"Masuk saja." Aku memijit kepalaku mendadak pusing, mungkin karena efek berteriak terlalu kencang pada si bajingan itu.
Walau aku merasa tak nyaman dengan bau-bau aneh sehabis bercinta atau sofa kami yang terlihat seperti orang habis membajak sawah tapi aku mempersilahkan Paula masuk dan menghitung uang pemasukan hari ini.
Aku yakin Paula bisa mencium bau tubuhku yang aneh-aneh. Semoga ia merasa aman-aman saja dan tidak sampai pingsan.
"Jadi saat pelanggan kita yang datang dengan kekasihnya memberi uang tip yang banyak." Aku mengangguk tak mengerti dengan jalan pikiran si brengsek itu. Bryce memberi uang tip €1000. Akhirnya aku membagi rata bagi Paula dan Lisie walau aku yakin si brengsek itu berikan padaku. Bryce memang jahanam, membuatku terus saja sakit kepala.
Dan sekarang, kepalaku terasa makin berdenyut-denyut dan perutku juga ikut berdenyut. Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan perutku?
Paula pamit, aku langsung berbaring karena tak tahan dengan perutku yang makin berdenyut. Sepertinya perutku merasakan kram.
Aku terus meringkuk sambil memegang perutku. Tak tahan, aku bangun minum air hangat dan sepertinya tidak terpengaruh sama sekali.
Akhirnya aku menelpon Mommy.
"Mommy."
"Kenapa suaranya begitu?"
"Aduh nggak tahu, perutnya terasa melilit. Perutku kram."
"Wait! Tunggu Mommy kita ke dokter ya." Aku mengangguk walau Mommy tak bisa melihat. Rumah Mommy dan flat-ku jaraknya jauh. Apalagi sekarang jalanan licin. Walau perutku merasa tak nyaman, tapi aku memaksa berendam air hangat. Karena tak mau Mommy mencium bau-bau aneh.
Hampir satu jam aku berendam air hangat. Saat berendam perutku mereda saat bangun kram itu lagi-lagi kurasakan.
Aku bersiap-siap dengan memakai pakaian musim dingin yang berlapis-lapis. Kasian Mommy, aku harus merepotkannya. Walau tak ada orang lain yang bisa minta tolong. Hidupku rupanya sangat menyedihkan, aku tak punya siapa-siapa untuk dimintai tolong.
Kelsea masih berlibur di sini, tapi Kelsea buta dengan informasi ibu hamil jadi satu-satunya memang Mommy. Semoga Mommy tidak terjebak dengan salju. Aku semakin merasa bersalah. Sepertinya karena habis bercinta tadi. Si bajingan Bryce hanya membawa sial dalam hidupku, setelah itu dia pergi.
Sial sekali hidupnya.
Saat aku membereskan sofa sisa percintaan. Mommy menekan bel. Aku membuka pintu dan melihat Mommy yang tenggelam dalam coat tebal berwarna pink. Mommy itu kecil dan pendek jadi pakai seperti ini ia akan tenggelam walau ia jadi Mommy yang luar biasa dan begitu lincah.
"Mau ke dokter sekarang?" Aku mengangguk. Mengambil tas dan keluar dari flat. Salju tidak turun sekarang tapi menutupi jalan bahkan di bawah flat sudah penuh salju.
Mommy membawa mobil walau harus berhati-hatilah karena jalanan begitu licin.
"Sekarang masih sakit?" Aku mengangguk, sambil menahan perutku. Rasanya tak terlalu menusuk seperti tadi tapi masih berdenyut-denyut.
"Salah makan atau gimana?" Aku hanya diam. Malu ingin menjawab karena habis bercinta rasanya begitu memalukan.
"Uhm... Habis bercinta." Darah langsung berkumpul di pipiku dan rasanya dan pasti terlihat seperti paprika matang.
"Ouh. Harusnya memang diperhatikan, soalnya kalau orgasme kan berdenyut. Mommy pernah bertanya ini, kata dokter tak masalah tapi kita pastiin aja ya."
"Maaf Mommy merepotkan."
"Jadi kamu mau merepotkan siapa lagi kalau bukan Mommy?" Aku hanya tertunduk malu. Setelah berkeluarga aku seperti malu untuk meminta tolong atau menyusahkan Mommy seperti sekarang. Mommy tak pernah merasa keberatan menolong anak-anaknya.
"Sayang Mommy. Sebentar lagi Mommy punya cucu." Usia Mommy masih begitu muda dan belum terlalu tua. Walau aku tahu, Mommy lebih tua dari Daddy.
