Share

Membuka Mata

Deretan pegunungan memanjang dari barat ke timur, di tengah pegunungan ada sebuah gunung besar menjulang tinggi bernama gunung Liong dengan di kelilingi hutan lebat . Sekelompok orang tengah mengejar seorang wanita muda yang sudah terluka.

"Aku harus bisa pergi ke kota Changzhou. Jika tidak maka aku akan berakhir,"gumam wanita muda tersebut.

TAP!

TAP!

Lompatan beberapa orang pada dahan pohon dibelakang si wanita membuat si wanita menoleh ke belakang sekilas.

"Mau kemana kamu cantik."

"Kamu takkan bisa lolos."

Dengan seluruh tenaganya wanita yang bernama Ye Biang Chang melompat diantara diantara dahan pohon.

Tiba-tiba salah seorang dari kelompok orang yang mengejarnya melesatkan tebasan pedang kearahnya.

WUZZ!

SRAT!

Tebasan memotong dahan pohon tempat kaki Ye Biang Chang berpijak. Seketika hal itu membuatnya kehilangan pijakan dan jatuh.

BRUK!

UGH!

Ye Biang Chang terjatuh, ia tersungkur ke tanah. Tubuhnya yang sudah penuh luka kini bertambah lusuh.

Perlahan ia mencoba untuk bangkit berdiri, namun tenaganya sudah habis.

"Berhentilah mencoba melarikan diri manis,"ujar salah satu orang dari atas dahan pohon.

Ye Biang Chang mengangkat kepalanya dan melihat kearah suara. Kelompok perampok yang mengejarnya telah mengepungnya. Tangannya mengepal kuat mencoba mengeluarkan pedangnya kembali. Kakinya coba digerakkan namun terasa sakit. Sepertinya terkilir akibat terjatuh tadi.

"Kalian pecundang, mengejarku dengan jumlah yang sangat banyak. Dan juga beraninya keroyokan!" Ye Biang Chang memasang raut wajah marah dan kesal.

"Hahaha...tidak peduli apapun perkataanmu. Yang jelas segera serahkan semua yang kamu punya."

Seseorang yang tadi berujar menghunuskan pedangnya ke arah Ye Biang Chang.

"Ambil jika memang kalian menginginkannya."

"Kalo begitu jangan marah pada kami jika membunuhmu!"

WUZZ!

Orang tersebut melesat kearah Ye Biang Chang yang masih terduduk ditanah.

Ye Biang Chang yang melihat serangan pedang yang mengarah padanya yang sudah tak berdaya hanya bisa menutup matanya. Ia yang sudah kelelahan dan kehabisan tenaga akhirnya memilih pasrah.

"Ayah, ibu, adik, maafkan aku. Sepertinya aku akan segera menyusul kalian." Gumam Ye Biang Chang menutup matanya dengan kepasrahan.

DUAR!!

Ledakan besar terjadi. Kepulan asap terjadi.

Suara keras tiba-tiba terdengar ditengah kepulan asap.

"Menggunakan serangan seperti ini untuk membunuh orang yang tak berdaya bukankah sungguh memalukan? Apa kamu tak punya rasa kemanusiaan?"

Suara yang tiba-tiba terdengar membuat Ye Biang Chang dan kelompok perampok yang ada menjadi terkejut.

KRATAK!

KRATAK!

Suara gemeratak ujung pedang yang diapit dengan dua jari orang yang barusan berbicara terdengar.

Perlahan kepulan asap menghilang. Nampak pedang orang yang menyerang Ye Biang Chang ditahan dua jari oleh seseorang didalam kepulan asap.

Pemandangan itu membuat semua orang terkejut dengan mata terbelalak.

"Apa? Serangan Huang Li ditahan dengan dua jari? Serangan yang bahkan bisa membunuh pendekar pedang ranah penciptaan setengah langkah diitahan sebegitu mudah? Siapa orang ini sebenarnya?"ujar seorang anggota kelompok

Huang Li yang merupakan pemimpin kelompok tersebut mengkerutkan keningnya.

