Share

Bab 3

Author: Qiandra
last update Last Updated: 2024-10-22 13:23:57
Kemudian, ibuku merasa sedikit bersalah sehingga bersikap baik padaku selama beberapa hari.

Namun, kebaikannya hanya berlangsung selama beberapa hari.

Pada malam hari, acara pertunangan itu pun berakhir dengan lancar.

Tidak ada yang peduli siapa yang merayakan ulang tahun hari ini.

Setelah berpamitan dengan para tamu, ayahku segera memasang wajah muram. Dia menyuruh Vando untuk terus meneleponku.

Ponselku pun beralih dari tidak aktif menjadi tidak terjawab.

Setelah menggenggam tangan Vando yang marah, Sofia pun berkata, "Sudahlah, Kak. Ellen hanya tidak ingin melihatku, sebenarnya tidak apa-apa kalau dia tidak datang."

Sofia selalu berpura-pura begitu baik dan perhatian.

Seperti dugaan, mata ayahku dipenuh dengan rasa kasih sayang.

"Bagus juga kalau Ellen tidak datang. Dia saja bisa mencelakai neneknya sampai mati. Kedatangannya hanya akan membawa sial."

"Melahirkannya ke dunia ini hanya mendapatkan malapetaka. Kalau tahu lebih awal, aku pasti akan mencekiknya sampai mati."

Setelah mendengar ucapan ayahku, rohku yang melayang juga ikut gemetar.

Mereka sama sekali tidak pantas membicarakan nenekku.

Dulu saat melahirkanku, ibuku mengalami pendarahan yang serius dan hampir meninggal di meja operasi.

Sementara itu, kakakku kekurangan oksigen dan harus dilarikan ke inkubator.

Hanya aku yang tampak sehat.

Segera setelah itu, bisnis ayahku terkena masalah.

Mereka menimpakan semua kesialan padaku, bahkan mengatakan bahwa aku adalah sumber malapetaka yang hanya akan membawa nasib buruk.

Sebab itu, ayahku pun memutuskan untuk mengusirku keluar dari rumah.

Namun, Nenek tidak setuju dan mengatakan bahwa mereka terlalu percaya takhayul. Kemudian, dia pun bersikeras untuk mempertahankanku.

Saat aku masih berusia di bawah delapan tahun, Nenek yang membesarkanku dengan penuh kasih sayang.

Namaku juga diberikan oleh Nenek. Dia bilang aku harus bahagia dan hidup dengan ceria.

Namun, pada saat aku berusia tujuh tahun, Ibu datang untuk menjengguk Nenek. Ketika ibuku hendak pulang, dia sama sekali tidak melihatku.

Aku ingin bertanya padanya, kenapa dia tidak melihatku?

Oleh karena itu, aku mengejar mobilnya. Aku menangis sambil berlari.

Mimpi buruk pun datang pada saat itu. Aku hampir mati di dalam ruangan gelap yang bobrok.

Setelah menemukanku, Nenek langsung memelukku dan menangis cukup lama.

Nenek juga menelepon ibuku beberapa kali, kemudian mengatakan bahwa aku jatuh sakit agar dia bisa pulang secepat mungkin.

Tak disangka, ibuku malah menolak.

Sejak saat itu, aku tidak ingin mencari Ibu lagi.

Di saat itu juga, Nenek pun berubah. Setiap hari, dia tampak sangat hati-hati.

Nenek bahkan pergi ke kuil untuk meminta sebuah patung dewa yang berukuran kecil untukku. Dia mengatakan bahwa itu bisa melindungiku.

Di saat aku berusia delapan tahun, Nenek malah mengejar orang yang mencelakaiku. Setelah terjatuh, dia pun tidak bangun lagi.

Aku telah mencelakai Nenek yang paling kucintai. Kini, aku hanya memiliki patung dewa yang dia berikan.

Ketika Ibu datang untuk menjemputku, aku menangis hingga suaraku menjadi serak.