Kami sampai di klinik. Dokter yang menjadi langganan Mommy. Kata Mommy, dokter ini menjadi dokter langganan Mommy semenjak hamil Kelsea. Bahkan, kami berempat semuanya lahir di sini. Sepertinya Daddy tidak kreatif untuk memilih tempat lain melahirkan kami di tempat yang berbeda atau di negara yang berbeda.
"Merasakan sedikit kram di perut usai orgasme merupakan hal yang normal terjadi. Kontraksi ini terjadi karena otot dari uterus yang mengencang sedikit. Karena Anda sedang hamil makanya kebanyakan calon ibu salah keprah terhadap kontraksi yang terjadi. Orgasme dapat menimbulkan kontraksi palsu, yang disebut Braxton-Hicks.
Kontraksi yang terjadi usai orgasme bukanlah jenis kontraksi yang bisa sebabkan keguguran. Jangan samakan kontraksi ini dengan kontraksi yang Anda rasa selama masa persalinan nanti. Ciri-cirinya: Meski tidak timbulkan rasa nyeri, kontraksi ini akan sebabkan rasa kram pada perut Anda dan muncul secara tidak teratur.
Tenang! Kram di perut ini tidak akan membahayakan si kecil. Mulailah cemas jika, kontraksi ini sebabkan rasa kram yang sangat parah, terjadi secara terus-menerus, intensif, dan disertai pendarahan."
Aku bernapas lega, aku melirik ke arah Mommy yang juga merasa lega. Akhirnya, aku sekalian memeriksa kandungan. Bayiku terlihat baik-baik saja, aku dan Mommy merasakan getaran itu, sebentar lagi kami akan menambah anggota keluarga.
"Mommy senang." Aku langsung memeluk Mommy. Wanita paling luar biasa yang pernah kukenal selama 20 tahunku. Bagaimana beliau tak pernah mengeluh tentang anak-anaknya.
"Terima kasih telah menjadi Mommy yang luar biasa buat kami semua." Mommy langsung mencium kepalaku. Keluargaku merupakan sumber kekuatanku, bagaimana selama ini aku tetap bertahan walau rumah tanggaku hancur, tapi aku bisa bertahan sampai sekarang keluargaku sumber kekuatanku, mereka takkan membiarkanku kesusahan. Mommy dan Daddy orang tua yang luar biasa.
Aku dan Mommy keluar setelah mendapat vitamin untuk kandungan. Obat pereda mual. Sebenarnya aku sudah tak sabar ingin melihat jenis kelaminnya, tapi usianya belum mencukupi.
Aku kembali merapatkan coat yang berlapis-lapis dan masuk ke dalam.
"Mau ke rumah Mommy dulu?" Aku mengangguk. Walau aku akan lebih banyak diam, jika Mommy bertanya hubungan bersama si bajingan itu. Kenapa aku harus berakhir bersama laki-laki semacam Bryce? Tidak bahkan tak lebih baik dari—sudahlah aku malas membahas setan itu.
Aku dan Mommy menuju rumah Mommy. Rumahku yang lama, mungkin rumah luas yang Daddy buat akan kosong karena kami meninggalkan rumah semuanya.
💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸
Aku melihat Kelsea berbaring di sofa sambil bermain ponsel. Bahkan, musim dingin tapi Kelsea memakai celana super pendek. Aku hanya menggeleng, melihat saudariku yang satu ini. Kelsea itu keras kepala luar biasa, tapi orang yang sangat peduli, walau di luar ia terlihat seperti tak peduli dan begitu cuek. Tapi Kelsea melakukan diam-diam tanpa banyak berkoar.
Aku langsung menyandarkan belakang di sofa samping Kelsea. Aku menurunkan kaki Kelsea, dia menendangku. Sebenarnya aku ingin membalasnya tapi baru ingat, aku hamil.
"Aku cubit nih kakinya."
"Heh menyusah aja!" sungut Kelsea dan sekarang dengan pose duduk.
"Mau makan tak?" tanya Mommy. Aku menggeleng. Sebenarnya yang aku inginkan sekarang adalah tidur, dan merenungi nasib.
Aku beranjak ke kamarku dulu. Pasti rasanya dingin, dulu saat kecil aku dan Kelsea hanya tidur di satu kamar, tapi saat sudah remaja kami punya kamar masing-masing. Daddy membuat rumah yang lebih besar lagi dengan. Dan punya rooftop yang biasa kami gunakan untuk bermain salju jika musim dingin seperti sekarang. Biasanya saat anak-anak, kami akan membuat manusia salju, atau dulu masih kecil kami sering makan salju. Salju itu lembut asal diambil bagian yang bersih.
