Pesan dari Bryce membuat perasaanku memburuk. Aku bahkan tak mau pulang ke flat karena membuatku terus berpikiran. Akhirnya, aku memutuskan untuk tetap tinggal di rumah Mommy, menghabiskan waktu bersama Kelsea.
Aku sedang sarapan walau bangun terlambat, karena tetap terjaga semalaman dan tak bersemangat sepanjang hari.
Musim dingin memang membuatku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, padahal aku tak boleh bermalas-malasan, Mommy selalu mengajarkan kami untuk dispilin, musim dingin bukan menjadi alasan untuk bermalas-malasan.
"Hari ini Mommy masak soup buntut. Musim dingin kita butuh yang hangat-hangat." Aku tersenyum pada Mommy yang mulai sibuk di dapur. Wanita ini begitu lincah dan tak pernah merasa lelah, setiap hari bolak-balik ada saja yang dilakukan. Mommy bukan orang yang senang untuk berleha-leha, tangannya seolah dibuat untuk terus bekerja. Semangat Mommy perlu dicontoh, walau sekarang aku tak bersemangat sedikitpun.
Daddy, Verena, Asher sudah pergi sedari tadi. Kelsea belum bangun. Mommy juga tidak cerewet jika kami bangun terlambat, Mommy lebih suka melakukan semuanya sendirian walau kami diajarkan untuk mandiri sedari kecil.
Kulihat Kelsea baru bangun dengan wajah kusutnya, bahkan dia tidak cuci muka. Ya siapa yang mau menyentuh air yang sedingin es, lebih baik semuanya memilih terus mengurung diri di balik selimut.
Kelsea langsung membuatkan sarapan untuk dirinya. Membuat oat dengan potongan buah-buah di atasnya.
Aku sudah memberi pesan pada Paula dan Lisie jika aku akan terlambat ke toko hari ini, atau mungkin rencananya aku tidak akan kesana.
Kelsea makan begitu lahap, seperti orang kelaparan betul. Makannya begitu rakus, bahkan minum susu seperti orang kehausan setelah lari maraton setelah lari 10 kilometer.
Kelsea melihatku yang memperhatikannya dan melanjutkan makan. Kelsea menuangkan lagi susu dalam mangkok dan langsung meminumnya, terkadang saudariku ini berubah. Aku tak lagi mengenal Kelsea yang ceria, tapi wajahnya selalu jutek.
"Ngapain lihatin aku terus?" tanya Kelsea jutek. Aku langsung menggeleng.
Kelsea langsung ke dapur dan mungkin membantu Mommy, aku sebenarnya malas tapi daripada aku merasa suntuk. Kelsea seperti tahu dan langsung memotong bawang, membersihkan kentang, dan banyak bumbu lainnya.
"Cuci dagingnya." Kelsea mencuci dagingnya dan Mommy menumis bumbunya.
"Kok kamu pandai masak sekarang?" Aku berdiri di samping Kelsea, dia mengedihkan bahunya.
"Di rumah nenek, kalau nggak kerja nenek ngomel terus. Jadi tiap hari bantu nenek terus."
"Oh ya?" Kelsea menatapku dan menarik napas panjang.
Dia sekarang langsung membereskan, semua barang-barang yang berserakan. Dan mencucinya. Waoh, Kelsea berubah rajin, padahal seingatku ia begitu pemalas dan aku jadi terikut pemalas, malah Kelsea begitu rajin sekarang.
Dapur sudah bersih, dan Mommy juga sudah memasukan sayur-sayuran setelah daging empuk.
"Skye mau makan lagi?" Aku menggeleng. Mommy langsung meletakkan soup tadi di mangkok dan menyuruh Kelsea meletakan di meja makan. Kelsea begitu rajin mengemas sekarang, apa benar ia berubah dan jadi rajin? Apa mungkin Bryce sialan meninggalkan aku karena aku pemalas?
"Skye mau ke toko roti? Biar Mommy antar." Aku menggeleng lagi.
"Sama Kelsea." Aku menunjuk Kelsea yang sibuk membersihkan dapur.
"Oh boleh. Kelsea temanin Skye ke toko roti." Kelsea memandangku jutek, sepertinya ia malas untuk keluar karena cuaca dingin, tapi aku lihat apapun perkataan Mommy Kelsea seperti tak bisa membantahnya.
"Tidak apa-apa pergi sendiri aja." Aku mencegah Mommy. Tapi kulihat Mommy malah melotot ke Kelsea yang sedang berjongkok membersihkan kulkas. Akhirnya Kelsea berdiri dan keluar dari dapur.
"Tapi kalau mau istirahat di rumah aja. Nanti Mommy yang ke toko roti."
"Jangan! Aku bisa kesana." Aku mencegat Mommy. Demi apapun, aku tak ingin merepotkan Mommy.
