Home / Rumah Tangga / Kakak Ipar Adalah Maut / Bab 2 - Ipar VS Istri

Share

Bab 2 - Ipar VS Istri

Author: Ratna Fa
last update Last Updated: 2024-08-07 22:18:45

Nala masih menatap penuh rasa kasihan dan jijik pada dirinya sendiri di cermin besar yang ada di dalam kamar tidurnya.

Dia teringat sepuluh tahun yang lalu saat pertama kali pertemuan dirinya dengan Gala, di Yogyakarta.

Nala bekerja di sebuah perusahaan industri pengrajin perak di Kotagede, Yogyakarta.

Sejak kecil Nala suka sekali dengan desain perhiasaan, saat lulus kuliah dia langsung bekerja di perusahaan milik keluarga Diandra, yang tak lain adalah sahabat dari almarhum ayahnya.

Keluarga Diandra sudah menganggap Nala seperti putrinya sendiri karena sejak kecil dia memang sering melihat para pengrajin perak di sana setiap kali ayahnya mengajak berlibur ke Yogyakarta.

Sampai akhirnya cita-cita Nala tercapai dan bekerja di perusahaan tersebut.

Putra pertama Diandra, Abian Diandra adalah teman Gala.

Dari Abian-lah Nala diperkenalkan oleh Gala.

Mereka bertemu dan Gala menyukai Nala, akhirnya mereka menikah.

Pertemuan keduanya memang sangat singkat, sampai akhirnya mereka menikah.

Padahal Calya, sejak awal sudah memberi peringatan pada Gala untuk mempertimbangkan gadis pilihannya tersebut, bukan tanpa alasan.

Menurut Calya, ada banyak wanita menarik dan pintar di Jakarta kenapa harus Nala, hanya seorang gadis udik yang bekerja di perusahaan industri perak di Kota Yogyakarta.

Saat Nala mengingat kenangan masa lalunya, suara Gala terdengar keras dari lantai bawah.

“NALA … LAMA BANGET SIH …”

Nala terkesiap, dia langsung tersadar dari lamunannya dan buru-buru mengambil map yang ada di atas nakas setelah itu dia bergegas keluar dan menuruni anak tangga.

Saat dia berusaha berlari ….

“Argh …”

Kaki kanan Nala terkilir.

Dia menahan sakit yang sangat luar biasa sambil meringis.

Gala yang melihat langsung berlari menaiki tangga, buru-buru dia mendukung Nala.

Beruntung Nala pegangan kuat pada tepi tangga.

“Hati-hati kamu ceroboh banget sih!” gerutu Gala pada Nala.

Nala hanya bisa memejamkan matanya mendengar omelan Gala.

Bukan itu yang ingin dia dengar saat ini, tapi … Nala sadar, suaminya ini …

“Ayo turun, bisa kan … aku udah kesiangan nih, sini map-nya.”

Nala hanya bisa menerima dengan pasrah perlakuan suaminya itu.

“Bi Darmi bantuin Nala ya.”

Setelah itu dia mendudukkan Nala di anak tangga dan berlari ke bawah.

Calya yang sudah memegang tas-nya tersenyum sinis dan berkata, “Makanya kalau punya mata yang bener, jalan aja sampai begitu kalau kamu jatuh dari tangga gimana? Siapa yang susah ntar.”

Bi Darmi yang berjalan menuju anak tangga hanya bisa diam mendengarnya, begitu pula Nala.

Keluarga ini sungguh luar biasa!

Keterlaluan …

‘Aku sudah …’

“Non, sabar ya!”

Seketika suara lirih Bi Darmi terdengar di telinga Nala.

Wanita paruh bayah itu setengah berjongkok membantu Nala untuk berdiri dan membawanya kembali ke lantai atas.

Calya dan Gala akhirnya pergi.

“Kamu tuh sama istri jangan baik-baik kenapa. Udah aku bilang, istrimu itu ceroboh, nggak pernah bener kalau kerja.”

