Home / Romansa / KURUNGAN CINTA CEO KEJAM / Bab 02: Xavier Alexander

Share

Bab 02: Xavier Alexander

Author: Ra_ca
last update Last Updated: 2021-08-04 19:16:36

Aurora dan petugas penyelidik, membawa ayahnya ke rumah sakit terdekat.

Mereka akhirnya sampai di sebuah rumah sakit di mana ibunya Aurora berada. Ayahnya langsung mendapat penanganan dari dokter.

"Tolong semua menunggu di luar!" ucap salah satu dokter yang akan menangani ayahnya.

"Tolong lakukan yang terbaik dokter." Ucap Aurora memohon.

"Tentu saja Nona." Sahut dokter tersebut dan menutup pintu ruangan perawatan.

...........................................................................................................................

Aurora menunggu dengan cemas, ia mondar mandir tidak bisa menenangkan dirinya.

"Nona, apa yang harus kita lakukan?" ucap sekretaris Susan yang menemaninya bertanya.

"Aku tidak tahu, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang." Ia memeluk Susan dengan erat dan penuh ketakutan.

Susan mengelus kepala Aurora dengan lembut, berusaha untuk menenangkannya.

"Tuan pasti baik-baik saja Nona." Ujar Susan meski ragu.

Petugas penyelidik berjalan dan menghampiri mereka.

"Nona, saya telah menempatkan beberapa petugas penyelidik, saya akan pergi untuk melaporkan masalah ini kepada penuntut!" ujar salah satu penyelidik tersebut.

"Baik Pak, silahkan." Sahut Susan, yang saat itu Aurora tidak berkata apapun, ia hanya menangis di pelukan Susan. Penyelidik itupun meninggalkan mereka berdua, dan melangkah pergi menjauh dari tempat tersebut.

Ia melakukan sebuah panggilan telpon kepada salah seorang asisten pribadi dari penuntut kasus tersebut.

"Halo, apa ini asisten tuan Xavier?" ujarnya bertanya.

"Ya, ada yang bisa saya bantu?" ujar Lucas yang sebagai asisten pribadi Xavier.

"Tuan, saya ingin memberitahukan, kalau tuan Jordy telah masuk rumah sakit, sepertinya ia mengalami masalah jantung." Ucap petugas tersebut dalam panggilan teleponnya.

"Apa yang terjadi padanya?" ucap Lucas seraya menatap Xavier yang tengah berada di dekatnya.

"Tuan Jordy tengah mendapatkan penanganan dari dokter tuan," sahut petugas tersebut.

"Berikan padaku teleponnya!" Sahut Xavier meminta telepon genggam milik asistennya.

"Apa yang terjadi?" ucap Xavier bertanya kepada petugas tersebut.

"Putri, putri dari tuan Jordy menemuinya di ruangan penyelidikan tuan, dia... dia memberitahukan kalau istrinya tuan Jordy telah meninggal dunia, akibat serangan jantung," jawab penyelidik itu dengan suara terbata-bata.

Xavier yang mendengar hal tersebut mendengus kesal.

"Cih... merepotkan sekali," Ucap Xavier jengkel.

"Tetap awasi mereka! Aku tidak suka seorang tikus lepas dari tanganku." Ucap Xavier dengan tegas.

"Baik tuan." Sahut petugas itu, melihat panggilan teleponnya telah terputus, ia menghela napas panjang.

"Benar-benar membuatku berasa hampir mati." Ujarnya seraya meninggalkan tempat itu, ia segera menuju arah di mana Aurora menunggu ayahnya.

"Tuan, haruskah saya menyelidiki masalah ini lebih dalam?" Ujar Lucas bertanya kepada Xavier ditempat yang jauh di sana.

"Tidak perlu repot-repot, walaupun dia bukan dalangnya, tetap saja dia sebagai pemilik perusahaan, harus bertanggung jawab dengan kerugian dan kebodohannya sendiri." Tegasnya.

Xavier Alexander.

Dia adalah seorang pengusaha ternama, dari sebuah pemilik perusahaan besar yang bernama X.A technologi. Berusia 28 tahun, dan terlahir di Negara Rusia.

Diusianya yang masih terbilang cukup muda, dengan kekuatan dan kemampuannya, ia mampu mengobrak-abrik suatu negara tanpa kesulitan.

