Share

Part 101. Tidak punya tempat untuk pulang.

POV. Luna

"Jika memang kamu tidak kuat, dengan beban yang kau tanggung, maka lepaskan. Kamu berhak untuk bahagia. Asal kamu tahu, bahagiamu adalah bahagiaku. Jika kamu terluka, maka aku pun ikut merasakannya ...."

Aku menoleh ke belakang. Ke arah datangnya suara itu. Bara.

Dia berdiri tepat di depan pintu mushola. Aku segera keluar, mendekat ke arahnya.

Dia mengambil tempat duduk di pojok sebelah kiri teras mushola. Sementara aku mengambil tempat duduk di pojok sebelah kanan. Kami terhalang jarak sekitar lima meter.

"Dik, boleh menangis. Jika memang dengan menangis, bisa membuat hatimu lega, dan bisa mengurangi bebanmu. Tapi jangan lama-lama, menangisnya. Kamu harus segera bangkit dari keterpurukan," ucap Bara.

Dia berbicara dengan sangat tenang.

"Kamu tidak tahu, apa yang kurasakan," jawabku.

"Justru karena aku telah mengalaminya, maka aku bisa berbicara. Kamu menangis, karena kamu melihat suamimu menikah lagi, kan?" ucapnya lagi.

Aku menatapnya, lekat. Dalam hati, aku bertanya. Dari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status