Calya ngedumel sembari berjalan ke area parkir mobil di sisi tempat duduk pengemudi Ayunda sudah duduk manis menatap kedua orang itu berjalan ke arahnya.

Gala yang mendengar ocehan Calya tidak menyahut.

“Awas kalau nanti ada apa-apa lagi, kejadian kemarin-kemarin udah cukup ya, bikin repot orang.” Bentak Calya lagi.

Gala hanya mengangguk.

Kejadian kemarin adalah saat Nala harus masuk rumah sakit karena pingsan dan terpaksa Gala yang menunggu Nala di rumah sakit, sementara Calya merasa semua itu jadi merepotkan karena di rumah berantakan, Bi Darmi sudah tidak seperti dulu lagi.

Pekerjaan rumah sebagian besar diambil alih oleh Nala.

Bukan secara suka rela, tapi Nala melakukannya karena memang dia harus melakukannya.

….

Di kamar tidur …

“Non, kakinya harus panggil tukang urut dulu ini mah, nanti bengkak loh.” Ucap Bi Darmi.

“Nggak usah Bi, Bibi bisa urut kan?”

“Tapi Non …”

“Nggak usah, uda biasa.”

Mendengar itu Bi Darmi yang sedang mengoleskan minyak urut hanya bisa pasrah.

“Agak sakit ya Non, bisa nahan kan …”

Nala mengangguk …

Beberapa detik kemudian ….

“ARRRGHHH ….”

Suara Nala menggema sampai ke parkir mobil.

Gala, Calya dan Ayunda yang masih berada di parkiran rumah langsung terkejut mendengar suara teriakan Nala.

“Pa, Mama kenapa?” ucap Ayunda dengan panik langsung menoleh ke belakang.

Gala langsung panik, tangannya sudah berusaha mendorong pintu mobil tapi ditahan oleh Calya.

“Nggak papa, lagian kita udah kesiangan. Paling-paling lagi diurut sama Bi Darmi.” Jawab Caya acuh dan tidak peduli.

Ayunda menatap ayahnya yang duduk di belakang dari kaca spion.

Gala langsung menahan tangannya untuk kembali duduk.

“Ya udah kita jalan, tadi mamamu ke kilir di tangga tapi bener kata Bude, dia pasti akan baik-baik saja.”

“Kamu nanti kesiangan, kita belum sarapan juga.” Lanjut Calya, dia menyalakan mesin mobil.

Iya, selama ini Calya yang selalu mengemudi, dia sama sekali tidak percaya oleh siapa pun terutama adiknya, Gala untuk membawa mobil.

Kecelakaan yang pernah dialami Gala membuat Calya tidak pernah mengizinkan adiknya itu menyetir.

“Gala, kamu sudah pertimbangkan usulan aku kemarin kan?” tanya Calya pada adiknya.

“Hm …” jawab Gala.

“Aku nggak mau lama nunggu jawaban, lebih cepat lebih baik, lagian kamu juga udah nggak nyaman kan hidup begini.”

“Mbak, aku butuh waktu.”

“Waktu apa lagi, udah jelas kalian berdua nggak cocok sama sekali.”

“Tapi Mbak …”

“Kenapa?”

“Jangan bahas di sini.”

“Kenapa?”

Ayunda yang duduk di depan di samping Calya mendengar percakapan mereka dengan ekspresi wajah bingung.

“Nggak papa, Ayunda juga pasti uda ngerti kok. Sayang, kalau mama papa kamu pisah kamu tetap sama Bude kan?”

“Mbak Calya …” teriak Gala dengan mata membesar.

Ayunda langsung terdiam, meski katakanlah dia memang sudah sering mendengar ayah dan ibunya bertengkar dan bahkan mereka sudah sering pisah ranjang, Ayunda tidak menyangka kalau semua ini akan terjadi.

Dia, menjadi dewasa karena keadaan keluarganya, terutama budenya sendiri.

Calya memegang tangan Ayudan, tersenyum dengan manis dan berkata, “Ponakan Bude yang pintar pasti paham siapa yang bisa mendukung dan pantas berada di sisinya, ya kan?”