Ayah tidak punya pilihan lagi, sehingga setuju untuk membawaku pulang. Akan tetapi, aku tidak bermarga 'Kistanti', melainkan hanya dipanggil dengan sebutan 'Ellen'.

Bahkan akta kependudukanku masih tercatat dalam buku yang sama dengan Nenek.

Sejauh ini, mimpi buruk itu masih membuatku ketakutan ketika berada di ruangan gelap.

Misalnya, kejadian di mana aku didorong ke ruang bawah tanah oleh kakakku.

Di sepanjang perjalanan pulang, Sofia terus menghibur orang tuanya. Dia pun berusaha untuk memperlihatkan rasa baktinya yang tulus.

Demi menebus kejadian yang terjadi hari ini, ibuku secara khusus memasak semangkuk mi panjang umur untuk Sofia.

"Anakku yang tercinta, hari ini kamu sudah menderita," ujar ibuku.

"Makanlah! Semoga panjang umur."

Sofia dengan manja bersandar di pelukan ibuku, kemudian mengatakan betapa bahagianya dia dalam hidup ini.

"Aish! Betapa bagusnya kalau Ellen ada di sebelah kita."

Begitu membicarakanku, Sofia menggigit bibirnya dan tampak ingin menangis.

Vando mengerutkan bibirnya dengan marah. "Sofia, kamu itu terlalu baik, makanya selalu dianiaya oleh orang lain."

Mendengar ucapan mereka, aku yang berdiri di sebelah sontak merasa sangat ironis.

Terlihat jelas bahwa keluargaku lebih menyayanginya. Akan tetapi, Sofia masih merasa tidak cukup.

Tentu saja, aku tahu karena dia membenci keberadaanku.

Awalnya, ibuku sebenarnya tidak memperlakukanku seburuk ini.

Pada saat ulang tahunku, dia juga pernah memasak mi panjang umur untukku.

Aku sangat senang sampai hampir melompat.

Sebelum aku sempat mengucapkan terima kasih, Sofia sudah berkata sambil menangis, "Begitu memikirkan penderitaan yang Ibu alami saat melahirkan kita, hatiku langsung terasa sedih."

Related chapters

  • Kakak Beradik    Bab 4

    "Satu-satunya harapan yang aku inginkan adalah Ibu bisa hidup dengan selamat dan sehat."Mendengar perkataan itu, ayahku langsung memelototiku. "Rayain ulang tahun apaan? Risih sekali, cepat kembali ke kamarmu!"Semangkuk mi itu pun dibuang ke tong sampah oleh ayahku, padahal aku belum sempat memakannya.Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, pantas saja aku meninggal begitu cepat.Sofia sengaja berlari ke kamarku, kemudian perkataan yang dia katakan seperti bilah pisau yang beracun."Bisa-bisanya ingin makan mi panjang umur yang dimasak ibuku, sungguh nggak tahu malu!""Dasar pembawa sial, kenapa kamu tidak mati saja."Mendengar kata-katanya, aku sangat marah hingga mendorongnya. Di saat itu pula, kepalanya menghantam ke arah pintu.Malam itu, aku pertama kalinya dikurung di ruang bawah tanah oleh ayahku. Aku hanya bisa berusaha untuk mengetuk pintu.Gelap sekali! Aku ketakutan hingga tidak bisa bernapas, tetapi aku juga tidak berani memanggil ibuku. Jadi, aku hanya bisa mengetuk pintu ta

    Last Updated : 2024-10-22
  • Kakak Beradik    Bab 5

    Setelah panggilan diakhiri, Vando langsung mengumpat dengan marah.Suara itu membuatku terjerat dalam ketakutan yang tiada akhir ....Sebelum hari ulang tahunku, aku berusaha untuk menyelesaikan semua pekerjaanku.Ibuku meneleponku dan menyuruhku untuk pulang lebih awal, karena ada acara yang akan diselenggarakan di rumah.Namun, aku lebih ingin pergi ke makam Nenek pada hari ulang tahunku.Patung dewa yang dia berikan untukku masih tertinggal di rumah lama.Baru saja turun ke lantai bawah, aku pun bertemu dengan Sofia dan Witson."Ellen, besok adalah ulang tahun kita. Apa kamu mau ikut merayakannya?""Kemudian, aku dan Witson juga akan bertunangan pada hari itu. Kamu harus datang ya."Sofia bersandar di pelukan Witson sambil tersenyum ceria.Mendengar kata-kata itu, barulah aku tahu bahwa itu adalah acara yang diselenggarakan untuk Sofia. Sebab itu, aku tidak menghiraukannya dan terus berjalan ke depan."Ellen, apa kamu tidak senang melihatku bahagia?" tanya Sofia sambil menarik tanga

