Share

Part 95. Nggak usah panggil Sayang

POV. Bunga

Aksa seperti kehilangan kendali. Para kerabatku saling beradu pandang, dengan tatapan bingung. Baru satu menit, dia mengucapkan ijab kabul, dia sudah hendak menceraikan aku. Di depan ibuku yang belum sadarkan diri.

Aku langsung menangis. Menangis pilu, sambil mengusap-usap perutku. Hanya karena aku salah bicara, dia tega menghardikku sekasar itu.

"Aksa! Kamu tahu sopan santun, atau tidak?! Baru saja kamu menikahi Bunga, kamu sudah hendak menceraikannya. Kamu benar-benar menginjak-injak, harga diri kami. Jangan mentang-mentang kamu anak orang kaya, lantas mau seenaknya!" hardik kerabatku.

"Tapi aku tidak suka, Bunga menjelekkan Luna. Bagaimanapun juga, Luna sudah berkorban, merelakan aku, untuk menikahi Bunga. Luna itu terluka. Masih mau ditambah dijelek-jelekkan. Aku tidak terima! Bunga itu nantinya akan menjadi adik madunya Luna. Aku berharap, mereka bisa akur. Aku berharap, Bunga bisa tahu diri!"

Kali ini Aksa benar-benar marah, hanya karena aku yang berucap salah. Mau ti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status