termenung menonton dua orang yang memadu kasih tersebut.

"Oi lihat itu!"

"Apa lagi?" keluh Naren malas, tapi tetap melihat ke arah Andrew menunjuk.

Setelah meneguk minuman yang diberikan oleh Vivi dalam satu kali tegukan, Nora langsung tenggelam dalam alam bawah sadarnya.

Nora berjalan sempoyongan ke arah kerumunan orang-orang yang sedang menari menikmati musik yang tengah dimainkan.

"Mba! Mba!" Vivi menahan tubuh Nora yang berjalan ditengah kerumunan. Menarik Nora agar kembali ke tempat duduk mereka.

"Lepas Vi! Aku harus membalas perbuatan mereka."

Vivi cukup menyesal memberi saran agar Nora juga bisa melakukan one night stand dengan laki-laki asing.

"Jangan Mba. Kita sebaiknya pulang!" tarik Vivi. Dia pikir Nora akan langsung tidur setelah meminum minuman yang beralkohol tinggi, ternyata tidak. Nora masih bisa bergerak.

"Tidak! Aku harus melepas kesucianku hari ini juga!" teriak Nora membuat semua mata melihat ke arahnya.

Andrew tertegun tapi Naren malah tersenyum getir.

"Sepertinya dia patah hati!" komentar bartender tadi, mengisi kembali gelas kosong milik Naren.

"Benar begitu?" tanya Andrew ke Naren, tentunya Naren pasti tahu.

Naren diam tak menjawab, ia kembali meneguk minumannya seperti orang yang gila minum.

"Kamu gak mau coba yang beralkohol?"

"Tidak!"

"Dia akan langsung berubah seperti orang yang berbeda kalau minum yang beralkohol," balas Andrew dengan senyuman di bibirnya. Terakhir kali dia melihat Naren minum dia bertingkah seperti bocah ingusan yang terus menangis seperti anak kecil yang tidak diberikan permen.

"Kamu mau tahu ceritanya?" Andrew menawarkan diri namun Naren langsung melemparkan tatapan peringatan.

"Aku bercanda," balas Andrew, sesekali dia masih begitu tertarik untuk melihat Nora yang masih saling tarik menarik dengan temannya.

"Kamu tidak ingin membawanya pergi dari sini? Lalat-lalat itu terlihat mulai tertarik pada bunga itu!"

"Hanya lebah yang suka bunga dan lalat selalu tertarik pada sampah!"

Komentar Naren secara tidak langsung mengatakan bahwa Nora hanyalah gadis sampah.

Andrew sampai kehabisan kata-kata dibuatnya.

"Sepertinya memang benar dia tidak memiliki ketertarikan apapun pada wanita itu," gumam Andrew dalam hati. Ketidakpedulian Naren terlihat begitu jelas.

Brukkk.

"Mba Nor!" teriak Vivi, saat Nora tiba-tiba terjatuh ke lantai. Suaranya yang kencang menarik semua perhatian orang-orang di sana tak terkecuali Andrew, Naren, dan Jeden, bartender yang merupakan pemilik tempat itu.

"Maaf!" Jeden melepaskan celemek yang mengikat di pinggangnya, segera menghampiri kerumunan yang mengerumuni Nora. Semuanya adalah laki-laki.

"Biar aku bantu!"

Setelah apa yang dikatakan Nora tadi, banyak laki-laki hidung belang yang datang menawarkan diri.

"Lihat lalat-lalat itu! Kamu akan diam saja?" tanya Andrew memastikan. Dia hendak turun untuk melihat saat Naren tiba-tiba meletakkan gelasnya dengan kencang di atas meja, membuat langkah Andrew terhenti. Naren meninggalkan tempatnya dan pergi ke arah kerumunan. Mungkin karena Nora mengingatkannya pada dirinya yang dulu.

Andrew diam di tempatnya menonton Naren yang menjadi pahlawan bagi sang puteri. Senyuman sumringahnya memperlihatkan dirinya yang begitu senang.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Naren menyerobot masuk dan mengangkat tubuh Nora yang ternyata begitu panas seperti api menyala. Seharusnya Nora tidak minum setelah pingsan tadi. Sekarang keadaannya pasti akan tambah buruk.

"Hei!" baru saja Vivi akan menegur Naren sampai sorot lampu mengarah ke wajah Naren yang kemudian memperlihatkan keindahan duniawi itu. Wajah tampan Naren membungkam mulut Vivi dan orang-orang yang ada di sana.