    Last Updated : 2024-10-22
  • Kakak Beradik    Bab 6

    Setelah itu, aku bahkan tidak tahu di mana keberadaan mayatku.Tempat itu sangat gelap. Sebagai roh yang tidak punya tempat tinggal, aku pun tidak berani pergi ke sana.Seandainya Nenek masih hidup, apakah dia akan memelukku seperti kemarin?Kemudian, dia menangis sambil memberitahuku bahwa nenekmu ada di sebelahmu.Tidak! Aku tidak bisa membiarkannya melihat hidupku yang terpuruk seperti ini.Nenek cukup melihat sekali saja, bagaimana aku bisa membiarkannya melihat untuk kedua kalinya?Nenek berharap bahwa aku bisa hidup ceria, tetapi aku selalu terjebak dalam kegelapan.Bahkan saat mati pun aku masih terjebak dalam kegelapan.Aku hanya tahu bahwa tidak ada lagi orang di dunia ini yang akan memihakku dengan sepenuh hati.Kini, aku pun menjadi anak yang tidak akan pernah dicintai.Aku memegang dada untuk menenangkan diri."Bu, aku benci kalian.""Bukan kalian yang meninggalkanku, tapi akulah yang tidak ingin lagi hidup bersama kalian.""Terlahir sebagai anak kalian adalah malapetaka te

    Last Updated : 2024-10-22
  • Kakak Beradik    Bab 7

    Aku pernah membayangkannya berkali-kali, apa yang akan terjadi kalau mereka tahu aku sudah mati?Apakah emosi mereka akan mengalami sedikit perubahan?Namun, ibuku dengan tenang menutup teleponnya. Dia buru-buru melanjutkan pekerjaannya.Hingga Vando pulang dengan panik. "Bu, aku mendapat panggilan dari pihak kepolisian. Mereka bilang Ellen sudah meninggal.""Bohong! Itu hanya cara barunya untuk menarik perhatian," bantah ibuku.Betapa buruknya diriku sampai dia tidak percaya walau aku sudah mati."Sungguh benar! Ellen benar-benar sudah meninggal."Vando memegang tangannya agar dia bisa menenangkan diri.Wajah ibuku sedikit pucat dan tangannya pun gemetar.Entah karena marah atau terkejut.Baru saja berjalan ke depan pintu, mereka bertemu dengan Sofia. Wajahnya bahkan lebih panik."Aku pergi ke ruang bawah tanah untuk mengambil sesuatu dulu."Ibuku langsung menarik tangannya yang gemetar. "Buat apa kamu pergi ke sana?"Sebelum Sofia sempat berbicara, dia sudah ditarik keluar.Beberapa

    Last Updated : 2024-10-22
  • Kakak Beradik    Bab 8

    "Kak, aku sangat takut."Sofia tidak tahan lagi dan bersandar di pelukan Vando.Mana mungkin Sofia tidak takut?Sofia yang mendorongku masuk ke ruang bawah tanah, sehingga aku disiksa hingga mati di sana.Ibuku mengamati Sofia dengan saksama. Setelah membuka mulut beberapa kali, dia tetap saja tidak mengucapkan sepatah kata pun.Setelah keluar dari kantor polisi, barulah Sofia berani menghela napas lega.Sesampainya di rumah, ibuku mulai membongkar semua barang. "Di mana patung dewanya?"Setelah ditanya berulang kali, Sofia terlihat menghindar. Kemudian, dia mengatakan bahwa itu sudah dibuang ke ruang bawah tanah.Ibuku tampak menyadari sesuatu, langkah kakinya yang panik mengkhianati ketenangan yang dia pertahankan.Ruang bawah tanah benar-benar sangat gelap, bahkan lampu yang biasanya menyala pun rusak.Ketika angin dingin bertiup, aku tanpa sadar gemetar.Patung kecil itu tergeletak di sudut dan pecah menjadi dua. Itu hanya beberapa langkah dari tempat aku mati.Aku merasa sangat ti