Ketika semua orang mendengar namanya saja, sudah cukup membuat mereka mengigil ketakutan. Sikapnya yang kejam, dingin, bahkan tidak ragu untuk menghilangkan sebuah nyawa seseorang dengan mudah, membuat ia ditakuti dalam dunia bisnis.

Akan tetapi tidak sedikit orang yang ingin mempererat dan menjalin kontrak kerjasama dengan perusahaannya, keuntungan bisnis, dan perlindungan dari Xavier yang membuat semua orang buta, dan berlomba-lomba menarik dan menjilat agar dapat menjalin kerja sama dengannya.

Kadang kala, mereka tidak memikirkan konsekuensi yang akan mereka terima, ketika salah satu dari mereka menyinggungnya, nyawalah yang menjadi taruhannya.

Dengan kekayaan yang berlimpah, kekuasaan yang sangat besar, bahkan banyak dari para wanita yang rela hanya untuk menjadi teman tidurnya, dan sebagai penghangat ranjang semata.

Hal apapun yang diinginkan oleh Xavier, tidak ada yang berani untuk menolaknya. Beberapa dari perusahaan yang bekerja sama dengannya, bahkan tidak ragu untuk memberikan putri mereka, walau hanya sebagai untuk penghangat ranjangnya saja. Karena Xavier selalu memberikan kemewahan yang melimpah kepada orang-orang yang mampu menyenangkan dirinya dan memuaskan keinginannya.

"Lucas, bersiaplah! Kita akan mengunjungi pemakaman Nyonya dari tuan Jordy," ucap Xavier dingin.

"Apa anda yakin tuan?" Ia tahu kalau selama ini tuannya tidak pernah tertarik dengan masalah sepele.

"Bagaimanapun orang tua bodoh itu, telah menjalin kerjasama yang baik selama beberapa tahun terakhir ini." Sahut Xavier tegas.

"Baik tuan." sahut Lucas sedikit menghela napas.

...........................................................................................................................

Disisi lain, Aurora yang masih menunggu dengan cemas keadaan ayahnya, ia takut setelah kehilangan ibunya, ia juga harus kehilangan ayahnya.

"Nona, kita harus menyiapkan pemakaman terlebih dahulu untuk Nyonya," ucap Susan mengingatkan Aurora.

Aurora menyadari semua itu, jasad ibunya tidak baik jika dibiarkan lebih lama lagi.

"Baiklah, Susan tolong suruh seseorang yang dapat dipercaya untuk menjaga ayah di sini!" seru Aurora kepada Susan.

"Baik Nona, saya akan menyuruhnya agar datang kemari."

Susan pergi menelepon salah satu kepercayaannya untuk berjaga-jaga, bilamana keadaan ayahnya Aurora telah siuman dan membaik.

"Pak, tolong kabari saya secepatnya apapun yang terjadi kepada ayah saya." Ujar Aurora kepada petugas penyelidik yang menjaga ayahnya di rumah sakit.

Pria itu menganggukkan kepalanya.

"Baik Nona, saya ikut prihatin dengan ibu Nona." Ucap pria itu.

"Terimakasih pak." Aurora segera meninggalkan tempat tersebut dan melangkah pergi menuju kamar mayat di mana ibunya berada.

"Nona?" Ucap bibi pengurus rumahnya sedikit bertanya, ketika melihat Aurora menghampirinya.

Ia menghampiri jasad ibunya yang tertutup kain putih.

"Bibi, tolong telepon dan suruh orang kita agar datang menjemput, dan segera menyiapkan pemakaman untuk ibu!" ucap Aurora.

"Baik Nona." sahut Bibi.

Aurora yang tengah ditemani Susan sekretaris ayahnya, ia terdiam memandangi wajah ibunya, semua perasaan dan hatinya saat itu sangat kacau, ia merasa dunia tengah menghukumnya, pikirannya kosong, tidak tahu harus berbuat apa, ibu yang meninggal secara mendadak, ayah yang tengah kritis tidak sadarkan diri, perusahaan yang diambang kebangkrutan. Semua masalah menimpa keluarganya secara bersamaan.

Susan yang melihat Aurora begitu terpukul, ia mengelus pundak Aurora dengan lembut.

"Nona pasti bisa melewati semua ini." Ucapnya pelan.

