Tanpa diduga, perutnya yang sudah sangat keroncongan akhirnya mengeluarkan bunyi, Xavier sontak langsung menoleh kearah dirinya. "Apa wanita ini belum makan malam?" ujarnya dalam hati seraya menatap Aurora dengan tajam. "Dasar perut tidak tahu diri, bisakah tidak berbunyi disaat seperti ini?" ia mengutuk perutnya sendiri dalam hati. "Apa kau belum makan malam?" "Ya, Tuan." jawabnya tanpa ragu.Bodoh amat, intinya aku sudah tidak kuat lagi, aku sangat lapar sekali."Kenapa?" tanya Xavier bangung. "Anda belum kembali, Tuan." sahut Aurora menjawab dengan tegas. "Oh. Kalau begitu, pergilah makan malam, suara perutmu mengganggu telingaku." jawab Xavier dengan ketus. "Apa anda sudah makan malam, Tuan?" tanya Aurora spontan. "Ya, tadi di kantor, pergilah!" sahut Xavier seraya memasang wajah dingin. "Baik, Tuan. kalau begitu saya permisi." Aurora segera melangkah pergi dari kamar Xavier dengan hati yang sangat kesal. "Dasar keterlaluan,
Xavier melangkahkan kakinya, mencoba meninggalkan tempat tersebut, dimana yang saat itu ia berdiri mematung dan tak bersua, samar-samar mendengarkan keluh kesahnya aurora dari balik pintu kamarnya, yang menjadi sebuah penghalang keduanya. Ia segera pergi, meninggalkan tempatnya ia berdiri, ia sangat sadar betul, bahwa semua masalah itu bukanlah kesalahan aurora, seorang wanita cantik yang bermata biru indah tersebut, seperti namanya aurora, ia memang memiliki paras indah yang luar biasa, seperti sebuah keajaiban alam, layaknya cahaya aurora dikutub utara. Sadar saat itu Ia berada dimana, takut-takut ada yang melihatnya tengah menguping dibalik pintu kamar tidur milik wanita tersebut, ia memutuskan untuk segera kembali keruangan kerja pribadinya, duduk disebuah kursi dengan tegap, seraya menghela napas dalam, dinyalakannya sebuah roko miliknya, ia sedikit menghela napas jemaah dan seraya berfikir dengan sangat keras. "Apakah aku terlalu berle
Pagi hari pukul 07.00Ketika Xavier telah bangun dari tidurnya, ia segera turun menuju kelantai 1, ia tiba-tiba terdiam diujung pintu masuk, ketika ia mendapati aurora terlihat tengah sibuk memasak dan menyiapkan sarapan pagi untuknya, sementara ia tahu, bahwa semalam perasaan wanita itu tidak baik-baik saja, tapi sekarang, wajahnya menunjukan seolah-olah tidak terjadi apa-apa kepadanya.Setelah selesai membuat sarapan, ia segera pergi menuju halaman belakang, kesebuah taman dimana disana halaman itu sangat luas dan megah, namun tidak ada tanaman bunga satupun yang terdapat disana, hanya rumput kaki yang hijau, sebuah taman yang luas namun sepi tanpa terdapat sebuah keindahan.Karna itu ia memutuskan untuk menanam beberapa jenis bunga, sehingga bisa mengobati sedikit rasa kerinduannya terhadap rumahnya, dan ia bisa mengenang kenangan bersama ibunya ketika masih hidup, karna memang mereka berdua selalu menghiasi taman dikediamannya dengan berbagai jenis bun
3 BULAN KEMUDIAN. Selama 1 bulan setelah kejadian aurora menanam bunga ditaman, seperti hari-hari biasanya yang ia lakukan, ia hanya sibuk mengurus segala kebutuhan dan perintah dari Tuannya, dengan ekspresi yang sama yang selalu ia tunjukan, wanita itu tidak pernah terlihat bahagia ataupun tersenyum ketika sedang bersamanya. Meski selama 1 bulan itu, Xavier tidak pernah menyentuhnya atau mempropokasi wanita itu, ia juga sibuk mengurus masalah pekerjaannya, berharap wanita tersebut bisa sedikit menghiburnya dari penatnya segala aktivitas yang ia jalani, namun semua itu tidak berjalan seperti yang ia harapkan, bahkan wanita itu hanya berbicara ketika dirinya bertanya, dan menjawabnya dengan sedikit kata-kata, sehingga membuatnya semakin merasa marah dan kesal. Sia-sia ia telah menyiapkan segala keperluan wanita itu, pakaian mewah untuk sehari-hari, atau segala hal yang menjadi keperluan seorang wanita, namun tetap saja, hati wanita ters
