Ryou mengatakan hal itu dengan wajah polosnya, membuat Sora terbengong saat mendengarnya. Hari ini Ryou sudah membuatnya malu setengah mati karena sudah berpikiran yang tidak-tidak tentang maksud dari Ryou.
“Me-memangnya bahaya banget kalau mereka berkumpul?” dengan wajahnya yang masih memerah Sora mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan.
“Iya … sepertinya ada banyak sekali arwah. Didekati arwah itu artinya … nyawamu diincar.”
Sora menelan ludahnya dengan susah payah, jantungnya berdegup dengan kencang, dia baru teringat sesuatu. Apa yang dikatakan Ryou ada benarnya, berbeda dengan biasanya arwah-arwah itu langsung mengincar Sora dengan hawa membunuh yang sangat kuat membuat Sora merinding ketakutan. Sambil mencengkram boneka singa milik kakaknya Sora memberanikan dirinya untuk bertanya.
“Hanya … aku? Atau semua yang bisa mellihat roh?”
Namun Ryou malah memalingkan wajahnya dari Sora.
“Kenapa ….”
Sora mengerti dengan sikap diam Ryou tersebut sehingga dia tidak melanjutkan perkataanya lagi. Sementara itu Sora berpikir jika arwah itu hanya mengincar nyawanya, berarti Ryou akan terus ditempatkan dalam keadaan bahaya. Sora tidak menginginkan hal itu terjadi kepada Ryou.
“Ryou ….” panggil Sora. Dia menggenggam erat boneka singa di tangannya lalu kembali berbicara.
“Nggak … kematian Kakak bukan salahmu, jadi nggak ada alasan bagimu untuk terus melindungiku, Ryou …!” Sora berharap dengan dia mengatakan hal itu Ryou bisa terbebas dari rasa bersalahnya dan membuatnya berhenti berpikir untuk melindungi Sora.
Namun ternyata reaksi yang diberikan Ryou jauh berbeda dengan apa yang Sora harapkan. Ryou malah menghampiri Sora lalu menggenggam tangannya dan meletakan tangan Sora di dadanya.
“Alasan itu, ada dalam diriku.” Ryou duduk di hadapan Sora lalu menatap Sora dengan lembut. “Sora, waktu usiaku lima tahun, aku jatuh hati pada seorang gadis kecil yang menangis di depan kuilku. Semenjak hari itu, aku selalu memperhatikannya diam-diam.”
Ryou menutup matanya dan menempelkan dahinya ke dahi Sora sebelum melanjutkan perkataanya membuat Sora menutup matanya juga.
“Sore itu, aku diam-diam melihat gadis itu di dekat sebuah taman dari kuil di sebelah taman itu. Kuil itu adalah rumahku. Aku melihatnya sedang mencari seseorang dan tiba-tiba arwah-arwah itu menariknya ketengah jalan dan hampir membuatnya tertabrak mobil. Aku berhasil menyelamatkannya saat itu, tapi aku lengah. Arwah itu berhasil menarikku ….”
“Ryou ….”
“Aku sudah siap mati. Aku takut … tapi aku senang karena berhasil menyelamatkanmu. Tetapi ….” Ryou melepaskan genggaman tangannya dari tangan Sora dan menjauhkan tubuhnya dari Sora. “Aku malah merenggut nyawa orang yang orang yang di sayangi gadis itu … Kakakmu, Kak Seiji, dia datang dan melompat ke arahku untuk menolong diriku yang tengah ditarik oleh arwah itu dan membuatnya tertabrak oleh truk yang melintas. Makanya … aku siap mengorbankan nyawaku demi Sora!”
Ryou mengatakan kebenarannya kepada Sora sambil meremas dadanya yang terasa sesak. Dia takut kalau Sora akan semakin membencinya jika Dia tahu kebenarannya, tetapi Ryou berpikir dia tetap harus memberi tahu kebenaran itu kepada Sora.