Andrew yang menonton tidak terkejut sama sekali karena memang Naren sangat tampan. Keindahan duniawi itu menurun dari sang ibu.

"Mba harus berterimakasih padaku!" ucap Vivi membiarkan Nora dibawa pergi oleh Naren.

"Kamu mendapatkan laki-laki yang tampan untuk melepaskan kesucianmu!" sambungnya lagi dengan suara tawa licik.

"Kenapa wanita itu?" gumam Andrew merinding melihat Vivi yang tertawa seperti iblis nakal.

"Kenapa kamu masih diam di sana?" panggil Naren melirik Andrew.

"Aku ikut?" Andrew kaget.

"Kamu mau mobil kesayanganmu ada di tempat rongsokan?"

"Jangan! Aku baru saja membelinya!" Andrew langsung berlari ke arah Naren. Lagi-lagi dia harus mengantar kedua orang itu. Tapi sekarang kemana?

"Kamu mau tidur dengannya?"

"Aku bukan laki-laki brengsek sepertimu!" balas Naren. Berhasil membuat Andrew terdiam.

"Tolong pintunya!"

"Kamu gak mungkin nyuruh aku jadi depan kan?" Andrew sudah minum beberapa teguk Taquila. Walau masih sadar tapi dia sudah meminum minuman beralkohol tinggi.

"Buka saja pintunya!" balas Naren malas. Seperti terakhir kali, Naren kembali melemparkan Nora ke tempat duduk, kepalanya terbentur keras ke pintu mobil tapi tak membuat Nora terbangun dari alam bawah sadarnya.

"Merepotkan!" ucap Naren kesal melakukan hal untuk kedua kalinya dalam satu hari adalah hal bodoh yang pernah ia lakukan.

Karena ingin istirahat. Andrew pun ikut duduk di belakang.

"Mau ngapain kamu? Keluar!"

"Aku mau istirahat!"

"Duduk di depan!" perintah Naren. Akhirnya Andrew keluar lagi dan duduk di sebelah Naren yang sudah bersiap menjalankan mobil.

Baru menyandarkan kepalanya ke tempat duduk. Mobil langsung melesat cepat. Andrew sampai membuka matanya lebar.

"Naren. Kamu serius?" ujar Andrew menoleh ke belakang, memastikan keadaan Nora. Nora yang saat itu juga langsung terlempar ke depan kursi. Wajahnya menabrak tempat duduknya, itulah yang membuat Andrew sangat kaget.

"Kamu sudah gila!" oceh Andrew, walau dia tahu dirinya laki-laki brengsek setidaknya dia tahu cara memperlakukan wanita dengan baik.

Andrew membalikkan badannya, menahan wajah Nora dengan kedua tangannya. Wajah Nora yang lembut dan memerah seperti kepiting rebus membuat Andrew ikut memerah.

Dia baru melihat dari dekat ternyata wanita itu sangat cantik bahkan saat tidur.

Merasakan ada sesuatu yang menyentuhnya, Nora membuka matanya dan melihat laki-laki di depannya.

"Kacamata?" gumamnya tertawa, karena mengingat dirinya.

Senyumannya membuat Andrew tertegun dengan degup jantung tak karuan.

"Apa karena pengaruh alkohol?" gumamnya, dia terpesona melihat wajah Nora yang memiringkan kepalanya bertingkah seperti anak kecil yang meminta untuk dimanja. Sampai tiba-tiba Andrew tersadar dari lamunannya.

"Owekkk!" Nora memuntahkan semua isi perutnya ke depan mengenai kursi bahkan kedua tangan Andrew.

Andrew yang tidak bisa berada di situasi seperti itu, merasa ikut mual dan bahkan ikut memuntahkan isi perutnya juga.

"Owekkk!"

"Sial!" umpat Naren mengetat. Menutup hidungnya dengan sebelah tangannya. Semakin mempercepat laju mobil.

***

Naren membopong Nora sampai ke tempat tidur dan kemudian melemparkannya begitu saja. Bau busuk dari muntahan perut Nora membuat rahang Naren mengeras dengan wajah memerah karena amarah.

"Seharusnya aku membuangnya di jalan!" gerutunya penuh emosi. Melihat bajunya yang ikut ternodai.

Naren berjalan pergi dari sana, meninggalkan Nora seorang diri di tempat gelap itu.

