Share

Sheet 2

Penulis: Rose Marberry
last update Terakhir Diperbarui: 2020-12-20 13:16:09

Kesepian sudah menjadi nama tengahku sejak dulu. Walau sudah terbiasa dengan kesepian, tapi entah kenapa malam ini aku merasakan kekosongan. Aku ingin ditemani entah membahas apa. 

Walau sudah malam, tapi aku malah menyeduh teh dan menikmati sendiri di barstool ditemani roti sisa dari toko. Aku mencubit sedikit dan mencelupkan roti dalam cangkir berisi teh panas. Menu sarapan yang kupakai untuk makan malam, padahal tadi sekitar pukul 8 malam aku sudah makan malam dan sekarang pukul 10.40. Harusnya aku sudah tidur dan besok bersiap pergi ke toko, tapi banyak pikiran yang menganggu. Apalagi percakapan dengan Mommy berakhir begitu saja. 

Aku beralasan aku hanya kelelahan bukan hamil, walau Mommy juga akan tahu aku hamil. 

Huh, si bajingan itu merusak segalanya. Jika tidak, Mommy dan Daddy adalah orang pertama yang tahu kabar gembira ini, tapi sekarang aku hanya menyembunyikan kehamilan ini, sampai aku menemukan waktu yang tepat. Karena jika sekarang, pasti Daddy akan heboh bagaimana si bajingan itu berpisah dariku saat aku tengah mengandung buah hati kami. Walau Bryce tidak tahu kondisiku sebenarnya, tapi dia tetap bajingan. 

Saat teh hangat masuk dalam perutku, semuanya terasa hangat dan membuatku mual sekarang. Andai saja Kelsea di sini, aku akan mengajaknya tinggal di sini dan menceritakan segalanya padanya. Terkadang, ada hal yang kami simpan sendirian tanpa Mommy dan Daddy tahu. Seperti alasan sebenarnya Kelsea memilih sekolah di Indonesia, hanya aku yang tahu alasan sebenarnya. Di antara aku dan Kelsea memang tak ada rahasia. 

Aku berangkat dari barstool dan mencari ponselku, dan hendak menelpon Kelsea. Tapi di tempat Kelsea pukul berapa? Jika dia mengangkat berarti dia tidak sibuk atau tidur. 

"Apa sih? Masih subuh nih. Udah kayak nenek aja, bangunin subuh-subuh. Aku tuh masih rindu selimut nih." omel Kelsea dengan wajah bantalnya. Walau aku perempuan, tapi entah kenapa suka sekali melihat wajah saudariku itu. Wajah Kelsea adalah type wajah yang tak bosan dipandang, dan begitu manis. Walau di tengah cemberut sekarang, tetap saja wajahnya enak dipandang. Bukan sepertiku yang wajahnya seperti singa jantan saat bangun tidur. Apa alasan ini juga yang membuat si bajingan Bryce menceraikanku? Huh, bajingan sialan! 

"Eh sorry-sorry. Di sana jam berapa memangnya?" Kelsea menutup matanya dengan sebelah tangan dan menaikan ponselnya. Ia terlihat memakai tanktop berwarna abu-abu dengan rambut tebalnya walau wajahnya selalu sedap dipandang. 

"Jam 6! Masih ngantuk, aku ingin hari ini bangun jam 10. Bentar lagi nenek ngomel, bilang anak gadis pemalas, nanti tak dapat jodoh, rezeki hilang dipatok ayam. Suruh olahraga bla-bla." adu Kelsea, aku malah tertawa. Ah aku merindukan saudariku. Andai Kelsea di sini, hidupku takkan kesepian. Aku merasakan kesepian saat Kelsea memilih pindah terkadang bermain bersama Verena, tapi usia yang cukup jauh yang membuatku terkadang tak nyaman membicarakan masalah dewasa dengan Verena. Walau Verena bukan orang yang suka mengomel seperti Kelsea, tapi Kelsea adalah seorang pendengar yang baik dan dia ahli dalam memberi nasehat dan solusi. 

"Yaudah tidur lagi." 

"Telat! Udah diganggu nggak bisa tidur lagi, entar pusing. Trus nenek ngomel lagi, katanya tidur terus." Aku tersenyum dan menggeleng, jika tahu nenek suka menggeleng, kenapa tidak hidup sepertiku yang mandiri? Hidup dengan Mommy juga enak, walau Mommy juga suka mengomel tapi yang aku ingat saat kami masih kecil, sekarang kami sudah besar dan dewasa jadi mungkin Mommy sadar dan tidak mengomel sembarangan. 

"Oh iya kata Mommy, kamu mau kesini? Nanti tinggal sama aku aja di flat." 