"Terimakasih Susan," sahutnya tersenyum pahit,

"Susan, bantu aku untuk urus pemakaman ibu terlebih dahulu, setelah it, baru kita bahas masalah perusahaan, maukah kamu membantu?" Ucap Aurora yang tidak tahu harus meminta saran kepada siapa lagi.

"Tentu saja Nona, Saya akan selalu berada disisi Tuan, dan disisi Nona." Tegas Susan menjawab.

"Terimakasih banyak, Susan, terimakasih." ujar Aurora lirih, dengan suara beratnya.

Related chapters

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 03: Pemakaman dan pertemuan

    Beberapa saat kemudian, mobil untuk menjemput jenajah ibunya tiba di rumah sakit. "Nona, mobil sudah sampai, apa kita akan pergi sekarang untuk membawa Nyonya?" ujar Bibi pengurus rumah menghampiri Aurora dan Susan. "Apa tempat untuk pemakaman ibu sudah disiapkan?" tanya Aurora kepada Bibi pengurus rumah. "Tentu Nona, semua telah siap dan tinggal menunggu Nona." "Baiklah, ayo!" Aurora bergegas meninggalkan rumah sakit untuk segera melakukan pemakaman, karena hari juga sudah mulai sore. Sesampainya di rumah, mereka segera berganti pakaian dengan warna hitam, semua anggota keluarganya tidak ada yang hadir, pemakaman hanya dihadiri oleh orang-orang terdekatnya dan para pegawainya saja, beberapa karyawan ayahnya juga hadir untuk mengantar kepergian istri dari atasan mereka. ...........................................................................................................................Keadaan Aurora terlihat begitu lemah dan menyedihkan,

    Last Updated : 2021-08-04
  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 04: Jatuh dalam perangkap

    Di sisi lain, Xavier yang tengah berada dalam mobil miliknya, dia terpikir untuk menuju rumah sakit, di mana ayahnya Aurora tengan dirawat saat ini."Tuan, kita akan pergi kemana?" tanya Lucas seraya sedikit melirik Xavier dari kaca spion mobil."Pergi ke rumah sakit!" jawab Xavier tenang dan datar. "Baik Tuan." Lucas menjawan dan tetap pokus dengan kemudi mobil. "Hei Lucas, menurut kamu ... apa yang akan dilakukan wanita itu?" tanya Xavier kepada Lucas mengenai Aurora. "Mungkin seperti yang anda inginkan, Tuan." Lucas bisa menebak apa yang akan terjadi, karena pada awalnya, Xavier tidak bermaksud untuk menyita rumah mereka. Tidak lain dia hanya ingin kalau Aurora memohon pertolongan kepadanya, karena wanita itu secara berani menghindari tuannya.Bagi Xavier, itu adalah sebuah penghinaan, tidak pernah ada wanita yang berani mengabaikannya dengan status dia saat ini.Wanita itu bahkan berani menjawab setiap pertanyaan darinya dengan enteng. Tanpa di suruh, wanita lain akan melempark

    Last Updated : 2021-08-04
  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 05: Kontrak Pernikahan

    Lucas yang sebagai asisten pribadinya, ia meninggalkan tempat parkir mobil milik Tuannya, bergegas masuk kelantai rumah sakit, dimana ayah Aurora akan melakukan operasi. Ia segera mengurus mengenai segala hal pembayaran untuk perawatan ayah Aurora. "Tuan, Nona Aurora?" ujar Susan bertanya kepada Lucas, yang saat itu menghampiri mereka. "Dia sedang berbicara dengan tuan Xavier, tidak perlu khawatir!" Sahut Lucas penuh peringatan. Ia bahkan langsung pergi untuk menemui dokter, agar segera melakukan operasi kepada ayah Aurora. "Dok, lakukan yang terbaik, ini perintah tuan Xavier!" Tegas Lucas dengan nada serius. "Baik Tuan, kami akan berusaha." Sahut dokter tersebut. "Kalian boleh kembali, tuan Xavier telah mengutus anak buahnya untuk berjaga disini." Tegas Lucas kepada kepala penyidik kasus Ayahnya Aurora. "Masalah ini, biar nanti Tuan Xavier yang mengurusnya setelah keadaan Tuan Jordy stabil!" Semua mengerti bahwa ucapan Lucas itu, mengandung peringatan dan perintah mutlak dari s

    Last Updated : 2021-08-05
  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 06: Pakai atau Ayahmu mati!

