“Ayo kita sirami taman bunga ini … Kakak lama nih ….”
Sore itu Sora kecil sedang menyirami tanaman sambil bernyanyi dan menunggu kakaknya datang. Tiba-tiba saja dia melihat bayangan seseorang berdiri di depan pagar rumahnya.
“Ah! Kakak?!”
Sora yang mengira bayangan itu milik kakaknya berlari menuju gerbang untuk menghampiri bayangan tersebut, namun sesampainya di depan gerbang ternyata tidak ada siapa pun di sana.
“Lho? Bukan, ya ….” Sora mencari-cari keberadaan kakaknya namun ternyata kosong. Saat dia berbalik dan berjalan menuju ke dalam rumah tiba-tiba saja sia merasa ada sesuatu yang menarik tubuhnya hingga terjatuh ketengah jalan sehingga kepalanya terbentur aspal, dan saat itu Sora melihat sebuah mobil sedang melaju kencang ke arahnya sehingga membuatnya berteriak dengan kencang sambil menutup matanya dan memanggil kakaknya.
“Kyaaaa! Kakak …!”
~~~~
“Hah!”
Sora terbangun dari tidurnya karena bermimpi tentang masa kecilnya, tubuhnya basah akibat keringat.
“kenapa mimpi lagi … padahal aku sudah lupa tentang kejadian itu,” dia bergumam sambil mengelap keringat di dahinya dengan lengan bajunya.
Sora bermimpi tentang kejadian waktu kakaknya meninggal, yang dia ingat setelah kejadian dia ditarik oleh sesuatu adalah saat ketika dia tersadar tubuh dingin kakaknya terbaring di hadapannya dengan penuh luka sehingga dia langsung paham kalau kakaknya melindungi Sora dengan mengorbankan dirinya sendiri. Sejak saat itu, Sora selalu menyalahkan dirinya atas kepergian kakaknya itu, dia selalu berpikir kalau kakaknya meninggal karena dirinya.
Setelah menenangkan dirinya Sora tersadar, kalaupun Ryou ada hubunganya dengan kejadian itu, dia nggak akan menjadi penyebab kematian kakaknya. Sehingga Sora bertekad untuk berbicara dengan Ryou terlebih dahulu agar Ryou tidak terlalu merasa bersalah dan setelah itu dia baru akan memutuskan bagaimana kedepannya.
Namun tiba-tiba saja Sora tidak bisa menggerakkan tubuhnya, suhu di kamarnya menjadi turun drastis dan membuatnya merinding, kepalanya berat dan napasnya menjadi sesak.
Kreet … Kreet ….
Sebuah suara membuat Sora membuka matanya, dan tiba-tiba saja dia melihat sesosok perempuan dengan tali di leher yang menggantung dirinya tepat berada di samping tempat tidur Sora.
Tubuh Sora bergetar, namun dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali, napasnya semakin sesak dan dia bahkan tidakbisa mengeluarkan suara untuk berteriak.
Saat itu jam menunjukkan pukul 3 pagi, sora mencoba untuk menutup matanya dan berharap arwah itu segera menghilang. Suara denting jam terdengar sangat mencekam akibat keheningan di dalam ruangan itu.
Sora mencoba membuka matanya dan melirik ke arah jam, saat itu jam menunjukkan pukul setengah lima pagi, namun sosok itu masih ada di tempatnya semula, masih menggantung dengan lidah yang menjulur kedepan dan matanya yang melotot menatap Sora.
“Ryou … aku nggak kuat ….”
Sora berusaha mengatur napas, padahal udara di ruangan itu sangat dingin, namun tubuh Sora basah akibat keringat. Sora mencoba menutup matanya lagi dan tidak lama setelah dia menutup matanya suara alarm dari ponselnya berbunyi yang berarti jam sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi. Cahaya matahari sudah mulai masuk melalui celah hordeng.
Sora kembali membuka matanya dan melihat sosok itu sudah mulai menghilang karena terkena cahaya matahari dan saat dia mulai bisa menggerakkan tubuhnya, Sora bergegas bangkit dari kasurnya dan segera membersihkan dirinya lalu memakai seragam dan langsung bergegas keluar dari apartemennya.
“Ryou ….”
Karena sudah terbiasa ketika dia keluar apartemen Ryou selalu menunggunya di tangga, tanpa sadar Sora memanggil nama Ryou, namun Ryou tidak ada di sana. Sora lupa kalau dia meminta Ryou untuk datang di pukul 7.30 dan memintanya untuk tidak datang sebelum itu. Sedangkan sekarang masih pukul 6 pagi.
“Ryou nggak ada di sisiku. Bagaimana ini? Aku takut ….”
Sora berjongkok di depan apartemennya sambil menutup telinganya. Suara tali yang menggantung itu masih terdengar jelas di telinganya sedangkan Ryou baru akan datang 1 jam setengah lagi. Tiba-tiba saja Sora teringat dengan kartu yang diberikan oleh Hijiri, dengan tergesa-gesa Sora segera memencet nomor yang tertera di kartu itu.