Aku langsung masuk ke kamar dan mengganti Coat saat melihat Kelsea keluar dari kamarnya memakai coat tebal berwarna hitam, dan sedikit pemerah di bibir mungkin biar bibirnya tidak kering dan pecah-pecah. Musim dingin membuat kami harus memakai vitamin bibir jika tidak ingin bibir pecah-pecah.
Kelsea langsung menyambar kunci mobil Mommy. Aku langsung memeluk Mommy dan pergi.
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
Aku dan Kelsea keluar dari mobil dan melihat beberapa pengunjung. Aku tersenyum, kecil-kecil toko roti ini bisa menghiburku. Membuatku memiliki aktivitas yang bermanfaat alih-alih bersedih dengan nasibku yang tak ada habisnya.
"Itu Bryce." tegur Kelsea. Aku mengepalkan tanganku. Kukira si sialan ini sudah mati, kenapa malah dia kesini lagi? Ingin mengejekku? Tidak cukupkah ia membuat hidupku menderita?
"Selamat pagi—baiklah sudah siang. Aku ingin memakan roti buatanmu." Bryce sialan tersenyum miring dan mengejekku. Benar aku bilang, dia kesini hanya ingin mengejekku.
Aku mengepalkan tanganku. Kelsea langsung berdiri di sampingku dan mencubit pinggangku, akhirnya aku mengalah dan masuk ke belakang.
"Pelanggan kita yang itu terus mencarimu." Aku hanya mengangguk, dan memakai apron mulai langsung memanggang roti yang sudah Lisie masukan sebelumnya.
Aku mengintip keluar dan melihat Kelsea duduk satu meja bersama Bryce dan kekasihnya. Sialan! Pemandangan apa itu? Sangat-sangat menganggu estetika di mataku.
Apa aku pernah bilang jika Bryce adalah teman sekolah kami? Kenapa dia bisa akrab bersama Kelsea? Karena awalnya si sialan itu menyukai Kelsea, tapi Kelsea menolaknya berkali-kali dan mungkin ia melirikku. Dari dulu, jika disandingkan dengan Kelsea aku selalu jadi yang kedua. Mungkin alasan ini juga Kelsea mengalah dan ia pindah ke Indonesia, karena ia ingin aku menjadi yang nomor satu karena selama ini semua orang akan melihat pada Kelsea setelah itu padaku. Tapi hal itu tidak lantas membuatku membenci saudariku, aku tahu kadang Kelsea lebih mengalah dengan adik-adiknya.
Semua laki-laki akan menjadikanku yang terakhir setelah dibuang Kelsea. Aku tak pernah membandingkan fisik kami, karena tahu semua orang punya sisi yang menarik masing-masing. Tapi tetap saja, aku selalu jadi yang terakhir setelah Kelsea. Jika Kelsea tidak melirik mereka maka, mereka akan melirikku. Bisa dibilang, si Bryce sialan itu laki-laki sad boy yang dicampakkan saudariku berkali-kali, mungkin ia menyerah dan langsung melihat ke arahku yang langsung menerimanya dengan tangan terbuka. Terkadang aku tak mau suudzon, tapi begitu faktanya.
Aku takut—takut sekali jika suatu hari Bryce kembali mengejar Kelsea. Status kami berubah dan Kelsea juga belum terikat jadi tidak ada yang tidak mungkin. Satu-satunya hal yang membuatku berpikir waras adalah orang tua kami yang tidak akan menyetujui hal bodoh itu. Hanya itu satu-satunya pengangan buatku. Walau aku juga percaya pada Kelsea.
Aku menarik napas panjang. Rasanya mau menangis, tapi cukup sudah air mataku keluar untuk si Bryce sialan itu. Aku tak ingin meratapi apapun yang berhubungan dengannya. Aku melirik ke perutku yang rata, bagaimana mungkin aku bisa membawa anak dari laki-laki sebrengsek Bryce.
"Rotinya gosong." tegur Lisie. Aku menyeka air mataku, tak bisa, air mata ini turun tanpa bisa kucegah. Lisie langsung mengeluarkan roti tadi. Karena penerangan tidak begitu terang, aku yakin Lisie tak bisa melihat air mataku, walau dari gesture semuanya terlihat jelas. Bertemu Bryce membuat moodku terjun bebas.
Aku keluar dari ruang belakang dan melihat Kelsea dan Bryce sudah tertawa. Bahkan sudah begitu akrab dengan kekasih Bryce. Apa Kelsea tidak curiga, jika si sialan itu membawa kekasihnya?
"Aduh lama sekali rotinya. Ususku bisa putus kelamaan menunggu." gerutu Bryce. Shit! Bisa-bisanya aku mencintai manusia tak punya hati seperti ini? Apa jangan-jangan aku yang tidak waras sebenarnya.
"Well, aku sepertinya harus bilang, jika pelayanan di toko roti ini tidak menyenangkan sama sekali." sindir Bryce. Rasanya aku ingin mengambil roti panas dan melemparkan langsung ke wajah Bryce agar ia membuka matanya dengan begitu lebar dan berhenti menyebalkan.