Ayunda hanya bisa tersenyum, dia tidak berkata apa-apa.

“Mbak Calya, kamu …”

“Tuh, dia aja setuju sama aku, diam itu berarti iya.”

Gala langsung menatap putrinya dari sisi, ekspresi wajah Ayunda datar, dia duduk diam menatap ke depan seolah tidak terjadi apa-apa.

“Ayu …” suara Gala terdengar ringan memanggil putri semata wayangnya itu.

“Pa, Ayu nggak masalah keputusan apa pun kalian berdua, yang penting yang terbaik.” Jawab Ayunda.

Calya yang mendengar tersenyum dan berkata, “Tuh kan … aku bilang jug apa.”

Gala paham, Ayunda sudah sering melihat pertengkaran dia dan Nala, jadi tidak mungkin Ayunda tidak tahu kondisi keluarganya tapi …. Anak usia sepuluh tahun seperti Ayunda sudah berpikir seperti ini.

Gala merasa bersalah, tapi dia juga sudah tidak tahan harus hidup seperti ini ….

Bertengkar dan selalu berselisih paham dengan Nala.

Begitu juga kakaknya, Nala dan Calya tidak pernah akur sama sekali.

Related chapters

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 3 - Guna-guna

    Di kamar utama, Nala yang sedang dipijit oleh Bi Darmi meringis menahan kesakitan, kaki kanannya sudah terlihat agak sedikit bengkak.“Non, tahan ya, Bibi sih mau panggil tukang urut aja, biar diurut kakinya nanti Non nggak bisa jalan gimana.”“Nggak papa Bi, nanti kalau uda Bi Darmi urut pasti enakan. Auh!”“Tuh kan sakit.”“Iya, nggak papa aku tahan, uda biasa kan nahan sakit.”Mendengar itu Bi Darmi hanya bisa tersenyum.Dia sangat menyukai Nala, sejak wanita ini memasuki rumah keluarga Wistara, Bi Darmi merasa dia senang sekali, karena Nala sangat baik pada dirinya dan selalu mengalah dan diam diperlakukan apa pun oleh Calya.Bi Darmi sangat mengenal Calya, sejak kecil Bi Darmi yang merawat dan mengurus Calya dan juga Gala.“Non, kamu nggak papa?” tanya Bi Darmi masih mengurut kaki Nala.Perempuan paruh baya itu memperhatikan Nala yang termenung, terlihat lusuh dan sedikit kurus.“Kenapa Bi?”“Kamu kelihatan capek, apa ada yang dipikirin? Kalau masalah Mbak Calya, Non mah uda bias

    Last Updated : 2024-08-07
  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 4 - Mulai Curiga

    “Calya, segitunya lo benci sama adik ipar lo itu, bahkan udah berapa tahun Calya. Kenapa sih lo masih dendam sama dia.” Suara dari seberang telepon suaranya terdengar merendah.Mendengar itu Calya merengut, dia terdiam sesaat lalu memikirkan pertanyaan barusan.‘Kenapa gue benci sama Nala?’‘Kenapa?’‘Ah kalau nggak suka, ya nggak suka aja emangnya harus ada alasan. Lagian gara-gara dia juga hidup gue sama Gala jadi berantakan.’“Calya … Hello … any bdoy home … spada … lo masih di tempat kan?”“Eh … hum …. Sorry. Emangnya harus ada alasan kalau gue nggak suka sama seseorang?”Tanya Calya balik.Di sana, orang yang ditelpon oleh Calya terdiam sesaat lalu setelah jeda ada suara jawaban, tawa keras terdengar setelahnya.“Hahahaha … bener kata lo, emangnya harus ada alasan. What ever lah ya, sekarang lo bisa transfer ke gue lagi biaya ongkos jalan sama ke orang pintarnya, kan?”“Nggak masalah, ntar gue transfer, tapi ….”“Apa? Lo masih punya permintaan?”“Iya, gue mau lo bilang ke orang p