Tidak menunggu waktu lama, Hijiri tiba di depan apartemen Sora. Dia melihat Sora yang sedang duduk di tangga depan apartemennya sambil menelungkupkan wajahnya. Hijiri segera menghampiri Sora.
“Sora! Kamu kenapa?”
Tiba-tiba saja Sora bangun dan memeluk Hijiri sambil menangis sehingga membuat Hijiri terkejut.
“Kak … Kakak ….” panggil Sora dalam tangisnya.
“Sora-chan … aku bukan kakakmu.”
Perkataan Hijiri membuat Sora tersadar dari tangisnya, dia bergegas melepaskan pelukannya dari gurunya itu.
“Waa! Ma-maaf, Pak …!” wajah Sora memerah, dia segera mengalihkan pandangannya dan bergegas mengambil tas yang tadi dia tinggalkan di tangga.
“Lupakan yang barusan! Aku lagi bingung! Aku boleh naik mobilmu, kan?” tanpa menunggu Hijiri mengatakan apa pun, Sora bergegas memasuki mobil dan melewati Hijiri begitu saja.
Tanpa disadari, Hijiri memasang wajah misteriusnya dan berkata, “Memang … dia memang manis, tak bisa dibiarkan begitu saja.”
~~~~ “Pagi!” “Pagi!” Sesampainya di dalam kelas Sora langsung menempati tempat duduknya. Wajahnya masih memerah akibat kejadian tadi di depan apartemen. Sora merasa kejadian itu sangat memalukan, karena bisa-bisanya dia salah mengira orang itu adalah kakaknya dan memeluknya tanpa sadar. Di dalam benak Sora dia sedang memikirkan Ryou, karena tadi dia berangkat tanpa bilang apa-apa kepada Ryou, bagaimana reaksinya jika Ryou tahu kalau dia meminta tolong kepada gurunya itu. Jantung Sora berdetak dengan cepat ketika dia sedang memikirkan Ryou. “Selamat pagi.” sapa Ryou, Sora mendongak untuk menatap Ryou yang tengah berdiri di depan mejanya. “Pagi ini kamu menumpang Pak Hijiri, ya. Aku dengar dari Pak Guru. Syukurlah kamu baik-baik saja.” Ryou mengatakan hal itu sambil tersenyum cerah seperti biasa, membuat Sora sedikit merasa kecewa karena ternyata hanya dia yang kepikiran. “Hei, pagi-pagi jangan bermesraan, dong!” “Eh! Kal
“Tetaplah berada di belakangku, aku akan segera menyelesaikannya.” ~~~~ Ryou berjalan mendekat ke arah arwah yang berkumpul itu, dan bersiap untuk memurnikan mereka. “1, 2, 3, 4 … 5 arwah? Sebanyak ini?” tanya Sora pada Ryou. Para arwah itu menatap Ryou dengan wajah mengerikan mereka. Energi negatif yang keluar dari sosok mereka sangat kuat hingga mampu menggerakan benda yang ada di sekita mereka. Tiba-tiba saja kotak peralatan tulis Sora bergerak dan isinya terbang ke arah Ryou dan membuat Sora berteriak karena panik. “Ryou!” Tetapi dengan cekatan Ryou berhasil menangkap alat-alat tulis yang terbang menyerang ke arahnya itu dengan satu tangannya yang kosong. Ryou berjongkok dan mengarahkan kipasnya ke lantai. “Wahai Kinokami, Kukunochi. Sang Dewa Pohon, pinjamkanlah kekuatanmu ….” Sambil memejamkan matanya Ryou mengucapkan mantra, lalu kipas itu kembali bersinar dan akar-akar pohon keluar dari lantai kam
Ryou mengatakan hal itu dengan wajah polosnya, membuat Sora terbengong saat mendengarnya. Hari ini Ryou sudah membuatnya malu setengah mati karena sudah berpikiran yang tidak-tidak tentang maksud dari Ryou.“Me-memangnya bahaya banget kalau mereka berkumpul?” dengan wajahnya yang masih memerah Sora mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan.“Iya … sepertinya ada banyak sekali arwah. Didekati arwah itu artinya … nyawamu diincar.”Sora menelan ludahnya dengan susah payah, jantungnya berdegup dengan kencang, dia baru teringat sesuatu. Apa yang dikatakan Ryou ada benarnya, berbeda dengan biasanya arwah-arwah itu langsung mengincar Sora dengan hawa membunuh yang sangat kuat membuat Sora merinding ketakutan. Sambil mencengkram boneka singa milik kakaknya Sora memberanikan dirinya untuk bertanya.“Hanya … aku? Atau semua yang bisa mellihat roh?”Namun Ryou malah memalingkan wajahnya dari Sora.
