“Tetaplah berada di belakangku, aku akan segera menyelesaikannya.”
~~~~
Ryou berjalan mendekat ke arah arwah yang berkumpul itu, dan bersiap untuk memurnikan mereka.
“1, 2, 3, 4 … 5 arwah? Sebanyak ini?” tanya Sora pada Ryou.
Para arwah itu menatap Ryou dengan wajah mengerikan mereka. Energi negatif yang keluar dari sosok mereka sangat kuat hingga mampu menggerakan benda yang ada di sekita mereka. Tiba-tiba saja kotak peralatan tulis Sora bergerak dan isinya terbang ke arah Ryou dan membuat Sora berteriak karena panik.
“Ryou!”
Tetapi dengan cekatan Ryou berhasil menangkap alat-alat tulis yang terbang menyerang ke arahnya itu dengan satu tangannya yang kosong. Ryou berjongkok dan mengarahkan kipasnya ke lantai.
“Wahai Kinokami, Kukunochi. Sang Dewa Pohon, pinjamkanlah kekuatanmu ….”
Sambil memejamkan matanya Ryou mengucapkan mantra, lalu kipas itu kembali bersinar dan akar-akar pohon keluar dari lantai kamar Sora dan mulai melilit arwah-arwah itu. Energi negatif yang begitu kuat tadi kini mulai melemah.
“Wahai roh penasaran, dengan kipas merah ini sebagai persembahannya. Temukanlah jalanmu ke dunia sana!”
Para arwah tadi mulai menghilang mengikuti cahaya yang keluar dari akar pohon yang melilit mereka kemudian menghilang ke udara, dan saat Ryou menutup kipasnya akar pohon itu perlahan juga mulai menghilang seperti sihir.
“Indah ….” Sora berpikir sosok Ryou saat memurnikan arwah terlihat indah, cahaya itu seolah memancar juga dari tubuh Ryou sehingga membuat Sora terpanah dan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Ryou yang sedang memunggunginya.
Ryou memasukan kipas itu ke dalam sarungnya, lalu berdiri dan menghampiri Sora yang masih terpaku di tempatnya sampai tiba-tiba suara ketukan pintu mengagetkan mereka.
“Sora? Suara apa itu? Kamu belum tidur?”
Suara Ibu Sora di balik pintu itu membuat Sora dan Ryou menjadi panik dan segera mencari tempat untuk menyembunyikan Ryou.
“Pak Gurumu mau pulang ….”
Ibu Sora membuka pintu kamar Sora karena tidak ada jawaban darinya, tapi ruangan itu sangat hening dengan lampu yang dimatikan.
“Lho? Ternyata sudah tidur. Berarti aku salah dengar, ya.”
Hijiri yang mengetahi hal yang terjadi di kamar itu hanya diam tanpa mengatakan apa pun lalu melihat ke arah kasur Sora.
“Maaf Pak Guru.”
“Iya tak apa.”
Ibu Sora dan Hijiri bergegas keluar kamar lalu menutup pintunya perlahan. Membuat jantung kedua orang yang kini sedang bersembunyi di bawah selimut itu sedikit perasa lega.
Karena saking paniknya tadi, Ryou mematikan lampu lalu menarik lengan Sora dan mengajaknya bersembunyi di atas kasur kemudian menutup tubuh mereka dengan selimut. Posisi Sora yang menindih tubuh Ryou bisa dengan jelas mendengar detak jantung Ryou yang berdegup dengan sangat kencang.
Setelah mendengar pintu di tutup, Sora bergegas melepaskan pelukan Ryou dan bangun dari tubuh Ryou.
“Ma-maaf!” ucap Sora.
“Ng-nggak apa-apa ….”
Sora menatap wajah Ryou yang saat ini sedang tiduran dengan bajunya yang berantakan akibat tindihan Sora membuatnya terlihat sangat sexy sehingga Sora terpanah melihatnya.
“Anu … Sora … kakiku ….”
Saat Ryou mengatakan hal itu, Sora tersadar dari lamunannya dan terkejut karena dia mesih menduduki kaki Ryou dan membuatnya hampir terjatuh dari kasur, namun Ryou segera memeluk pinggang Sora agar dia tidak terjatuh.
“Sora … hari ini biarkan aku di sisimu sampai pagi.”
Mendengar ucapan Ryou yang sedikit ambigu membuat Sora berpikir apakah Ryou adalah tipe orang yang punya pikiran mesum seperti itu, tapi saat Sora ingin menjawab ‘tidak’ Ryou langsung melanjutkan perkataanya.
