Share

Aku Menyukaimu

“Aku menyukaimu. Makanya aku ingin melindungimu!”

Ryou menyatakan perasaannya secara mendadak kepada Sora secara mendadak membuat Sora tersipu malu mendengarnya, “A-apa katamu?” tanyanya dengan wajah yang memerah. Namun tiba-tiba saja Ryou kembali tumbang dan membuat Sora berteriak panik.

“Hei?! Hei!” teriak Sora sambil membalikan tubuh Ryou.

“Maaf … biarkan aku berbaring sebenta, sepuluh menit saja.” Ucap Ryou sambil melirik ke arah Sora lalu memejamkan matanya. “Yang tadi kukatakan … adalah isi hatiku yang sebenarnya,” sambil tersenyum Ryou mengucapkan kalimat terahkirnya yang semakin pelan, “Semoga kamu mengizinkanku mengisi hatimu—” kemudian tubuh Ryou terkulai lemas membuat Sora yang sedang tersipu malu tadi langsung berteriak memanggil Ryou karena panik.

“Hei!! Ryou .…!!” namun suara dengkuran terdengar di telinga Sora. “Hah? Dia tertidur?” Sora berjongkok dengan menopang dagunya sambil memperhatikan wajah Ryou yang sedang tertidur. “Apa-apaan, sih cowok ini! mendadak pasang muka serius, terus menyatakan cinta pula! Aku jadi deg-degan,” gumamnya.

Sora mengingat-ngingat hal yang terjadi barusan, kakaknya menyuruhnya meminta perlindungan kepada Ryou, lalu Ryou menyatakan perasaan kepadanya itu terasa seperti sedang melakukan perjodohan baginya. “Apaan, sih … aku kan masih kelas 3 SMA. Mungkin buat Ryou ini bukan masalah, tapi aku nggak mau.” Pikir Sora.