"Tolong bersihkan tubuhnya!" pinta Naren pada seseorang yang baru datang. Seorang pelayan wanita yang langsung naik ke atas setelah tahu bahwa yang datang adalah Naren Dirgantara.

"Baik tuan!" jawab wanita itu.

Pagi harinya, Nora yang baru bangun langsung berteriak kencang membuat kehebohan.

"Kyaaakkkkkkk. Apa ini? Apa aku sudah melepaskan kesucianku?" ucap Nora gemetar dengan wajah pucat. Mendapati bahwa baju yang ia pakai bukanlah baju yang ia kenakan tadi malam. Lalu sekarang dia ada dimana?

Suara air keran yang menyala menjadi perhatian Nora yang menjadi semakin tegang. Siapa laki-laki yang sudah menidurinya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 9. Tidak Suci Lagi?

    Sebelum laki-laki itu datang, Nora bergegas untuk kabur. Namun, saat baru menginjakkan kaki ke lantai, Nora merasakan kepalanya seperti tersengat listrik dengan voltase tinggi, sakitnya membuat Nora memutuskan untuk tidur kembali. "Aghh," ringisnya, kepalanya terasa ingin pecah. Nora sama sekali tidak ingat apa yang terjadi padanya tadi malam. Yang dia ingat dia dan Vivi datang ke sebuah klub untuk tujuan melepaskan kesuciannya. Agar tidak gugup Vivi memesankan minuman untuknya dan setelah itu Nora tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. "Aku benar-benar lupa." rengek Nora, menutupi wajahnya yang kecil dengan kedua telapak tangannya. Matanya masih tertuju ke arah kamar mandi, suara air keran itu masih terdengar dan seperti suara hantu bagi Nora. "Aku harus pergi sekarang!" tuntutnya, mencari cara untuk bisa pergi dengan keadaannya sekarang. Nora kembali mencoba menurunkan kakinya terlebih dahulu, menggeser badannya yang terasa sakit di sek

    Last Updated : 2025-04-09
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 10. Pelacur Yang Kehilangan Rasa Malu

    "Kamu sudah coba hubungi adikmu?" Sosok laki-laki beruban tengah duduk di sofa sembari memegangi ponselnya. Mata tua dibalik kacamata tebalnya, terus tertuju pada layar ponsel yang menyala. Menunggu sang putri yang tidak dapat dihubungi setelah seharian hilang tanpa kabar. "Ayah tidak perlu khawatir. Dia sudah cukup dewasa untuk mengurus dirinya sendiri!" jawab Nadin. Dia datang untuk mengisi stok makanan yang ada di kulkas. "Tapi tetap saja......." Ucapannya terhenti. Kelopak mata yang sudah mengendur, sedikit menegang. Suara keributan yang samar-samar terdengar sampai ke dalam rumah menarik perhatiannya. Nadin yang mendengar pun juga diam menghentikan aktivitasnya. "Orang berkelahi?" tebak Nadin, tentunya membuat jiwa keingintahuannya meningkat. Nadin menutup kembali pintu kulkasnya, membiarkan sebagian barang yang belum sempat ia masukkan di atas meja. Ayah yang juga penasaran, ikut bersama sang putri untuk mencari tahu. **

    Last Updated : 2025-04-10
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 11. Bukan Pelacur Seperti Dia!

    "Aku pergi!" Naren baru saja akan meninggalkan tempat itu. Saat langkah kakinya terhenti dan matanya menangkap kehadiran Nora yang berjalan mendekat dengan kecepatan penuh ke arah Adisty. Penampilan wanita itu sangat berbeda dari kesan yang sudah tertanam di kepala Naren. Pakaiannya yang transparan, samar-samar memperlihatkan kulitnya yang halus. Rambut gelombang terurai panjang dengan sedikit riasan di wajahnya, matanya yang menatap dalam seperti ombak pantai yang bergemuruh. Mengingatkan Naren dengan tatapan kosong yang terakhir kali ia lihat. Kini wanita itu memiliki keinginan dalam hidupnya, setidaknya itulah yang terlihat di mata Naren. Naren jadi penasaran apa yang membuat tatapan wanita itu berubah. Walau sebenarnya ia pun tahu jawabannya. Namun dia lebih penasaran apa yang akan di lakukan wanita itu untuk melawan Adisty. Tapi siapa sangka, ucapan Nora bisa mengancam kerja kerasnya. Naren sudah salah sangka karena berpikir wanita itu hanya akan memandangi

