Beranda / Pendekar / KSATRIA TIGA JAMAN / Perang di Tambak Beras 5

Share

Perang di Tambak Beras 5

Penulis: Freya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-27 21:44:11

Pasukan Majapahit segera menyambut datangnya pasukan Tuban di tepi sungai. Pihak Majapahit mengerahkan pasukan infanteri dan berkuda untuk berperang dalam jarak dekat. Tumenggung Ula Bandotan dari pihak Majapahit menerjang pasukan Tuban dan mengacak-acak barisan pasukan Tuban. Mantripura Tuban, Gagarangan Tambak Baya tidak tinggal diam, dia dan pasukannya langsung menghadang pasukan Ula Bandotan. Kini justru Ula Bandotan dan pasukannya terjebak dalam kepungan pasukan Tuban. Mereka saling beradu senjata dan akhirnya Ula Bandotan gugur di tangan Tambak Baya.

Sorak-sorai pasukan Tuban membahana ketika melihat salah satu perwira Majapahit berhasil mereka bunuh. Dengan penuh semangat mereka kembali maju menerjang Majapahit. Sementara itu sungai Tambak Beras sudah penuh dengan mayat-mayat prajurit yang mengambang dari kedua belah pihak. Beberapa mayat prajurit itu ada yang perlahan terseret arus sungai menuju ke laut.

Gugurnya Ula Bandotan membuat Setan Kober murka, dia segera mencari p
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Perang Di Tambak Beras 5

    Lembu Sora melihat Prabu Wijaya mulai tampak ragu dengan peperangan ini, dia tahu apa yang sedang dirasakan Wijaya. Maka dia segera menghampiri Wijaya dan berkata“Gusti Prabu, sudah saatnya saya turun menghabisi pasukan Tuban, para perwira Tuban sudah mulai turun ke medan perang. Saya rasa peperangan ini harus segera di selesaikan agar tidak jatuh korban lebih banyak.”Wijaya mengangguk dan berkata“Baiklah, kau selesaikan saja peperangan ini bersama pasukanmu!”Lembu Sora segera mengerahkan pasukan pamungkasnya, perang semakin membara. Para perwira Majapahit yangturun ke gelanggang telah menghadapi lawannya masing-masing. Keadaan semakin kacau, mereka bertempur membabi buta tak peduli lagi bahwa yang sedang diperanginya adalah teman, kakak, adik , anak, menantu, mertua, keponakan dan saudara dalam satu trah keluarga. Sementara dia sendiri juga turun ke gelanggang membabat pasukan Tuban yang menghalanginya. Saat Lembu Sora turun ke gelanggang, pihak musuh langsung ciut nyalinya. Semu

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-27
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Megatruh

    Tanpa pikir panjang Lembu Sora menyusul masuk ke sungai menghampiri Kebo Anabrang yang sedang asyik mempermainkan jenazah Rannggalawe. Kebo Anabrang yang masih asyik dengan kegiatannya sama sekali tidak memperhatikan ketika Lembu Sora sudah berada di dekatnya. Tiba-tiba dengan gerakan secepat kilat, Lembu Sora mencabut kerisnya dan menikamkannya ke punggung Kebo Anabrang. Kebo Anabrang berteriak kesakitan ketika keris Lembu Sora menusuk punggungnya. Ksatria Pamalayu itu tidak menyangka Lembu Sora akan menyerang dan membunuhnya. Betapa terkejutnya Kebo Anabrang ketika mengetahui bahwa Lembu Sora yang membunuhnya“Sora…mengapa kau lakukan ini?” Tanya Kebo Anabrang.“Keponakanku sudah mati, tetapi bagaimanapun juga di adalah seorang ksatria yang pernah berjasa bagi Majapahit. Tidak sepantasnya jenasahnya kau perlakukan seperti bangkai tikus!” Kata Lembu Sora dengan suara bergetar karena marah.Kebo Ananrang hanya bisa melotot memandangi Lembu Sora dan tak lama kemudian robohlah dia bers

