Toko roti Skye semakin dibuat besar, toko sebelah yang dulunya menjual minuman, sekarang juga menjadi milik Skye, karena Bryce kembali membelikan untuk istrinya.
Wanita itu begitu sibuk mengurus toko roti miliknya, dengan perut buncit ke mana-mana.
Ya, setelah hubungannya bersama sang suami kembali membaik, Skye dan Bryce sama-sama mengalah dan mengerti, jika dalam hubungan yang dibutuhkan adalah kerja sama tim. Mereka kompak untuk mengurus Lizzie, bocah itu sudah berusia tiga tahun sekarang.
"Bumil capek, ya. Biar aku pijitkan." Skye duduk sambil menarik napasnya, sekarang tubuhnya bengkak semua, karena tinggal menghitung hari melahirkan. Dia kesulitan untuk bernapas, walau tetap lincah untjk bekerja.
Bryce berjongkok di depan istrinya, sambil memijit telapak kaki Skye yang bengkak semua.
Mereka akan punya anak perempuan lagi, dan Skye akan menamai
"Eugh.." Aku mengeluh dengan nikmat, saat pria itu memasuki begitu dalam. Aku hanya mencengkram erat seprai. Dan dia semakin menghentakan begitu dalam naik turun, membuat kepalaku pusing karena nikmat dan tak ingin rasa nikmat ini pergi sekarang. "Ada yang ingin kukatakan." bisikku padanya. Bryce tersenyum, dan menggigit cupang telingaku dan menggodanya membuatku merasa tak karuan. Akhirnya aku memeluk belakang Bryce saat ia memasuki semakin dalam dan liar, harusnya aku mengingatkan dia jika aku sedang hamil. "Katakan saja." Aku hanya diam, setelah ini, setelah kami bergelung dengan kenikmatan dan aku ingin mengatakan kebahagiaan ini, aku hamil. Aku senang sekali, saat mengetahui kabar ini, dengan begini ada pengikat antara aku dan Bryce yang membuat kamu terus bersama. Bryce mencampai puncaknya dan aku merasakan rahimku hangat. "Aku juga ingin mengatakan satu hal padamu." Aku menutup tubuhku dengan selimut. Bryce berdiri masih
Dari dulu, aku suka anak kecil. Dan membuatku bercita-cita ingin menjadi seorang guru dan bisa berinteraksi dengan banyak anak kecil yang lucu dan mengemaskan. Dan benar saja, aku berhasil mengajar di salah satu taman kanak-kanak, yang membuat hidupku tak pernah sepi. Tapi saat tahu hamil dan rasanya seperti susah membagi waktu antara kehamilan dan waktu mengajar—aku tak ingin ada resiko kecelakaan kerja. Akhirnya, berdiskusi dengan orang tuaku, mommy dan daddy setuju akhirnya mereka memberi modal dan aku membuka toko roti yang membuatku hanya bekerja santai, tak terlalu banyak bergerak—aku takut kelelahan bisa membuat keguguran. Semua hanya toko roti kecil dan aku punya karyawan dua yang membantuku mengurus kue. Terkadang mommy datang membantu jika pekerjaan di rumah telah selesai. Aku mencium aroma roti yang sedang dipanggang, aroma roti juga menjadi alasanku untuk bisa mencium setiap saat dan mempunyai roti sendiri. Aku memakai apron dan masuk ke dapur
Kesepian sudah menjadi nama tengahku sejak dulu. Walau sudah terbiasa dengan kesepian, tapi entah kenapa malam ini aku merasakan kekosongan. Aku ingin ditemani entah membahas apa.Walau sudah malam, tapi aku malah menyeduh teh dan menikmati sendiri di barstool ditemani roti sisa dari toko. Aku mencubit sedikit dan mencelupkan roti dalam cangkir berisi teh panas. Menu sarapan yang kupakai untuk makan malam, padahal tadi sekitar pukul 8 malam aku sudah makan malam dan sekarang pukul 10.40. Harusnya aku sudah tidur dan besok bersiap pergi ke toko, tapi banyak pikiran yang menganggu. Apalagi percakapan dengan Mommy berakhir begitu saja.Aku beralasan aku hanya kelelahan bukan hamil, walau Mommy juga akan tahu aku hamil.Huh, si bajingan itu merusak segalanya. Jika tidak, Mommy dan Daddy adalah orang pertama yang tahu kabar gembira ini, tapi sekarang aku hanya menyembunyikan kehamilan ini, sampai aku menemukan waktu yang tepat. Karena jika sekarang,