Sora merasa sedih ketika melihat Ryou yang seperti sedang menahan sakit, sora tidak bisa membayangkan seberapa besar penderitaan Ryou selama ini yang selalu menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang Sora alami.
Sora memeluk Ryou dengan tiba-tiba membuat Ryou sempat terkejut karena mendengar suara isakan Sora.
“So-sora ….” panggil Ryou sambil membelai lembut kepala Sora.
“Nggak akan kumaafkan …,” ucap Sora lalu melepaskan pelukannya dari Ryou dan mencengkram kerab baju Ryou. “Kalau kamu sampai mati gara-gara aku … Aku nggak akan memaafkanmu!” dengan mata yang berkaca-kaca dan wajahnya yang memerah Sora melanjutkan perkataannya, “Kamu bilang akan berada di sisiku selamanya, kan?”
Ryou yang melihat Sora menangis seperti itu merasa sangat sedih, hatinya terasa sakit melihat gadis yang dia sukai menangis seperti itu, akhirnya Ryou menghela napas lega dan kembali memeluk Sora.
“Iya … aku berjanji, aku nggak akan mati dan akan selalu melindungimu.”
~~~~
Ryou dan Sora kembali berangkat ke sekolah secara bersamaan. Sesampainya di sekolah, mereka langsung menemui Hijiri di ruang Klub Penelitian Arwah.
“Jadi kamu ingin aku menyampaikannya kepada orang tuamu sebagai Guru. Bahwa anak perempuannya mau menginap beberapa hari di rumah seorang cowok?” tanya Hijiri pada Sora.
Sebenarnya semenjak kejadian kemarin Sora setuju untuk menginap di rumah Ryou sampai mereka bisa menemukan penyebab kenapa Sora bisa diserang oleh arwah-arwah itu, maka dari itu mereka meminta bantuan Hijiri agar Sora memiliki alasan agar bisa menginap di rumah Ryou.
“Ehh! Jangan begitu …! Bilang saja aku harus ikut Training Camp! Lagian rumah Ryou, kan kuil! Pasti aman ….” sergah Sora kemudian.
Tanpa mengatakan apa pun lagi Hijiri berdiri dan mengeluarkan kunci mobilnya, lalu menarik lengan Sora agar mengikutinya.
“Kalau begitu sekalian saja. Ada tempat yang ingin kuperlihatkan.”
“Hah …?” tanya Sora bingung. Lalu melirik ke Ryou, tetapi Ryou hanya berdiam diri di tempatnya.
“Kakakmu pernah bilang kondisimu mendadak aneh waktu pergi tamasya. Kamu berkata begini sambil menangis, ‘Maaf aku nggak bisa melindungimu sampai akhir’.”
Sora yang bingung dengan ucapan Hijiri hanya terdiam tanpa mengatakan apa pun dan tetap terus ditarik oleh Hijiri sampai ke mobilnya diikuti oleh Ryou di belakangnya yang seperti sedang memikirkan sesuatu.
