Share

Bab 5

Setelah panggilan diakhiri, Vando langsung mengumpat dengan marah.

Suara itu membuatku terjerat dalam ketakutan yang tiada akhir ....

Sebelum hari ulang tahunku, aku berusaha untuk menyelesaikan semua pekerjaanku.

Ibuku meneleponku dan menyuruhku untuk pulang lebih awal, karena ada acara yang akan diselenggarakan di rumah.

Namun, aku lebih ingin pergi ke makam Nenek pada hari ulang tahunku.

Patung dewa yang dia berikan untukku masih tertinggal di rumah lama.

Baru saja turun ke lantai bawah, aku pun bertemu dengan Sofia dan Witson.

"Ellen, besok adalah ulang tahun kita. Apa kamu mau ikut merayakannya?"

"Kemudian, aku dan Witson juga akan bertunangan pada hari itu. Kamu harus datang ya."

Sofia bersandar di pelukan Witson sambil tersenyum ceria.

Mendengar kata-kata itu, barulah aku tahu bahwa itu adalah acara yang diselenggarakan untuk Sofia. Sebab itu, aku tidak menghiraukannya dan terus berjalan ke depan.

"Ellen, apa kamu tidak senang melihatku bahagia?" tanya Sofia sambil menarik tanganku dengan kuat.

Dia sebenarnya tidak ingin mengundangku, tetapi malah ingin memamerkan kebahagiaannya.

"Ya sudah, aku akan lihat seberapa bahagianya kalian."

Dalam kondisinya yang marah, aku hanya berniat untuk menjijikkannya. Tak sangka, itu malah membawa malapetaka untuk diriku sendiri.

Aku sudah mencari setiap sudut di rumah, tetapi tidak menemukan patung itu. Aku sangat panik hingga menangis.

Hal-hal yang tidak baik pun terus terjadi.

"Ellen, kamu sedang mencari patung dewa ya?" tanya Sofia. Seakan-akan dia sudah mengetahui kelemahanku.

"Patung itu sudah dibuang ke ruang bawah tanah, tidak ada gunanya kalau dipajang di rumah."

Mendengar kata-kata itu, aku langsung bergegas ke ruang bawah tanah.

Ketika pintu terbuka, ruangan itu benar-benar sangat gelap.

Sofia berdiri di belakangku, dia mengangkat tangan dan melemparkan sesuatu ke ruang bawah tanah. Kemudian, dia pun mendorongku masuk ke dalam.

"Mau ikut acara pertunanganku? Mimpi saja!"

"Dalam hidup ini, aku nggak akan merayakan ulang tahun bersamamu.”

"Tinggal saja di ruang bawah tanah ini. Aku ingin melihat seberapa takutnya kamu."

Aku mendengar suara tawanya yang keras serta suara putaran kunci.

Tidak peduli betapa kerasnya aku mengetuk pintu, dia sama sekali tidak membukanya.

Omong-omong, Sofia bilang patung yang diberikan Nenek ada di ruang bawah tanah.

Aku menyalakan ponselku untuk mendapatkan sedikit cahaya, tetapi tidak menemukan apa pun.

Tak lama kemudian, aku tersandung dan ponselku terjatuh ke lantai.

Ketakutan kembali menyerangku, aku terjebak dalam kegelapan yang pekat.

Dalam kondisi setengah sadar, pintu kembali terbuka.

Sosok itu adalah Ibu.

"Ibu, selamatkan aku." Aku ingin berbicara, tetapi tidak bisa mengeluarkan suara apa pun.

Tubuhku tergeletak di lantai dan sama sekali tidak bisa bergerak.

Ibuku berdiri di depan pintu dan melirik ke dalam sejenak. Kemudian, dia meletakkan barang di tangannya dan keluar lagi tanpa ragu.

Aku menahan diri agar tidak pingsan. Setelah sekian lama, akhirnya ada orang yang datang menyelamatkanku.

"Selamatkan aku," ujarku dengan suara lembah. Itu pun membuat orang di depanku terkejut.

"Astaga! Kenapa ada orang di sini?"

"Tapi, dia terlihat cukup cantik. Jangan takut, aku akan menyelamatkanmu sekarang ...."

Aku mencium bau alkohol yang menyengat, kemudian juga mendengar suara pakaian yang sobek.

Setelah roh keluar dari tubuhku, aku melihat pria itu berbaring di atas tubuhku.

Orang di sebelahnya juga mengambil ponselku.

"Mati! Kenapa bisa mati?"

"Benar-benar tidak bisa diajak main, sial sekali!"

Dalam kepanikan, mereka langsung memasukkan mayatku ke dalam karung.

Saking gelapnya sampai tidak bisa melihat wajah mereka, sehingga aku hanya tahu bahwa mereka terdiri dari dua orang.

Namun, suara mereka terus bergema di telingaku.

Karung itu sangat kecil, tetapi aku bisa masuk ke dalam setelah ditendang mereka beberapa kali.

Aku sangat takut hingga melarikan diri dan melintasi kegelapan. Kemudian, terdengar suara anjing yang saling menggonggong dari kejauhan.

Sungguh menakutkan!

Ketika aku berbalik lagi, aku sudah berada di pesta pertunangan Sofia.

Ruangan pesta bersinar terang. Di bawah lampu gantung yang megah, tersaji berbagai makanan dan minuman yang lezat.

Keluargaku berpakaian rapi dan mengucapkan doa yang baik. Namun, mereka akan mengumpat saat memikirkanku.

Terlihat jelas bahwa ruangan ini bertolak belakang kalau dibandingkan dengan ruang gelap tempat aku tinggali sebelum meninggal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status