    Aurora yang merasa sangat lelah dengan apa yang telah terjadi kepadanya, ia memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dulu, namun betapa terkejutnya, setelah ia selesai mandi dan akan berganti pakaian, ia mengerutkan dahinya bingung, melihat isi lemari, yang ada hanya tersedia beberapa pakaian tidur sexi, bahkan sangat menggoda. "Apa-apaan semua baju tidur ini? Apa aku harus memakai baju sexi seperti ini?" Ucap Aurora yang tertegun bingung, ia bingung memilih baju tidur mana yang akan ia kenakan. "Aku harus membawa baju aku yang lain dari rumah." Tegasnya seraya menghela napas dalam. Ia memberanikan diri untuk bertanya kepada Lucas. Ia berjalan keluar dari kamarnya, dan segera bergegas menghampiri arah kamar tidur Lucas. Tok...tok...tok. "Tuan, apa anda sudah tidur?" tanya Aurora setelah mengetuk pintu kamar Lucas. Mendengar sebuah ketukan pintu, Lucas bergegas bangkit dari tempat duduknya dan segera membukakan pintu kamar, "Apa ada yang bisa saya bantu nona?" "Itu, Tuan, a

    Last Updated : 2021-08-07
  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 07: Pagi hari

    Kehidupan indah yang ia jalani selama ini, kebanggaan terhadap dirinya sendiri harus musnah begitu saja, ia meratapi nasibnya sendiri dalam keheningan malam yang sunyi sepi. Di sebuah kamar yang sangat luas, sebuah kediaman megah bak istana kerajaan, tanpa seseorang yang ia sayangi, tanpa keluarga terkasihnya, semua telah sirna begitu saja dari hidupnya. Setelah ia selesai membaca semua aturan yang terdapat dalam isi kontrak tersebut. Inilah sebuah awal kehidupan, dimana penderitaannya akan dimulai, akan ia jalani dengan menundukkan kepala, tanpa penenang, tanpa penyemangat sang ibu yang selama ini menemaninya, ia hanya bisa pasrah dengan jalan hidup yang ditakdirkan tuhan kepadanya. Ditengah malam yang panjang dalam tangisnya, ia membuka sebuah jendela kamar, menatap langit yang dipenuhi oleh bintang, ia menatap betapa indahnya malam saat ini, seolah-olah tengah menertawakan dirinya yang tengah rapuh. "Langit malam yang sangat indah, ditemani bintang yang berkelip,

    Last Updated : 2021-08-10
  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 08: Aturan dari Xavier

    Xavier telah berada ditempat makan terlebih dahulu, ia terdiam dengan sedikit geram, menunggu kehadiran Aurora yang belum memperlihatkan batang hidungnya sama sekali. "Dasar lelet!" ujar Xavier menggertakkan giginya. "Saya akan memanggilnya, Tuan." Sahut Lucas yang melihat Xavier sudah menunjukkan ekspresi geramnya. "Tidak perlu!" tegas Xavier"Hah?" Lucas berkerut sedikit bingung. "Maaf, Tuan. Saya terlambat." Ujar Aurora yang sedikit berjalan lebih cepat kearah Xavier. Pria itu hanya menatapnya dengan tajam, dengan ekspresi wajah yang bermusuhan. "Lakukan tugasmu dengan benar!" ujar Xavier menunjuk piring makannya. "Baik, Tuan." Aurora segera memindahkan makanan ke piringnya Xavier, Setelah selesai menyajikan makanannya, tanpa bergerak lagi, ia hanya berdiam diri disamping kursi Xavier tanpa berbicara sepatah katapun. "Apa kau akan terus berdiri seperti patung?" tanya Xavier langsung meletakan sendok makannya dan melirik kearah Aurora ber

    Last Updated : 2021-08-26
  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 09: Teruslah seperti itu!

