Share

Part 87. Menangis di seberang sana.

"Aku jijik, membayangkan suamiku yang ternyata pandai bersandiwara. Kamu adalah laki-laki munafik yang pernah ada!"

Kembali, Luna berteriak. Kemudian, dia menjalankan kursi rodanya, masuk ke rumah. Aku pun mengikutinya.

"Sayang, maaf, aku bukan bermaksud ingin membohongimu. Tapi perempuan yang kemarin kau cekik lehernya, dia mengalami sesak nafas. Sampai-sampai, bernafasnya harus dibantu dengan selang oksigen. Mau tidak mau, aku harus ke sana. Aku tidak ingin, kamu terkena masalah. Bagaimana jika perempuan itu mati? Bukankah nantinya, kamu juga, yang repot? Aku tidak ingin kamu masuk penjara, Sayang ...."

Aku berusaha berkata dengan sangat lembut dan penuh kehati-hatian. Jangan sampai, Luna bertambah marah.

"Dari mana kamu tahu, kalau perempuan tua itu, sesak nafas?" tanya dia dengan suara yang dingin dan terdengar menakutkan. Matanya menatap ke arah bola mataku. Dia seolah sedang mencari kejujuran. Tidak sedikit pun memberikan celah untukku mengarang kebohongan.

"Bunga yang menelponk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status