"Nanti, aku udah pesan tiket." Aku mengangguk. Kelsea memang cukup sering bolak-balik Indonesia-Jerman entah empat bulan sekali atau saat libur semester atau malah sebulan satu kali, saat ada hal urgent. Jadi saat Kelsea pulang ke rumah, bukan hal yang baru lagi. Apalagi, ia mempunyai kewarganegaraan ganda. Kelsea mungkin datang untuk mengurus kewarganegaraan miliknya. 

"Jadi—akhirnya kamu memilih Jerman?" 

"Ya! Walau tinggal di sini, Germany still the best choice. Aku belum tahu bagaimana nasibku ke depan, tapi saat punya anak aku ingin anak-anakku mendapat pendidikan terbaik dan gratis jadi, pilih Jerman seperti Daddy." 

"Wah, sudah mikir kesana. Pasti sudah ada calon ya? Ah aku turut senang." ujarku dengan binar bahagia. Jika saudariku bahagia, maka aku lebih bahagia. Kelsea itu seperti belahan jiwaku yang lain, jika ia merasa sedih makan aku akan ikut bersedih, jika ia bahagia maka aku lebih bahagia. 

"Calon matamu! Mana ada punya pacar, aku lihat nenek sering ngawasin cuman belum ada yang sreg aja." Aku tersenyum, sedikit banyak tahu makna di balik ucapan Kelsea barusan. 

"Ya-ya. Aku tetap berharap kamu mendapatkan yang terbaik." Aku menunduk dan meneguk habis teh yang sudah dingin dan rasanya lebih manis saat masih panas. 

"Jadi?" Aku meremas sedikit ponselku. Saudariku tahu, terkadang menelpon seperti ini, bukan hanya acara basa-basi untuk melepas rindu, tapi ada banyak hal yang ingin kujelaskan. 

"A-aku hamil." Aku berkata sedikit gugup dan juga penasaran bagaimana reaksi Kelsea. Kukira ia akan berteriak heboh karena akan mendapatkan keponakan tapi wajah Kelsea hanya datar. 

"Kayaknya aku udah tahu." Aku melototkan mataku. Sejak kapan? Bukankah tidak ada yang tahu jika aku hamil? Bahkan Bryce—kenapa si bajingan ini disebut? 

"K-kok bisa? Padahal aku belum cerita pada orang lain.". 

"Mommy beritahu." jawab Kelsea santai. Mommy tahu? Kok bisa? Bagaimana bisa? Tahu dari mana? Apa Mommy cenayang? 

"Oh ya? Kapan itu?" 

"Semalam. Kayaknya pas Mommy bilang pulang dari toko roti. Kukira kamu sudah beritahu Mommy." Aku menggeleng. Aku sama sekali memberitahu Mommy. Bahkan, aku bilang aku baik-baik saja dan sengaja menepuk perutku di depan Mommy meyakinkan Mommy perutku rata dan tidak ada isi. Atau mungkin naluri orang tua? Ya mungkin semua orang tua tahu, jika anaknya sedang mengandung. Tapi aku harus memastikan sendiri ke Mommy. 

Besok setelah pulang dari toko roti aku harus ke rumah Mommy dan memastikan semuanya. Walau jawaban paling masuk akal adalah naluri seorang ibu. 

"Oi melamum aja?" 

"Ngh. Ah iya, udah malam aku tidur dulu." Aku melambaikan tanganku ke arah kamera dan memutuskan panggilan. Ah, berita dari Mommy bikin overthinking dan berhasil membuatku terjaga semalaman. Dan tidak munafik, aku merindukan sentuhan si bajingan itu. 

Ya Tuhan, semoga Bryce mati secepatnya!

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

Aku melajukan mobilku dengan pelan, ke rumah Mommy. Padahal biasanya aku lebih memilih jalan kaki. Tapi jarak antara flat dan rumah Mommy sekitar satu jam lebih, dan juga jarak stasiun ke rumah Mommy juga jauh. Mommy lebih memilih rumah di pinggir kota dengan banyak halaman luas dan banyak tumbuhan sekitar. Walau saat musim dingin bencana, karena kita harus menyekop salju terlebih dahulu jika ingin keluar dan jalanan terlalu licin. Jika boleh jujur, aku benci musim dingin tapi aku menikmati setiap pergantian musim. Musim favoritku adalah musim semi. Aku iri dengan Kelsea yang diberkahi dengan matahari yang selalu bersinar sempurna. 

Sekarang akhir musim panas memasuki musim gugur dan masih banyak musim panen. Ini adalah musim favorit Mommy saat bercocok tanam dan memanen. Walau aku kasihan saat musim dingin tiba semua tanaman Mommy mati tersisa batang dan ranting, tapi saat musim semi semuanya kembali bersinar. 