    Malam hari, pukul 09.00. Aurora memegangi perutnya yang saat ini tengah keroncongan, ia hanya sempat sarapan pagi ketika bersama Xavier saja. Tok! Tok! Tok!"Iya, sebentar!" Aurora segera bangun dari kasurnya, ia melangkahkan kaki untuk membuka pintu kamarnya. "Pak, apa ada yang harus saya kerjakan lagi?" tanya Aurora kepada pak Nan. Pak Nan yang sebagai kepala pengurus rumah di kediaman Xavier, memang bertugas untuk membagikan apapun yang harus dikerjakan oleh Aurora, dan beberapa pelayan dikediaman tersebut. "Nona, sebentar lagi tuan muda sampai, pergilah untuk menyambut kepulangan tuan muda!" ujar pak Nan mengingatkan. "Baik pak." Mendengar sebuah kata, nama Xavier, bulu kuduknya bergidik, rasa takut itu kembali menghampirinya. Aurora segera bergegas mengikuti langkah kaki pak Nan, dari belakang. "Tuan, selamat malam," ujar Aurora dan pak Nan dengan sopan. "Ya." Xavier menjawab dengan ekspresi datar di wajahnya, seraya ia memberikan tas kerjanya kepada Aurora. "Ikuti aku

    Last Updated : 2021-09-03
  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 10: Makan malam

    Tanpa diduga, perutnya yang sudah sangat keroncongan akhirnya mengeluarkan bunyi, Xavier sontak langsung menoleh kearah dirinya. "Apa wanita ini belum makan malam?" ujarnya dalam hati seraya menatap Aurora dengan tajam. "Dasar perut tidak tahu diri, bisakah tidak berbunyi disaat seperti ini?" ia mengutuk perutnya sendiri dalam hati. "Apa kau belum makan malam?" "Ya, Tuan." jawabnya tanpa ragu.Bodoh amat, intinya aku sudah tidak kuat lagi, aku sangat lapar sekali."Kenapa?" tanya Xavier bangung. "Anda belum kembali, Tuan." sahut Aurora menjawab dengan tegas. "Oh. Kalau begitu, pergilah makan malam, suara perutmu mengganggu telingaku." jawab Xavier dengan ketus. "Apa anda sudah makan malam, Tuan?" tanya Aurora spontan. "Ya, tadi di kantor, pergilah!" sahut Xavier seraya memasang wajah dingin. "Baik, Tuan. kalau begitu saya permisi." Aurora segera melangkah pergi dari kamar Xavier dengan hati yang sangat kesal. "Dasar keterlaluan,

    Last Updated : 2021-09-03

Latest chapter

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 29- Memprovokasi Xavier

    Aurora menarik napas panjangnya yang dalam dan berat. Dia menggelengkan kepalanya seraya merubah ekspresi yang semula datat. Raut wajah Aurora kini berubah ramah kembali, dengan senyuman tipis yang menghiasi ujung bibirnya. "Nona Lusi, apakah pria seperti Xavier ... bisa menjadi milik anda seorang?" ujar Aurora bertanya dengan santai. Lusi mengerutkan dahinya, jelas dia tahu dengan pasti. Pria seperti Xavier yang selalu menjadi incaran para wanita, tidak akan cukup dengan satu wanita. Namum rasa ingin menguasai itu tidak bisa dia kendalikan. Xavier hanya boleh menjadi miliknya seorang. Aurora menyunggingkan kembali senyum tipisnya. "Sepertinya anda sadar akan hal itu. Kalau begitu jangan terlalu rakus, Nona." Aurora kembali mengingatkan. "Dasar jalang gila, berani sekali kau mengatakan aku rakus. Kau tidak tahu seberapa istimewa hubungan kami," ujarnya seraya mendelikkan bola matanya. "Ouw, lalu apakah Nona Lusi tahu seberapa istimewa hubungan kami?" jawab Aurora dengan melempark

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 28 - Perdebatan Aurora dan Lusi part 2

    Aurora sejenak terdiam, dia menarik napas panjang dan kembali menghembuskannya berat. Dia setidaknya memang berhutang budi kepada Xavier, tapi bukan berarti dia bisa di tindas begitu saja oleh orang lain, bahkan tidak dia kenali. "Nona, ketika anda memanggilnya dengan sebutan namanya, apakah itu tandanya oramg lain tidak boleh memanggilnya seperti itu?" tanya Aurora masih dengan ekspresi, dan nada bicaranya yang tenang. Semua orang yang melihat, dan tengah memperhatikan kejadian saat ini, mereka semua tercengang heran, tak menyangka. "Siapa wanita yang baru saja ke luar dari ruangan presdir itu?" tanya seorang karyawan di ujung sana, yang sedari awal sudah memperhatikan kejadiannya seperti apa. "Entahlah, tadi saya melihat. Asisten pribadi Luxas, bahkan menjemputnya hingga lobi," jawab seorang karyawan di sampingnya. "Benarkah? Itu artinya, status wanita cantik itu bukan orang biasa. Atau mungkin dia adalah wanita baru presdir?" salah satu karyawan lain menimpali perbincangan dua

