Raffi memalingkan muka dari layar TV dan berjalan perlahan menuju pintu keluar gedung tua bersama Jessy.Di belakangnya, diskusi tentang dua preman terdengar."Ya Tuhan! Kapal pesiar ini besar sekali! Seharusnya sekali angkut bisa 50.000 hingga 60.000 ton, 'kan?""Dasar bodoh! Lihat dengan jelas, ini adalah kapal pesiar kargo seberat 100.000 ton! Kapal jenis ini panjangnya lebih dari 250 meter, lebar 60 meter dan punya luas dek sebesar dua lapangan sepak bola!""Kapal pesiar sebesar itu pasti mahal, 'kan?"Memang, harganya 750 miliar rupiah. Dibandingkan dengan kapal pesiar ini, keluarga yang membangun kapal pesiar ini lebih hebat!""Keluarga manakah yang hebat ini?""Keluarga Albarak dari Negara Hurlan! Selain punya galangan kapal, keluarga ini juga punya bisnis hotel, sumber energi, mineral dan pariwisata. Ini adalah keluarga nomor satu di Negara Hurlan.""Luar biasa! Lalu kenapa mereka membawa kapal pesiar ini ke Pelabuhan Kota Lotus? Kamu bisa melihat di TV bahwa kapal pesiar lain
Raffi pura-pura kesal."Kamu sedang bercanda, 'kan? Aku bisa menghasilkan uang sendiri, kenapa masih perlu kamu untuk ikut?"Raffi berbalik dan pergi."Hei! Tunggu, tunggu!"Herman meraih Raffi lagi."Kak Raffi, sebelumnya aku mengajakmu setelah menyiapkan permainan. Kali ini kamu punya kesempatan untuk menghasilkan banyak uang, tapi nggak mengajak aku. Bukankah nggak adil?"Raffi melirik ke arah Herman. "Aku pasti bisa menghasilkan uang kali ini. Apa aku menghasilkan uang dalam permainan yang kamu selenggarakan sebelumnya?"Ketika Raffi mengatakan ini, Herman semakin yakin bahwa bisnis Raffi yang menguntungkan dapat diandalkan!"Minggir, jangan hentikan aku, aku sedang terburu-buru membicarakan bisnis besar."Raffi melepaskan tangan Herman dan terus berjalan ke depan.Namun, semakin Raffi menunjukkan sikap ini, Herman semakin percaya bahwa memang ada masalah besar."Kak Raffi, nggak, Kak Raffi, jangan pergi! Bisnismu bisa menghasilkan 750 miliar!""Dengan begitu banyak uang, berikan a
Raffi merasa malu."Kak Leticia, aku memesan kamar, bukan untuk ....""Diam, aku mengerti!" Leticia dengan ringan memukul tangan Raffi. "Menyebalkan! Aku ikut pengaturanmu."Ah!Kesalahpahaman ini tidak akan bisa dijelaskan untuk sementara waktu."Kak Leticia, aku punya urusan yang harus kubicarakan selanjutnya. Aku ingin kamu pura-pura jadi sekretarisku dan ikut denganku untuk membicarakan bisnis."Raffi mengulurkan tangan kanannya dan menjabatnya."Bagaimana kalau aku memberimu satu miliar sebagai gajinya?""Satu miliar?"Wajah Leticia menjadi semakin merah."Ah, Raffi, kenapa kamu menjadi begitu nakal? Kamu bukan hanya ingin sekamar denganku, juga ingin merayuku dengan uang?"Ketika mendengar kata-kata ini, Raffi benar-benar tercengang....Hotel Kota Lotus Weston.Raffi memesan kamar presidensial, menyimpan kopernya dan menjelaskan dengan jelas kepada Leticia.Saat itulah Leticia tampak paham lalu menepuk bahu Raffi."Oh ....! Jadi kamu memesan kamar ini untuk membicarakan bisnis!"