"Siapa kamu?" Tanya Huang Li dengan wajah serius dan terkejut.

"Tak perlu siapa aku, karena tak ada gunanya bagi orang yang akan mati."jawab orang yang menahan serangan pedang Huang Li

"Apa katamu." Huang Li semakin marah.

Ye Biang Chang membuka matanya begitu merasa serangan Huang Li tidak mengenainya. Percakapan yang terdengar juga membuatnya perlahan membuka matanya. Ia melihat seorang pria  dengan rambut abu-abu panjang berdiri didepannya menahan serangan Huang Li dengan mudahnya.

"Siapa orang ini?"gumam Ye Biang Chang

Huang Li mencoba menarik pedangnya, namun pedangnya tak bergeming sama sekali seolah menancap dalam ke sebuah batu.

"Kalian tunggu apa serang orang ini."perintah Huang Li

"Baik!"jawab serempak anggota kelompok Huang Li

******* Flashback!*********

Beberapa saat sebelumnya. Di dalam gua tempat Zhi Shenzhen mengasingkan dirinya.

Getaran di lautan energi Qi melonjak tajam. Gejolak di dalam perisai pelindung energi Qi terjadi.

DUAR!

Perisai pelindung hancur berkeping-keping. Perlahan mata Zhi Shenzhen terbuka.

"Sudah berapa lama aku berkultivasi? Mungkin beberapa tahun tapi rasanya cukup lama,"gumam Zhi Shenzhen.

Zhi Shenzhen melihat tangannya yang mengepal perlahan. Energi Qi yang sangat pekat terasa terasa begitu kuat menyelimuti tubuhnya.

HUP!

Dengan sekali remasan tangan yang menekan, energi Qi miliknya terkumpul dengan cepat dan memadat. Tangannya membentuk segel lalu sebuah simbol api menyala muncul di keningnya. Perlahan simbol itu berubah menjadi ujung trisula melengkung sebagai tanda jika dia adalah ahli pendekar pedang. Namun pada masa ini tak ada yang tahu arti simbol tersebut.

DEB!

Guncangan tanah menyebar ke kesekitarnya. Basis kultivasinya perlahan tertutupi dengan segel di keningnya.

"Menyembunyikan basis kultivasinya sebenarnya akan lebih baik. Cukup terlihat biasa saja untuk memulai perjalanan baru,"ujarnya pelan.

Tiba-tiba fluktuasi energi Qi terasa bergerak cepat diluar gua. Zhi Shenzhen mengkrenyitkan alisnya, senyumannya merekah sedikit.

"Saatnya keluar untuk melihat dunia,"sambungnya.

Perlahan Zhi Shenzhen beranjak dari duduknya. Ia mendangakkan kepalanya, lalu dengan sekali lompatan ia melesat keluar dari gua.

DUAR!

Begitu keluar, ia melayang diatas gunung batu kristal yang telah berubah bentuk saat terakhir kali ia datang.

Pandangannya tertuju pada sekelompok orang yang tengah mengepung seorang wanita di kejauhan. Fluktuasi energi Qi dari sekelompok perampok itu menjadi tanda keberadaan mereka. Alisnya sedikit mengkrenyit, lalu dengan sekali hentakan kakinya ia melesat kearah mereka.

******Flashback end!*******

Huang Li masih mencoba menarik pedangnya. Sementara rekannya yang lain melesat kearah Zhi Shenzhen yang berdiri dengan tenang. Tangan kirinya di sadarkan di belakang pinggang. Tangan kanannya menahan pedang Huang Li.

"Siapa orang ini dan bagaimana bisa dia dengan mudahnya menahan serangan orang ini? Serangan yang hampir membunuhku tadi,"gumam Ye Biang Chang.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status