    Last Updated : 2025-04-11
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 12. Hubungan Yang Rumit

    Andrew terus melihat ke layar handphonenya. Setiap kali mendengar suara dering ponsel, dia buru-buru mengangkatnya dan kemudian menghela nafas panjang. Hal itu terus Naren lihat selama dua hari berturut-turut. Bahkan saat berada di dalam mobil saat ini juga. Andrew buru-buru melihat handphone dan kemudian menghela nafas lagi. Entah sudah berapa kali Naren melihatnya dalam beberapa jam. Naren melirik kan matanya, tanpa mengucapkan sepatah kata. Andrew langsung memberikan penjelasan. "Aku sudah memberitahumu kan wanita itu... Tidak. Maksudku Nora. Kamu tahu kan dia meminta nomor handphoneku dua hari lalu? Tapi kenapa sekarang dia belum juga menghubungiku?" Pembicaraan mereka waktu itu berakhir dengan Nora yang berhasil mendapatkan nomor handphone Andrew, tapi Andrew tidak berhasil mendapatkan nomor milik Nora, alasannya karena Noralah yang nantinya akan menghubungi Andrew terlebih dahulu. Namun nyatanya?"Apa rencanamu?" Andrew bukanlah ora

    Last Updated : 2025-04-12
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 13. Ajakan Tidur Bersama

    Bola mata berwarna keabu-abuan itu menangkap bayangan Nora yang berbalik pergi, kabur seperti dikejar hantu. Entah apa yang ada di pikirannya, terakhir ia melihat ke arah Naren dengan kedua bola mata bergetar."Apa yang kamu bicarakan dengan wanita itu?" Naren duduk di kursi tempat Nora duduk tadi. Perhatiannya teralihkan ke arah pelayan yang mengantarkan makanan ke mejanya. Dia baru saja datang dan makanan itu sudah datang. Ada cake strawberry yang tidak cocok di mulutnya dan beberapa makanan manis lainnya. Membuat Naren bertanya-tanya. "Ini punyaku. Ini punyamu!" Andrew memutar makanan yang ada di depan Naren. "Ini untuk wanita itu kan?" Naren melipat kedua tangannya di atas dada. Tatapan menyelidik nya terarah ke arah Andrew. "Bukan!""Sejak kapan kamu suka makanan manis?" "Hahaha, gak seru!" balas Andrew tertawa. Tetap memakan makanan manis tersebut walau tidak terlalu suka. "Jadi apa yang kalian bicarakan?" Naren masih belum

    Last Updated : 2025-04-14
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 1. Hubungan Danu dan Adisty

    "Aku bisa memberikan apa yang Nora tidak bisa berikan padamu." desis Adisty dengan sura lembut, berbisik pelan di telinga Danu yang mulai memerah bukan karena dinginnya ruangan melainkan karena hasrat laki-lakinya yang secara tanpa sadar menjadi memuncak. Danu termenung dengan kepala terus berpikir. Ini bukan hal yang ia inginkan tapi bukan hal yang bisa ia tolak begitu saja. "Aku janji ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua." rayu Adisty kembali. Kali ini dia lebih berinisiatif lagi. Dia tahu Danu tidak akan pernah memulainya jika ia tidak memulai duluan. Adisty memutar tubuh Danu pelan, meraih tangan Danu yang terkepal memegangi ganggang pintu kamarnya, dan menaruhnya di atas bulatan lingkaran dadanya yang empuk. "Kamu menyukainya?" tanya Adisty lembut sedikit menekan tangan Danu hingga bentuk bulatan dadanya berubah. Wajah Danu yang mengetat karena tidak suka perlahan melonggar dengan tatapan yang masih bingung. Pikiran dan hati nuraninya masih tidak sejalan. Baya

    Last Updated : 2025-02-21
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 2. Hal Yang Seharusnya Tidak Dilihat