    Last Updated : 2024-08-07
  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 5 - Dua Pria

    Gala menerima telepon dan sedikit berteriak, "Eh kok bisa! Bukannya harganya sekitar 120 juta? Mahal banget""Siapa yang kasih keputusan?""Aku paham."Gala menutup telepon dan mendesah.“Karina, berapa harga yang kita tawarkan sebelumnya?” Gala bertanya dengan tidak sabar."Sembilan puluh juta," ujar Karina.Harga itu jauh melebihi perkiraan. Selisihnya lebih dari 10 juta. Gala bisa membayangkan pantas saja keluarga Diandra tidak memberikan penawaran itu kepada perusahaannya. Seratus dua puluh juta, harga yang harus dibayar untuk menjaga reputasi keluarga.“Pak Gala, apa mereka sekarang mencoba untuk menekan perusahaan kita? Atau sengaja mengeluarkan kita dari komunitas? Kalau seperti ini kita nggak punya stok dan barang untuk dipamerkan nanti” lanjut Karina.“Dia kayaknya sengaja,” Gala berkata dengan ekspresi kekesalan. Meskipun dia tidak tahu Diandra pasti melakukan ini dengan sengaja. Semenjak Gala menikahi Nala, dan istrinya memutuskan keluar dari perusahaan keluarga Diandra, te

    Last Updated : 2024-08-07
  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 6 - Kakak Yang Selalu Berkuasa

    Nala dan Bi Darmi berada di rumah sakit …Nala dengan cepat membalikkan Ayunda dan mengangkat dagunya.Wajah putrinya sangat pucat sehingga tidak ada jejak kehidupan yang tersisa di pipinya. Matanya terpejam rapat seperti tertidur.Mengikuti gerakan Nala, tangan gadis itu terjatuh di sampingnya dengan lemah ...“Ayu? Ayunda!”Ketakutan yang tak dapat dijelaskan menyelimuti pikiran Nala saat dia memeluk gadis itu seperti wanita gila. “Ayu, bangun! Bangun sayang kamu kenapa ....”“Apa yang terjadi sama Ayunda?”Bi Darmi berdiri dengan ekspresi ketakutan.Bukankah tadi pagi, gadis ini terlihat baik-baik saja?Lalu kenapa sekarang Ayunda seperti orang sekarat, wajahnya sangat menakutkan.Mereka bergegas ke rumah sakit, karena mendapat telpon dari pihak sekolah memberi tahu bahwa Ayunda sedang dirawat di rumah sakit karena pingsan dan sebelumnya sempat histeris.Nala mengangkat kepalanya dan menatapnya. Kesedihan dan kemarahan melonjak di dadanya.“Bi Darmi, apa yang terjadi pada anakku?” t

    Last Updated : 2024-09-04
  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 7 - Ancaman Calya

    Di tempat lain …Nala terus bersin, entah kenapa dia seperti ini padahal sebelumnya dia baik-baik saja.Bi Darmi yang melihat langsung berkomentar, “Non, kayaknya ada yang lagi ngomongin Non Nala.”Nala yang mendengar tersenyum lalu berkata, “Bi Darmi ada-ada aja, masih percaya mitos kayak gituan ah.”“Bisa jadi gara-gara asap tadi Bi.” Sambung Nala lagi.“Hehehe … iya kali ya.” Bi Darmi langsung merasa tidak enak hati, dia meringis sendiri.Setelah selesai membakar bungkus kain putih dan membersihkan diri, hari mulai siang Nala dan Bi Darmi berjalan-jalan di taman belakang. Mereka berdua lalu duduk di bangku bambu yang ada di bawah pohon mangga yang daunnya rindang. Itu adalah tempat favorit keduanya.Saat selesai mengerjakan pekerjaan rumah dan senggang, mereka berdua sering menghabiskan waktu di sana.Biasanya Nala menyulam, Bi Darmi membersihkan sampah daun kering.“Non, apa udah baikan kakinya?” Bi Darmi bertanya pada Nala.Tapi sebenarnya Bi Darmi tahu bahwa Nala sedang memikirk