Dengan mengelakkan tanganku dan ekspresi wajahku yang siap melahap orang, aku melayani si sialan ini. Sekarang ia bertingkah seperti seorang penggangguran bukannya bekerja.
"Aku mau juga rotinya." pesan Kelsea. Ini akan menambah daftar panjang mereka duduk di sini.
Aku langsung meletakkan roti itu di hadapan Kelsea dan Bryce.
"Mungkin kau harus mengundangku ke Indonesia?" Kelsea mengangguk. Sialan! Bentuk penjajakan baru, apa aku harus suudzon juga sekarang? Tapi Kelsea adalah saudariku, dia tak mungkin seperti itu, tapi aku tak berhak untuk cemburu, hubunganku dan si sialan ini hanya sebatas mantan. Pernikahan itu kandas bahkan belum saatnya kami merayakan satu tahun pernikahan. Apa si sialan ini sengaja mengikatku, setelah itu dia akhirnya memilih Kelsea seperti ia remaja dulu? Memikirkan semua ini rasanya kepalaku mau pecah.
"Skye duduk sini." Yang kulakukan hanya mampu mengepalkan tanganku dan akhirnya berani mendekat.
"Ini dia Alicia teman sekolah kita dulu." Aku mengangkat alisku. Benarkah? Rasanya aku tak pernah tahu punya teman bernama Alicia. Atau mungkin masalahku akhir-akhir ini yang membuatku tak kenal orang lain lagi. Semua karena Bryce sialan!
"Duduk di sini aja." Aku hanya diam, dan melirik pada Bryce yang terus saja mengejekku. Si sialan ini! Entah kenapa melihat wajah Bryce membuatku ingin terus mengumpat dan mengeluarkan banyak kata kasar sebanyak mungkin.
"Bukankah Indonesia itu negara yang padat?"
"Ya padat sekali. Populasi manusia terbanyak ke 4 di dunia." Sepertinya Bryce sengaja ingin menarik perhatian Kelsea. Apa aku harus suudzon. Aku meremas coat tebal yang bahkan belum kubuka.
"Kalian bahkan bisa bulan madu di sana. Walau orang di sana, bulan madu kebayankan memilih di sini." Rasanya malas sekali mendengar pembicaraan yang tidak bermutu sama sekali. Atau karena hatiku dipenuhi dendam. Anggap saja aku memang cemburu.
Dulu, saat si sialan ini melamarku, aku merasa memang ia sudah benar-benar melupakan Kelsea. Apalagi saat masa pacaran dan awal pernikahan kami ia begitu manis. Mungkin tujuannya untuk memiliki Kelsea sirna dan tujuannya tidak tercapai. Karena dari awal Kelsea tak pernah meliriknya. Bryce sad boy yang menyedihkan, tapi saat dipikirkan lagi rupanya hidupku yang lebih menyedihkan.
"Aku sakit perut. Sepertinya aku pulang saja." Aku berpamitan pada Kelsea agar dia pulang saja, karena aku ingin pulang juga. Meringkuk seharian di flat dan terus menangis meratapi nasibku yang tak ada bagusnya.
Aku membuka apron dan langsung keluar menuju flat.
Aku hanya menunduk. Aku tahu akhir-akhir ini aku bersikap sangat kekanakan, tapi apapun yang berhubungan dengan Bryce aku selalu merasa sial.
"Kamu cemburu!" What? Sialan!
"Kamu cemburu sayang? Jadilah perempuan yang smart, agar tidak dibodohi orang lain sayang." Semua perkara Bryce membuat pipiku makin memanas.
"Apa dengan merendahkan orang lain, kamu sudah merasa jadi superior?" Aku berbalik dan membalasnya tapi aku selalu terlihat lemah di hadapannya karena air mataku tak bisa kucegah. Aku memang bodoh dan lemah. Trus kenapa? Si sialan akan merayakan dan berpesta karena semua kebodohanku?
"Ikut aku!" Bryce langsung menarik tubuhku. Sialan! Bagaimana kalau aku keguguran sekarang? Apa saat tahu aku hamil, laki-laki ini bisa bersikap lembut? Atau malah tak bersikap seenaknya seperti ini? Atau malah Bryce tak mau mengakui anaknya? Memikirkan ini membuat kepalaku mau pecah.
"Aku tak mau!"
"Atau mau kugendong? Kau sepertinya rindu, aku mengendongmu ke kasur dan kita bercinta dengan panas. Atau kau mau yang seperti itu?"
"Mati saja kau pergi ke neraka!" Aku langsung menginjak kaki Bryce karena kesal, kelewat kesal. Bagaimana mungkin manusia sialan seperti ini, bisa menghirup oksigen sebebas mungkin?
"Ahhh sialan! Turunkan aku!" Bryce langsung mengangkat tubuhku. Aku yakin, Kelsea bisa melihat adegan ini.