    Last Updated : 2024-10-22
  • Kakak Beradik    Bab 9

    "Dia hanya akan membenciku."Ibuku meletakkan foto itu di dadanya, akhirnya air matanya mulai mengalir keluar."Aku tidak membencimu dan tidak pernah membencimu.""Hanya saja aku tidak tahu bagaimana cara menghadapimu."Aku memegang dadaku sambil menyeka air mata di sudut mataku. Rasa sakit pun mulai berkurang.Ibuku bilang dirinya tidak membenciku, tetapi aku tahu dia tidak sayang padaku.Dia menyuruh Vando untuk menyimpan semua lampu di sini.Kemudian, dia memasukkan foto itu ke dalam tasnya dengan hati-hati.Ibu, apa kamu tidak merasa sudah terlambat untuk melakukannya seperti ini?Aku tidak membutuhkan beberapa lampu itu lagi. Mereka tidak bisa menerangi hatiku, aku masih saja merasa takut.Sesampainya di rumah, hal pertama yang dilakukan ibuku adalah membongkar ruang belajar Sofia.Setelah itu, dia meletakkan semua lampu di dalam kamar."Ayah, apa yang terjadi dengan ibuku?""Betapa sialnya kalau membawa pulang barang-barang orang yang sudah meninggal."Sofia bersembunyi di depan

    Last Updated : 2024-10-22
  • Kakak Beradik    Bab 10

    Sebab, pengorbanan untuk mendapatkan seorang ibu sangatlah besar.Setelah mendengar kata-kata itu, ibuku sontak tercengang.Akhirnya, dia mengerti kenapa aku takut gelap dan kemudian mengatakan hal yang sama di rumah sakit.Dia bahkan tidak mengobatiku dan memarahiku sebagai anak yang tidak tahu berterima kasih.Bibi Ratna bertanya pada ibuku, "Kalian bilang Ellen itu pembawa sial di rumah kalian. Lalu, siapa yang sebenarnya menderita selama bertahun-tahun ketika hidup bersama kalian?""Siapa yang dicelakainya?"Ibuku menangis sambil meminta maaf tanpa henti. Selain mengucapkan permintaan maaf, dia tidak bisa mengatakan perkataan apa pun lagi.Dia merasa bersalah padaku, bahkan merasa lebih bersalah pada Nenek.Kasih sayang yang datang terlambat ini sama sekali tidak berarti bagiku.Sesampainya di rumah, ibuku pun jatuh sakit. Dia selalu memeluk fotoku dan terbenam dalam kesedihan.Nasib Sofia juga tidak terlalu baik.Setelah tahu bahwa aku sudah meninggal, Witson pun bertanya pada Sof

    Last Updated : 2024-10-22
  • Kakak Beradik    Bab 11

    Teriakan itu juga membangunkan Vando dan Sofia."Kak, Ellen benar-benar pembawa sial di rumah ini.""Bahkan Ibu sudah menjadi gila. Sekarang kita harus mengandalkan Ayah untuk memberi saran," gumam Sofia dengan suara kecil.Tatapan Vando tampak serius. Dia tidak berbicara dan juga membantah.Seperti itulah keluargaku. Mereka bisa membuangku setelah melahirkanku, bahkan juga bisa menggali jenazahku setelah aku meninggal.Tak lama kemudian, ibuku pun sudah tenang dan tidak membuat keributan lagi.Setelah masuk ke kamarku, dia menyalakan semua lampu. Kamar memang terlihat sangat indah.Beberapa saat kemudian, dia mematikan semua lampu lagi. Saat ini, kamar memang sangat gelap."Ellen, ternyata kegelapan begitu menakutkan.""Seharusnya aku masuk ke ruang bawah tanah hari itu, mungkin saja kamu tidak akan mati.""Apa kamu membenciku?""Apa kamu ingin menyuruhku menebus kesalahan?"Langit baru saja terang, ayahku sudah terburu-buru untuk pergi ke desa.Dia tidak bisa lagi menahan keadaan sep