Aku memakai coat tebal, karena cuaca sudah dingin sekarang. Dan juga sengaja menutupi tubuhku, walau aku tak bisa lagi membohongi jika aku hamil sekarang. Mommy sudah tahu, dan mungkin seluruh anggota keluar sudah tahu jika aku hamil. Mungkin, kami bisa merayakan bersama walau tanpa suami. Hingga detik ini, aku masih belum percaya si bajingan Bryce tega mencampakkan aku. Padahal, aku selalu berusaha memberi yang terbaik untuknya dan juga dia yang memaksaku untuk menikah padahal aku berkali-kali menolaknya karena usiaku masih muda. Tapi, Bryce berkali-kali meyakinkan aku, akhirnya aku menerima lamarannya. Dulu—si bajingan itu bersikap sangat manis dan gentleman. Tapi ia sudah mendapatkan semuanya dan merasa bosan maka ia pergi begitu saja. Setiap detik aku selalu mendoakan agar Bryce mati secepatnya. 

Aku tiba-tiba mengerem mendadak. Apa yang kau pikirkan itu? Aku menggeleng, mencoba menghilangkan racun Bryce dari tubuhku. 

Aku bernapas lega saat melihat rumah Mommy sudah terlihat. Dalam rumah juga Mommy yang dekor sendiri, dengan warna putih dan abu-abu yang mendominasi di dalam padahal kata Daddy, Mommy tergila-gila dengan warna pink, tapi kata Mommy warna pink sekarang norak. Mommy lebih suka warna kalem sekarang, mungkin seiring bertambah usia selera juga bisa berubah. 

Aku melihat ada mobil Mommy untuk menjemput anak-anak sekolah, dan mobil Daddy belum terlihat. Berarti Daddy belum pulang kerja. 

Aku memencet bel, dan ada yang mengintip. Pasti Mommy. 

"Oh Mommy nggak sempat ke toko roti hari ini. Mommy lagi mau panen tomat sama cabe." Aku melihat Mommy masih memakai sarung tangan untuk memanen. 

Aku melepaskan coat dan menggantung di tempat dan masuk ke   dalam. 

"Yaudah aku bantu Mommy panen." 

"Strawberry Mommy banyak busuk dan dimakan burung." Aku menggeleng. Terkadang Mommy harus berebut dengan para burung aneh yang datang untuk memakan buah-buahan yang ada. 

Mommy membawa keranjang putih. Aku mengikuti Mommy dari belakang. 

"Itu apel Mommy ada beberapa buah." Aku menunjuk apel berwarna hijau. Masih ingat, saat masih kecil kami semua akan berebutan saat panen seperti ini. Apalagi Asher paling heboh, semua ingin dikuasai. Mentang-mentang dia paling kecil. Tapi sekarang aku bisa melihat, Asher jadi bijak walau masih manja pada Mommy, tapi ia dewasa di saat bersamaan. 

Aku mengambil apel tiga buah. Dan melihat Mommy menunduk dan melihat strawberry kesayangan Mommy yang sudah tertutup rumput. 

"Hampir seminggu Mommy nggak lihat ini. Pas lihat, dimakan burung semua. Tapi nggak papa, ini masih banyak dan bagus juga." Aku mengangguk dan membantu Mommy mengambil semua buah yang ada di depan kami. Aku ragu untuk menjelaskan kedatanganku. 

"Uhm... Apa Mommy tahu aku hamil?" Mommy yang sedang memegang gunting menoleh padaku. Akhirnya mengangguk. Apa Mommy menganggaapku pembohong sekarang?

"Mommy tahu kamu hamil." 

"Apa itu karena naluri seorang ibu?" 

Mommy memotong tomat yang besar dan segar terlihat sangat mengemaskan. Mommy meletakan di keranjang putih yang sudah berada di tanganku. 

"Ya, Mommy selalu tahu apa yang terjadi pada kalian." Aku menggigit bibirku dan berdoa semoga Mommy tidak mencium kabar aku berpisah dengan Bryce. Aku menunduk dan melihat beberapa strawberry matang yang terlihat hampir busuk. Aku memetiknya menggosok sedikit di baju dan memakannya. Rasanya manis. Aku suka blueberry, walau terkadang ada rasa asam. 

"Apa Mommy marah karena aku berbohong semalam?" tanyaku ragu. Walau dari ekspresi Mommy dan tingkahnya tidak terlihat marah sama sekali. 

"Tidak sayang. Mommy tidak marah. Duh, cabe mommy besar dan subur lagi. Mommy rindu makan sambal. Nanti Mommy buat sambal kita makan sama nasi panas dan ayam goreng." Aku mengangguk, dan menelan ludah. Demi apa bayangan nasi panas dan sambal Mommy terdengar begitu menggiurkan. Walau aku tidak kuat makan pedas. 

Aku melihat keranjang putih Mommy yang sudah tak muat lagi. 

"Ini sepertinya sudah Mommy. Mungkin besok dipanen lagi." Mommy berbalik dan melihat hasilnya. Sekilas senyum Kelsea mirip seperti senyum Mommy. 