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
"Kau wanita bodoh, naive, dan keras kepala!" guman Bryce. Lihat? Dia seperti tak punya otak untuk mengatai orang lain seperti itu. Sepertinya dia akan puas jika dia mengejekku.
"Terima kasih pujiannya." jawabku sarkas.
"Memang saudarimu lebih baik daripada kau!"
"Kenapa kau tak menikah sama dia saja?!" Aku sudah berteriak. Kesabaranku habis, dan Bryce terus mengerus semua stok kesabaran.
"Sebentar lagi!" Aku mengepalkan tanganku dan siap menampar Bryce. Dia malah menahan tanganku. Si sialan ini memarkirkan mobilnya, dan aku merasa sangat asing dengan tempat ini. Tempat apa ini?
"Turun!" Aku sengaja tak mau turun. Tapi Bryce mengode untuk turun, tapi aku malas sekali untuk melayani dirinya.
"Turun atau aku kugendong lagi? Kau memang ingin bermanja-manja denganku sayang."
Aku langsung keluar dan membanting pintu mobil Bryce sekuat mungkin, kalau boleh ingin agar mobil itu patah.
Bryce langsung menggengam tanganku, aku langsung terdiam. Dasar wanita kurang belaian! Sialan!
"Inilah kebodohamu yang ingin kutunjukan." Aku langsung mencubit tangan Bryce tapi ia tak terpengaruh sama sekali. Huh, enyah saja manusia sialan ini dari planet bumi.
"Untuk apa kita ke kuburan?"
"See? Kamu mempertanyakan kebodohamu lagi!"
"Bryce sialan! Aku serius." Aku berteriak. Bryce berdiri dan memperhatikan aku, laki-laki ini seperti terhibur sekali melihatku berteriak seperti orang kesurupan.
"Aku ingin menunjukan kebodohanmu, yang akan disembunyikan oleh keluargamu." Kami berdiri di sebuah sebuah makam.
Alicia Poldi.
Aku seperti tidak asing dengan nama ini. Tapi lupa nama siapa.
"Itu adalah kembaranmu!" Aku melirik pada Bryce. Wajahnya serius. Apa benar aku punya kembaran? Tapi itu tidak mungkin! Mustahil! Mommy tak pernah menyingung anak kembar atau kehilangan anak.
"Ck! Sudah berapa ratus lagi kebodohamu!" decak Bryce. Aku langsung menginjak kakinya karena kesal. Dia selalu membuatku darah tinggi.
"Coba lihat tanggal lahirnya, apakah tanggal lahirnya sama?" Aku membaca lagi tanggal lahirnya. 5 Juni. Wait! Aku lahir tanggal 2 September. Jadi makaudnya bagaimana?
"Otakmu sebenarnya isinya berapa Pentium?"
"Sialan Bryce! Kenapa kau terus saja merendahkanku?"
"Dengar Skye Nerve. Nama itu adalah nama yang orang ini berikan."
"Bagaimana mungkin?" tanyaku tak percaya.
"Karena Alicia ini adalah ibu kandungmu!" Rasanya seperti disambar petir. Bahkan, anak dalam perutku ikut tersambar petir! Bagaimana mungkin? Tapi tidak! Aku menolak semua ini. Mommy-ku adalah wanita paling luar biasa yang kutemui. Mommy sangat menyayangiku, Mommy tak pernah memarahiku alih-alih memarahi Kelsea. Jika menyuruh Mommy lebih menyuruh Kelsea daripada menyuruhku. Mommy seperti segan untuk menyusahkan aku dan aku tahu itu bentuk kasih sayang Mommy padaku.
"Maksud kau apa Bryce?" Aku mendongak menatap Bryce dengan air mata penuh.
"Bisa dibilang kau dibodohi oleh semua keluargamu! Bagaimana mereka menyimpan semua ini dengan rapi, jika aku tak bilang maka selamanya kau tidak akan pernah tahu siapa wanita yang telah melahirkan kau ke dunia." Aku memandangi tanggal kematian dan itu terjadi sekitar 18 tahun yang lalu. Bukankah ini sudah lama sekali?
"Aku tak pernah percaya sedikitpun pada keluargamu!"
"Dan kau menyuruhku untuk membenci keluargaku sendiri? Kau bajingan Bryce! Kau pantas mati!"
Aku langsung berlari dari kuburan itu. Bryce gila!
Tanpa Bryce dan semua orang sadari, sebenarnya aku sudah tahu kasus ini. Tapi hingga detik ini aku masih denial, jika ibu kandungku orang lain. Bukan wanita luar biasa yang selama ini merawatku, aku masih berusaha mengelak takdir dan berharap masuk dalam perut Mommy dan bisa keluar dari perut Mommy.
Aku menolak semua konspirasi ini! Hanya Mommy orang tua kandungku!