"Asher! Mommy bilang, jangan colek makanan sembarangan." teriak Mommy dan Asher langsung berlari sambil memeluk Mommy dan mencium pipi Mommy.Seperti sudah menjadi tradisi, jika Kelsea pulang ke rumah, maka rumah akan heboh dan Mommy menyiapkan berbagai macam hidangan. Berhubung saudariku kesini, jadi aku akan menginap di rumah Mommy dan mungkin tidur bersama Kelsea. Aku ingin bercerita banyak dengannya.Aku hanya memperhatikan keluargaku tercinta yang sangat heboh dan ikut tersenyum. Walau aku sendiri tak bisa menjawab saat Mommy bertanya tentang Bryce. Aku berharap si bajingan itu mengangkat telepon dariku dan bisa bekerja sama, minimal Bryce hadir di sini 20 menit sedikit berbasa-basi dan ia bisa pamit karena masalah pekerjaan."Woi!" Aku menoleh ke belakang saat melihat Kelsea mengangetkanku. Dia begitu wangi dan terlihat sangat segar. Semenjak hamil aku memang tak terlalu bugar seperti orang normal, apalagi banyak pikiran yang mengganguku. Mu
Musim dingin sangat menyebalkan, dan sekarang aku harus merapatkan coat, sarung tangan dan dinginnya tetap saja terasa menusuk, walau pakaian sudah berlapis-lapis. Minus 3 derajat, itu yang tertulis di ponselku.Dingin membuatku ingin terus berada dalam ruangan, bergumul dengan selimut, tapi tuntutan pekerjaan yang membuatku harus bekerja. Padahal, aku bisa izin satu hari tidak datang ke toko, tapi di rumah juga aku selalu terlihat menyedihkan.Aku berjalan menuju ke toko roti walau tokonya sudah terlihat di depanku. Sudah ada pelanggan padahal biasanya pelanggan datang sekitar siang hari.Aku mendorong pintu masuk dan melihat Liesel sedang meletakan roti. Pagi-pagi dan aroma roti yang baru keluar dari oven adalah salah satu hal yang membuatku terus datang ke toko roti ini. Mungkin karena passion hingga aku terus melakukan semuanya walau terkadang toko roti sepi, walau sekarang kulihat semakin banyak yang tahu walau toko roti ini tempatnya kecil,
"Masuk saja." Aku memijit kepalaku mendadak pusing, mungkin karena efek berteriak terlalu kencang pada si bajingan itu.Walau aku merasa tak nyaman dengan bau-bau aneh sehabis bercinta atau sofa kami yang terlihat seperti orang habis membajak sawah tapi aku mempersilahkan Paula masuk dan menghitung uang pemasukan hari ini.Aku yakin Paula bisa mencium bau tubuhku yang aneh-aneh. Semoga ia merasa aman-aman saja dan tidak sampai pingsan."Jadi saat pelanggan kita yang datang dengan kekasihnya memberi uang tip yang banyak." Aku mengangguk tak mengerti dengan jalan pikiran si brengsek itu. Bryce memberi uang tip €1000. Akhirnya aku membagi rata bagi Paula dan Lisie walau aku yakin si brengsek itu berikan padaku. Bryce memang jahanam, membuatku terus saja sakit kepala.Dan sekarang, kepalaku terasa makin berdenyut-denyut dan perutku juga ikut berdenyut. Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan perutku?