    "Sekarang giliranku!" ujar Adisty dengan suara terengah-engah. Sudah satu jam lebih berlangsung tak membuat mereka berdua puas untuk melakukan ikatan intim itu. Danu yang tadinya berada di atas memberikan kesempatan pada Adisty untuk menggantikan posisinya. Mencoba hal baru yang belum pernah ia rasakan. Saat Adisty mulia melebarkan pahanya dan memasukkan miliknya tanpa aba-aba. Semuanya masuk dalam satu tekanan yang membuat perutnya terasa hangat dan penuh. "Akhhhh," rintih Adisty, rasa sakit yang membuatnya menggila. Apalagi saat melihat wajah Danu yang terlihat menyukainya. Perasaan Adisty menjadi penuh bahagia. "Sentuh dadaku!" ujar Adisty sambil menggoyangkan pinggulnya. Tangan kekar yang tak berhenti memainkan bulatan miliknya semakin membuat Adisty dimabuk cinta. Kenikmatan yang ia rasakan yang tidak ingin ia akhiri dengan cepat. Klik. Danu dan Adisty terdiam sejenak. Gerakan pinggul yang tadinya semakin cepat tiba-tiba berhenti mendadak. "Maaf." suara yang tak asing, mem

    Last Updated : 2025-02-21
  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 3. Tidak Asing

    Mobil Ferrari Purosangue berwarna merah melesat cepat di jalanan melewati setiap pelintas. Tak satupun dari mereka bisa menghentikan mobil merah itu melintas. Bergerak ke kanan kiri, menguasai jalanan. Mobil merah itu masuk ke dalam area gedung tinggi dekat perumahan HK yang sangat terkenal. Terparkir rapi di tempat yang aman. Klik. Mobil terbuka. Laki-laki jenjang keluar dengan penampilan yang menyeramkan. Darah yang menempel di seluruh pakaiannya masih terlihat segar. Begitu juga dengan darah yang menempel di wajah dan tangannya. Tatapannya dingin, wajahnya datar, Rahangnya mengetat keras. Tanpa perasaan takut ada orang yang melihatnya. Laki-laki itu berjalan masuk ke dalam gedung dengan cuek. Masuk ke dalam lift yang bergerak mengantarnya sampai ke lantai atas. Melintasi apartemen Adisty yang berada di sebelah kiri lift, laki-laki itu diam berhenti di tempat. Matanya mengarah pada pintu yang terbuka lebar, memperlihatkan area dalam rumah itu. Tanpa seizin pemilik rumah, laki

    Last Updated : 2025-02-23

Latest chapter

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 13. Ajakan Tidur Bersama

    Bola mata berwarna keabu-abuan itu menangkap bayangan Nora yang berbalik pergi, kabur seperti dikejar hantu. Entah apa yang ada di pikirannya, terakhir ia melihat ke arah Naren dengan kedua bola mata bergetar."Apa yang kamu bicarakan dengan wanita itu?" Naren duduk di kursi tempat Nora duduk tadi. Perhatiannya teralihkan ke arah pelayan yang mengantarkan makanan ke mejanya. Dia baru saja datang dan makanan itu sudah datang. Ada cake strawberry yang tidak cocok di mulutnya dan beberapa makanan manis lainnya. Membuat Naren bertanya-tanya. "Ini punyaku. Ini punyamu!" Andrew memutar makanan yang ada di depan Naren. "Ini untuk wanita itu kan?" Naren melipat kedua tangannya di atas dada. Tatapan menyelidik nya terarah ke arah Andrew. "Bukan!""Sejak kapan kamu suka makanan manis?" "Hahaha, gak seru!" balas Andrew tertawa. Tetap memakan makanan manis tersebut walau tidak terlalu suka. "Jadi apa yang kalian bicarakan?" Naren masih belum

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 12. Hubungan Yang Rumit

    Andrew terus melihat ke layar handphonenya. Setiap kali mendengar suara dering ponsel, dia buru-buru mengangkatnya dan kemudian menghela nafas panjang. Hal itu terus Naren lihat selama dua hari berturut-turut. Bahkan saat berada di dalam mobil saat ini juga. Andrew buru-buru melihat handphone dan kemudian menghela nafas lagi. Entah sudah berapa kali Naren melihatnya dalam beberapa jam. Naren melirik kan matanya, tanpa mengucapkan sepatah kata. Andrew langsung memberikan penjelasan. "Aku sudah memberitahumu kan wanita itu... Tidak. Maksudku Nora. Kamu tahu kan dia meminta nomor handphoneku dua hari lalu? Tapi kenapa sekarang dia belum juga menghubungiku?" Pembicaraan mereka waktu itu berakhir dengan Nora yang berhasil mendapatkan nomor handphone Andrew, tapi Andrew tidak berhasil mendapatkan nomor milik Nora, alasannya karena Noralah yang nantinya akan menghubungi Andrew terlebih dahulu. Namun nyatanya?"Apa rencanamu?" Andrew bukanlah ora

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 11. Bukan Pelacur Seperti Dia!