Jika diingat aku rindu masa kecil bersama. Sekarang sudah besar semua, kami seperti punya hidup masing-masing. Padahal, kadang masih dalam satu rumah. Semua sibuk masing-masing.Kubuka kamar yang sudah lama kutinggali dan melihat kamarnya terasa dingin, aku langsung menghidupkan pemanas ruangan. Walau tak pernah ditempati, tapi Mommy rajin membersihkan kamar ini, begitu juga kamar Kelsea. Rumah besar memang repot dibersihkan tapi Mommy selalu rajin membersihkan. Mommy adalah sumber inspirasiku.
Aku langsung menarik selimut berwarna biru. Jika orang lain akan memilih kamar warna pastel atau netral agar terlihat estetik, aku memilih warna biru. Sejak kecil kami disuguhi warna pink oleh Mommy, tapi makin kesini aku lebih tertarik warna biru daripada warna pink.
Pintu terbuka, Kelsea melihatku. Aku hanya memperhatikan dirinya, karena setelah ini ia akan masuk dan berbaring di sebelahku. Enaknya punya saudara yang seumuran, membuatku memiliki teman atau bisa dibilang seperti kembaran. Benar saja Kelsea langsung berbaring di sebelahku dan tak segan untuk memeluk. Setelah menikah, aku seperti merasa aneh jika Kelsea dekat seperti ini, karena aku sudah tak terbiasa. Aku malah lebih suka memeluk Bryce daripada Kelsea.
"Aku kayaknya mau tinggal di sini aja."
Sudah bertahun-tahun, Kelsea tidak tinggal di sini. Setelah dia memilih kewarganegaraan ia akhirnya berpikiran tinggal di sini, padahal saat aku tanya kemarin katanya tak tahu.
"Menikah itu enak?" Aku hanya diam. Harusnya aku dan Kelsea memang membicarakan hal-hal seperti ini. Karena, dari dulu kami tak pernah ada yang menyimpan rahasia. Aib terbesar kamipun, pasti tahu. Kami begitu akrab melakukan semua hal bersama, pakai pakaian bersama, jika disuruh bekerja kami akan melakukan bersama, selalu kompak dalam segala hal. Saat Kelsea memutuskan untuk pindah ke negara Mommy, aku adalah orang yang paling bersedih. Tapi aku tetap mendukungnya.
Kami sering pulang ke negara Mommy, tapi aku merasa tak nyaman. Karena orang di sana menatapku lain, mungkin karena fisikku terlihat berbeda dengan mereka, mereka sering menatapku seolah melihat alien. Jadi, aku memang lebih nyaman hidup di sini, terutama tinggal bersama Mommy. Mungkin aku bisa mengumpulkan uang dan membeli rumah di dekat Mommy saat melahirkan nanti.
"Woi! Belum jawab tadi."
Aku langsung menatap Kelsea. Apa aku perlu bilang ke Kelsea jika rumah tanggaku telah kandas? Tapi aku takut kabar ini sampai Mommy. Apalagi sampai telinga Daddy, bisa saja Daddy membawa senapan tajam dan langsung menembak kepala Bryce.
"Enak lah. Tidur ada temannya, apa-apa bisa dilakukan berdua. Bisa masak bersama, nonton berdua, bercinta, atau melakukan hal romantis yang lain."
"Kalian bercinta seminggu berapa kali?" Wajahku memanas. Walau kami sudah terbiasa berbagi ini, tapi Kelsea belum menikah rasanya tidak etis membagi pengalaman bagi orang yang belum memiliki pasangan. Walau sekarang, aku juga memiliki pasangan.
"Itu rahasia dapur lah."
"Alah! Tinggal bilang aja. Tiap hari ya?"
Aku menutup mulut Kelsea sambil menggeleng. Walau kami punya aib terbesar dan saling berbagi, tapi Kelsea belum menikah, jika ia sudah menikah aku takkan segan menceritakan semua pada Kelsea bahkan tentang rumah tanggaku yang hancur. Bukan mau meremehkan, Kelsea belum mengerti bagaimana berumah tangga, walau aku juga belum memulai dan semuanya hancur sekarang. Tapi tak menutup, aku sudah seorang Mommy yang akan mendidik anakku sendiri.
"Nikah dulu, nanti aku ceritakan."
"Alah basi!" sungut Kelsea. Aku hanya terkikik. Saat bersama Kelsea aku tidak merasa sedih, atau merasa sedih dan semuanya berkurang karena aku bisa berkeluh kesah padanya. Walau terkadang kami tak bisa mengatasi berdua dan meminta pada Mommy. Mommy adalah Mommy siaga yang selalu menyanggupi semua permintaan kami. Mommy seorang penasihat yang baik, Mommy juga sangat mengerti perasaan kami dan tidak gampang menghakimi, tidak ada hal yang membuatku bersyukurlah tumbuh dalam keluarga ini.