Pesan dari Bryce membuat perasaanku memburuk. Aku bahkan tak mau pulang ke flat karena membuatku terus berpikiran. Akhirnya, aku memutuskan untuk tetap tinggal di rumah Mommy, menghabiskan waktu bersama Kelsea.Aku sedang sarapan walau bangun terlambat, karena tetap terjaga semalaman dan tak bersemangat sepanjang hari.Musim dingin memang membuatku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, padahal aku tak boleh bermalas-malasan, Mommy selalu mengajarkan kami untuk dispilin, musim dingin bukan menjadi alasan untuk bermalas-malasan."Hari ini Mommy masak soup buntut. Musim dingin kita butuh yang hangat-hangat." Aku tersenyum pada Mommy yang mulai sibuk di dapur. Wanita ini begitu lincah dan tak pernah merasa lelah, setiap hari bolak-balik ada saja yang dilakukan. Mommy bukan orang yang senang untuk berleha-leha, tangannya seolah dibuat untuk terus bekerja. Semangat Mommy perlu dicontoh, walau sekarang aku tak bersemangat sedikitpun.
Kenyataan itu memang pahit. Satu-satunya cara agar tak mengetahui kenyataan pahit itu adalah tidak tahu. Sederhana sekali, tapi fakta ini tak berlaku bagiku. Aku seolah merangkak dan terjatuh dan ditimpakan batu besar dalam tubuhku.Aku meringkuk sedih sambil memeluk tubuhku sendiri. Sebenarnya aku sudah tahu hal ini, entah sudah beberapa tahun yang lalu. Saat itu aku tak sengaja mendengar perkataan Kelsea, Mommy dan daddy. Tapi aku berpura-pura tidak tahu, dan masih menolak kenyataan pahit ini. Walau bagaimanapun begitu faktanya.Aku bukan anak kandung Mommy! Kenyataan ini membuatku berpikir keras hingga aku jatuh sakit. Dan sekarang aku akan sakit jilid ke dua karena luka yang belum sembuh tersebut seolah diangkat lagi ke permukaan dan membuat tubuhku kembali berdarah-darah.Aku memikirkan bagaimana perjalanan sedari kecil, tidak! Otakku dan hatiku menolak keras. Bagaimana saat masih kecil, Mommy selalu menyayangiku sama seperti yang lain, bagai
Toko roti Skye semakin dibuat besar, toko sebelah yang dulunya menjual minuman, sekarang juga menjadi milik Skye, karena Bryce kembali membelikan untuk istrinya.Wanita itu begitu sibuk mengurus toko roti miliknya, dengan perut buncit ke mana-mana.Ya, setelah hubungannya bersama sang suami kembali membaik, Skye dan Bryce sama-sama mengalah dan mengerti, jika dalam hubungan yang dibutuhkan adalah kerja sama tim. Mereka kompak untuk mengurus Lizzie, bocah itu sudah berusia tiga tahun sekarang."Bumil capek, ya. Biar aku pijitkan." Skye duduk sambil menarik napasnya, sekarang tubuhnya bengkak semua, karena tinggal menghitung hari melahirkan. Dia kesulitan untuk bernapas, walau tetap lincah untjk bekerja.Bryce berjongkok di depan istrinya, sambil memijit telapak kaki Skye yang bengkak semua.Mereka akan punya anak perempuan lagi, dan Skye akan menamai
Mobilnya melaju di Heraut, Perancis Selatan. Dengan pemandangan saluran irigasi memancar, keluar dari titik pusat, layaknya jari-jari sepeda. Ditambah lahan pertanian segitiga menduduki strip sempit tanah antara parit.Sepanjang perjalan banyak disuguhi kebun anggur, yang merupakan produksi anggur terbaik di Perancis.Setiap kebun anggur berbentuk kotak tanpa berhubungan dengan yang lainnya.Bryce menikmati sedikit pemandangan itu, tapi bukan itu tujuan utamanya. Dia akan pergi menemui seseorang yang spesial. Laki-laki itu tersenyum miring, tidak berjumpa dengan sang tuan rumah.Sama seperti rumah-rumah yang lain, dia menaikkan kacamata hitam memastikan jika matanya tidak salah melihat di depan. Bryce menarik napas panjang. Tungkai kakinya berjalan dengan mantap menuju rumah yang dia tuju, butuh berjam-jam agar bisa sampai di sini.Bryce mengetuk pintu san