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-28
  • KSATRIA TIGA JAMAN   40 Hari Setelah Kematian Ranggalawe

    Semua orang terdiam larut dalam kesedihan masing-masing.“Baiklah Gusti Prabu, saya mohon ijin mengantar mereka melihat jenazah Ranggalawe dan mempersiapkan upacara perabuannya,” kata Lembu Sora.Mereka menuju ke Puri Wilwatikta di mana jenazah-jenazah para prajurit yang gugur di medan perang telah dipersiapkan untuk diperabukan. Wijaya tidak sungkan untuk berlutut di depan jenazah Ranggalawe merendahkan dirinya untuk memberikan penghormatan terakhir. Betapa hancur hati Sang Nata ketika mendengar ratapan kedua isteri Ranggalawe yang bersumpah setia untuk berbakti kepada belahan jiwanya dan mengikutinya ke alam kematian.“Aku tahu kau tidak pernah berpikir untuk meninggalkanku, kau hanya pergi tanpa berpamitan kepadaku,” gumam Wijaya lirih di depan jenazah sahabat yang disayanginya.Upacara perabuan Ranggalawe segera dimulai kedua isteri Ranggalawe sudah bersiap melakukan ritual Sati. Keduanya mengenakan pakaian putih dan rambut terurai dengan bunga kamboja terselip di telinga. Suar

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-28
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Negeri Tigang Juru

    “Aku juga akan membentuk Angkatan Perang yang tangguh yang dapat menandingi Majapahit,” ujar Wiraraja.“Tapi menjadi Raja bukanlah perkara mudah Gusti Wirota, karena untuk menjadi Raja ada dua persyaratan yang harus dipenuhi yaitu karena Keturunan dan karena wahyu keprabon?” Tanya Wirota.Artia Wiraraja langsung menukasnya dan berkata“Raja hanyalah sebuah jabatan dan jabatan itu dapat diupayakan oleh siapapun, Wiro.”Senja itu Wirota berada cukup lama di rumah Wiraraja, malam harinya Wirota kembali ke markasnya di Keta.****Keesokan harinya saat pertemuan di Bale Manguntur, Wiraraja datang ke Majapahit menagih janjinya. Di depan para nayaka praja dan Pengageng Majapahit Wirota menagih janjinya“Gusti Prabu, sesuai dengan perjanjian Songenep, saya ingin meminta bagian saya atas separuh wilayah Majapahit!”Semua yang ada di Bale Manguntur terkejut dan gegerlah Bale Manguntur saat itu“Berani sekali dia meminta separuh wilayah Majapahit!”Namun Wijaya segera menenangkan mereka dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-30
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Hukman Buang

    Pagi itu Nyai Anabrang datang menghadap Prabu Wijaya“Gusti Prabu, berikanlah keadilan bagi keluarga kami. Suamiku Kebo Anabrang adalah seorang abdi yang setia, sejak jaman Singasaru dia telah mengabdi kepada Prabu Kertanegara, memimpin ekspedisi Pamalayu, dan akhirnya gugur di Tambak Beras oleh Lembu Sora. Saya selaku janda Kebo Anabrang memohon keadilan bagi suami saya. Saya minta pembunuh Kebo Anabrang diungkap dan dihukum sesuai kitab undang-undang Kutaramanawa Dharma Sastra!”Tertegun Wijaya mendengar kata-kata NYai Anabrang, dia begitu menyayangi Lembu Sora yang pengabdiannya begitu tulus kepadanya. Jika mengikuti aturan Kitab Kutaramanawa Dharmasastra, maka Lembu Sora terancam hukuman mati. Namun dia juga tak ingin kehilangan rasa adilnya terhadap Kebo Anabrang yang juga abdi setianya.“Saya memahami perasaan keluarga besar Paman Anabrang yang pastinya ingin mendapatkan keadilan. Baiklah, kami akan segera mengungkap pembunuhnya dan memberinya hukuman!” Ujar Wijaya dengan pera