“Tapi harus kulakukan! Biarkan aku ada di sisimu untuk melindungimu sampai kita berhasil menemukan penyebab para arwah itu berkumpul di sekitarmu.”
Ryou mengatakan hal itu dengan wajah polosnya, membuat Sora terbengong saat mendengarnya. Hari ini Ryou sudah membuatnya malu setengah mati karena sudah berpikiran yang tidak-tidak tentang maksud dari Ryou.“Me-memangnya bahaya banget kalau mereka berkumpul?” dengan wajahnya yang masih memerah Sora mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan.“Iya … sepertinya ada banyak sekali arwah. Didekati arwah itu artinya … nyawamu diincar.”Sora menelan ludahnya dengan susah payah, jantungnya berdegup dengan kencang, dia baru teringat sesuatu. Apa yang dikatakan Ryou ada benarnya, berbeda dengan biasanya arwah-arwah itu langsung mengincar Sora dengan hawa membunuh yang sangat kuat membuat Sora merinding ketakutan. Sambil mencengkram boneka singa milik kakaknya Sora memberanikan dirinya untuk bertanya.“Hanya … aku? Atau semua yang bisa mellihat roh?”Namun Ryou malah memalingkan wajahnya dari Sora.
“Maaf, aku nggak bisa melindungimu sampai akhir”? kenapa aku berkata seperti itu? Sambil menangis pula?” tanya Sora.“Katanya begitu. Aku tak tahu apakah itu alasan kamu diincar arwah, tapi kurasa itu patut diselidiki.” Hijiri menjawabnya sambil fokus menyetir.Sora dan Ryou sedang menuju tempat yang dikatakn oleh Hijiri untuk menyelidiki kejadian aneh yang menimpa Sora. Selama perjalanan Ryou tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap keluar jendela.“Benar juga … daripada nggak tahu harus mulai dari mana.” gumam Sora.Sora melirik ke arah Ryou yang sedang memperhatikan jalan dalam diam, padahal Sora sudah mempersiapkan hatinya untuk menginap di rumah Ryou, bahkan sempat gugup karena memikirkan hal yang tidak-tidak sehingga membuatnya kurang tidur.Tiba-tiba saja Ryou melirik ke arah Sora sehingga membuat matanya menemui mata Sora yang sedang melamun memperhatikannya.“Eh, Kenapa?&rdquo
“Ryou ….” panggil Sora.Awalnya Sora berpikit Ryou mungkin saja pergi ke toilet, tetapi saat dia mencoba untuk memastikan, kasur milik Ryou sudah dingin itu berarti Ryou sudah lama keluar. Tiba-tiba saja Sora merasakan firasat buruk tentang Ryou, dia bergegas bangun untuk mencari Ryou.Pohon plum tua yang tadinya bercahaya mulai meredup dan seketika Ryou jatuh terduduk ke tanah di hadapan pohon itu dengan keringat di sekujur tubuhnya.“Ternyata begitu, ya ….” ucap Ryou.Tiba-tiba saja Ryou merasa sebuah cahaya muncul di belakangnya dengan aura membunuh yang sangat kuat sehingga membuat Ryou menoleh dan mencoba untuk menangkis sesuatu.Sora yang sedang mencari Ryou tiba-tiba saja mendengar suara dari luar penginapan sehingga dia bergegas menghapiri sumber suara itu. Saat dia sampai di pintu belakang tempat pohon plum tua, Sora melihat sesosok wanita menggunakan pakaian untuk samurai dengan giginya yang taj
Sore itu langit di musim dingin yang bersalju terlihat lebih gelap dari biasanya. Ryou yang masih berusia lima tahun sedang menyapu halaman kuil, tiba-tiba dia mendengar suara tangisan anak perempuan di sekitar kuilnya. Karena penasaran dengan suara tangis itu Ryou dengan membawa sapunya berjalan untuk mendatangi sumber suara tersebut.“Huwaa! Jangan melihat ke arahku! Hiks ….”Mendengar suara teriakan itu Ryou berlari dengan kencang dan saat ia sampai di sumber suara tersebut, dia melihat seorang anak perempuan yang sedang berjongkok sambil menutup matanya.“Ada apa?” tanya Ryou. Anak perempuan itu menoleh kepadanya dan memperlihatkan wajahnya yang basah karena air mata. “Itu … anak perempuan yang ada di depan sana melototin aku, tubuhnya penuh dengan darah … hiks .…” ucapnya menunjuk ke ujung jalan dengan wajah yang ketakutan.Ryou melihat ke arah yang ditunjuk oleh anak perempuan itu dan terkejut,