Dia punya keluarga yang utuh, keluarga yang harmonis. Skye tersenyum melihat interaksi keluarganya, hatinya menghangat dan diisi dengan kebahagiaan.Lizzie semakin besar menjadi anak yang sangat pintar. Bayi itu sedang bermain bersama Verena, walau berisik ternyata Verena sangat suka dengan anak kecil."Nampaknya kau bisa punya anak sekarang." ucap Asher pada Verena yang menatap adiknya."Bersama Mark." tambah Asher. Verena langsung mengeluarkan jari tengahnya pada Asher yang sudah terpingkal-pingkal, mereka sangat suka saling mengejek.Verena mencium pipi Lizzie, dan mengajak bertepuk tangan."Ouch, aku akan menjadi aunty kesayangan." Verena kembali memeluk Lizzie, dan menggelitik perut bayi itu yang membuatnya tertawa lucu dengan suara khas anak kecil yang menggemaskan.Keluarga heboh ini sedang bersantai, semenjak Bryce
Skye berharap sekarang adalah hujan, petir, badai, angin besar, agar hidupnya makin menyedihkan. Dia berjalan tanpa tujuan, dan tanpa sadar roda empat itu berputar ke tempat yang dulu sangat dia benci, kuburan Alicia.Skye terdiam beberapa saat, udara dingin menusuk kulitnya tapi dia masih terdiam di sana, menimbang akan turun dari mobil atau tidak, jujur saja sekarang dini hari, pukul 03 dini hari, lewat 21 menit, hanya orang gila yang datang kuburan pada dini hari. Skye berada dalam tahap hopeless.Skye menarik napas tak ikhlas, mencabut kunci mobil, merapatkan coat dan turun dari mobil, dengan cahaya senter di ponselnya, Skye memasuki pekarangan kuburan itu mengendap-endap jangan sampai dia menginjak ular atau binatang berbahaya yang lain. Ketika kakinya menginjak daun-daunan kering, Skye berdiri sebentar melihat keadaan sekeliling, setelah memastikan aman dia melanjutkan langkahnya.Ketika langkah k
Skye tak ingin merepotkan orang tuanya, dan tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Bryce. Dia percaya laki-laki itu akan kembali, walau penantian itu telah berakhir, Bryce tidak muncul walau sudah dua minggu.Skye menghibur dirinya dengan terus mengajak Lizzie jalan-jalan.Kali ini Skye mengajak Lissie, walau dia sempat membenci Lissie karena Paula pada akhirnya Skye lebih terbuka, mengalahkan semua egonya demi kebahagiaannya.Rothenburg adalah salah satu kota abad pertengahan yang terbaik di Jerman. Dan hari ini adalah destinasi Skye dan Lissie, Skye ingin punya teman selama perjalanan. Ibunya sedang sibuk, Verena dan Asher sekolah. Setelah menyadari, Skye tahu dia tak punya banyak teman.Rothenburg juga disebut sebagai kota kartu pos, mulai dari museum yang mengkhususkan diri dalam elemen kriminal hingga mainan dan boneka.Wala