Kami membawa hasil panen ke dalam dan Mommy mencucinya. Aku mencuci apel dan memakannya. Apel yang dimakan langsung dari pohon dengan apel yang beli di supermarket memang beda. Walau yang dijual di supermarket adalah apel terbaik tapi kesegarannya tak bisa diadu. 

"Sudah lama loh, Mommy nggak lihat Bryce." Aku berhenti mengunyah apel dan sibuk berpikir padahal aku tak punya jawaban atas pernyataan Mommy. 

Mommy mengambil baskom kecil, dengan pisau dan membelah tomat dan memisahkan cabai dari tangkainya dan juga Mommy membersihkan bawang. 

"Bryce sibuk Mommy." Aku sedikit menengadah ke atas. Apa aku harus jujur saja, daripada aku terus dihantui rasa bersalah karena terus membohongi Mommy dengan semua ini. Tapi aku tak tega memberitahu orang tuaku jika hubunganku kandas dalam hitungan bulan. 

"Tapi Bryce tetap perhatian kandungan kamu kan?" Rasanya seperti ditikam ombak tepat di ulu hati. Apel segar tadi langsung terasa pahit dan hambar di mulutku. Ya Tuhan, apa yang salah dengan diriku? 

"Oh iya Mommy. Nanti malam, kami akan berbelanja susu ibu hamil." dustaku dengan senyum yang dipaksakan. Mungkin Mommy bisa melihat kebohongan yang tercetak jelas di jidatku. Semoga Mommy tak bertanya lebih lanjut, karena aku tak siap untuk menyatakan kebenaran apapun di hadapan orang tuaku. Padahal awalnya Daddy sedikit tidak setuju karena tahu ujungnya seperti ini, dan juga aku yang meyakinkan mereka jika hubunganku bersama Bryce baik-baik saja. Tapi Bryce memutuskan semuanya sepihak tanpa tahu isi hatiku, apalagi isi perutku. 

"Sering-sering perhatikan kandungan. Kalau ada apa-apa bilang sama Mommy. Jangan stress, usahakan selalu berpikir positif." Aku mengangguk. Saat Mommy sudah menuju dapur dan memasak cabe, tomat dan bawang tadi. 

"Kata Kelsea dia mau pulang." Aku lupa, jika Mommy yang memberitahu duluan. Aku melihat Mommy menutup kuali saat minyak sedang mendidih karena menggoreng cabe. 

"Ya, dia akan milih kewarganegaraan bentar lagi udah 21 tahun." Kelsea pernah bilang, jika usia 21 tahun dia belum memilih kewarganegaraan maka, ia akan ditendang dari Jerman dalam artian tidak bisa lagi menjadi warga negara Jerman. Mommy pernah cerita bagaimana perjuangan menjadi warga negara Jerman. Tapi Mommy bilang, Mommy berjuang demi anak-anaknya mungkin ini juga yang jadi pertimbangan Kelsea memilih kewarganegaraan karena kedua orang tuanya sudah warga negara Jerman. 

"Berarti kami udah tua dong."

"Wah nyindir Mommy ya." Aku tertawa kecil, saat Mommy bergurau. Mommy mengambil kain dan menurunkan kuali dan menuangkan cabe dalam ulekan. Di Jerman tak ada jual barang ini, tentu saja Kelsea yang membawanya walau kata Mommy, bisa dicari di toko Asia walau rasanya sulit dijumpai. Mommy lebih senang berbelanja di pasar yang langsung dari petani dan juga berbelanja di toko Asia karena bisa menemukan banyak bumbu untuk memasak jika Mommy home sick. 

"Undang Bryce nanti kita makan malam bersama. Mungkin Mommy bisa memasak, makanan khas Indonesia seperti rendang atau gulai. Siapa tahu Bryce suka." Aku hanya tersenyum kecut. Dari tadi Mommy seperti sengaja memojokkan aku. Kurasa Mommy tahu sesuatu atau bahkan Mommy tahu segalanya? 

🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯

Kuharap kalian nggak bosan karena ini lebih mejelaskan ke kehidupan mereka sehari-hari aja. Sambil mencari jawaban kenapa Bryce seperti itu. Biar sekalian muncul ide, saudara-saudara Skye mau dibuat cerita yang seperti apa. 