“Selama delapan belas tahun aku hidup, nggak ada yang bisa membuatku kaget ataupun takut.” -Sora Karasawa-Tahun ajaran baru sudah dimulai. Sora dan Ryou kini sudah menduduki kursi kelas 3 SMA. Image Sora yang tomboy dan pemberani berlawanan dengan image Ryou yang lugu dan kalem di depan teman-temannya, bahkan selama ini mereka selalu menganggap Ryou adalah anak yang sangat lemah.Saat itu, Sora dan teman-temannya sedang berjalan menuju kelas, sesampainya mereka di dalam kelas, mereka melihat Ryou yang sedang dikerumuni oleh anak-anak berbadan besar dari kelas lain.“Eh! Itu anak-anak dari kelas 3-D kan? Kenapa mereka mengerumuni Ryou?”“Dia lemah, sih. Makanya sering ditindas, dari kelas satu dia itu kutu buku yang lemah. Entah kenapa dia tidak berubah sedikit pun, padahal kalau dia menjadi lebih berani sedikit saja aku pasti menyukainya.”“Kau benar, kasihan sekali dia. Padahal wajahnya lumayan kalau dia ti
"Mimpi, ini pasti mimpi .…”~~~~Tiba-tiba saja Sora terbangun sambil menangis dan saat ia mulai sadar, dia sedang tertidur di sebuah kursi di ruangan dengan lampu yang sangat terang. Sora mulai bangun dan duduk di kursi itu sambil melihat sekeliling.“Ini bukan ruang UKS, ruangan ini denuhi dengan hiasan aneh dan juga banyak buku-buku aneh yang berada di raknya, di mana ini?” pikir Sora. Tiba-tiba saja seseorang laki-laki muncul di hadapannya sambil tersenyum, “Kamu sudah sadar?” tanyanya.“Ryou? K-kamu … aku kenapa?! Kenapa aku ada di sini?!” tanya Sora panik.“Jangan khawatir, ini ruang klubku.” jelas Ryou kepada Sora. “Ruang klub?” Sora yang mendengar penjelasan Ryou menatap ke sekeliling, “Kenapa ruang klubnya seperti ini?” tanya Sora bingung. Ryou yang seakan mengerti akan kebingungan Sora ingin menjelaskannya secara perlahan. “Ini klub pen
“Ibu aku pergi dulu!”“Sarapannya?”“Maaf, hari ini nggak dulu!”Setelah kejadian kemarin sore di sekolah Sora harus berangkat agak pagi ke sekolah untuk meminta kompresan ke UKS. Sora tinggal di sebuah apartemen di lantai 10, sehingga dia menaiki lift untuk turun ke lantai dasar.Karena saat itu jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, sehingga apartemen itu masih sangat sepi. Sora menekan tombol 1 pada lift itu, dan saat pintu mulai tertutup dia merasakan udara dingin berhembus di tengkuk lehernya, aura mencekam menemaninya selama dia berada di dalam lift dan seketika dia teringat akan kejadian di sekolahnya.“Aku harap semua itu mimpi … tetapi kejadian kemarin sama sekali nggak seperti mimpi .…” ucap Sora dalam hatinya. Sebenarnya Sora penasaran dengan apa yang ada di belakangnya, namun dia tidak bisa menoleh sama sekali.Suara denting pertanda lift telah sampai di lantai tujuannya membuat So
“Aku menyukaimu. Makanya aku ingin melindungimu!”Ryou menyatakan perasaannya secara mendadak kepada Sora secara mendadak membuat Sora tersipu malu mendengarnya, “A-apa katamu?” tanyanya dengan wajah yang memerah. Namun tiba-tiba saja Ryou kembali tumbang dan membuat Sora berteriak panik.“Hei?! Hei!” teriak Sora sambil membalikan tubuh Ryou.“Maaf … biarkan aku berbaring sebenta, sepuluh menit saja.” Ucap Ryou sambil melirik ke arah Sora lalu memejamkan matanya. “Yang tadi kukatakan … adalah isi hatiku yang sebenarnya,” sambil tersenyum Ryou mengucapkan kalimat terahkirnya yang semakin pelan, “Semoga kamu mengizinkanku mengisi hatimu—” kemudian tubuh Ryou terkulai lemas membuat Sora yang sedang tersipu malu tadi langsung berteriak memanggil Ryou karena panik.“Hei!! Ryou .…!!” namun suara dengkuran terdengar di telinga Sora. “Hah? Dia tertidur?&