"Aurora, apakah kau sangat bahagia selama aku tidak ada...?" Ujar Xavier menarik tubuh wanita itu kedalam dekapannya, seraya ia menatap tajam setiap lengkungan wajah cantik yang sangat menggoda dimatanya, sosok wanita cantik yang saat itu tengah berada dihadapannya, seketika berhasil merobohkan pengendalian dirinya yang sudah ia tahan selama ini terhadapnya, perasaan ingin menyentuh dan merasakan sosok indah itu seketika kembali bergejolak tidak bisa lagi untuk ia kendalikan.Dalam efek alkohol yang sangat masih terasa dikepalanya, lelaki itu mulai memainkan rambut panjang yang masih setengah basah milik wanita tersebut, tangannya mulai menggerayang menyusuri wajah cantik itu, membelai lembut kedua bibir merah itu dengan jari tangan miliknya, seraya ia menatapnya tanpa berkedip, layaknya seorang srigala liar yang tengah kelaparan.Sontak tubuh wanita itu bergetar sangat ketakutan dengan apa yang sedang pria itu lakukan kepadanya, menyadari tatapan liar dari seorang pri
"Tuan, ini sudah larut malam, besok saya masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan...." Ucap Aurora berbicara sedikit ragu, selain alasan tersebut, ia tidak bisa untuk mencari alasan lain lagi yang tepat untuknya saat ini."Apa kau sedang mengeluh Aurora.?" Ujar Xavier dengan nada suaranya yang masih berat, dan hembusan napasnya yang masih sedikit tidak beraturan."Tidak tuan, bukan itu maksud saya...." Ia menjawab seraya memalingkan dan menundukan wajahnya kearah lain."Kau besok tidak perlu melakukan pekerjaan apapun, cukup istirahat saja dengan benar.!" Tegas Xavier kepadanya, seraya ia mengarahkan wajah wanita itu kepadanya, dengan seringai tipis diujung bibirnya."Tidak per--" Ucapan Aurora seketika tertahan diujung lidahnya, matanya sontak terbelalak kaget, ketika sesuatu telah menempel dibibir indahnya.Sebuah aroma alkohol jelas terasa sangat pekat, menghembus keluar dari bibir pria tersebut, ia tidak percaya denga
"Kamu...?"Sontak mata pria itu terbelalak kaget, ia menatap wajah wanita yang tengah meringis kesakitan itu, akibat ulah jarinya sendiri yang sudah merambah kebagian sensitifnya.Wanita itu hanya terdiam seraya memalingkan wajahnya kearah lain, tanpa menjawab perkataan dari pria tersebut."Apakah ini pertama kalinya untukmu.?"Ujar pria itu sontak bertanya, selama ini ia selalu mengira, kalau wanita yang saat ini berada dikediamannya hanya berpura-pura polos saja, namun saat ini ia tidak menyangka, bahwa wanita ini benar-benar masih perawan, ia sedikit merasa bersalah kepadanya, paktanya masih ada seorang nona muda yang berasal dari keluarga kaya, meski sekarang keluarganya telah diambang kehancuran, ia masih mampu menjaga kesuciannya, walau selama ini ia telah menjalin hubungan asmara dengan kekasihnya cukup lama."Ya, ini akan menjadi pengalaman pertama saya, tolong lebih lembut sedikit...!" Sahutnya yang masih sedikit meringis
Melihat kelakuannya Aurora yang tengah dilanda rasa malu, Xavier hanya tersenyum tipis dan menyeringai, lalu ia meninggalkan kamarnya tersebut, pergi kedapur untuk mengambilkan Aurora minum.Ia sengaja membuatkannya sebuah susu hangat, agar wanita itu sedikit kembali memiliki tenaga, dan supaya tidak masuk angin, bagaimanapun juga, wanita itu telah mandi keringat dengan waktu yang cukup lama, akibat kebuasannya."Tuan, apa ada yang bisa saya bantu.?"Ujar seseorang bertanya dari arah belakang, ketika ia melihat atasannya tengah sibuk menyeduh susu panas, dengan setengah tubuh atasnya yang tanpa berpakaian, dia adalah tidak lain asisten pribadinya sendiri."Tidak perlu, biar aku saja."Sahutnya menjawab dengan lantang, dan ekspresi wajahnya yang terlihat tengah bahagia, asistennya sesaat hanya mengerutkan dahinya bingung, dengan sedikit perubahan sikap dari atasaanya, yang selama ini selalu terlihat suram setiap saat.