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
Untuk bagaimana Skye bisa tahu awal ibu kandungnya, aku bahas di kisah Kelsea. Tapi aku masih belum matang mikirin konsep cerita Kelsea seperti apa. Jadi tungguin aja hehehe.
Ikutin terus kisah mereka ya๐ฅณ๐ฅณ๐ฅณ๐ฅณ.
Yg belum baca orang tua Skye baca Guten Tag Mommy. Bagaimana semua kisah ini dimulai. Kalian akan berkenalan sama Alicia.
See you๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ๐คฉ๐คฉ๐คฉ๐คฉ.
Kasih rate๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ.
Kenyataan itu memang pahit. Satu-satunya cara agar tak mengetahui kenyataan pahit itu adalah tidak tahu. Sederhana sekali, tapi fakta ini tak berlaku bagiku. Aku seolah merangkak dan terjatuh dan ditimpakan batu besar dalam tubuhku.Aku meringkuk sedih sambil memeluk tubuhku sendiri. Sebenarnya aku sudah tahu hal ini, entah sudah beberapa tahun yang lalu. Saat itu aku tak sengaja mendengar perkataan Kelsea, Mommy dan daddy. Tapi aku berpura-pura tidak tahu, dan masih menolak kenyataan pahit ini. Walau bagaimanapun begitu faktanya.Aku bukan anak kandung Mommy! Kenyataan ini membuatku berpikir keras hingga aku jatuh sakit. Dan sekarang aku akan sakit jilid ke dua karena luka yang belum sembuh tersebut seolah diangkat lagi ke permukaan dan membuat tubuhku kembali berdarah-darah.Aku memikirkan bagaimana perjalanan sedari kecil, tidak! Otakku dan hatiku menolak keras. Bagaimana saat masih kecil, Mommy selalu menyayangiku sama seperti yang lain, bagai
Tubuhku menggigil. Semua masalah ini seolah tak henti datang untuk menyerangku.Aku butuh perlindungan, tapi ... Aku rasa aku sudah gila! Bayangkan, aku malah ingin meminta perlindungan pada Bryce padahal dia yang membuat semua kesialan ini padaku.Ingin aku bilang ke Mommy tentang hal ini, tapi aku juga sedang overthinking. Bagaimana dengan masa lalu orang tuaku. Apa aku bisa disebut cukup dewasa untuk meminta penjelasan Mommy? Apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku? Walau hatiku masih merasa sangat sedih sekarang, orang yang sangat perhatian padaku dengan segala kepedulian Mommy tapi ternyata Mommy bukan ibu kandungku. Apa sebenarnya Mommy orang jahat? Ya Tuhan ... Otakku bisa cepat kalau memikirkan ini.Apa aku juga bukan anak kandung Daddy? Daddy memang lebih cuek terhadap anak-anaknya. Bagiku, Mommy wanita luar biasa hingga membuatku bisa bertahan sejauh ini. Bagaimana aku selalu insecure dan overthinking karena para laki-laki menjadikanku
Sore itu aku pulang! Walau rasanya seperti ingin berlari ke ujung dunia sambil berteriak, di mana keadilan? Kenapa? Kenapa semua ini terjadi padaku?Saat itu sudah hampir pukul 8 aku pulang ke rumah dengan keadaan hati yang hancur. Aku langsung jadi pendiam dan tak menegur siapa-siapa. Mommy, Daddy dan Kelsea bersikap tidak terjadi apa-apa, walau aku bisa melihat raut wajah Kelsea yang menahan kesal."Mommy tadi nelpon kenapa HP-nya mati?" Aku diam dan makan. Masalah ini terasa begitu berat buatku. Apa benar Mommy adalah wanita munafik? Tegakah aku mengatai wanita luar biasa ini?Aku hanya menyedok dua sendok dan langsung pergi. Rasanya benar-benar ingin mengamuk seperti Kelsea, biarkan aku diusir asal tahu kejelasan orang tuaku.Aku masuk ke kamar dan membanting pintu sekuat mungkin dan menangis sebisanya. Bagaimana orang tua yang aku percayai selama ini berbuat seperti ini padaku? Jadi aku ini anak siapa?Aku memeluk seli
Daddy pernah bilang, jika sudah dewasa aku akan mengerti tentang nasibku sebenarnya. Tapi saat dewasa dan kurenungi semuanya, rasanya sama sajaโhidupku selalu menyedihkan.Dulu, saat punya masalah dan memikirkan ibu kandung yang tak ada habisnya, ada si bajingan Bryce yang datang mengangguku dan menawarkan pengelaman terbaik, tapi saat ia sudah mendapatkan diriku, dengan mudahnya ia mencampakkan aku seperti bola pimpong.Mengetahui fakta tentang nasibku ada rasa yang membuatku ingin mengamuk dan menanyakan di mana keadilan dunia ini. Saat aku melihat Mommy yang selalu tersenyum di hadapan kami aku ingin berteriak di depan Mommy, kenapa Mommy bersikap seperti ini? Kenapa Mommy melakukan ini semua? Kenapa Mommy seolah terlihat bahagia terus-terusan padahal saat dewasa sedikit mengerti bagaimana rasanya disakitin. Mereka adalah orang tua yang hebat, tapi mereka juga orang tua yang kacau.Aku butuh Kelsea untuk bercerita, tapi aku masih gondok menging