Makasih udah baca💋💋💋💋💋🥰🥰🥰🥰.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
kmu hrs terus terang k mommy dn deddy mu jangan kmu ttupin kelakuan Bryce yg telah menceraikan mu jangan sampe mommy dn deddy mu tau dr orang lain ..
goodnovel comment avatar
Nani Lestari
Kenapa harus bohong. Menciptakan kesulitan sendiri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 3

    "Asher! Mommy bilang, jangan colek makanan sembarangan." teriak Mommy dan Asher langsung berlari sambil memeluk Mommy dan mencium pipi Mommy.Seperti sudah menjadi tradisi, jika Kelsea pulang ke rumah, maka rumah akan heboh dan Mommy menyiapkan berbagai macam hidangan. Berhubung saudariku kesini, jadi aku akan menginap di rumah Mommy dan mungkin tidur bersama Kelsea. Aku ingin bercerita banyak dengannya.Aku hanya memperhatikan keluargaku tercinta yang sangat heboh dan ikut tersenyum. Walau aku sendiri tak bisa menjawab saat Mommy bertanya tentang Bryce. Aku berharap si bajingan itu mengangkat telepon dariku dan bisa bekerja sama, minimal Bryce hadir di sini 20 menit sedikit berbasa-basi dan ia bisa pamit karena masalah pekerjaan."Woi!" Aku menoleh ke belakang saat melihat Kelsea mengangetkanku. Dia begitu wangi dan terlihat sangat segar. Semenjak hamil aku memang tak terlalu bugar seperti orang normal, apalagi banyak pikiran yang mengganguku. Mu

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-26
  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 4

    Musim dingin sangat menyebalkan, dan sekarang aku harus merapatkan coat, sarung tangan dan dinginnya tetap saja terasa menusuk, walau pakaian sudah berlapis-lapis. Minus 3 derajat, itu yang tertulis di ponselku.Dingin membuatku ingin terus berada dalam ruangan, bergumul dengan selimut, tapi tuntutan pekerjaan yang membuatku harus bekerja. Padahal, aku bisa izin satu hari tidak datang ke toko, tapi di rumah juga aku selalu terlihat menyedihkan.Aku berjalan menuju ke toko roti walau tokonya sudah terlihat di depanku. Sudah ada pelanggan padahal biasanya pelanggan datang sekitar siang hari.Aku mendorong pintu masuk dan melihat Liesel sedang meletakan roti. Pagi-pagi dan aroma roti yang baru keluar dari oven adalah salah satu hal yang membuatku terus datang ke toko roti ini. Mungkin karena passion hingga aku terus melakukan semuanya walau terkadang toko roti sepi, walau sekarang kulihat semakin banyak yang tahu walau toko roti ini tempatnya kecil,

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-02
  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 5

    "Masuk saja." Aku memijit kepalaku mendadak pusing, mungkin karena efek berteriak terlalu kencang pada si bajingan itu.Walau aku merasa tak nyaman dengan bau-bau aneh sehabis bercinta atau sofa kami yang terlihat seperti orang habis membajak sawah tapi aku mempersilahkan Paula masuk dan menghitung uang pemasukan hari ini.Aku yakin Paula bisa mencium bau tubuhku yang aneh-aneh. Semoga ia merasa aman-aman saja dan tidak sampai pingsan."Jadi saat pelanggan kita yang datang dengan kekasihnya memberi uang tip yang banyak." Aku mengangguk tak mengerti dengan jalan pikiran si brengsek itu. Bryce memberi uang tip €1000. Akhirnya aku membagi rata bagi Paula dan Lisie walau aku yakin si brengsek itu berikan padaku. Bryce memang jahanam, membuatku terus saja sakit kepala.Dan sekarang, kepalaku terasa makin berdenyut-denyut dan perutku juga ikut berdenyut. Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan perutku?

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-07
  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 6

    Pesan dari Bryce membuat perasaanku memburuk. Aku bahkan tak mau pulang ke flat karena membuatku terus berpikiran. Akhirnya, aku memutuskan untuk tetap tinggal di rumah Mommy, menghabiskan waktu bersama Kelsea.Aku sedang sarapan walau bangun terlambat, karena tetap terjaga semalaman dan tak bersemangat sepanjang hari.Musim dingin memang membuatku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, padahal aku tak boleh bermalas-malasan, Mommy selalu mengajarkan kami untuk dispilin, musim dingin bukan menjadi alasan untuk bermalas-malasan."Hari ini Mommy masak soup buntut. Musim dingin kita butuh yang hangat-hangat." Aku tersenyum pada Mommy yang mulai sibuk di dapur. Wanita ini begitu lincah dan tak pernah merasa lelah, setiap hari bolak-balik ada saja yang dilakukan. Mommy bukan orang yang senang untuk berleha-leha, tangannya seolah dibuat untuk terus bekerja. Semangat Mommy perlu dicontoh, walau sekarang aku tak bersemangat sedikitpun.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-11
  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 7