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-31
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Pertemuan di Desa Kudadu

    Dalam perjalanan pulang ke Lamajang, Wirota melalui jalanan desa dan hutan yang sepi. Hari sudah sore, namun Wirota belum juga menemukan pedesaan untuk tempat bermalam. Dari kejauhan Wirota melihat ada asap mengepul di beberapa tempat pertanda adanya perkampungan di sekitar itu. Segera dia memacu kudanya mendekati tempat itu. Namun baru beberapa langkah berjalan tiba-tiba sekelompok orang sudah menghadangnya. Tertegun Wirota ketika menyadari sekelompok orang sudah menahannya.“Apa yang kalian inginkan dariku?”Pemimpin rombongan itu lalu berkata“Kami menginginkan nyawamu!”Terkesiap Wirota, orang-orang ini bukanlah begal biasa yang hanya menginginkan uang dan ketika sudah diberi uang atau barang, mereka akan pergi. Menyadari mereka adalah orang yang berbahaya, Wirota segera menghunus pedang Naga Bumi. Tanpa membuang waktu orang-orang itu menghunus pedangnya dan menyerang Wirota. Tangan Wirota bergerak menangkis serangan mereka, pedangnya berkelebat melindungi dirinya dari serangan pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-31
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Senja di Desa Kudadu

    “Kalau begitu mana kulit harimaunya?” Tagih Mada.“Mada, Romo dan Eyang tidak sempat mengambil kulit harimaunya karena hari sudah malam. Besok saja ya Ngger,” bujuk Macan Kuping.“Ah, Romo sama Eyang bohong!” Mada masih ngeyel dengan pendapatnya.Terdengar suara seorang wanita memanggil Mada“Mada, sudah jangan mengganggu, Romo dan Eyang sedang ada tamu.Wirota dapat melihat, anak itu walaupun masih kecil namun dia terlihat cerdas dan trengginas gerakannya.“Anak itu cerdas, dia tahu Romonya bohong,” ujar Wirota sambil tertawa.Gajah Pagon dan Macan Kuping terbahak mendengar ucapan Wirota“Ya memang, aku sampai pusing menghadapinya. Kelak setelah cukup umur, dia akan kukirim ke Kasatriyan Majapahit agar dia dapat menggantikan aku yang sudah tak berguna ini mengabdikan diri ke Majapahit,” kata Gajah Pagon dengan nada sedih.“Ndoro Pagon jangan sedih, anda tetap dapat berbakti kepada Majapahit dengan membangun desa ini agar menjadi desa yang makmur , aman dan tenteram. Apalagi Gusti P

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Mengirim Telik Sandi

    “Ndoro Pagon, Ki Macan Kuping, terimakasih atas sambutannya, kapan-kapan berkunjunglah ke Keta ajak Mada juga,” ujar Wirota.“Tak usah sungkan-sungkan Wiro, kalau bukan karena kau dan Medang yang menghadang orang-orang Jayakatwang, aku dan Prabu Wijaya pasti sudah tidak berada di sini bersamamu. Kami berhutang nyawa kepadamu dan Medang,” ujar Gajah Pagon.******Pagi itu dalam pertemuan para Nayaka Praja di Bale Manguntur, Halayuda menyampaikan hasil pertemuannya dengan Lembu Sora.“Gusti Prabu, kemarin saya telah menemui Mpu Sora menyampaikan lontar yang berisi Surat Pencopotan Jabatan. Dia telah membaca isinya tapi….”Halayuda tidak meneruskan kata-katanya membuat semua orang yang hadir semakin penasaran dan bertanya“Bagaimana tanggapan Lembu Sora? Apa dia bisa menerimanya?” Tanya Prabu Wijaya.Halayuda menghela nafas panjang, wajahnya tampak ketakutan, dia menyemnbah dan berkata dengan nada suara bergetar“Ampun Gusti Prabu, saat itu Mpu Sora langsung marah-marah dan memaki-mak