Dia mengambil boneka kakaknya, “Kakak … nggak perlu Khawatir. Aku akan cari jalan keluarnya dengan usahaku sendiri,” ucap Sora dengan yakin sambil menggenggam boneka itu seakan sedang membuat janji dengan kakaknya.

~~~~

Sora membuka ponselnya, dan di sana jam menunjukkan pukul 6.40 pagi. “Ryou nggak mungkin menjemputku sepagi ini, kan?” pikirnya. Setelah kejadian hari Sabtu lalu, Sora merasa kalau dia harus menghindar dari Ryou, maka dari itu dia memberanikan diri untuk pergi ke sekolah lebih pagi lagi dari biasanya.

“Pergi ke sekolah sendirian memang agak seram, tapi aku harus terbiasa. Nggak apa-apa … kalau aku jalan cepat-cepat sambil menunduk pasti bi—” 

“Selamat pagi, Sora!” saat Sora sedang bergumam di dalam hatinya tiba-tiba saja dia mendengar suara Ryou yang menyapanya dengan suara riang. “Sepertinya dia lebih menyeramkan dari arwah, deh.” Sora bergumam jengkel di dalam hatinya.

“Hari ini kamu pagi sekali! Ada urusan?” tanya Ryou polos sambil berjalan mendekat ke arah Sora.

“Hei! Kamu nunggu dari jam berapa, sih?” tanya Sora dengan kesal, namun Ryou hanya menjawab “Rahasia” dengan wajah polosnya sambil tersenyum sehingga membuat Sora bertambah jengkel.

“Hei! Biasanya aku berangkat jam 7.30 lewat, kan?!” tanya Sora.

“Iya, tapi aku takut kita selisih jalan. Lagipula, aku sudah menduga Sora akan sengaja berangkat lebih pagi.” perkataan Ryou seperti menohok Sora. Semua rencananya dapat terbaca dengan jelas oleh Ryou membuatnya memberikan tatapan seperti petir yang menyambar, namun Ryou masih tetap tersenyum dengan polosnya seperti ada pelindung yang menyelimuti Ryou dari sambaran petir Sora.

“Huh! Ya, sudah!” ucap Sora akhirnya mengalah. “Mulai besok aku akan berangkat jam 7.30 jadi jangan datang sebelum itu! Janji, ya!” lanjutnya.

Ryou sempat terdiam mendengar perkataan Sora yang tiba-tiba menyetujui untuk dijemput olehnya kemudian menjawab “Iya!” dengan riang.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju sekolah, selama di perjalanan Sora merasa aman ketika Ryou berada di sisinya, namun tiba-tiba dia bertemu dengan teman-teman sekelasnya. 

“Loh? Sora! Kyaaa selamat pagi!” ucap teman-teman Sora yang menyapanya dengan riang. “Loh, kok? Kenapa kamu bareng dengan Ryou?” ucap salah seorang temannya yang menyadari keberadaan Ryou di sebelah Sora.

Sora melirik ke arah Ryou ketika temannya bertanya seperti itu, dia tidak tahu harus mengatakan apa kepada mereka karena biasanya mereka berjalan terpisah. Sora berpikir kalau tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya kepada teman-temannya itu.

“Wah! Kaget, deh. Jadi gosip itu benar, ya? Setiap hari Sora pulang bareng Ryou, itu karena kalian pacaran, ya?” tiba-tiba saja salah satu dari temannya mengatakan ha yang membuat Sora tambah terkejut tetapi dia tidak bisa mengatakan apa pun.

“Bukan begitu,” Ryou membuka suara. “Sora selalu melindungiku supaya aku nggak ditindas orang jahat.” Seakan tahu isi pikiran Sora sedang berkecamuk, Ryou mengatakan sebuah kebohongan demi dirinya.

“Uwaaaa! Serius?! Sora keren! Padahal biarkan saja dia, sora terlalu baik, ah!”

“Iya. Ryou kamu cowok bukan, sih?! Latihan biar kuat, dong!”

“Tau nih … Jangan bikin repot Sora dong! Payah! Hahaha!”

Ryou dan teman-temannya tertawa bersama namun tidak memperhatikan Sora yang sedari tadi terdiam. Sora merasa kesal dan malu, dia melihat ke arah Ryou yang sedang tersenyum polos kepada teman-temannya. Sora berpikir kenapa Ryou bisa berbohong semudah itu? Dia merasa bahwa ini pertama kalinya dia kalah dari seorang cowok. Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan ke sekolah bersama-sama, namun Sora menjadi tidak banyak bicara.

Sesampainya di sekolah, Ryou mengajak Sora untuk menunggunya di ruang klub penelitian arwah agar mereka bisa pergi ke kelas bersama-sama. “Kamu tunggu di sini sebentar, ya. Rapat Osisnya hanya 30 menit , kok.” ucap Ryou, tapi Sora menjawabnya dengan malas-malasan.

Ryou yang menyadari kalau suasana hati Sora sedang tidak baik merasa sangat khawatir ketika harus pergi meninggalkannya sendirian, tapi dia tidak bisa mangkir dari rapat sehingga terpaksa harus meninggalkan Sora terlebih dahulu.

Sedangkan di sisi lain, sora masih sangat kesal dengan kejadian di jalan tadi. Dia merebahkan tubuhnya di sofa, Sora merasa kesal karena sama sekali tidak bisa membantah kebohongan Ryou. “Ke atap aja, ah.” Sora bangkit dari Sofa dan bergegas menuju atap gedung sekolah untuk mencari udara segar.