“Maaf, aku nggak bisa melindungimu sampai akhir”? kenapa aku berkata seperti itu? Sambil menangis pula?” tanya Sora.“Katanya begitu. Aku tak tahu apakah itu alasan kamu diincar arwah, tapi kurasa itu patut diselidiki.” Hijiri menjawabnya sambil fokus menyetir.Sora dan Ryou sedang menuju tempat yang dikatakn oleh Hijiri untuk menyelidiki kejadian aneh yang menimpa Sora. Selama perjalanan Ryou tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap keluar jendela.“Benar juga … daripada nggak tahu harus mulai dari mana.” gumam Sora.Sora melirik ke arah Ryou yang sedang memperhatikan jalan dalam diam, padahal Sora sudah mempersiapkan hatinya untuk menginap di rumah Ryou, bahkan sempat gugup karena memikirkan hal yang tidak-tidak sehingga membuatnya kurang tidur.Tiba-tiba saja Ryou melirik ke arah Sora sehingga membuat matanya menemui mata Sora yang sedang melamun memperhatikannya.“Eh, Kenapa?&rdquo
“Ryou ….” panggil Sora.Awalnya Sora berpikit Ryou mungkin saja pergi ke toilet, tetapi saat dia mencoba untuk memastikan, kasur milik Ryou sudah dingin itu berarti Ryou sudah lama keluar. Tiba-tiba saja Sora merasakan firasat buruk tentang Ryou, dia bergegas bangun untuk mencari Ryou.Pohon plum tua yang tadinya bercahaya mulai meredup dan seketika Ryou jatuh terduduk ke tanah di hadapan pohon itu dengan keringat di sekujur tubuhnya.“Ternyata begitu, ya ….” ucap Ryou.Tiba-tiba saja Ryou merasa sebuah cahaya muncul di belakangnya dengan aura membunuh yang sangat kuat sehingga membuat Ryou menoleh dan mencoba untuk menangkis sesuatu.Sora yang sedang mencari Ryou tiba-tiba saja mendengar suara dari luar penginapan sehingga dia bergegas menghapiri sumber suara itu. Saat dia sampai di pintu belakang tempat pohon plum tua, Sora melihat sesosok wanita menggunakan pakaian untuk samurai dengan giginya yang taj
Sore itu langit di musim dingin yang bersalju terlihat lebih gelap dari biasanya. Ryou yang masih berusia lima tahun sedang menyapu halaman kuil, tiba-tiba dia mendengar suara tangisan anak perempuan di sekitar kuilnya. Karena penasaran dengan suara tangis itu Ryou dengan membawa sapunya berjalan untuk mendatangi sumber suara tersebut.“Huwaa! Jangan melihat ke arahku! Hiks ….”Mendengar suara teriakan itu Ryou berlari dengan kencang dan saat ia sampai di sumber suara tersebut, dia melihat seorang anak perempuan yang sedang berjongkok sambil menutup matanya.“Ada apa?” tanya Ryou. Anak perempuan itu menoleh kepadanya dan memperlihatkan wajahnya yang basah karena air mata. “Itu … anak perempuan yang ada di depan sana melototin aku, tubuhnya penuh dengan darah … hiks .…” ucapnya menunjuk ke ujung jalan dengan wajah yang ketakutan.Ryou melihat ke arah yang ditunjuk oleh anak perempuan itu dan terkejut,
“Selama delapan belas tahun aku hidup, nggak ada yang bisa membuatku kaget ataupun takut.” -Sora Karasawa-Tahun ajaran baru sudah dimulai. Sora dan Ryou kini sudah menduduki kursi kelas 3 SMA. Image Sora yang tomboy dan pemberani berlawanan dengan image Ryou yang lugu dan kalem di depan teman-temannya, bahkan selama ini mereka selalu menganggap Ryou adalah anak yang sangat lemah.Saat itu, Sora dan teman-temannya sedang berjalan menuju kelas, sesampainya mereka di dalam kelas, mereka melihat Ryou yang sedang dikerumuni oleh anak-anak berbadan besar dari kelas lain.“Eh! Itu anak-anak dari kelas 3-D kan? Kenapa mereka mengerumuni Ryou?”“Dia lemah, sih. Makanya sering ditindas, dari kelas satu dia itu kutu buku yang lemah. Entah kenapa dia tidak berubah sedikit pun, padahal kalau dia menjadi lebih berani sedikit saja aku pasti menyukainya.”“Kau benar, kasihan sekali dia. Padahal wajahnya lumayan kalau dia ti