    Last Updated : 2024-09-04
  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 8 - Dasar Nenek Lampir

    Selesai berbicara, ponsel Calya berbunyi …Drtt …. Drrtt … Drtt ….Dengan cepat dia meraih ponsel di dlam tas miliknya.Saat manik matanya menangkap sebuah nama di layar ponsel tersebut, kedua alisnya berkerut.Calya bergumam sebelum mengangkat panggilan telepon tersebut.“Wali kelasnya Ayunda?” Gala yang mendengar juga ikut terkejut, ekspresi wajah lelaki itu pun sama terkejutnya dengan Calya.“Ada apa Mbak? Ada apa sama Ayunda? Kenapa wali kelasnya telpon ke Mbak?”Gala mengajukan banyak pertanyaan, dengan perasaan khawatir.Calya meliriknya dengan ketus dia menjawab, “Mana aku tahu? Ini juga belum dijawab.”“Buruan angkat Mbak?” lanjut Gala, dia berdiri di depan Calya dengan wajahnya yang terlihat cemas, menatap ponsel yang ada di tangan Calya.Melihat sikap Gala, Calya mendengus dan berkata, “Santai aja kenapa sih.”“Siapa tahu itu penting Mbak, buruan angkat. Wali kelas Ayunda nggak mungkin nelpon kalau nggak penting kan?”“Issh …. Berisik!” sewot Calya, dia menekan satu jarinya

    Last Updated : 2024-09-06
  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 9 - Tidak Tahu Malu!

    Melihat wajah ibunya memerah, Ayunda langsung bergegas mengangkat suaranya, “Tante, aku baik-baik saja, semua ini nggak ada hubungannya sama mama.”Mendengar itu Calya yang tangannya masih di udara dengan cepat melirik Ayunda, gadis itu tatapan matanya penuh dengan permohonan kepadanya.Menarik napas panjang Calya menurunkan tangannya.Bi Darmi yang melihat menahan emosi di dadanya saat dia harus menyaksikan lagi sikap arogan dan kasar Calya pada Nala.Begitu dia menatap pada Gala yang hanya berdiri dengan ekspresi datar, Bi Darmi menahan tinju tangannya dengan kuat.Calya menatap kembali pada Nala yang masih memegang pipinya yang merah.“Sudah aku bilang berkali-kali kalau ada masalah terkait Ayunda, kamu harus cepat hubungi aku. Dan ingat, jangan pernah melakukan sesuatu tanpa seizin aku.”“Mbak, dia juga anakku, jadi apa salahnya kalau aku …”“Apa salahnya? Dasar bodoh! Kamu nggak ngaca, ngerawat diri kamu sendiri aja nggak becus gimana mau ngerawat anak kamu hah!”Mendengar itu Na

    Last Updated : 2024-09-06
  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 10 - Aku Nggak Mau Cerai!

    Gala yang ditanya hanya bisa diam mematung, dia bingung harus menjawab apa.Lalu pada akhirnya Gala hanya bisa memalingkan wajahnya ke arah putrinya, dia merasa bersalah tapi dalam hati Gala juga kesal kepada Calya, kakaknya ini sungguh keterlaluan, seharusnya dia tidak mengatakan hal itu di depan putrinya.“Gala, kenapa diam, kamu jadi suami harus tegas dong.” Sela Calya dengan melotot pada Gala.“Mbak, bukan waktunya ….”“Apa? Kamu bilang belum waktunya? Mau nunggu sampai kapan lagi? Kamu berdua sama-sama nggak cocok dan menderita ngapain sih dipertahankan.”Saat berbicara Calya memperhatikan pandangan Gala, manik matanya bertemu dengan Ayunda, Calya menarik napas panjang setelah paham dengan situasi Gala saat ini.“Ayunda pasti paham kok!” jawab Calya dengan entengnya.Sementara Nala yang masih berdiri di antara keduanya tidak bisa menahan setiap perkataan kakak iparnya itu, dia mengaitkan kedua tangannya, menarik napas, yang awalnya menunduk, perlahan dia mengangkat wajanya dan be