    Last Updated : 2024-10-22

Latest chapter

  • Kakak Beradik    Bab 11

    Teriakan itu juga membangunkan Vando dan Sofia."Kak, Ellen benar-benar pembawa sial di rumah ini.""Bahkan Ibu sudah menjadi gila. Sekarang kita harus mengandalkan Ayah untuk memberi saran," gumam Sofia dengan suara kecil.Tatapan Vando tampak serius. Dia tidak berbicara dan juga membantah.Seperti itulah keluargaku. Mereka bisa membuangku setelah melahirkanku, bahkan juga bisa menggali jenazahku setelah aku meninggal.Tak lama kemudian, ibuku pun sudah tenang dan tidak membuat keributan lagi.Setelah masuk ke kamarku, dia menyalakan semua lampu. Kamar memang terlihat sangat indah.Beberapa saat kemudian, dia mematikan semua lampu lagi. Saat ini, kamar memang sangat gelap."Ellen, ternyata kegelapan begitu menakutkan.""Seharusnya aku masuk ke ruang bawah tanah hari itu, mungkin saja kamu tidak akan mati.""Apa kamu membenciku?""Apa kamu ingin menyuruhku menebus kesalahan?"Langit baru saja terang, ayahku sudah terburu-buru untuk pergi ke desa.Dia tidak bisa lagi menahan keadaan sep

  • Kakak Beradik    Bab 10

    Sebab, pengorbanan untuk mendapatkan seorang ibu sangatlah besar.Setelah mendengar kata-kata itu, ibuku sontak tercengang.Akhirnya, dia mengerti kenapa aku takut gelap dan kemudian mengatakan hal yang sama di rumah sakit.Dia bahkan tidak mengobatiku dan memarahiku sebagai anak yang tidak tahu berterima kasih.Bibi Ratna bertanya pada ibuku, "Kalian bilang Ellen itu pembawa sial di rumah kalian. Lalu, siapa yang sebenarnya menderita selama bertahun-tahun ketika hidup bersama kalian?""Siapa yang dicelakainya?"Ibuku menangis sambil meminta maaf tanpa henti. Selain mengucapkan permintaan maaf, dia tidak bisa mengatakan perkataan apa pun lagi.Dia merasa bersalah padaku, bahkan merasa lebih bersalah pada Nenek.Kasih sayang yang datang terlambat ini sama sekali tidak berarti bagiku.Sesampainya di rumah, ibuku pun jatuh sakit. Dia selalu memeluk fotoku dan terbenam dalam kesedihan.Nasib Sofia juga tidak terlalu baik.Setelah tahu bahwa aku sudah meninggal, Witson pun bertanya pada Sof

  • Kakak Beradik    Bab 9

    "Dia hanya akan membenciku."Ibuku meletakkan foto itu di dadanya, akhirnya air matanya mulai mengalir keluar."Aku tidak membencimu dan tidak pernah membencimu.""Hanya saja aku tidak tahu bagaimana cara menghadapimu."Aku memegang dadaku sambil menyeka air mata di sudut mataku. Rasa sakit pun mulai berkurang.Ibuku bilang dirinya tidak membenciku, tetapi aku tahu dia tidak sayang padaku.Dia menyuruh Vando untuk menyimpan semua lampu di sini.Kemudian, dia memasukkan foto itu ke dalam tasnya dengan hati-hati.Ibu, apa kamu tidak merasa sudah terlambat untuk melakukannya seperti ini?Aku tidak membutuhkan beberapa lampu itu lagi. Mereka tidak bisa menerangi hatiku, aku masih saja merasa takut.Sesampainya di rumah, hal pertama yang dilakukan ibuku adalah membongkar ruang belajar Sofia.Setelah itu, dia meletakkan semua lampu di dalam kamar."Ayah, apa yang terjadi dengan ibuku?""Betapa sialnya kalau membawa pulang barang-barang orang yang sudah meninggal."Sofia bersembunyi di depan