“Maaf, aku nggak bisa melindungimu sampai akhir”? kenapa aku berkata seperti itu? Sambil menangis pula?” tanya Sora.“Katanya begitu. Aku tak tahu apakah itu alasan kamu diincar arwah, tapi kurasa itu patut diselidiki.” Hijiri menjawabnya sambil fokus menyetir.Sora dan Ryou sedang menuju tempat yang dikatakn oleh Hijiri untuk menyelidiki kejadian aneh yang menimpa Sora. Selama perjalanan Ryou tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap keluar jendela.“Benar juga … daripada nggak tahu harus mulai dari mana.” gumam Sora.Sora melirik ke arah Ryou yang sedang memperhatikan jalan dalam diam, padahal Sora sudah mempersiapkan hatinya untuk menginap di rumah Ryou, bahkan sempat gugup karena memikirkan hal yang tidak-tidak sehingga membuatnya kurang tidur.Tiba-tiba saja Ryou melirik ke arah Sora sehingga membuat matanya menemui mata Sora yang sedang melamun memperhatikannya.“Eh, Kenapa?&rdquo
“Ryou ….” panggil Sora.Awalnya Sora berpikit Ryou mungkin saja pergi ke toilet, tetapi saat dia mencoba untuk memastikan, kasur milik Ryou sudah dingin itu berarti Ryou sudah lama keluar. Tiba-tiba saja Sora merasakan firasat buruk tentang Ryou, dia bergegas bangun untuk mencari Ryou.Pohon plum tua yang tadinya bercahaya mulai meredup dan seketika Ryou jatuh terduduk ke tanah di hadapan pohon itu dengan keringat di sekujur tubuhnya.“Ternyata begitu, ya ….” ucap Ryou.Tiba-tiba saja Ryou merasa sebuah cahaya muncul di belakangnya dengan aura membunuh yang sangat kuat sehingga membuat Ryou menoleh dan mencoba untuk menangkis sesuatu.Sora yang sedang mencari Ryou tiba-tiba saja mendengar suara dari luar penginapan sehingga dia bergegas menghapiri sumber suara itu. Saat dia sampai di pintu belakang tempat pohon plum tua, Sora melihat sesosok wanita menggunakan pakaian untuk samurai dengan giginya yang taj
Sore itu langit di musim dingin yang bersalju terlihat lebih gelap dari biasanya. Ryou yang masih berusia lima tahun sedang menyapu halaman kuil, tiba-tiba dia mendengar suara tangisan anak perempuan di sekitar kuilnya. Karena penasaran dengan suara tangis itu Ryou dengan membawa sapunya berjalan untuk mendatangi sumber suara tersebut.“Huwaa! Jangan melihat ke arahku! Hiks ….”Mendengar suara teriakan itu Ryou berlari dengan kencang dan saat ia sampai di sumber suara tersebut, dia melihat seorang anak perempuan yang sedang berjongkok sambil menutup matanya.“Ada apa?” tanya Ryou. Anak perempuan itu menoleh kepadanya dan memperlihatkan wajahnya yang basah karena air mata. “Itu … anak perempuan yang ada di depan sana melototin aku, tubuhnya penuh dengan darah … hiks .…” ucapnya menunjuk ke ujung jalan dengan wajah yang ketakutan.Ryou melihat ke arah yang ditunjuk oleh anak perempuan itu dan terkejut,
“Selama delapan belas tahun aku hidup, nggak ada yang bisa membuatku kaget ataupun takut.” -Sora Karasawa-Tahun ajaran baru sudah dimulai. Sora dan Ryou kini sudah menduduki kursi kelas 3 SMA. Image Sora yang tomboy dan pemberani berlawanan dengan image Ryou yang lugu dan kalem di depan teman-temannya, bahkan selama ini mereka selalu menganggap Ryou adalah anak yang sangat lemah.Saat itu, Sora dan teman-temannya sedang berjalan menuju kelas, sesampainya mereka di dalam kelas, mereka melihat Ryou yang sedang dikerumuni oleh anak-anak berbadan besar dari kelas lain.“Eh! Itu anak-anak dari kelas 3-D kan? Kenapa mereka mengerumuni Ryou?”“Dia lemah, sih. Makanya sering ditindas, dari kelas satu dia itu kutu buku yang lemah. Entah kenapa dia tidak berubah sedikit pun, padahal kalau dia menjadi lebih berani sedikit saja aku pasti menyukainya.”“Kau benar, kasihan sekali dia. Padahal wajahnya lumayan kalau dia ti
"Mimpi, ini pasti mimpi .…”~~~~Tiba-tiba saja Sora terbangun sambil menangis dan saat ia mulai sadar, dia sedang tertidur di sebuah kursi di ruangan dengan lampu yang sangat terang. Sora mulai bangun dan duduk di kursi itu sambil melihat sekeliling.“Ini bukan ruang UKS, ruangan ini denuhi dengan hiasan aneh dan juga banyak buku-buku aneh yang berada di raknya, di mana ini?” pikir Sora. Tiba-tiba saja seseorang laki-laki muncul di hadapannya sambil tersenyum, “Kamu sudah sadar?” tanyanya.“Ryou? K-kamu … aku kenapa?! Kenapa aku ada di sini?!” tanya Sora panik.“Jangan khawatir, ini ruang klubku.” jelas Ryou kepada Sora. “Ruang klub?” Sora yang mendengar penjelasan Ryou menatap ke sekeliling, “Kenapa ruang klubnya seperti ini?” tanya Sora bingung. Ryou yang seakan mengerti akan kebingungan Sora ingin menjelaskannya secara perlahan. “Ini klub pen