    Last Updated : 2024-09-06

Latest chapter

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 40 - Rumah Impian Nala - End

    Seminggu kemudian …“Terima kasih Mas Totok atas bantuannya selama ini, kalau nggak ada Mas, saya nggak tahu apa yang terjadi sama keluarga saya.” Ucap Nala, dia duduk bersebelahan dengan Bi Darmi, di depannya Totok duduk dengan posisi tegak dan sopan.Sebelum menjawab Totok tersenyum, “Mbak, semua itu atas pertolongan Allah, saya hanya perantara, Insha Allah kalau kita istiqomah Allah akan kasih kemudahan. Jangan lupa ya selalu tepat waktu sholatnya, kalau bisa.”“Iya, makasih banget Mas.” Lanjut Nala.“Sebenarnya semua ini atas usul Mas Abian loh, saya diminta bantu Mbak Nala dari Mas Abian.”“Abian Diandra?” tanya Nala terkejut.Totok hanya mengangguk lalu menatap Bi Darmi.Reflek Nala menatap Bi Darmi.Perempuan paruh baya itu tersenyum lalu berkata, “Iya, Maaf ya Non Nala, sebenarnya selama ini saya suka curhat sama Mas Diandra, saya jangan dimarahi ya, saya hanya berusaha mau bantu keluarga Non Nala sama Mas Gala.”Nala menarik napas panjang, dia berhutang budi lagi sama Diandra

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 39 - Kebenaran Yang Terungkap

    Saat itu sebuah suara datang dari luar ruangan.“Maaf, Pak Gala, Bapak tidak bisa masuk ke ruangan Pak Adi, karena sedang ada tamu.” Ujar seorang pegawai di sana.Gala tidak peduli, dia sejak tadi sudah mengatakan dengan baik-baik bahwa dia ingin bertemu langsung dengan Adijaya tapi para pegawai terus menghalanginya.Kali ini Gala berkata sambil melotot, “Aku tidak peduli, minggir atau …”Mendapat ancaman dari Gala, si pegawai wanita tidak berani menatap lalu dia dengan enggan minggir dan pada akhirnya membiarkan Gala masuk.Karena semua pegawai di sana juga memberi kode kepadanya untuk membiarkan Gala masuk, mereka tidak ingin kantor mereka kacau, siapa yang tidak kenal keluarga Wistaram terutama Calya, semua pegawai tidak ingin berhubungan dengan keluarga Wistara.Dengan cepat Gala membuka pintu, dia tidak terkejut sama sekali melihat Karina sedang berada di dalam ruangan bersama Adijaya.“Wah, siapa yang datang, Gala Wistara, akhirnya kamu datang sendiri.” Ujar Adijaya, dia berdiri

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 38 - Sebuah Perjanjian

    Festival Pameran Perhiasan Perak sudah sebentar lagi.Di ruangan kerja Diandra …“Pak, ini datanya, semuanya ada di sini, beberapa keleksi perhiasan punya kita yang akan kita pamerkan nanti.”Ujar seorang karyawan pria dengan tubuh kurus, tinggi dan terlihat berwibawa.Dia adalah Lukman, kepala desain di perusahaan Diandra.Sudah lebih dari sepuluh tahun Lukman bekerja bersama Diandra.Dia awalnya seorang pelukis pinggir jalan yang ditemukan Diandra.Saat tidak sengaja Diandra sedang menikmati malam di Malioboro dan melihat bakat Lukman.Meski dia hanya lulusan SMA, seni dan bakat melukis Lukman sangat luar biasa.Diandra menawarkan pekerjaan itu padanya.Awalnya Lukman menolak karena takut tidak sesuai dengan ekspetasi yang diharapkan Diandra.Tapi, Diandra bukanlah orang yang mudah menyerah.Dia terus mendatangi Lukman dan memberinya semangat, sampai sebulan penuh dan akhirnya Lukman menerima tantangan tersebut.Alhasil semua desain Lukman menjadi yang terbaik.Dia diajari oleh Dian