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02

Bab terbaru

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Pulang

    Namun sebelum sampai pada sasarannya, tiba-tiba terdengar suara berkelebat dan kesiur angin melewati tubuhnya. Belum sempat Wirota menyadari, seseorang telah menangkis pukulannya. "Wiro, hentikan!" Wirota menoleh, ternyata Mahesa Wagal yang menangkis serangannya. Di belakangnya menyusul Gajah Mada, Gayatri dan Banyak Wungu. "Gusti Wirota, tunggu!" Seru Banyak Wungu. Wirota terkejut melihat kedatangan Banyak Wungu bersama Gajah Mada dan Gayatri. Sebuah pikiran buruk terlintas di benaknya. Jangan-jangan, Majapahit sudah membantai seluruh pasukan Sadeng dan Keta lalu mereka menyandera Banyak Wungu batin Wirota cemas. "Banyak Wungu, apa yang terjadi? Mengapa kamu bisa bersama mereka?"Tanya Wirota. "Gusti Wirota, Gusti Ratu Tribuana telah memerintahkan tabib Majapahit untuk mengobati para prajurit kita yang terluka. Dia mengatakan bahwa dia ingin Gusti Wirota kembali ke Majapahit. Beliau berjanji akan memberi anda jabatan Juru Demung atau Patih di Daha," ujar Banyak Wungu.

  • KSATRIA TIGA JAMAN   mantera

    Ditantang seperti itu membuat darah Wirota seketika mendidih. Tapi dia tak ingin terlihat emosional di depan Ra Kembar. Setelah menghela nafas panjang untuk meredakan amarahnya barulah Wirota menjawab "Siapa takut?! Aku bukan laki-laki pengecut. Baik, kuterima tantanganmu!" Saat itu hari sudah menjelang maghrib,, namun situasi di sekitar gelanggang masih terang benderang bagai di siang hari bolong. Energi batu pusaka dari Gunung Padang yang dibuat menjadi tombak Naga langit begitu kuat dan seolah tak ada habisnya. Cahayanya masih terus berpendar tanpa meredup sedikitpun. Wirota menancapkan pedangnya ke tanah, lalu berjalan mendekati Ra Kembar dan memasang sikap kuda-kuda. Ra Kembar tersenyum, dia sangat yakin akan menang. Sepanjang karirnya sebagai prajurit, Ajian Balung Ireng tak pernah gagal membunuh musuhnya hanya dalam satu dua jurus Ra Kembar berjalan mendekati Wirota, kini mereka sudah berdiri berhadapan siap bertarung. Ra Kembar mengatupkan kedua tangannya di dep

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Perebutan Tombak Naga Langit

    Suara derap kaki kuda di belakangnya semakin dekat. Siapa itu, mungkinkah Lembu Peteng, Ikal-ikalan Bang atau Jabung Taraweskah? Hanya mereka yang tahu jalur yang kulewati ini, batin Ra Kembar. Hatinya mulai tenang merasa ada yang menemani. Ra Kembar sengaja mengambil jalur yang berbeda, sebuah jalur tersembunyi, bukan jalan yang biasa dilewati para prajurit Majapahit untuk pulang menuju Trowulan. Jalur itu jalannya lebih sempit dan melewati hutan belantara. Ra Kembar menoleh, dilihatnya ada seorang penunggang kuda mengejarnya. Terkesiap Ra Kembar ketika melihat penunggangnya, dari pakaian dan wajahnya dia dapat mengenali penunggang kuda yang mengejarnya adalah Wirota. "Sial, gara-gara harus membebaskan diri dari totokan Resi tua tadi, waktuku terbuang di pondok itu. Sekarang Wirota sudah menemukanku. Aku lupa dia juga tahu jalur ini ketika melarikan diri bersama Prabu Wijaya ke Madura," gerutu Ra Kembar. Ra Kembar kembali memacu kudanya. Tiba-tiba terdengar suara kelebatan d