    Kenyataan itu memang pahit. Satu-satunya cara agar tak mengetahui kenyataan pahit itu adalah tidak tahu. Sederhana sekali, tapi fakta ini tak berlaku bagiku. Aku seolah merangkak dan terjatuh dan ditimpakan batu besar dalam tubuhku.Aku meringkuk sedih sambil memeluk tubuhku sendiri. Sebenarnya aku sudah tahu hal ini, entah sudah beberapa tahun yang lalu. Saat itu aku tak sengaja mendengar perkataan Kelsea, Mommy dan daddy. Tapi aku berpura-pura tidak tahu, dan masih menolak kenyataan pahit ini. Walau bagaimanapun begitu faktanya.Aku bukan anak kandung Mommy! Kenyataan ini membuatku berpikir keras hingga aku jatuh sakit. Dan sekarang aku akan sakit jilid ke dua karena luka yang belum sembuh tersebut seolah diangkat lagi ke permukaan dan membuat tubuhku kembali berdarah-darah.Aku memikirkan bagaimana perjalanan sedari kecil, tidak! Otakku dan hatiku menolak keras. Bagaimana saat masih kecil, Mommy selalu menyayangiku sama seperti yang lain, bagai

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-12
  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 8 : Aku Membenci Dunia!

    Tubuhku menggigil. Semua masalah ini seolah tak henti datang untuk menyerangku.Aku butuh perlindungan, tapi ... Aku rasa aku sudah gila! Bayangkan, aku malah ingin meminta perlindungan pada Bryce padahal dia yang membuat semua kesialan ini padaku.Ingin aku bilang ke Mommy tentang hal ini, tapi aku juga sedang overthinking. Bagaimana dengan masa lalu orang tuaku. Apa aku bisa disebut cukup dewasa untuk meminta penjelasan Mommy? Apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku? Walau hatiku masih merasa sangat sedih sekarang, orang yang sangat perhatian padaku dengan segala kepedulian Mommy tapi ternyata Mommy bukan ibu kandungku. Apa sebenarnya Mommy orang jahat? Ya Tuhan ... Otakku bisa cepat kalau memikirkan ini.Apa aku juga bukan anak kandung Daddy? Daddy memang lebih cuek terhadap anak-anaknya. Bagiku, Mommy wanita luar biasa hingga membuatku bisa bertahan sejauh ini. Bagaimana aku selalu insecure dan overthinking karena para laki-laki menjadikanku

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-25
  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 9 : Dua Ibu Kandung

    Sore itu aku pulang! Walau rasanya seperti ingin berlari ke ujung dunia sambil berteriak, di mana keadilan? Kenapa? Kenapa semua ini terjadi padaku?Saat itu sudah hampir pukul 8 aku pulang ke rumah dengan keadaan hati yang hancur. Aku langsung jadi pendiam dan tak menegur siapa-siapa. Mommy, Daddy dan Kelsea bersikap tidak terjadi apa-apa, walau aku bisa melihat raut wajah Kelsea yang menahan kesal."Mommy tadi nelpon kenapa HP-nya mati?" Aku diam dan makan. Masalah ini terasa begitu berat buatku. Apa benar Mommy adalah wanita munafik? Tegakah aku mengatai wanita luar biasa ini?Aku hanya menyedok dua sendok dan langsung pergi. Rasanya benar-benar ingin mengamuk seperti Kelsea, biarkan aku diusir asal tahu kejelasan orang tuaku.Aku masuk ke kamar dan membanting pintu sekuat mungkin dan menangis sebisanya. Bagaimana orang tua yang aku percayai selama ini berbuat seperti ini padaku? Jadi aku ini anak siapa?Aku memeluk seli

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-30
  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 10 : Suamiku Mencintai Kakakku

    Daddy pernah bilang, jika sudah dewasa aku akan mengerti tentang nasibku sebenarnya. Tapi saat dewasa dan kurenungi semuanya, rasanya sama saja—hidupku selalu menyedihkan.Dulu, saat punya masalah dan memikirkan ibu kandung yang tak ada habisnya, ada si bajingan Bryce yang datang mengangguku dan menawarkan pengelaman terbaik, tapi saat ia sudah mendapatkan diriku, dengan mudahnya ia mencampakkan aku seperti bola pimpong.Mengetahui fakta tentang nasibku ada rasa yang membuatku ingin mengamuk dan menanyakan di mana keadilan dunia ini. Saat aku melihat Mommy yang selalu tersenyum di hadapan kami aku ingin berteriak di depan Mommy, kenapa Mommy bersikap seperti ini? Kenapa Mommy melakukan ini semua? Kenapa Mommy seolah terlihat bahagia terus-terusan padahal saat dewasa sedikit mengerti bagaimana rasanya disakitin. Mereka adalah orang tua yang hebat, tapi mereka juga orang tua yang kacau.Aku butuh Kelsea untuk bercerita, tapi aku masih gondok menging