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 37 - Ancaman Bima

    Calya dan Bima sudah berada di ruangan lain saat Gala masuk lebih dulu ke kamar, semantara Nala dan Bi Darmi masih sibuk berkutat di dapur.Calya yang duduk dengan kaki kanan di silangkan mendekap kedua tangannya di dada dengan wajah angkuh dan ekspresi mencibir berkata pada Bima yang masih berdiri dengan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.“Kamu nggak usah bikin gara-gara kalau mau menetap di sini Bim.”Bima mengacuhkan ucapan Calya.Ini adalah ruang kerja keluarga Wistara, Bima membayangkan pastinya dulu ini adalah ruangan favorit ayahnya. Meski Bima tidak bisa mengingat semua kenangan masa kecil dengan ayahnya tapi dia bisa merasakannya.Calya kesal diacukan oleh Bima, dia berteriak, “Bima, dengerin aku jangan sok belagu ya. Kamu …”Bima menundukkan pandangannya, ada senyum sinis di sudut bibirnya melihat ekspresi marah Calya.Lalu dia berjalan mendekati Calya, sedikit membungkuk dengan wajahnya yang masih tersenyum Bima menjawab, “Gue emang bakalan stay di rumah ini … sel

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 36 - Dasar Pecundang

    “Oke, kalau begitu, kamu mau kan bantu seseorang?” tanya Diandra, kali ini ekspresi wajahnya terlihat lebih serius dari sebelumnya.Totok yang melihat itu diam sejenak lalu menganggukkan kepalanya dan berkata dengan suara pelan, “Insha Allah Mas, saya akan bantu kalau saya bisa.”“Bagus, ada seseorang yang butuh bantuan kamu, Tok.”“Semoga bisa ya Mas. Karena dulu waktu di pondok ustad saya juga pernah cerita ada banyak kasus serupa yang dia tangani, beberapa bisa berhasil dengan rujuk kembali, banyak sekali Mas kayak gitu.”“Oh, gitu ya. Aku juga tahu dari beberapa teman dan nonton di tv Tok.”“Iya, sekarang sudah banyak yang paham dengan pengobatan metode Ruqyah meski belum semuanya karena banyak yang masih ragu juga, semua tergantung keyakinan di sini Mas.”Totok menekan dadanya saat berkata.Diandra mengangguk.Diandra dalam hatinya merasa senang dan juga tenang, dengan begitu dia bisa membantu masalah Nala, setelah ini dia akan memberi kabar pada Bi Darmi.“Tok, kalau yang mau be

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 35 - Siapa Yang Sakit?

    Di lain tempat ….Diandra yang sudah selesai olahraga mengambil ponsel miliknya di atas meja, melihat ada banyak pesan Whatsapp sejak beberapa jam yang lalu salah satunya ada nama Bi Darmi.Dengan cepat dia menscroll lalu dengan sekali klik pesan dari Bi Darmi terbaca olehnya.[Mas Diandra, ada kejadian aneh pagi ini … tapi Bibi belum pastikan apa yang terjadi, semoga saja Mbak Calya cari orang pintar lagi buat melakukan sesuatu. Oh ya, Mas bisa bantu saya carikan ustad yang bisa bantu Non Nala, dia pengen belajar ngaji katanya.]Lama Diandra membaca pesan itu.Sampai pada akhirnya dia menghapusnya tanpa membalas.Pria bertubuh tinggi dengan wajah kebapakan itu melepaskan kaos yang basah oleh keringat lalu pergi mandi.Setelah memikirkan lebih jauh pesan dari Bi Darmi, Diandra merasa masalah dari semua kejadian di rumah tangga antara Gala dan Nala adalah kakaknya Gala.Meski Diandra masih menyimpan perasaan dan belum menerima sepenuhnya pernikahan mereka berdua tetap saja Diandra suda