  • KSATRIA TIGA JAMAN   kembali

    RA Kembar terkejut, ketika menoleh dilihatnya seorang bhiksuni berdiri di belakangnya "Siapa kamu? Tak usah ikut campur, sebaiknya kamu pergi bertapa saja. Tempat ini bukan untuk wanita sepertimu!" Ra Kembar ternyata tidak mengenali sosok Gayatri yang kini menjadi bhiksuni. Beberapa prajurit Araraman yang berjaga di tepi hutan segera menghadang Gayatri melindungi Ra Kembar. Gayatri mendengus marah "Aku akan pergi jika tombak itu kamu kembalikan pada pemiliknya! Usai berkata Gayatri berkelebat dengan cepat melompati para prajurit yang menghadangnya lalu mencoba merebut tombak. Ra Kembar panik, tangan kanannya masih kebas karena totokan Mahesa Wagal. Membuatnya tak bebas bergerak. Tetapi dia masih sempat menghindar sehingga Gayatri gagal merebut tombak. "Siapa kamu? Beraninya kamu melawanku.Baiklah aku akan membuatmu seperti para bhiksu di Kasogatan Bajraka!" "Prajurit, bereskan dia!" perintah Ra Kembar. Spontan para prajurit Araraman segera mengeroyok Gayatri. Terpaksa

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Rencana Ra Kembar

    Mahesa Wagal dan Gajah Mada terkejut karena hal ini jauh di luar rencana mereka. "Mada, siapa yang mengacaukan pertemuan ini?" Tanya Mahesa Wagal. Gajah Mada menggeleng, dia juga bingung melihat kejadian yang berlangsung di depannya. Mendadak Wirota menarik tubuh Gajah Mada dan mulai memukulinya. Sontak Gajah Mada berusaha menghindar dan membela diri. Wirota terus menerjang, sehingga pertarungan keduanya berlangsung sengit, namun Gajah Mada tidak pernah membalas serangan Wirota, hanya menghindar saja. Hal ini membuat Wirota semakin gusar, "Ayolah Mada, jangan jadi pengecut! Lawan aku, jangan hanya menghindar saja!" "Paman Wirota, sabar dulu...kami tidak tahu tentang serangan ini. Gusti Ratu tidak pernah memerintahkan penyerangan ini!" Seru Gajah Mada sambil berusaha menghindari serangan Wirota. "Bohong...jangan harap aku akan percaya pada kalian!" Wirota kembali menyabetkan pedang ke.leher Gajah Mada. Wirota yang sudah terlanjur marah, tangannya bergerak mencabut pedang Na

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Sahabat Lama

    "Aneh. tak biasanya mereka begini. Baiklah, aku akan menemui mereka," kata Wirota. Setibanya di tepi hutan, Wirota terkejut ketika mendapati tamunya ternyata adalah Gajah Mada dan seorang lelaki tua berpakaian seperti seorang Resi/ pertapa yang berjalan tertatih dengan tongkat. Mereka berdua memberi salam setelah itu Gajah Mada berkata "Paman, saya mengantar Paman Mahesa Wagal kemari karena dia sangat ingin bertemu dengan anda. Kemarin dia mendatangi kemah kami dan minta diajak menemui anda." Wirota tampak terkejut, tak disangkanya Resi tua yang berjalan terpincang itu adalah rekannya di masa masih berjuang melawan pemberontakan Jayakatwang. Mahesa Wagal adalah seniornya di masa mereka masih berdinas di Singasari. Ah, waktu sudah lama berlalu, Mahesa Wagal sekarang hanyalah seorang lelaki tua yang sakit-sakitan, batin Wirota. Namun Wirota tak mau memperlakukan Mahesa Wagal layaknya seorang sahabat lama. Di mata Wirota siapapun yang bekerjasama dengan Majapahit adalah musuh.