Kuat sekali, aku ingin menceritakan apa yang menimpaku, tapi Kelsea belum mengerti. Mommy adalah orang yang tepat untuk membicarakan semuanya, dan Bryce bersama wanita tadi di toko roti membuatku sudut hatiku berdenyut nyeri, tapi aku berusaha untuk tidak memikirkan itu, walau saat terlintas rasanya sangat menyakitkan—perih menusuk.
"Kalau merasa nyaman. Tinggal di sini, dan kerja di sini."
"Mau minta Daddy carikan kerja sekalian. Karena di sini kesehatan dijamin, semuanya dijamin. Walau ada alasan utama yang buat aku harus pulang."
"Aku tidak memaksa untuk berbicara. Tapi kalau mau berbagi aku akan dengarkan, walau aku belum tentu berikan solusi."
"Cerewet!" Aku langsung memukul lengan Kelsea. Aku dan Kelsea memang seperti ini, kadang hal serius kami bercandain membuat Mommy langsung membuka pintu dan kami langsung terdiam, setelah itu kami tertawa lagi. Enaknya punya saudara seperti ini.
Jika Verena dan Asher juga seperti itu. Mereka lebih sering berserakan di ruang tamu, saling melempar bantal. Padahal kemarin Kelsea dan Asher baru masuk pra sekolah, tapi sekarang mereka sudah mau kuliah. Aku akan punya anak, beberapa tahun ke depan ia akan sekolah juga. Roda kehidupan berputar begitu cepat.
"Mungkin masing-masing kita belum nyaman untuk menceritakan apa yang terjadi. Aku bisa lihat, kamu dan Bryce ada sesuatu." Aku menelan ludahku gugup. Mati! Habis riwayat jika Kelsea tahu yang sebenarnya.
"Tapi aku tidak akan mencampuri urusan orang. Hidupku juga sudah ribet sekali." Aku memandangi wajah saudariku. Masih belum percaya pada titik ini, pada akhirnya kami akan memiliki hidup masing-masing. Punya keluarga masing-masing, punya anak, punya rumah, dan mungkin salah satu pindah kewarganegaraan atau tinggal di negara yang berbeda. Tidak ada yang tahu pasti takdir seperti apa. Ketika takdir telah memainkan perannya, maka kita hanya berusaha menerima takdir dan terus menjalani hidup.
Kelsea juga memiliki masalah dan dia enggan menceritakannya padaku. Mungkin ada niat sepertiku, mungkin ia merasa aku bukan lagi porsi yang tepat untuk berbagi cerita. Walau aku bersedih, seperti tidak diperlukan lagi tapi Kelsea butuh waktu. Kami itu seperti kembaran yang saling mengerti perasaan lawan kami. Karena kami tumbuh bersama dan begitu dekat.
"Lihatlah HP-nya bising betul." Aku hanya diam, karena itu pesan dari si bajingan Bryce. Karena aku sengaja membuat nada khusus untuk dirinya.
Aku membuka pesan itu dan membaca dengan hati yang hancur.
Bryce Dallas : Kau hanya wanita bodoh!
Bryce Dallas : Pernahkah kau berpikir aku menceraikanmu karena kebodohanmu. Menyedihkan sekali, mengenal wanita bodoh sepertimu.
Air mataku tak berhenti mengalir. Apa maksud di sialan ini? Kenapa dia tidak mati saja sekarang? Apa dia sengaja agar membuatku makin terpuruk? Tidak cukup puas dia membuat hidupku terpuruk seperti sekarang? Apa si sialan itu mau agar aku mati? Sialan!
Bryce Dallas : Tanyakan orang tuamu, kenapa aku harus bersikap seperti ini.
Sialan!
Masalah kami kenapa harus bawa orang tuaku? Aku benar-benar dendam pada Bryce sekarang. Semoga dia benar-benar mati terlindas truk!
💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸
Aku udah kepikiran cerita Kelsea tapi kayak nggak tahu mau kasih konflik apa🤒🤒🤒🤒🤒.
Belum ada ide yang sreg di otak. Tapi cerita Kelsea bentar lagi turun judulnya Broken Romance.
Entar nyusul adik-adiknya. Verena dan Asher. Aku udah siapin judul, cuman belum tahu mau dieksekusi seperti apa. Ceritaku yg lain masih banyak.
Kalian bisa cek nama pena aku Rose Marberry dan temukan 11 cerita seru lainnya 👍👍👍👍👍👍. Dijamin ceritanya tidak pasaran 👍👍👍.