Aku benci Bryce dan sekarang aku benci pada saudariku karena sikap mereka yang membuatku makin tertekan.Aku benci dengan perasaan ini!Pagi ini hatiku kembali berdarah-darah melihat pemandangan Bryce dan Kelsea bercanda lagi di toko roti. Sebenarnya mereka punya malu? Atau mereka punya perasaan? Apa Kelsea pernah memikirkan perasanku? Sebagai sesama perempuan, bagaimana orang kesayangan kamu lebih peduli pada orang lain."Mereka akrab sekali." Aku mengelus dadaku, dan melihat Paula yang sudah berada di belakangku dan menegur karena aku malah melamun. Aku sebenarnya sengaja menyibukkan diri di toko roti agar tak terlalu banyak pikir, tapi melihat pemandangan itu membuatku membenci keadaan ini.Aku hanya mengelus perutku, bahkan perutku sudah terasa keras sekarang. Bagaimana mungkin aku akan melahirkan, punya anak dan ayahnya sibuk bermesraan dengan wanita lain.Aku masih mengharapkan si bajingan Bryce, aku selalu bermimpi j
Kurasa Bryce tidak salah mencintai Kelsea, lihatlah dia kini begitu telaten mengurusku yang tak berdaya di atas ranjang.Terlalu banyak pikir membuat tubuhku kolaps. Akhirnya Kelsea datang merawatku, aku merasa semakin tak berguna seperti ini dan semua kata-kata laknat Bryce terus mengangguku."Mana ada ibu hamil sakit." Aku tersenyum dengan terpaksa. Biarkan Kelsea mengomel apapun tapi dia selalu ada di sini untuk menghiburku, merawatku dan semoga tak ada niat untuk melihat Bryce sebagai laki-laki yang bisa ia minta sebagi pelindung. Hal itu bisa membuatku mati, hanya karena memikirkan mereka aku sampai sakit seperti ini.Kepalaku pusing kebayankan tidur, tapi tak cukup tenaga untuk bangun."Mungkin Skye mau makan apa? Aku yang masak." Aku hanya tersenyum dengan wajah pucat."Aku mau keluar." Kelsea membantuku keluar dari kamar, karena rasanya sudah muak berada di sana. Aku hanya berbaring di sofa, dan Kelsea pergi memasak.
Aku mengungsi ke rumah Mommy. Bisa gila jika aku harus mendapat serangan teror terus menerus. Entah siapapun setan pengirim itu yang pasti hidupku sedang tidak baik-baik saja.Aku ingin hidup normal, beraktivitas seperti biasa mengunjungi toko roti hingga tutup, malam berisitirahat dan kembali pulang, dan sesekali aku menikmati liburan. Tapi kini?Tapi pagi ini aku tak ingin kemana-mana, tubuhku masih begitu shock dan sepertinya aku akan terus bermimpi buruk hingga beberapa malam ke depan. Semoga Kelsea mau tidur bersamaku, karena aku jadi parno sekarang.Aku hanya diam, dan menganduk-ngaduk minuman dengan tak semangat.Kelsea masih belum bangun, ia sepertinya benar-benar menikmati waktu berlibur di sini. Padahal kehadiran Kelsea menjadi salah satu ancaman buatku."Bryce, kayaknya sibuk terus ya sekarang. Dia jarang datang ke sini, dan ke sini juga kamu selalu sendiri." Aku langsung duduk tegap, saat Mommy bertan
Aku membencinya, tapi aku juga ingin terus bersamanya. Love and hate him at the same time.Sekarang aku dengan nyaman berada dalam dekapannya dan menghirup aroma tubuhnya sebanyak mungkin. Aku rindu aroma itu, aroma yang membuatku merasa hidup di dunia ini tal sia-sia, aku harus bertahan karena ada Bryce sialan yang akan terus berada di sampingku, ada Bryce sialan yang bisa memanjakan aku. Tapi, saat dia mencampakkan aku duniaku seolah berhenti."Jangan pergi." Aku memohon padanya. Dia hanya memandangku, dan tak bereaksi apa-apa. Aku tak ingin Bryce pergi, aku ingin menahan dirinya hanya untuknya, di sisiku.Dengan gerakan tubuhnya, aku merasa dia seperti ingin melindungku, aku memeluk tubuhnya semakin, andai di dunia ini hanya kami berdua aku akan senang sekali dan akan ada kami yang lahir."Kamu senang menjadi seorang ayah?" Bryce menunduk melihatku, dan mengelus-elus rambutku, tanpa sadar aku tersenyum. Rasanya aku ingin mencium