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Kunjungan Tak Terduga

    Suara langkah kaki itu berhenti. Wirota berkelebat menghampiri asal suara. Dalam keremangan sinar bulan dia melihat satu sosok yang sangat dikenalnya. Gayatri, bagaimana dia bisa tahu aku ada di sini? pikir Wirota. Masa muda telah berlalu, namun Gayatri masih tetap memberikan atensi kepadanya, berada di sisinya di saat dia memerlukan teman. Di lubuk hatinya yang paling dalam, sesungguhnya dulu Wirota juga tertarik kepada Gayatri. Namun dia cukup tahu diri dan tak ingin menyakiti hati sahabatnya Dyah Wijaya walaupun di saat itu Gayatri selalu mencoba menarik perhatiannya. Mendadak Wirota salah tingkah, dadanya berdebar, tapi dia tak ingin Gayatri mengetahui apa yang sedang dirasakannya. Maka dia berusaha bersikap wajar dengan bertanya "Banthe? Bagaimana anda bisa tahu saya berada di sini?" Gayatri hanya tersenyum dan menjawab "Wirota, hutan bagaikan rumahku. Aku sudah tiga bulan bertapa di sekitar hutan ini, dan aku juga sudah melihat peperangan kalian." Ah. Gayatri. aku

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Senjata Pamungkas

    "Siapa kamu dan mengapa kamu ada di sini?" gertak Banyak Wungu. "Ssa...saya penduduk di sini, Eeeh...saya mencari kucing saya yang lari ke sini, " jawab orang itu ketakutan. Banyak Wungu mengamati orang itu dengan seksama lalu bertanya lagi "Bukankah para penduduk yang masih ada di sini seharusnya beristirahat karena besok dini hari kalian sudah harus pergi dari sini!" Orang itu tampaknya sudah terlalu lemas dan sulit berkata-kata lagi. mungkin karena seluruh wajahnya sudah bengkak sehingga untuk bicarapun terasa sakit. "Baiklah, mungkin kamu perlu sedikit disiksa supaya mau bicara!" Banyak Wungu mengeluarkan sebilah pisau, bersiap mengiris kulit tawanannnya. Tiba-tiba Wirota mendengar suara kelebatan di balik pepohonan di antara para prajurit yang berkerumun. Sejurus kemudian, dia merasakan desir angin tipis melaju di depannya. Begitu samar sehingga hanya orang yang berilmu kanuragan tingkat tinggi saja yang bisa merasakannya. Mendadak Wirota menyadari sesuatu, tapi ter

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Telik Sandi Majapahit

    Seketika Ra Kembar tersentak. Dia seolah mendapatkan energi baru."Blaaar...blaar...blaaar!"Suara ledakan dari hulu meriam rampasan dari pasukan Mongol, menembakan pelurunya ke arah dinding benteng. Setelah beberapa kali menembakan peluru meriam, benteng batu bata setinggi 10 meter itupun tak lama kemudian roboh. Beberapa prajurit yang berdiri di dekat tembok benteng seketika tertimbun reruntuhan batu tembok.Terdengar teriakan pasukan Majapahit menyerbu kota. Ra Kembar dengan semangat baru menghajar pasukan Tigangjuru yang mencoba mendekatinya dengan cambuknya. Beberapa prajurit Tigangjuru yang terkena sabetan cambuknya yang berujung pisau tajam terlempar dengan luka-luka di sekujur tubuh mereka. ujung-ujung pisau itu telah dilumuri ramuan racun. Sehingga dalam sekejap para prajurit itu sekarat dan gugur."Ha ha ha ha sekarang kalian sudah terkepung seperti tikus sawah yang digropyok petani!" Ra Kembar berseru sambil menyabetkan cambuknya ke segala arah.Celaka, mereka membawa meria

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status