Share

Chapter 150. Di Ambang Kebangkrutan

Darren menggeram pelan, tangannya mengepal erat. Ia tak peduli dengan larangan perawat yang mencegahnya masuk, kakinya terus melangkah pasti menuju kamar Brata. Pintu kamar terbuka, memperlihatkan Brata yang tertidur lelap di ranjang.

Darren mendekat, duduk di tepi ranjang, tangannya meraih tangan keriput Brata yang terbaring lemah. Jari-jari keriput itu terasa dingin, membuat jantung Darren berdebar kencang.

"Kakek," bisik Darren, suaranya bergetar. "Bangun, Kakek. Aku di sini."

Namun, Brata tak bergeming. Matanya tetap terpejam, napasnya teratur, seperti orang yang tertidur nyenyak.

Nadia berdiri di ambang pintu, matanya berkaca-kaca. Ia melihat Darren yang tampak begitu sedih, dan Brata yang terbaring lemah.

"Kak," panggil Nadia, suaranya lirih. "Kakek nggak bangun?"

Darren menoleh, matanya masih tertuju pada Brata. "Ya, Kakek masih tertidur. Perawat bilang itu efek obat."

Nadia mendekat, menaruh tangannya di bahu Darren. "Kak, kita menginap di sini saja, ya. Aku khawatir sama Kake
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status