"Aku benar-benar jadi malaikatmu selama ini. Kau seharusnya memanggilku bidadari.""Baiklah, bidadari." jawab Skye dengan terpaksa sambil memutar bola matanya malas. Kelsea tertawa sambil membawa saudarinya dalam dekapan."Aku tanpamu butiran rinso." bisik Skye lagi, sambil mengejek Kelsea balik. Kelsea kembali tertawa."Setelah ini, kau harus menikah." pesan Skye, Kelsea kembali tersenyum, mereka saling melepaskan pelukan. Bryce hanya memperhatikan dua wanita itu berinteraksi, kasih sayang dan kerukunan kedua wanita itu tak pernah pudar, walau mereka sudah dewasa dan punya kehidupan masing-masing."Aku menikah, dan kau harus memberi aku keponakan lagi. Lizzie harus punya adik." Kelsea menyipitkan sebelah matanya ke arah Bryce, senyum laki-laki itu langsung mengembang."Kau tenang saja, itu bisa diatur." jawab Bryce tanpa dosa, memasang wajah tak bersalah sama sekali. Rasanya Skye ingin memukul kepala laki-laki itu den
Skye jelas masih menyimpan dendam, dan juga benci pada mantan suaminya, tapi melihat Bryce yang sekarang membuatnya meleyot.Wanita itu masih terdiam, mengganti popok Lizzie, sesekali ekor matanya melirik pada Bryce yang sedang menyusun makanan di atas nakas. Keduanya sama-sama terdiam. Suhu tubuh Lizzie menurun, satu atau dua hari lagi, Lizzie bisa diizinkan pulang."Sudah pukul 9, kau sarapan dulu." Skye mencari di mana keberadaan jam dinding, benar jam bundar itu menunjukkan pukul sembilan lewat dua puluh menit, sudah lewat waktu yang banyak.Skye melihat banyak roti, berserta selai, sosis, dan juga madu serta jus."Kau sarapan saja, biar aku yang menyuapi Lizzie." Skye masih terdiam, tapi juga dia mendekati nakas sambil menarik kursi.Skye mengolesi roti dengan selai yang sudah Bryce siapkan, wanita itu melirik ke arah mantan suaminya yang begitu telaten menyuapi Lizzie, dan bayi itu mau makan. Wajah Lizzie masih l
Skye berlari dengan terburu-buru, walau sekarang sudah malam, tapi kata Baginda Ratu Lizzie langsung dibawa ke dokter. Wanita itu begitu panik, bayi kesayangannya tak pernah sakit serius."Skye!" Skye tidak peduli dengan teriakan itu, dia terus berlari, dan mencari di mana Lizzie. Skye buru-buru mengambil ponselnya, dan menelpon ibunya."Di ruangan mana?" tanya Skye berdiri, masih berusaha untuk mengatur napasnya.Wanita itu langsung menuju ruangan yang dimaksud, dan tanpa sadar membuka pintu ruangan begitu kuat, yang mengundang suara keras, dan membuat Lizzie terkejut dan terbangun.Tubuh Skye mendadak lemas, melihat bayinya berbaring tak berdaya, tak bersemangat seperti Lizzie yang biasanya."Baby, I'm so sorry. Mutter harusnya menjaga kamu." Tubuh Lizzie diberi infus karena kekurangan cairan. Bayi itu mengalami demam tinggi, dan mencret.Skye menangis, tak tega melihat kondisi Lizzie yang begitu lemas.
Lizzie sedang dideportasi, dan bayi itu seperti senang saja berpisah dengan ibunya. Lizzie anak yang manis.Skye menanti makan malam romantis ala mereka, dengan chef terbaik Bryce. Wanita itu mematut dirinya di depan cermin. Skye meyakinkan dirinya untuk bahagia sekarang, cukup sudah dia menderita selama ini.Rambut panjangnya sengaja dia ikat malam ini yang menampakkan leher jenjangnya. Skye merasa seperti kembali menjadi seorang gadis yang malu-malu pergi berkencan, walau dia senang Lizzie hadir untuknya.Skye keluar dari kamar, dan dia melihat Bryce sudah sibuk di dapur sedari tadi."Apa yang bisa kubantu?" Bryce yang sedang mengupas kentang hanya terdiam. Laki-laki itu begitu cepat kerjanya."Sebenarnya, aku sedang menghitung berapa nutrisi dalam makanan ini." Skye hanya menyipitkan matanya. Random sekali laki-laki ini."Kenapa dengan nutrisi?""Aku hanya menghitung, agar apa yang masuk da