"Mimpi, ini pasti mimpi .…”~~~~Tiba-tiba saja Sora terbangun sambil menangis dan saat ia mulai sadar, dia sedang tertidur di sebuah kursi di ruangan dengan lampu yang sangat terang. Sora mulai bangun dan duduk di kursi itu sambil melihat sekeliling.“Ini bukan ruang UKS, ruangan ini denuhi dengan hiasan aneh dan juga banyak buku-buku aneh yang berada di raknya, di mana ini?” pikir Sora. Tiba-tiba saja seseorang laki-laki muncul di hadapannya sambil tersenyum, “Kamu sudah sadar?” tanyanya.“Ryou? K-kamu … aku kenapa?! Kenapa aku ada di sini?!” tanya Sora panik.“Jangan khawatir, ini ruang klubku.” jelas Ryou kepada Sora. “Ruang klub?” Sora yang mendengar penjelasan Ryou menatap ke sekeliling, “Kenapa ruang klubnya seperti ini?” tanya Sora bingung. Ryou yang seakan mengerti akan kebingungan Sora ingin menjelaskannya secara perlahan. “Ini klub pen
“Ibu aku pergi dulu!”“Sarapannya?”“Maaf, hari ini nggak dulu!”Setelah kejadian kemarin sore di sekolah Sora harus berangkat agak pagi ke sekolah untuk meminta kompresan ke UKS. Sora tinggal di sebuah apartemen di lantai 10, sehingga dia menaiki lift untuk turun ke lantai dasar.Karena saat itu jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, sehingga apartemen itu masih sangat sepi. Sora menekan tombol 1 pada lift itu, dan saat pintu mulai tertutup dia merasakan udara dingin berhembus di tengkuk lehernya, aura mencekam menemaninya selama dia berada di dalam lift dan seketika dia teringat akan kejadian di sekolahnya.“Aku harap semua itu mimpi … tetapi kejadian kemarin sama sekali nggak seperti mimpi .…” ucap Sora dalam hatinya. Sebenarnya Sora penasaran dengan apa yang ada di belakangnya, namun dia tidak bisa menoleh sama sekali.Suara denting pertanda lift telah sampai di lantai tujuannya membuat So
“Aku menyukaimu. Makanya aku ingin melindungimu!”Ryou menyatakan perasaannya secara mendadak kepada Sora secara mendadak membuat Sora tersipu malu mendengarnya, “A-apa katamu?” tanyanya dengan wajah yang memerah. Namun tiba-tiba saja Ryou kembali tumbang dan membuat Sora berteriak panik.“Hei?! Hei!” teriak Sora sambil membalikan tubuh Ryou.“Maaf … biarkan aku berbaring sebenta, sepuluh menit saja.” Ucap Ryou sambil melirik ke arah Sora lalu memejamkan matanya. “Yang tadi kukatakan … adalah isi hatiku yang sebenarnya,” sambil tersenyum Ryou mengucapkan kalimat terahkirnya yang semakin pelan, “Semoga kamu mengizinkanku mengisi hatimu—” kemudian tubuh Ryou terkulai lemas membuat Sora yang sedang tersipu malu tadi langsung berteriak memanggil Ryou karena panik.“Hei!! Ryou .…!!” namun suara dengkuran terdengar di telinga Sora. “Hah? Dia tertidur?&
“Aku juga … nggak ingin lagi melihat orang yang kusuka terluka karena aku!”~~~~“Uhuk! Huachi!”“Sora?” panggil Ryou.“Ya?”“Lap badanmu sampai kering.”“A-aku tahu!! Bawel!” teriak Sora. ‘Harus cepat dilap, lalu pakai baju dan segera keluar dari sini.’ Pikirnya.Setelah jatuh ke kolam renang, Sora dan Ryou mengeringkan diri mereka dan berganti baju di ruang kesehatan. Dan sejak itu, Sora merasa tidak bisa tenang. Jantungnya berdetak dengan kencang sampai dia bisa mendengarnya dengan jelas, ditambah lagi dia tahu kalau Ryou sedang berganti pakaian di ruangan yang sama dan hanya dipisahkan oleh sebuah tirai.Sosok Ryou yang tersenyum dan mengkhawatirkannya masih terngiang dipikirannya, dan bayangan ketika Ryou memeluknya dengan sangat erat membuat tubuhnya merasa panas. Sora yang selama ini selalu berlagak kuat