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 34 - Bersitegang

    Mendenger ancaman dari Calya, Bima hanya tersenyum lalu berkata, “Ah, Mbak Calya kenapa galak sekali sih.”Bima melirik meja makan yang sudah tersedia menu sarapan pagi, dia menemukan ide dan berkata lagi, “Aku numpang sarapan di sini ya.”Dia berjalan melangkah mendekati meja makan, seolah acuh dengan apa yang baru saja Calya katakan, menarik kursi lalu duduk menghadap makanan yang sudah tersaji.‘Ini adalah cara terbaik, gue harus bisa bertahan di sini dulu.’Bima bergumam dalam hati.Calya mendengus melihat Bima sepertinya tidak mendengar apa yang dikatakannya.‘Kenapa bocah tengil ini jadi berani sama aku? Apa yang sebenarnya terjadi pada dia akhir-akhir ini?’Alis Calya mengerut saat dia memikirkan Bima yang berubah menjadi anak yang tidak menurut kepadanya.Ayunda yang masih memegang tangan Bi Darmi berbisik pada wanita paruh baya itu, “Bi, dia siapa?”Wajar gadis kecil itu bertanya, karena memang selama ini Bima tidak pernah ada di sekitar mereka.Sejak SMA Bima sudah diungsika

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 33 - Orang Asing

    Mobil sedan warna silver melaju kencang di pagi hari, semburat matahari yang jingga baru saja menyembul di langit mengenai wajah tampan Bima Wistara dari kaca mobil bagian depan, mengenakan kaos kasual berkerah V neck, Bima mengemudi sendiri.Wajahnya bak pinang dibelah dua dengan Gala, itu mengapa dulu saat mereka berdua sama-sama masih di bangku kuliah banyak yang mengira Bima dan Gala adalah saudara kembar, padahal nyatanya mereka adalah saudara sepupu.Bima dan Gala lahir hanya selang beberapa hari. Bima lahir lebih dulu dari pada Gala.Tapi sayang nasib Bima Wistara sangat berbeda dengan Gala.Sejak usia lima tahun Bima sudah hidup sendiri dan tinggal di rumah kedua orang tua Gala.Ayah ibunya Bima meninggal karena kecelakaan mobil di jalan tol menuju Bandung kala itu, tidak ada yang tahu penyebab kecelakaan tersebut sampai sekarang kasusnya ditutup oleh pihak yang berwajib.Mengenakan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya yang mancung, Bima terus tersenyum sambil bibirnya

  • Kakak Ipar Adalah Maut   Bab 32 - Kamu Bisa Mati, Nala

    Yang jadi pertanyaan di hati Calya adalah … bagaimana bisa perekam suara yang dia sembunyikan di kamar Gala bisa mati saat mereka berdua sedang melakukan hubungan intim, seharusnya Calya bisa tahu kan?‘Siapa yang matiin perekam suaranya? Apa jangan-jangan Gala tahu? Nggak, aku nggak akan biarkan dia tahu apa yang sudah aku lakukan.’Dia melemparkan ponsel miliknya ke tempat tidur.Dengan panik Calya berlari keluar kamar dan menuruni anak tangga.Saat dia sedang terburu-buru, ada Bi Darmi dan Ayunda sudah berdiri di depan pintu kamar Gala, mereka berdua sedang berpelukan, melihat itu Calya hanya memperhatikan saja dan lalu mengacuhkan keduanya, dia terlihat lebih panik dari Bi Darmi dan Ayunda.“Bi, mama sama papa nggak papa, kan? Mereka berantem hebat Bi, kenapa? Apa masalanya?”“Bibi juga nggak tahu.”“Terus gimana Bi, ayo buka pintunya.”“Bibi nggak berani Non.”“Kasihan mama, Bi, kalau terjadi sesuatu di dalam.”Calya juga mendengar mereka sedang berbicara.Berdiri di depan pintu,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status