See you🥳🥳🥳🥰🥰🥰💋💋💋
Pesan dari Bryce membuat perasaanku memburuk. Aku bahkan tak mau pulang ke flat karena membuatku terus berpikiran. Akhirnya, aku memutuskan untuk tetap tinggal di rumah Mommy, menghabiskan waktu bersama Kelsea.Aku sedang sarapan walau bangun terlambat, karena tetap terjaga semalaman dan tak bersemangat sepanjang hari.Musim dingin memang membuatku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, padahal aku tak boleh bermalas-malasan, Mommy selalu mengajarkan kami untuk dispilin, musim dingin bukan menjadi alasan untuk bermalas-malasan."Hari ini Mommy masak soup buntut. Musim dingin kita butuh yang hangat-hangat." Aku tersenyum pada Mommy yang mulai sibuk di dapur. Wanita ini begitu lincah dan tak pernah merasa lelah, setiap hari bolak-balik ada saja yang dilakukan. Mommy bukan orang yang senang untuk berleha-leha, tangannya seolah dibuat untuk terus bekerja. Semangat Mommy perlu dicontoh, walau sekarang aku tak bersemangat sedikitpun.
Kenyataan itu memang pahit. Satu-satunya cara agar tak mengetahui kenyataan pahit itu adalah tidak tahu. Sederhana sekali, tapi fakta ini tak berlaku bagiku. Aku seolah merangkak dan terjatuh dan ditimpakan batu besar dalam tubuhku.Aku meringkuk sedih sambil memeluk tubuhku sendiri. Sebenarnya aku sudah tahu hal ini, entah sudah beberapa tahun yang lalu. Saat itu aku tak sengaja mendengar perkataan Kelsea, Mommy dan daddy. Tapi aku berpura-pura tidak tahu, dan masih menolak kenyataan pahit ini. Walau bagaimanapun begitu faktanya.Aku bukan anak kandung Mommy! Kenyataan ini membuatku berpikir keras hingga aku jatuh sakit. Dan sekarang aku akan sakit jilid ke dua karena luka yang belum sembuh tersebut seolah diangkat lagi ke permukaan dan membuat tubuhku kembali berdarah-darah.Aku memikirkan bagaimana perjalanan sedari kecil, tidak! Otakku dan hatiku menolak keras. Bagaimana saat masih kecil, Mommy selalu menyayangiku sama seperti yang lain, bagai
Tubuhku menggigil. Semua masalah ini seolah tak henti datang untuk menyerangku.Aku butuh perlindungan, tapi ... Aku rasa aku sudah gila! Bayangkan, aku malah ingin meminta perlindungan pada Bryce padahal dia yang membuat semua kesialan ini padaku.Ingin aku bilang ke Mommy tentang hal ini, tapi aku juga sedang overthinking. Bagaimana dengan masa lalu orang tuaku. Apa aku bisa disebut cukup dewasa untuk meminta penjelasan Mommy? Apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku? Walau hatiku masih merasa sangat sedih sekarang, orang yang sangat perhatian padaku dengan segala kepedulian Mommy tapi ternyata Mommy bukan ibu kandungku. Apa sebenarnya Mommy orang jahat? Ya Tuhan ... Otakku bisa cepat kalau memikirkan ini.Apa aku juga bukan anak kandung Daddy? Daddy memang lebih cuek terhadap anak-anaknya. Bagiku, Mommy wanita luar biasa hingga membuatku bisa bertahan sejauh ini. Bagaimana aku selalu insecure dan overthinking karena para laki-laki menjadikanku