Lorong di depan ruang klub Ryou masih sangat sepi karena para anggota Osis sedang rapat, sebenarnya Sora merasa takut, tetapi dia meyakinkan dirinya kalau dia bisa melaluinya sambil menggenggam boneka kakaknya. Saat Sora berjalan menaiki tangga menuju ke atap, dia mendengar suara tangisan dari seorang perempuan. Sora sempat berpikir yang tidak-tidak, namun dia kembali menenangkan dirinya agar bisa berpikir secara positif, bisa saja itu suara seorang siswi yang menangis.

Sora bergegas untuk menghampiri sumber suara dan ketika Sora menemukannya sang pemilik suara berteriak terkejut saat Sora menghapirinya secara tiba-tiba. “Duh! Kaget .…” ucap perempuan itu. Perempuan yang dilihat oleh Sora itu tembus pandang. “Hantu, ya?” pikir Sora.

“Kamu bisa melihatku?” 

“Iya,” jawab Sora. Sora berpikir kalau saja perempuan itu tidak tembus pandang, dia pasti mengira kalau dia hanya perempuan biasa.

“Benarkah? Waah, senangnya! Anu … aku ada permintaan … maukah kamu menolongku?” ucap hantu itu kepada Sora.

Sora tersenyum dan mengiyakan permintaan sang hantu karena merasa hantu itu tidak ada bedanya dengan manusia biasa. Hantu itu mengajak Sora pergi ke atap.

“Maaf, ya. Aku meninggal karena jatuh jadi aku takut ketinggian. Di sana … aku menjatuhkan cincin pertunanganku dengan pak guru Shiroi di balik pagar pembatas itu. Aku terpeleset waktu mau mengambilnya,” ucap hantu itu sambil bersembunyi di balik pintu, tubuhnya bergetar ketakutan. “Aku ini bodoh sekali … kehilangan nyawa karena sebuah cincin .…” ucapnya sambil menangis.

“Oh, ternyata mantan guru sekolah ini .…” Sora menatap iba kepada hantu itu, “Dia menangis di situ, sendirian. Dia lebih kasihan daripada manusia hidup,” pikir Sora. Akhirnya Sora berjalan menuju pagar pembatas atap gedung secara perlahan untuk menemukan cincin yang hantu itu katakan.

“Kayaknya Ryou pernah bilang arwah yang bisa bicara berarti apa, ya .…” sambil mengingat perkataan Ryou, Sora masih terus mencari cincin yang di katakan oleh hantu guru itu tapi ia tidak dapat menemukannya. Sora menoleh untuk memberi tahu bahwa cincin itu tidak ada tetapi sebuah tas melayang ke arahnya dan membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh, untungnya saja dia masih sempat berpegangan pada tiang pembatas.

Sesaat sebelum terjatuh, Sora melihat aura jahat yang keluar dari hantu guru itu dan teringat akan peringatan Ryou, bahwa yang bahaya justru arwah yang bisa berkomunikasi, keinginan mereka begitu kuat sampai menarik arwah di sekitarnya dan mengambil kekuatannya. Mereka akan mencoba memancing dengan kata-kata. Sora menyesal karena telah mengabaikan peringatan Ryou dengan mengatakan bahwa Ryou berisik dan malah merajuk kepadanya.

“Seharusnya aku ingat perkataan Ryou baik-baik,” pikir Sora. Sambil berpegangan, Sora berusaha untuk naik ke atas lagi, namun saat dia ingin menggapai salah satu tiang dengan tangan satunya, tiba-tiba saja arwah itu mendekat dan wujudnya berubah menjadi sangat menyeramkan. Tangannya yang memiliki kuku hitam panjang mencoba meraih tangan sora dan mencengkramnya dengan kuat sambil mengatakan kalau dia membenci seragam yang Sora pakai.

Dendam dari arwah itu membuatnya semakin kuat, kukunya mencoba untuk meraih wajah Sora. Sora sudah tidak bisa menahannya lagi dan akhirnya dia melepaskan pegangannya dari tiang atap dengan menutup matanya dan memohon agar Ryou datang menyelamatkannya di dalam pikirannya.

Dan tiba-tiba saja Ryou datang dan melompat, meraih Sora ke dalam pelukannya. Mereka berdua terjun dari atap gedung sekolah, Ryou menendang tembok dengan kencang agar mereka tidak terjatuh ke atas tanah melainkan ke dalam kolam renang.

“Ada orang jatuh dari atap!” orang-orang yang berada di dalam kelas yang mendengar suara dari kolam renang berteriak panik.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya Ryou khawatir.

“Iya .…”

“Nggak ada yang sakit?”

“Nggak .…”

“Syukurlah .…” Ryou tersenyum sambil menghela napas panjang.

“Kenapa … kenapa mempertaruhkan nyawamu untuk menyelamatkan aku yang bodoh ini? Hiks .…” ucap Sora yang mulai menangis.

“Karena kalau aku nggak begitu, Sora bisa saja meninggal.” jawab Ryou dengan suaranya yang lembut.

“Biar saja!” teriak Sora. “Dari pada aku hidup tapi harus ada yang berkorban … lebih baik biarkan saja .…” belum selesai Sora berbicara, Ryou memeluk Sora dengan erat.

“Aku juga … nggak ingin lagi melihat orang yang kusuka terluka karena aku!” ucap Ryou, pelukan Ryou membuat Sora menangis dengan kencang, Sora berharap ia bisa mempercayai tangan yang sedang memeluknya dengan erat ini sampai rasanya begitu sakit. Akhirnya Sora membalas pelukan Ryou dan menangis sekuat tenaga.

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status