    "Aku pergi!" Naren baru saja akan meninggalkan tempat itu. Saat langkah kakinya terhenti dan matanya menangkap kehadiran Nora yang berjalan mendekat dengan kecepatan penuh ke arah Adisty. Penampilan wanita itu sangat berbeda dari kesan yang sudah tertanam di kepala Naren. Pakaiannya yang transparan, samar-samar memperlihatkan kulitnya yang halus. Rambut gelombang terurai panjang dengan sedikit riasan di wajahnya, matanya yang menatap dalam seperti ombak pantai yang bergemuruh. Mengingatkan Naren dengan tatapan kosong yang terakhir kali ia lihat. Kini wanita itu memiliki keinginan dalam hidupnya, setidaknya itulah yang terlihat di mata Naren. Naren jadi penasaran apa yang membuat tatapan wanita itu berubah. Walau sebenarnya ia pun tahu jawabannya. Namun dia lebih penasaran apa yang akan di lakukan wanita itu untuk melawan Adisty. Tapi siapa sangka, ucapan Nora bisa mengancam kerja kerasnya. Naren sudah salah sangka karena berpikir wanita itu hanya akan memandangi

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 10. Pelacur Yang Kehilangan Rasa Malu

    "Kamu sudah coba hubungi adikmu?" Sosok laki-laki beruban tengah duduk di sofa sembari memegangi ponselnya. Mata tua dibalik kacamata tebalnya, terus tertuju pada layar ponsel yang menyala. Menunggu sang putri yang tidak dapat dihubungi setelah seharian hilang tanpa kabar. "Ayah tidak perlu khawatir. Dia sudah cukup dewasa untuk mengurus dirinya sendiri!" jawab Nadin. Dia datang untuk mengisi stok makanan yang ada di kulkas. "Tapi tetap saja......." Ucapannya terhenti. Kelopak mata yang sudah mengendur, sedikit menegang. Suara keributan yang samar-samar terdengar sampai ke dalam rumah menarik perhatiannya. Nadin yang mendengar pun juga diam menghentikan aktivitasnya. "Orang berkelahi?" tebak Nadin, tentunya membuat jiwa keingintahuannya meningkat. Nadin menutup kembali pintu kulkasnya, membiarkan sebagian barang yang belum sempat ia masukkan di atas meja. Ayah yang juga penasaran, ikut bersama sang putri untuk mencari tahu. **

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 9. Tidak Suci Lagi?

    Sebelum laki-laki itu datang, Nora bergegas untuk kabur. Namun, saat baru menginjakkan kaki ke lantai, Nora merasakan kepalanya seperti tersengat listrik dengan voltase tinggi, sakitnya membuat Nora memutuskan untuk tidur kembali. "Aghh," ringisnya, kepalanya terasa ingin pecah. Nora sama sekali tidak ingat apa yang terjadi padanya tadi malam. Yang dia ingat dia dan Vivi datang ke sebuah klub untuk tujuan melepaskan kesuciannya. Agar tidak gugup Vivi memesankan minuman untuknya dan setelah itu Nora tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. "Aku benar-benar lupa." rengek Nora, menutupi wajahnya yang kecil dengan kedua telapak tangannya. Matanya masih tertuju ke arah kamar mandi, suara air keran itu masih terdengar dan seperti suara hantu bagi Nora. "Aku harus pergi sekarang!" tuntutnya, mencari cara untuk bisa pergi dengan keadaannya sekarang. Nora kembali mencoba menurunkan kakinya terlebih dahulu, menggeser badannya yang terasa sakit di sek