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-03

Bab terbaru

  • KISSING MY EX-HUSBAND   END

    Toko roti Skye semakin dibuat besar, toko sebelah yang dulunya menjual minuman, sekarang juga menjadi milik Skye, karena Bryce kembali membelikan untuk istrinya.Wanita itu begitu sibuk mengurus toko roti miliknya, dengan perut buncit ke mana-mana.Ya, setelah hubungannya bersama sang suami kembali membaik, Skye dan Bryce sama-sama mengalah dan mengerti, jika dalam hubungan yang dibutuhkan adalah kerja sama tim. Mereka kompak untuk mengurus Lizzie, bocah itu sudah berusia tiga tahun sekarang."Bumil capek, ya. Biar aku pijitkan." Skye duduk sambil menarik napasnya, sekarang tubuhnya bengkak semua, karena tinggal menghitung hari melahirkan. Dia kesulitan untuk bernapas, walau tetap lincah untjk bekerja.Bryce berjongkok di depan istrinya, sambil memijit telapak kaki Skye yang bengkak semua.Mereka akan punya anak perempuan lagi, dan Skye akan menamai

  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 54: Sweet Revenge

    Mobilnya melaju di Heraut, Perancis Selatan. Dengan pemandangan saluran irigasi memancar, keluar dari titik pusat, layaknya jari-jari sepeda. Ditambah lahan pertanian segitiga menduduki strip sempit tanah antara parit.Sepanjang perjalan banyak disuguhi kebun anggur, yang merupakan produksi anggur terbaik di Perancis.Setiap kebun anggur berbentuk kotak tanpa berhubungan dengan yang lainnya.Bryce menikmati sedikit pemandangan itu, tapi bukan itu tujuan utamanya. Dia akan pergi menemui seseorang yang spesial. Laki-laki itu tersenyum miring, tidak berjumpa dengan sang tuan rumah.Sama seperti rumah-rumah yang lain, dia menaikkan kacamata hitam memastikan jika matanya tidak salah melihat di depan. Bryce menarik napas panjang. Tungkai kakinya berjalan dengan mantap menuju rumah yang dia tuju, butuh berjam-jam agar bisa sampai di sini.Bryce mengetuk pintu san

  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 53: Kejutan

    Dia punya keluarga yang utuh, keluarga yang harmonis. Skye tersenyum melihat interaksi keluarganya, hatinya menghangat dan diisi dengan kebahagiaan.Lizzie semakin besar menjadi anak yang sangat pintar. Bayi itu sedang bermain bersama Verena, walau berisik ternyata Verena sangat suka dengan anak kecil."Nampaknya kau bisa punya anak sekarang." ucap Asher pada Verena yang menatap adiknya."Bersama Mark." tambah Asher. Verena langsung mengeluarkan jari tengahnya pada Asher yang sudah terpingkal-pingkal, mereka sangat suka saling mengejek.Verena mencium pipi Lizzie, dan mengajak bertepuk tangan."Ouch, aku akan menjadi aunty kesayangan." Verena kembali memeluk Lizzie, dan menggelitik perut bayi itu yang membuatnya tertawa lucu dengan suara khas anak kecil yang menggemaskan.Keluarga heboh ini sedang bersantai, semenjak Bryce

  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 52: Melangkah Menuju Masa Depan

    Skye berharap sekarang adalah hujan, petir, badai, angin besar, agar hidupnya makin menyedihkan. Dia berjalan tanpa tujuan, dan tanpa sadar roda empat itu berputar ke tempat yang dulu sangat dia benci, kuburan Alicia.Skye terdiam beberapa saat, udara dingin menusuk kulitnya tapi dia masih terdiam di sana, menimbang akan turun dari mobil atau tidak, jujur saja sekarang dini hari, pukul 03 dini hari, lewat 21 menit, hanya orang gila yang datang kuburan pada dini hari. Skye berada dalam tahap hopeless.Skye menarik napas tak ikhlas, mencabut kunci mobil, merapatkan coat dan turun dari mobil, dengan cahaya senter di ponselnya, Skye memasuki pekarangan kuburan itu mengendap-endap jangan sampai dia menginjak ular atau binatang berbahaya yang lain. Ketika kakinya menginjak daun-daunan kering, Skye berdiri sebentar melihat keadaan sekeliling, setelah memastikan aman dia melanjutkan langkahnya.Ketika langkah k

  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 51: Pergi Tanpa Tujuan

    Skye tak ingin merepotkan orang tuanya, dan tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Bryce. Dia percaya laki-laki itu akan kembali, walau penantian itu telah berakhir, Bryce tidak muncul walau sudah dua minggu.Skye menghibur dirinya dengan terus mengajak Lizzie jalan-jalan.Kali ini Skye mengajak Lissie, walau dia sempat membenci Lissie karena Paula pada akhirnya Skye lebih terbuka, mengalahkan semua egonya demi kebahagiaannya.Rothenburg adalah salah satu kota abad pertengahan yang terbaik di Jerman. Dan hari ini adalah destinasi Skye dan Lissie, Skye ingin punya teman selama perjalanan. Ibunya sedang sibuk, Verena dan Asher sekolah. Setelah menyadari, Skye tahu dia tak punya banyak teman.Rothenburg juga disebut sebagai kota kartu pos, mulai dari museum yang mengkhususkan diri dalam elemen kriminal hingga mainan dan boneka.Wala