Sore itu aku pulang! Walau rasanya seperti ingin berlari ke ujung dunia sambil berteriak, di mana keadilan? Kenapa? Kenapa semua ini terjadi padaku?Saat itu sudah hampir pukul 8 aku pulang ke rumah dengan keadaan hati yang hancur. Aku langsung jadi pendiam dan tak menegur siapa-siapa. Mommy, Daddy dan Kelsea bersikap tidak terjadi apa-apa, walau aku bisa melihat raut wajah Kelsea yang menahan kesal."Mommy tadi nelpon kenapa HP-nya mati?" Aku diam dan makan. Masalah ini terasa begitu berat buatku. Apa benar Mommy adalah wanita munafik? Tegakah aku mengatai wanita luar biasa ini?Aku hanya menyedok dua sendok dan langsung pergi. Rasanya benar-benar ingin mengamuk seperti Kelsea, biarkan aku diusir asal tahu kejelasan orang tuaku.Aku masuk ke kamar dan membanting pintu sekuat mungkin dan menangis sebisanya. Bagaimana orang tua yang aku percayai selama ini berbuat seperti ini padaku? Jadi aku ini anak siapa?Aku memeluk seli
Daddy pernah bilang, jika sudah dewasa aku akan mengerti tentang nasibku sebenarnya. Tapi saat dewasa dan kurenungi semuanya, rasanya sama saja—hidupku selalu menyedihkan.Dulu, saat punya masalah dan memikirkan ibu kandung yang tak ada habisnya, ada si bajingan Bryce yang datang mengangguku dan menawarkan pengelaman terbaik, tapi saat ia sudah mendapatkan diriku, dengan mudahnya ia mencampakkan aku seperti bola pimpong.Mengetahui fakta tentang nasibku ada rasa yang membuatku ingin mengamuk dan menanyakan di mana keadilan dunia ini. Saat aku melihat Mommy yang selalu tersenyum di hadapan kami aku ingin berteriak di depan Mommy, kenapa Mommy bersikap seperti ini? Kenapa Mommy melakukan ini semua? Kenapa Mommy seolah terlihat bahagia terus-terusan padahal saat dewasa sedikit mengerti bagaimana rasanya disakitin. Mereka adalah orang tua yang hebat, tapi mereka juga orang tua yang kacau.Aku butuh Kelsea untuk bercerita, tapi aku masih gondok menging
Aku benci Bryce dan sekarang aku benci pada saudariku karena sikap mereka yang membuatku makin tertekan.Aku benci dengan perasaan ini!Pagi ini hatiku kembali berdarah-darah melihat pemandangan Bryce dan Kelsea bercanda lagi di toko roti. Sebenarnya mereka punya malu? Atau mereka punya perasaan? Apa Kelsea pernah memikirkan perasanku? Sebagai sesama perempuan, bagaimana orang kesayangan kamu lebih peduli pada orang lain."Mereka akrab sekali." Aku mengelus dadaku, dan melihat Paula yang sudah berada di belakangku dan menegur karena aku malah melamun. Aku sebenarnya sengaja menyibukkan diri di toko roti agar tak terlalu banyak pikir, tapi melihat pemandangan itu membuatku membenci keadaan ini.Aku hanya mengelus perutku, bahkan perutku sudah terasa keras sekarang. Bagaimana mungkin aku akan melahirkan, punya anak dan ayahnya sibuk bermesraan dengan wanita lain.Aku masih mengharapkan si bajingan Bryce, aku selalu bermimpi j
Kurasa Bryce tidak salah mencintai Kelsea, lihatlah dia kini begitu telaten mengurusku yang tak berdaya di atas ranjang.Terlalu banyak pikir membuat tubuhku kolaps. Akhirnya Kelsea datang merawatku, aku merasa semakin tak berguna seperti ini dan semua kata-kata laknat Bryce terus mengangguku."Mana ada ibu hamil sakit." Aku tersenyum dengan terpaksa. Biarkan Kelsea mengomel apapun tapi dia selalu ada di sini untuk menghiburku, merawatku dan semoga tak ada niat untuk melihat Bryce sebagai laki-laki yang bisa ia minta sebagi pelindung. Hal itu bisa membuatku mati, hanya karena memikirkan mereka aku sampai sakit seperti ini.Kepalaku pusing kebayankan tidur, tapi tak cukup tenaga untuk bangun."Mungkin Skye mau makan apa? Aku yang masak." Aku hanya tersenyum dengan wajah pucat."Aku mau keluar." Kelsea membantuku keluar dari kamar, karena rasanya sudah muak berada di sana. Aku hanya berbaring di sofa, dan Kelsea pergi memasak.