  • Kakak Beradik    Bab 8

    "Kak, aku sangat takut."Sofia tidak tahan lagi dan bersandar di pelukan Vando.Mana mungkin Sofia tidak takut?Sofia yang mendorongku masuk ke ruang bawah tanah, sehingga aku disiksa hingga mati di sana.Ibuku mengamati Sofia dengan saksama. Setelah membuka mulut beberapa kali, dia tetap saja tidak mengucapkan sepatah kata pun.Setelah keluar dari kantor polisi, barulah Sofia berani menghela napas lega.Sesampainya di rumah, ibuku mulai membongkar semua barang. "Di mana patung dewanya?"Setelah ditanya berulang kali, Sofia terlihat menghindar. Kemudian, dia mengatakan bahwa itu sudah dibuang ke ruang bawah tanah.Ibuku tampak menyadari sesuatu, langkah kakinya yang panik mengkhianati ketenangan yang dia pertahankan.Ruang bawah tanah benar-benar sangat gelap, bahkan lampu yang biasanya menyala pun rusak.Ketika angin dingin bertiup, aku tanpa sadar gemetar.Patung kecil itu tergeletak di sudut dan pecah menjadi dua. Itu hanya beberapa langkah dari tempat aku mati.Aku merasa sangat ti

  • Kakak Beradik    Bab 7

    Aku pernah membayangkannya berkali-kali, apa yang akan terjadi kalau mereka tahu aku sudah mati?Apakah emosi mereka akan mengalami sedikit perubahan?Namun, ibuku dengan tenang menutup teleponnya. Dia buru-buru melanjutkan pekerjaannya.Hingga Vando pulang dengan panik. "Bu, aku mendapat panggilan dari pihak kepolisian. Mereka bilang Ellen sudah meninggal.""Bohong! Itu hanya cara barunya untuk menarik perhatian," bantah ibuku.Betapa buruknya diriku sampai dia tidak percaya walau aku sudah mati."Sungguh benar! Ellen benar-benar sudah meninggal."Vando memegang tangannya agar dia bisa menenangkan diri.Wajah ibuku sedikit pucat dan tangannya pun gemetar.Entah karena marah atau terkejut.Baru saja berjalan ke depan pintu, mereka bertemu dengan Sofia. Wajahnya bahkan lebih panik."Aku pergi ke ruang bawah tanah untuk mengambil sesuatu dulu."Ibuku langsung menarik tangannya yang gemetar. "Buat apa kamu pergi ke sana?"Sebelum Sofia sempat berbicara, dia sudah ditarik keluar.Beberapa

  • Kakak Beradik    Bab 6

    Setelah itu, aku bahkan tidak tahu di mana keberadaan mayatku.Tempat itu sangat gelap. Sebagai roh yang tidak punya tempat tinggal, aku pun tidak berani pergi ke sana.Seandainya Nenek masih hidup, apakah dia akan memelukku seperti kemarin?Kemudian, dia menangis sambil memberitahuku bahwa nenekmu ada di sebelahmu.Tidak! Aku tidak bisa membiarkannya melihat hidupku yang terpuruk seperti ini.Nenek cukup melihat sekali saja, bagaimana aku bisa membiarkannya melihat untuk kedua kalinya?Nenek berharap bahwa aku bisa hidup ceria, tetapi aku selalu terjebak dalam kegelapan.Bahkan saat mati pun aku masih terjebak dalam kegelapan.Aku hanya tahu bahwa tidak ada lagi orang di dunia ini yang akan memihakku dengan sepenuh hati.Kini, aku pun menjadi anak yang tidak akan pernah dicintai.Aku memegang dada untuk menenangkan diri."Bu, aku benci kalian.""Bukan kalian yang meninggalkanku, tapi akulah yang tidak ingin lagi hidup bersama kalian.""Terlahir sebagai anak kalian adalah malapetaka te