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 27 - Perdebatan Aurora dan Lusi part 1

    Xavier terdiam menatap wajah Aurora bingung, sebenarnya apa yang telah terjadi, kenapa dia melupakan banyak hal, tentang cerita dan kisah lalu kehidupan dirinya."Baiklah. Aku masih ada pekerjaan. Kamu bisa menungguku di sini terlebih dahulu," ujar Xavier setelah selesai makan siang, buatan Aurora. "Apa tidak apa-apa, jika aku menunggu di sini?" tanya Aurora sedikit ragu. "Memangnya kenapa?" tanya balik Xavier seraya sedikit mengerutkan dahinya. "T-tidak apa-apa," jawab Aurora sedikit canggung."Baiklah, lakukan apapun yang kau mau, tunggu aku selesai bekerja!" tegas Xavier seraya bangkit dari tempat duduknya. Dia berdiri merapihkan jas dan dahinya, berlalu pergi meninggalkan ruangan kantornya, diikuti oleh Luxas dari belakang. Sementara Aurora yang sedikit bosan, dia memutuskan untuk membaca buku yang ada di ruangan kerja Xavier. ***Lusi yang sudah sedari pagi menunggu balasan dari Xavier, namun tidak juga kunjung datang, dia memutuskan untuk menemui Xavier kembali di kantorny

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 26 : Ke kantor xavier.

    Aurora sedikit tercengang, ia sungguh tidak mengerti dengan apa yang saat ini Xavier pikirkan. Bukankah pernikahan ini hanya sebuah kontrak semata, dia juga semula yang menegaskan jangan pernah muncul di halayak ramai. Lalu apa yang saat ini pria itu pikirkan. 'Menyuruhku mengantar makan siang ke kantor? yang benar saja' pikirnya bingung. 'Sudahlah. Pria itu memang tuannya, raja segala keputusan. Terserah dia ingin apa' Seraya menunggu sup itu matang dengan benar, Aurora sedikit larut dalam pikirannya sendiri. "Kamu mendengarku tidak?" tanya Xavier, karena sepertinya Aurora tidak mendengarkan dengan baik. "Ah ... saya mendengarnya. Sebentar saya tengah mencicipi masakannya terlebih dahulu." Ujarnya beralasan. "Baiklah, minta pak Nan untuk mengantar. berpakaian yang bagus!" walau ucapannya tegas, namun nada bicaranya saat ini sedikit lebih lembut. "Saya mengerti, saya tutup teleponnya, ya?" Walau dengan p

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 25: Pertaruhan. Suamiku

    "Hoam ...." Aurora yang masih menguap merasakan ngantuk, seketika ia menutup mulutnya. Ketika ia sadari Xavier tengah duduk di sampingnya, menatap dirinya dengan tajam. "Kenapa kamu ada di sini?" spontan Aurora bertanya, dengan keadaannya yang masih sedikit linglung. "Ini tempat tidurku." Jawab Xavier dingin.Aurora memperhatikan sekelilingnya, benar saja, ruangan ini adalah kamar pribadi Xavier. Kenapa dia bisa berbaring di atas ranjang pria ini. Matanya terbelalak, ketika dia mengingat hal apa saja yang terjadi malam tadi. Aurora melirik Xavier dengan ujung matanya, dia ingin bertanya mengenai ucapan yang selalu Xavier gumamkan, ketika pria itu berada dalam keadaan mabuk."Sudahlah, tidak perlu di pikirkan." Ujarnya dalam hati. "Kenapa, apa ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Xavier menelisik ke dalam matanya. "T-tidak," sahutnya gelagapan. Mendengar jawaban Aurora, Xavier hanya mengerutk