Toko roti Skye semakin dibuat besar, toko sebelah yang dulunya menjual minuman, sekarang juga menjadi milik Skye, karena Bryce kembali membelikan untuk istrinya.Wanita itu begitu sibuk mengurus toko roti miliknya, dengan perut buncit ke mana-mana.Ya, setelah hubungannya bersama sang suami kembali membaik, Skye dan Bryce sama-sama mengalah dan mengerti, jika dalam hubungan yang dibutuhkan adalah kerja sama tim. Mereka kompak untuk mengurus Lizzie, bocah itu sudah berusia tiga tahun sekarang."Bumil capek, ya. Biar aku pijitkan." Skye duduk sambil menarik napasnya, sekarang tubuhnya bengkak semua, karena tinggal menghitung hari melahirkan. Dia kesulitan untuk bernapas, walau tetap lincah untjk bekerja.Bryce berjongkok di depan istrinya, sambil memijit telapak kaki Skye yang bengkak semua.Mereka akan punya anak perempuan lagi, dan Skye akan menamai
Mobilnya melaju di Heraut, Perancis Selatan. Dengan pemandangan saluran irigasi memancar, keluar dari titik pusat, layaknya jari-jari sepeda. Ditambah lahan pertanian segitiga menduduki strip sempit tanah antara parit.Sepanjang perjalan banyak disuguhi kebun anggur, yang merupakan produksi anggur terbaik di Perancis.Setiap kebun anggur berbentuk kotak tanpa berhubungan dengan yang lainnya.Bryce menikmati sedikit pemandangan itu, tapi bukan itu tujuan utamanya. Dia akan pergi menemui seseorang yang spesial. Laki-laki itu tersenyum miring, tidak berjumpa dengan sang tuan rumah.Sama seperti rumah-rumah yang lain, dia menaikkan kacamata hitam memastikan jika matanya tidak salah melihat di depan. Bryce menarik napas panjang. Tungkai kakinya berjalan dengan mantap menuju rumah yang dia tuju, butuh berjam-jam agar bisa sampai di sini.Bryce mengetuk pintu san
Dia punya keluarga yang utuh, keluarga yang harmonis. Skye tersenyum melihat interaksi keluarganya, hatinya menghangat dan diisi dengan kebahagiaan.Lizzie semakin besar menjadi anak yang sangat pintar. Bayi itu sedang bermain bersama Verena, walau berisik ternyata Verena sangat suka dengan anak kecil."Nampaknya kau bisa punya anak sekarang." ucap Asher pada Verena yang menatap adiknya."Bersama Mark." tambah Asher. Verena langsung mengeluarkan jari tengahnya pada Asher yang sudah terpingkal-pingkal, mereka sangat suka saling mengejek.Verena mencium pipi Lizzie, dan mengajak bertepuk tangan."Ouch, aku akan menjadi aunty kesayangan." Verena kembali memeluk Lizzie, dan menggelitik perut bayi itu yang membuatnya tertawa lucu dengan suara khas anak kecil yang menggemaskan.Keluarga heboh ini sedang bersantai, semenjak Bryce
Skye berharap sekarang adalah hujan, petir, badai, angin besar, agar hidupnya makin menyedihkan. Dia berjalan tanpa tujuan, dan tanpa sadar roda empat itu berputar ke tempat yang dulu sangat dia benci, kuburan Alicia.Skye terdiam beberapa saat, udara dingin menusuk kulitnya tapi dia masih terdiam di sana, menimbang akan turun dari mobil atau tidak, jujur saja sekarang dini hari, pukul 03 dini hari, lewat 21 menit, hanya orang gila yang datang kuburan pada dini hari. Skye berada dalam tahap hopeless.Skye menarik napas tak ikhlas, mencabut kunci mobil, merapatkan coat dan turun dari mobil, dengan cahaya senter di ponselnya, Skye memasuki pekarangan kuburan itu mengendap-endap jangan sampai dia menginjak ular atau binatang berbahaya yang lain. Ketika kakinya menginjak daun-daunan kering, Skye berdiri sebentar melihat keadaan sekeliling, setelah memastikan aman dia melanjutkan langkahnya.Ketika langkah k
Skye tak ingin merepotkan orang tuanya, dan tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Bryce. Dia percaya laki-laki itu akan kembali, walau penantian itu telah berakhir, Bryce tidak muncul walau sudah dua minggu.Skye menghibur dirinya dengan terus mengajak Lizzie jalan-jalan.Kali ini Skye mengajak Lissie, walau dia sempat membenci Lissie karena Paula pada akhirnya Skye lebih terbuka, mengalahkan semua egonya demi kebahagiaannya.Rothenburg adalah salah satu kota abad pertengahan yang terbaik di Jerman. Dan hari ini adalah destinasi Skye dan Lissie, Skye ingin punya teman selama perjalanan. Ibunya sedang sibuk, Verena dan Asher sekolah. Setelah menyadari, Skye tahu dia tak punya banyak teman.Rothenburg juga disebut sebagai kota kartu pos, mulai dari museum yang mengkhususkan diri dalam elemen kriminal hingga mainan dan boneka.Wala