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 8. Melepaskan Kesucian

    "Kenapa kamu menarik ku?" Danu menarik tangannya dari Adisty. Menatap Adisty dengan penuh amarah. Seharusnya Adisty tidak membawanya, karena sekarang Danu jadi tidak tahu Nora ada dimana. Dia tahu kesalahannya tapi dia tidak bisa membiarkan Nora begitu saja dibawa olek laki-laki asing yang tak ia kenal. Bagaimana jika laki-laki itu berbuat sesuatu pada Nora? Danu kesal memikirkannya. Membayangkan apa yang ia lakukan dengan Adisty bisa saja terjadi pada Nora. Danu semakin marah. Dia tidak mau itu terjadi. "Agghhhhh!" teriaknya sambil menjambak rambutnya sendiri. "Tenanglah Danu!" "Bagaimana aku bisa tenang? Semua ini gara-gara kamu!" balas Danu mendorong Adisty menjauh darinya. "Bagaimana jika laki-laki itu berbuat sesuatu pada Nora?" Rahang Danu semakin mengetat dengan wajah memerah, bahkan urat-urat di wajahnya hampir terlihat. Dia tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Nora. "Kamu mau kemana?" "Menurutmu?""Dia bukan

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 7. Cinta Yang Membuat Mati

    Beberapa menit sebelumnya, "Kamu sudah selesai?" tanya Alina yang sejak tadi menunggu di depan kamar mandi laki-laki.Naren diam tak menanggapi. Apa yang sudah terjadi 4 tahun sebelumnya membuat ia tak bisa bersikap baik-baik saja ke Alina. Naren lanjut berjalan, mengabaikan Alina yang terus mengikutinya dari belakang. Tidak terima dengan sikap Naren yang begitu dingin, Alina berlari kecil untuk bisa menyaingi Naren. "Naren!" Alina berhasil menahan tangan Naren.Naren membalikkan badannya. Kedua alisnya menekuk ke bawah dengan otot rahang yang semakin mengetat. Tatapan dingin yang mengisyaratkan kemarahan tersampaikan ke Alina yang menjadi takut. Bukk. Naren mendorong tubuh Alina ke dinding cukup keras. Alina tidak cukup cepat untuk bereaksi. Matanya terbuka lebar menatap Naren. Mata Naren yang dulunya melihatnya dengan penuh cinta sudah tak ada lagi disana. "Apa kamu tidak punya rasa malu sedikitpun?" tekan N

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 6. Laki-laki Itu Ternyata Danu!

    Wanita cantik yang ada di depan cermin itu adalah Nora. Paras yang selama ini tersembunyi di balik wajah tanpa riasan. Bibir kecil yang selalu terlihat pucat, kini terlihat lebih cerah dan segar dengan olesan warna cherry. Rambut panjang yang selalu diikat kuda kini terurai panjang bergelombang. Kacamata yang selalu terkait di telinga tak lagi menutupi mata indahnya. Bola mata yang umumnya orang asia punya, kecoklatan dan bulu mata hitam panjang lentik. "Apa ini aku?" gumam Nora, bahkan ia pun tak menyangka wanita yang ada di depan cermin itu adalah dirinya sendiri. Sudah lama sejak ia terakhir kali membubuhkan warna ke wajahnya. Terakhir, di acara pernikahan Kakaknya. "Kamu sebenarnya cantik, tapi sayang kurang dirawat aja!" celetuk laki-laki di belakangnya. Orang yang sudah berjasa mengubahnya menjadi seorang putri cantik. "Apa aku bilang. Dia cantik kan?" sahut Adisty, memajukan wajahnya ke dekat Nora. Aroma parfum yang segar dan cukup kuat, menggelitik hidung Nora. Aroma kh

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 5. Gadis Bodoh

    Langit terlalu kosong tanpa bintik-bintik kecil terang yang selalu ada mengisi tempat. Cuacanya pun cukup dingin tak seperti biasanya karena sudah memasuki musim penghujan. Taman kota yang biasanya ramai dikunjungi pengunjung terlihat tidak terlalu ramai seperti biasanya. Hanya ada beberapa orang yang bertahan di sana, saat angin terasa semakin kencang menyapa tubuh. Diantaranya, Naren yang berlari sendiri mengelilingi area taman. Di telinganya terpasang benda hitam kecil yang menghubungkan dia dengan seseorang. "Kamu sedang olahraga?" "Hmm," "Demi apa? Kamu nggak kedinginan?" "Ha?" "Oh ya, manusia dingin sepertimu mana bisa merasakan dingin," Laki-laki berpakaian baju tidur berwarna hitam tengah duduk di sofanya sambil menikmati kopi hangat. Di samping telinganya ada handphone yang melekat. "Langsung saja. Aku tidak suka banyak bicara denganmu!" "Aissssh. Jadi kamu mau tetap melanjutkan kontrak dengannya setelah tahu bagaimana kehidupan pribadinya?" "Ya." "Ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status