Aku mengungsi ke rumah Mommy. Bisa gila jika aku harus mendapat serangan teror terus menerus. Entah siapapun setan pengirim itu yang pasti hidupku sedang tidak baik-baik saja.Aku ingin hidup normal, beraktivitas seperti biasa mengunjungi toko roti hingga tutup, malam berisitirahat dan kembali pulang, dan sesekali aku menikmati liburan. Tapi kini?Tapi pagi ini aku tak ingin kemana-mana, tubuhku masih begitu shock dan sepertinya aku akan terus bermimpi buruk hingga beberapa malam ke depan. Semoga Kelsea mau tidur bersamaku, karena aku jadi parno sekarang.Aku hanya diam, dan menganduk-ngaduk minuman dengan tak semangat.Kelsea masih belum bangun, ia sepertinya benar-benar menikmati waktu berlibur di sini. Padahal kehadiran Kelsea menjadi salah satu ancaman buatku."Bryce, kayaknya sibuk terus ya sekarang. Dia jarang datang ke sini, dan ke sini juga kamu selalu sendiri." Aku langsung duduk tegap, saat Mommy bertan
Toko roti Skye semakin dibuat besar, toko sebelah yang dulunya menjual minuman, sekarang juga menjadi milik Skye, karena Bryce kembali membelikan untuk istrinya.Wanita itu begitu sibuk mengurus toko roti miliknya, dengan perut buncit ke mana-mana.Ya, setelah hubungannya bersama sang suami kembali membaik, Skye dan Bryce sama-sama mengalah dan mengerti, jika dalam hubungan yang dibutuhkan adalah kerja sama tim. Mereka kompak untuk mengurus Lizzie, bocah itu sudah berusia tiga tahun sekarang."Bumil capek, ya. Biar aku pijitkan." Skye duduk sambil menarik napasnya, sekarang tubuhnya bengkak semua, karena tinggal menghitung hari melahirkan. Dia kesulitan untuk bernapas, walau tetap lincah untjk bekerja.Bryce berjongkok di depan istrinya, sambil memijit telapak kaki Skye yang bengkak semua.Mereka akan punya anak perempuan lagi, dan Skye akan menamai
Mobilnya melaju di Heraut, Perancis Selatan. Dengan pemandangan saluran irigasi memancar, keluar dari titik pusat, layaknya jari-jari sepeda. Ditambah lahan pertanian segitiga menduduki strip sempit tanah antara parit.Sepanjang perjalan banyak disuguhi kebun anggur, yang merupakan produksi anggur terbaik di Perancis.Setiap kebun anggur berbentuk kotak tanpa berhubungan dengan yang lainnya.Bryce menikmati sedikit pemandangan itu, tapi bukan itu tujuan utamanya. Dia akan pergi menemui seseorang yang spesial. Laki-laki itu tersenyum miring, tidak berjumpa dengan sang tuan rumah.Sama seperti rumah-rumah yang lain, dia menaikkan kacamata hitam memastikan jika matanya tidak salah melihat di depan. Bryce menarik napas panjang. Tungkai kakinya berjalan dengan mantap menuju rumah yang dia tuju, butuh berjam-jam agar bisa sampai di sini.Bryce mengetuk pintu san
Dia punya keluarga yang utuh, keluarga yang harmonis. Skye tersenyum melihat interaksi keluarganya, hatinya menghangat dan diisi dengan kebahagiaan.Lizzie semakin besar menjadi anak yang sangat pintar. Bayi itu sedang bermain bersama Verena, walau berisik ternyata Verena sangat suka dengan anak kecil."Nampaknya kau bisa punya anak sekarang." ucap Asher pada Verena yang menatap adiknya."Bersama Mark." tambah Asher. Verena langsung mengeluarkan jari tengahnya pada Asher yang sudah terpingkal-pingkal, mereka sangat suka saling mengejek.Verena mencium pipi Lizzie, dan mengajak bertepuk tangan."Ouch, aku akan menjadi aunty kesayangan." Verena kembali memeluk Lizzie, dan menggelitik perut bayi itu yang membuatnya tertawa lucu dengan suara khas anak kecil yang menggemaskan.Keluarga heboh ini sedang bersantai, semenjak Bryce
Skye berharap sekarang adalah hujan, petir, badai, angin besar, agar hidupnya makin menyedihkan. Dia berjalan tanpa tujuan, dan tanpa sadar roda empat itu berputar ke tempat yang dulu sangat dia benci, kuburan Alicia.Skye terdiam beberapa saat, udara dingin menusuk kulitnya tapi dia masih terdiam di sana, menimbang akan turun dari mobil atau tidak, jujur saja sekarang dini hari, pukul 03 dini hari, lewat 21 menit, hanya orang gila yang datang kuburan pada dini hari. Skye berada dalam tahap hopeless.Skye menarik napas tak ikhlas, mencabut kunci mobil, merapatkan coat dan turun dari mobil, dengan cahaya senter di ponselnya, Skye memasuki pekarangan kuburan itu mengendap-endap jangan sampai dia menginjak ular atau binatang berbahaya yang lain. Ketika kakinya menginjak daun-daunan kering, Skye berdiri sebentar melihat keadaan sekeliling, setelah memastikan aman dia melanjutkan langkahnya.Ketika langkah k