"Melihat dari apa yang kamu kenakan, pasti nggak akan mampu membeli dari toko kami."Raffi mengerutkan kening lalu berkata, "Kenapa menurutmu kami nggak mampu membelinya?"Petugas itu mencibir, "Aku sudah bekerja di sini selama lebih dari lima tahun, aku sudah melihat banyak pelanggan seperti kamu yang bertingkah seolah-olah punya banyak uang!""Aku nggak meremehkan, aku tahu barang apa yang cocok dibeli oleh tipe orang seperti kalian."Pelayan itu mengambil bros dari rak dan mengguncangnya."Bros ini adalah aksesori termurah di toko kami. Lagi pula, ada logo Gucci di dalamnya. Harganya hanya lebih dari dua juta. Kalau kalian membelinya dan memakainya di dada, kalian sudah termasuk punya barang mewah."Raffi sangat marah mendengar kata-kata pelayan itu.Raffi hendak membalas tapi mendengar pelayan lain yang tidak jauh dari situ menunjuk dan berbicara."Kak Esti pintar sekali, sekilas tahu bahwa dia ada di sini untuk menimbulkan masalah.""Dunia memang luas, ada berbagai macam manusia d
"Kak Jiro, mereka mengolok-olokmu, jangan ampuni mereka!"Janice mengguncang lengan pria paruh baya bopeng itu dan mengucapkan kata-kata dengan lantang.Pria bopeng itu menjawab dengan jijik."Sayang, bukankah menurutmu aku dan pria ini benar-benar berbeda statusnya?"Janice sepertinya teringat akan sesuatu dan ekspresi arogan muncul lagi di wajahnya."Benar! Kenapa kita harus bersaing dengan pria ini! Apa harus melihat pria dari wajahnya atau dari bentuk tubuhnya?""Pria kaya adalah pria berkualitas tinggi! Kak Jiro, kamu adalah pria terbaik, pria yang paling menarik!""Ya, benar!" Pria bopeng itu berkata sambil tersenyum, "Karena kamu sangat cerdas, aku membelikanmu tas yang baru saja kamu suka.""Terima kasih, Kak Jiro, aku mencintaimu!""Muacchh!"Janice mencium wajah pria bopeng itu.Pada saat yang sama, seorang pelayan dengan rajin mengambil tas dan menyerahkannya kepada Janice."Nona Janice, ini tas yang kamu sukai.""Haha, terima kasih!"Janice mengambil tas itu lalu dengan sin
Setidaknya hal ini masih bisa menyelamatkan wajahnya.Hanya saja, kenyataan membuktikan bahwa pemikiran Leticia terlalu banyak."Lihatlah, ada beberapa orang yang sama sekali nggak punya uang untuk beli, tapi malah pilih-pilih. Benar-benar sangat menyulitkan penjual!"Kembali terdengar nada bicara Janice yang aneh.Raffi tersenyum kecil, "Siapa bilang kami cuma pilih-pilih dan nggak punya uang untuk bayar?"Terdapat ekspresi menghina di wajah Janice dan dia berkata dengan nada meremehkan, "Apakah pandanganmu nggak jelas atau otakmu bermasalah? Coba kamu lihat harga pakaian itu, beberapa pakaian ini bahkan sudah mencapai 1,6 miliar!"Raffi mengangkat bahunya, "1,6 miliar doang, ini bukan masalah besar.""1,6 miliar bukan masalah besar?" Janice tertawa, "Orang miskin, kemampuan membualmu benar-benar sangat hebat!""Aku sama sekali nggak membual.""Baiklah! Aku mau tunggu di sini dan lihat bagaimana kamu akan bayar semua ini kalau kamu nggak membual!"Leticia sampai memiliki niat untuk mu
Hampir semua orang di dalam toko Gucci berkumpul.Janice, pria paruh baya dengan wajah bopeng dan beberapa pegawai toko sedang bersiap-siap untuk menonton pertunjukkan pada saat ini.Bahkan Leticia sendiri juga tidak percaya bahwa Raffi benar-benar bisa mengeluarkan uang dua miliar."Raffi, bagaimana kalau kita minta maaf pada mereka dan pergi dari tempat ini?"Leticia menarik lengan Raffi dan berkata dengan rendah di samping telinganya."Minta maaf? Kenapa kita harus minta maaf?" tanya Raffi dengan bingung.Janice yang sedang menunggu untuk menonton pertunjukan berkata sambil tersenyum jahat."Orang miskin, apakah kamu masih mau pura-pura pada saat ini? Cia khawatir kamu nggak punya uang untuk bayar semua ini dan mempermalukan dirimu sendiri."Ucapan Janice membuat pegawai toko yang lain tertawa."Hahaha! Wanita ini bahkan berinisiatif untuk meminta maaf, sepertinya mereka benar-benar nggak punya uang!""Memang benar orang ini lagi pura-pura! Tapi mereka sudah nggak bisa pura-pura lag
Raffi sukses melakukan pembayaran yang hampir mencapai dua miliar!"Ba ... bagaimana mungkin?!"Semua orang yang mengelilingi konter kasir membuka mata mereka lebar-lebar dan merasa sangat terkejut!Janice bahkan menggelengkan kepalanya karena terkejut dan bahkan merasa curiga bahwa dia telah berhalusinasi."Di ... dia adalah orang miskin, bagaimana mungkin dia bisa bayar dua miliar? Ini sangat nggak mungkin! Betul! Pasti ada yang salah! Ada yang salah dengan mesin EDC-nya!"Bori menyangkal dengan tegas pada saat ini."Nyonya, nggak ada yang salah dengan mesin EDC kami."Nada bicara Bori sedikit bergetar.Saat ini dia sedang menahan rasa gembira di dalam hatinya!Karena Bori akan mendapatkan komisi yang besar dengan penjualan sebesar dua miliar ini!Kak Esti dan pegawai toko lain yang melihat pemandangan ini merasa sangat menyesal di dalam hati mereka!Terutama Kak Esti yang merupakan orang pertama yang menyambut Raffi dan Leticia, penjualan dua miliar ini seharusnya adalah miliknya!H