"Aku benar-benar jadi malaikatmu selama ini. Kau seharusnya memanggilku bidadari.""Baiklah, bidadari." jawab Skye dengan terpaksa sambil memutar bola matanya malas. Kelsea tertawa sambil membawa saudarinya dalam dekapan."Aku tanpamu butiran rinso." bisik Skye lagi, sambil mengejek Kelsea balik. Kelsea kembali tertawa."Setelah ini, kau harus menikah." pesan Skye, Kelsea kembali tersenyum, mereka saling melepaskan pelukan. Bryce hanya memperhatikan dua wanita itu berinteraksi, kasih sayang dan kerukunan kedua wanita itu tak pernah pudar, walau mereka sudah dewasa dan punya kehidupan masing-masing."Aku menikah, dan kau harus memberi aku keponakan lagi. Lizzie harus punya adik." Kelsea menyipitkan sebelah matanya ke arah Bryce, senyum laki-laki itu langsung mengembang."Kau tenang saja, itu bisa diatur." jawab Bryce tanpa dosa, memasang wajah tak bersalah sama sekali. Rasanya Skye ingin memukul kepala laki-laki itu den
Skye jelas masih menyimpan dendam, dan juga benci pada mantan suaminya, tapi melihat Bryce yang sekarang membuatnya meleyot.Wanita itu masih terdiam, mengganti popok Lizzie, sesekali ekor matanya melirik pada Bryce yang sedang menyusun makanan di atas nakas. Keduanya sama-sama terdiam. Suhu tubuh Lizzie menurun, satu atau dua hari lagi, Lizzie bisa diizinkan pulang."Sudah pukul 9, kau sarapan dulu." Skye mencari di mana keberadaan jam dinding, benar jam bundar itu menunjukkan pukul sembilan lewat dua puluh menit, sudah lewat waktu yang banyak.Skye melihat banyak roti, berserta selai, sosis, dan juga madu serta jus."Kau sarapan saja, biar aku yang menyuapi Lizzie." Skye masih terdiam, tapi juga dia mendekati nakas sambil menarik kursi.Skye mengolesi roti dengan selai yang sudah Bryce siapkan, wanita itu melirik ke arah mantan suaminya yang begitu telaten menyuapi Lizzie, dan bayi itu mau makan. Wajah Lizzie masih l
Skye berlari dengan terburu-buru, walau sekarang sudah malam, tapi kata Baginda Ratu Lizzie langsung dibawa ke dokter. Wanita itu begitu panik, bayi kesayangannya tak pernah sakit serius."Skye!" Skye tidak peduli dengan teriakan itu, dia terus berlari, dan mencari di mana Lizzie. Skye buru-buru mengambil ponselnya, dan menelpon ibunya."Di ruangan mana?" tanya Skye berdiri, masih berusaha untuk mengatur napasnya.Wanita itu langsung menuju ruangan yang dimaksud, dan tanpa sadar membuka pintu ruangan begitu kuat, yang mengundang suara keras, dan membuat Lizzie terkejut dan terbangun.Tubuh Skye mendadak lemas, melihat bayinya berbaring tak berdaya, tak bersemangat seperti Lizzie yang biasanya."Baby, I'm so sorry. Mutter harusnya menjaga kamu." Tubuh Lizzie diberi infus karena kekurangan cairan. Bayi itu mengalami demam tinggi, dan mencret.Skye menangis, tak tega melihat kondisi Lizzie yang begitu lemas.
Lizzie sedang dideportasi, dan bayi itu seperti senang saja berpisah dengan ibunya. Lizzie anak yang manis.Skye menanti makan malam romantis ala mereka, dengan chef terbaik Bryce. Wanita itu mematut dirinya di depan cermin. Skye meyakinkan dirinya untuk bahagia sekarang, cukup sudah dia menderita selama ini.Rambut panjangnya sengaja dia ikat malam ini yang menampakkan leher jenjangnya. Skye merasa seperti kembali menjadi seorang gadis yang malu-malu pergi berkencan, walau dia senang Lizzie hadir untuknya.Skye keluar dari kamar, dan dia melihat Bryce sudah sibuk di dapur sedari tadi."Apa yang bisa kubantu?" Bryce yang sedang mengupas kentang hanya terdiam. Laki-laki itu begitu cepat kerjanya."Sebenarnya, aku sedang menghitung berapa nutrisi dalam makanan ini." Skye hanya menyipitkan matanya. Random sekali laki-laki ini."Kenapa dengan nutrisi?""Aku hanya menghitung, agar apa yang masuk da