Skye tak ingin merepotkan orang tuanya, dan tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Bryce. Dia percaya laki-laki itu akan kembali, walau penantian itu telah berakhir, Bryce tidak muncul walau sudah dua minggu.Skye menghibur dirinya dengan terus mengajak Lizzie jalan-jalan.Kali ini Skye mengajak Lissie, walau dia sempat membenci Lissie karena Paula pada akhirnya Skye lebih terbuka, mengalahkan semua egonya demi kebahagiaannya.Rothenburg adalah salah satu kota abad pertengahan yang terbaik di Jerman. Dan hari ini adalah destinasi Skye dan Lissie, Skye ingin punya teman selama perjalanan. Ibunya sedang sibuk, Verena dan Asher sekolah. Setelah menyadari, Skye tahu dia tak punya banyak teman.Rothenburg juga disebut sebagai kota kartu pos, mulai dari museum yang mengkhususkan diri dalam elemen kriminal hingga mainan dan boneka.Wala
"Aku benar-benar jadi malaikatmu selama ini. Kau seharusnya memanggilku bidadari.""Baiklah, bidadari." jawab Skye dengan terpaksa sambil memutar bola matanya malas. Kelsea tertawa sambil membawa saudarinya dalam dekapan."Aku tanpamu butiran rinso." bisik Skye lagi, sambil mengejek Kelsea balik. Kelsea kembali tertawa."Setelah ini, kau harus menikah." pesan Skye, Kelsea kembali tersenyum, mereka saling melepaskan pelukan. Bryce hanya memperhatikan dua wanita itu berinteraksi, kasih sayang dan kerukunan kedua wanita itu tak pernah pudar, walau mereka sudah dewasa dan punya kehidupan masing-masing."Aku menikah, dan kau harus memberi aku keponakan lagi. Lizzie harus punya adik." Kelsea menyipitkan sebelah matanya ke arah Bryce, senyum laki-laki itu langsung mengembang."Kau tenang saja, itu bisa diatur." jawab Bryce tanpa dosa, memasang wajah tak bersalah sama sekali. Rasanya Skye ingin memukul kepala laki-laki itu den
Skye jelas masih menyimpan dendam, dan juga benci pada mantan suaminya, tapi melihat Bryce yang sekarang membuatnya meleyot.Wanita itu masih terdiam, mengganti popok Lizzie, sesekali ekor matanya melirik pada Bryce yang sedang menyusun makanan di atas nakas. Keduanya sama-sama terdiam. Suhu tubuh Lizzie menurun, satu atau dua hari lagi, Lizzie bisa diizinkan pulang."Sudah pukul 9, kau sarapan dulu." Skye mencari di mana keberadaan jam dinding, benar jam bundar itu menunjukkan pukul sembilan lewat dua puluh menit, sudah lewat waktu yang banyak.Skye melihat banyak roti, berserta selai, sosis, dan juga madu serta jus."Kau sarapan saja, biar aku yang menyuapi Lizzie." Skye masih terdiam, tapi juga dia mendekati nakas sambil menarik kursi.Skye mengolesi roti dengan selai yang sudah Bryce siapkan, wanita itu melirik ke arah mantan suaminya yang begitu telaten menyuapi Lizzie, dan bayi itu mau makan. Wajah Lizzie masih l
Skye berlari dengan terburu-buru, walau sekarang sudah malam, tapi kata Baginda Ratu Lizzie langsung dibawa ke dokter. Wanita itu begitu panik, bayi kesayangannya tak pernah sakit serius."Skye!" Skye tidak peduli dengan teriakan itu, dia terus berlari, dan mencari di mana Lizzie. Skye buru-buru mengambil ponselnya, dan menelpon ibunya."Di ruangan mana?" tanya Skye berdiri, masih berusaha untuk mengatur napasnya.Wanita itu langsung menuju ruangan yang dimaksud, dan tanpa sadar membuka pintu ruangan begitu kuat, yang mengundang suara keras, dan membuat Lizzie terkejut dan terbangun.Tubuh Skye mendadak lemas, melihat bayinya berbaring tak berdaya, tak bersemangat seperti Lizzie yang biasanya."Baby, I'm so sorry. Mutter harusnya menjaga kamu." Tubuh Lizzie diberi infus karena kekurangan cairan. Bayi itu mengalami demam tinggi, dan mencret.Skye menangis, tak tega melihat kondisi Lizzie yang begitu lemas.
Lizzie sedang dideportasi, dan bayi itu seperti senang saja berpisah dengan ibunya. Lizzie anak yang manis.Skye menanti makan malam romantis ala mereka, dengan chef terbaik Bryce. Wanita itu mematut dirinya di depan cermin. Skye meyakinkan dirinya untuk bahagia sekarang, cukup sudah dia menderita selama ini.Rambut panjangnya sengaja dia ikat malam ini yang menampakkan leher jenjangnya. Skye merasa seperti kembali menjadi seorang gadis yang malu-malu pergi berkencan, walau dia senang Lizzie hadir untuknya.Skye keluar dari kamar, dan dia melihat Bryce sudah sibuk di dapur sedari tadi."Apa yang bisa kubantu?" Bryce yang sedang mengupas kentang hanya terdiam. Laki-laki itu begitu cepat kerjanya."Sebenarnya, aku sedang menghitung berapa nutrisi dalam makanan ini." Skye hanya menyipitkan matanya. Random sekali laki-laki ini."Kenapa dengan nutrisi?""Aku hanya menghitung, agar apa yang masuk da