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 24: Tabir masa lalu

    Suara cicitan burung di pagi hari, rasa dahaga di tenggorokannya, membuat Xavier tersadar. Mau tidak mau, walau kepalanya sungguh terasa berat, dia memaksakan diri untuk bergerak. "Uh ... ini kamarku?" Xavier memeriksa sekitarnya. ia melirik jam di atas nakas. "Sudah siang." Gumamnya.Dia mencoba beranjak dari atas ranjangnya, disibakan selimbutnya ke sebelah dirinya. Namun betapa terjetunya, ketika dia melihat Aurora yang tengah tertidur di samping ranjangnya.Wanita itu terlelap dalam keadaan duduk di kursi, dan separuh bagian atas tubuhnya terlengkup di atas ranjang samping Xavier"Apakah wanita ini, semalaman tidur dalam posisi seperti ini?" ujar Xavier menatap dalam wanita tersebut. Matanya melihat, dan memastikan baju yang saat ini dia kenakan, tentunya sudah berbeda dengan pakaiannya semalam, batinnya bertanya-tanya, sejak kapan wanita jahat ini perhatian terhadap dirinya. Xavier hanya terdiam dengan posisi tubuhn

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 23: Seribu pertanyaan. Apa yang sudah aku perbuat?

    Merasa sedikit canggung dan penuh tanya dengan kalimat terakhir yang di ucapkan oleh Xavier, Nico yang saat ini tengah terbaring di kursi, tepat di sampingnya Xavier. Ia mencoba bangkit seraya memijat dahi dan juga kepalanya. Seolah-olah ia merasakan pusing yang sangat hebat. Pandangannya berpura-pura seperti terlihat kabur. "Uh ... kepalaku sakit sekali." Nico menyandarkan tubuhnya diatas sofa, memijat ujung pundaknya seraya menyipitkan sebelah mata. Memandang kedepan, berpura-pura memastikan siapa yang saat ini berada di ruangan tersebut."Pak Nan, apakah itu kamu?" ujarnya bertanya seperti orang linglung. "Ya, ini saya. Tuan muda Nico ini pereda mabuk, silahkan!" sahut pak Nan menjawab, seraya menyodorkan minuman perdeda mabuk. "Dasar tukang akting." ujar Pak Nan, di dalam hatinya. Tanpa merubah ekspresinya sedikitpun. Nico yang sudah mengenal sikap dan sifat Pak Nan, ia hanya tersenyum licik di ujung bibirnya, seraya menerima minuman yang di berikan lelaki

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 22 : Kau lupa, lupa kepadaku?

    Aurora yang merasa sudah merasa baikan akan kondisi dirinya, ia menyadari bahwa waktu sudah sangat larut, bahkan sebentar lagi akan menjelang pagi, namun Xavier belum juga kembali, tidak mungkin terjadi sesuatu bukan."Kemana pria itu, kenapa belum juga kembali?" gumamnya seraya ia memandangi jendela, melihat dan menunggu kedatangan mobil milik Xavier. Seharian beristirahat, membuat matanya terjaga dikala malam hari. Tanpa sadar ia mulai terbiasa, menunggu kepulangan pria itu dan menyambutnya. Aurora berjalan keluar dari kamarnya, ia melangkah menyusuri anak tangga."Nona, kenapa anda belum tidur?" Pak Nan yang juga masih menunggu kepulangan Xavier, ia merasa sedikit cemas, berkali-kali ia mondar-mandir dari lantai atas ke lantai bawah, begitupun sebaliknya. Pak Nan telah menghubungi Lucas, namun Xavier mengatakan bahwa ia ada urusan pribadi, dan tidak ingin dibuntuti siapapun. "Emm... itu. Pak, apakah tuan belum kembali?" tanya Aurora memberanikan diri

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 21: Lusi

    Xavier dengan raut wajah yang muram, ia kembali ke kantor untuk melanjutkan pekerjaannya. Berkali-kali ia memijat dahinya, ia masih tidak habis pikir, apakah dirinya semenakutkan itu, apakah ia begitu jelek, hingga wanita itu tidak pernah menunjukan ekspresi kagum sedikitpun. "Temani aku minum malam ini!" Xavier berbicara di telepon kepada sahabatnya dengan nada dingin dan kesal. "Hei, kenapa lagi dengan nada bicara kamu itu?" sahut Nico sedikit bingung menatap ponsel miliknya. Tanpa menghiraukan pertanyaan sahabatnya, Xavier langsung memutus panggilan teleponnya, Nico hanya bisa berdecik sedikit kesal. "Cih, orang gila itu, selalu saja menghancurkan rencana siang dan malamku yang indah." Nico yang bermaksud untuk pergi berkencan, ia terpaksa harus membatalkan rencananya sendiri, dan menemani sahabatnya, yang saat ini seperti tengah kesal dengan kehidupan pribadinya. Tok! Tok! Tok! "Masuk!" Xavier menat

DMCA.com Protection Status