  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 50: He's Gone

    "Aku benar-benar jadi malaikatmu selama ini. Kau seharusnya memanggilku bidadari.""Baiklah, bidadari." jawab Skye dengan terpaksa sambil memutar bola matanya malas. Kelsea tertawa sambil membawa saudarinya dalam dekapan."Aku tanpamu butiran rinso." bisik Skye lagi, sambil mengejek Kelsea balik. Kelsea kembali tertawa."Setelah ini, kau harus menikah." pesan Skye, Kelsea kembali tersenyum, mereka saling melepaskan pelukan. Bryce hanya memperhatikan dua wanita itu berinteraksi, kasih sayang dan kerukunan kedua wanita itu tak pernah pudar, walau mereka sudah dewasa dan punya kehidupan masing-masing."Aku menikah, dan kau harus memberi aku keponakan lagi. Lizzie harus punya adik." Kelsea menyipitkan sebelah matanya ke arah Bryce, senyum laki-laki itu langsung mengembang."Kau tenang saja, itu bisa diatur." jawab Bryce tanpa dosa, memasang wajah tak bersalah sama sekali. Rasanya Skye ingin memukul kepala laki-laki itu den

  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 49: Menerima Kenyataan

    Skye jelas masih menyimpan dendam, dan juga benci pada mantan suaminya, tapi melihat Bryce yang sekarang membuatnya meleyot.Wanita itu masih terdiam, mengganti popok Lizzie, sesekali ekor matanya melirik pada Bryce yang sedang menyusun makanan di atas nakas. Keduanya sama-sama terdiam. Suhu tubuh Lizzie menurun, satu atau dua hari lagi, Lizzie bisa diizinkan pulang."Sudah pukul 9, kau sarapan dulu." Skye mencari di mana keberadaan jam dinding, benar jam bundar itu menunjukkan pukul sembilan lewat dua puluh menit, sudah lewat waktu yang banyak.Skye melihat banyak roti, berserta selai, sosis, dan juga madu serta jus."Kau sarapan saja, biar aku yang menyuapi Lizzie." Skye masih terdiam, tapi juga dia mendekati nakas sambil menarik kursi.Skye mengolesi roti dengan selai yang sudah Bryce siapkan, wanita itu melirik ke arah mantan suaminya yang begitu telaten menyuapi Lizzie, dan bayi itu mau makan. Wajah Lizzie masih l

  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 48: End Game

    Skye berlari dengan terburu-buru, walau sekarang sudah malam, tapi kata Baginda Ratu Lizzie langsung dibawa ke dokter. Wanita itu begitu panik, bayi kesayangannya tak pernah sakit serius."Skye!" Skye tidak peduli dengan teriakan itu, dia terus berlari, dan mencari di mana Lizzie. Skye buru-buru mengambil ponselnya, dan menelpon ibunya."Di ruangan mana?" tanya Skye berdiri, masih berusaha untuk mengatur napasnya.Wanita itu langsung menuju ruangan yang dimaksud, dan tanpa sadar membuka pintu ruangan begitu kuat, yang mengundang suara keras, dan membuat Lizzie terkejut dan terbangun.Tubuh Skye mendadak lemas, melihat bayinya berbaring tak berdaya, tak bersemangat seperti Lizzie yang biasanya."Baby, I'm so sorry. Mutter harusnya menjaga kamu." Tubuh Lizzie diberi infus karena kekurangan cairan. Bayi itu mengalami demam tinggi, dan mencret.Skye menangis, tak tega melihat kondisi Lizzie yang begitu lemas.

  • KISSING MY EX-HUSBAND   Sheet 47: New Bryce

    Lizzie sedang dideportasi, dan bayi itu seperti senang saja berpisah dengan ibunya. Lizzie anak yang manis.Skye menanti makan malam romantis ala mereka, dengan chef terbaik Bryce. Wanita itu mematut dirinya di depan cermin. Skye meyakinkan dirinya untuk bahagia sekarang, cukup sudah dia menderita selama ini.Rambut panjangnya sengaja dia ikat malam ini yang menampakkan leher jenjangnya. Skye merasa seperti kembali menjadi seorang gadis yang malu-malu pergi berkencan, walau dia senang Lizzie hadir untuknya.Skye keluar dari kamar, dan dia melihat Bryce sudah sibuk di dapur sedari tadi."Apa yang bisa kubantu?" Bryce yang sedang mengupas kentang hanya terdiam. Laki-laki itu begitu cepat kerjanya."Sebenarnya, aku sedang menghitung berapa nutrisi dalam makanan ini." Skye hanya menyipitkan matanya. Random sekali laki-laki ini."Kenapa dengan nutrisi?""Aku hanya menghitung, agar apa yang masuk da

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status