  • Kakak Beradik    Bab 5

    Setelah panggilan diakhiri, Vando langsung mengumpat dengan marah.Suara itu membuatku terjerat dalam ketakutan yang tiada akhir ....Sebelum hari ulang tahunku, aku berusaha untuk menyelesaikan semua pekerjaanku.Ibuku meneleponku dan menyuruhku untuk pulang lebih awal, karena ada acara yang akan diselenggarakan di rumah.Namun, aku lebih ingin pergi ke makam Nenek pada hari ulang tahunku.Patung dewa yang dia berikan untukku masih tertinggal di rumah lama.Baru saja turun ke lantai bawah, aku pun bertemu dengan Sofia dan Witson."Ellen, besok adalah ulang tahun kita. Apa kamu mau ikut merayakannya?""Kemudian, aku dan Witson juga akan bertunangan pada hari itu. Kamu harus datang ya."Sofia bersandar di pelukan Witson sambil tersenyum ceria.Mendengar kata-kata itu, barulah aku tahu bahwa itu adalah acara yang diselenggarakan untuk Sofia. Sebab itu, aku tidak menghiraukannya dan terus berjalan ke depan."Ellen, apa kamu tidak senang melihatku bahagia?" tanya Sofia sambil menarik tanga

  • Kakak Beradik    Bab 4

    "Satu-satunya harapan yang aku inginkan adalah Ibu bisa hidup dengan selamat dan sehat."Mendengar perkataan itu, ayahku langsung memelototiku. "Rayain ulang tahun apaan? Risih sekali, cepat kembali ke kamarmu!"Semangkuk mi itu pun dibuang ke tong sampah oleh ayahku, padahal aku belum sempat memakannya.Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, pantas saja aku meninggal begitu cepat.Sofia sengaja berlari ke kamarku, kemudian perkataan yang dia katakan seperti bilah pisau yang beracun."Bisa-bisanya ingin makan mi panjang umur yang dimasak ibuku, sungguh nggak tahu malu!""Dasar pembawa sial, kenapa kamu tidak mati saja."Mendengar kata-katanya, aku sangat marah hingga mendorongnya. Di saat itu pula, kepalanya menghantam ke arah pintu.Malam itu, aku pertama kalinya dikurung di ruang bawah tanah oleh ayahku. Aku hanya bisa berusaha untuk mengetuk pintu.Gelap sekali! Aku ketakutan hingga tidak bisa bernapas, tetapi aku juga tidak berani memanggil ibuku. Jadi, aku hanya bisa mengetuk pintu ta

  • Kakak Beradik    Bab 3

    Kemudian, ibuku merasa sedikit bersalah sehingga bersikap baik padaku selama beberapa hari.Namun, kebaikannya hanya berlangsung selama beberapa hari.Pada malam hari, acara pertunangan itu pun berakhir dengan lancar.Tidak ada yang peduli siapa yang merayakan ulang tahun hari ini.Setelah berpamitan dengan para tamu, ayahku segera memasang wajah muram. Dia menyuruh Vando untuk terus meneleponku.Ponselku pun beralih dari tidak aktif menjadi tidak terjawab.Setelah menggenggam tangan Vando yang marah, Sofia pun berkata, "Sudahlah, Kak. Ellen hanya tidak ingin melihatku, sebenarnya tidak apa-apa kalau dia tidak datang."Sofia selalu berpura-pura begitu baik dan perhatian.Seperti dugaan, mata ayahku dipenuh dengan rasa kasih sayang."Bagus juga kalau Ellen tidak datang. Dia saja bisa mencelakai neneknya sampai mati. Kedatangannya hanya akan membawa sial.""Melahirkannya ke dunia ini hanya mendapatkan malapetaka. Kalau tahu lebih awal, aku pasti akan mencekiknya sampai mati."Setelah men

DMCA.com Protection Status