Share

Bab 79 Baby A

Author: sarinah0488
last update Last Updated: 2024-02-07 09:57:53

Sepuluh hari aku di rumah sakit, akhirnya aku dan kedua bayiku diperbolehkan untuk pulang. Rasanya lega, bisa kembali ke rumah. Malam ini malam perdana anakku tinggal di rumah.

"Dinda … istirahat dulu ya, biar Kanda yang jaga anak kita."

"Udah, Ayah sama Seva istirahat aja biar Nisa yang jaga," usul Nisa. "ASI aman 'kan Va?" tanya Mbak Nisa.

"Udah aku stok di freezer Mbak, nanti aku pompa lagi," jawabku.

"Ya udah, aku bawa adikku keluar ya biar kalian istirahat. Bi Ratih, tolong bawa yang satu ya."

"Oke Non, mau dibawa kemana?"

"Ke kamar bayi aja," jawab Mbak Nisa.

Hampir jam sepuluh malam ketika aku selesai pompa ASI untuk bayiku. Rumah sudah sepi, mungkin sudah pada tidur.

"Kanda, aku keluar dulu ya, mau cek anak-anak sama Mbak Nisa." Suamiku yang sedang berkutat dengan berkas di tangannya hanya tersenyum. Kasihan suamiku, sejak aku di rumah sakit kerjaan menumpuk. Sebenarnya bukan kerjaan hanya meneliti saja, sekarang lebih banyak Mbak Nisa yang ke kantor.

Aku kemudian keluar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 80 Kembalinya seseorang

    Gegas aku menutup bagian atas kereta bayiku dan langsung menuju rumah Bude Ratmi.Begitu sampai di teras, keadaan sudah haru biru. Bude Ratmi terlihat wajahnya babak belur dengan rambut yang awut-awutan sedangkan Mbak Susi juga tak kalah miris. Sudut bibirnya mengeluarkan darah, bagian lengan bajunya ada yang koyak. Bude Ratmi terisak di sudut teras bersama Riko, dan Mbak Susi malah memalingkan wajahnya dengan sapu lantai berada di tangannya."Salah apa aku sampai punya anak sepertimu, Susi?" ucap Bude terisak. Mbak Susi mencebik, tetap bergeming diam seribu bahasa."Jawab, Susi!" hardik Bude Ratmi."Bude, ada apa ini?" Mbak Nisa yang dari tadi hanya menyimak kini menghampiri Bude."Non Nisa," ucap Bude Ratmi. Bude terkejut melihat kedatangan Mbak Nisa, namun tak lama Mbak Nisa memeluk Bude Ratmi. Mendapat pelukan dari Mbak Nisa, Bude Ratmi semakin tergugu dan menangis."Va, kira-kira ada apa ini?" bisik Riska."Nggak tau Ris," jawabku."Va, aku bawa si kembar pulang aja ya, hawanya

    Last Updated : 2024-02-09
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 81 Nyonya Hendromoyo

    "Bukalah," titah suamiku.Aku pun membuka amplop coklat itu, kemudian mengeluarkan isinya."Ini? I—ini kita?" tanyaku tak percaya dengan apa yang aku pegang sekarang. Buku kecil berwarna merah dan hijau tua kini aku pegang. Suamiku lantas menganggukan kepalanya.Aku kemudian memeluk erat suamiku, suami sah secara agama ataupun negara."Kenapa aku tidak tau?""Dinda nggak perlu tau, biar Kanda yang mengurusnya." "Terimakasih Kanda.""Sama-sama Nyonya Bambang Hendromoyo," ledek suamiku."Apa aku sudah pantas menyandang gelar itu?"Tangannya yang berada di pinggangku kini beralih memegang pipiku."Dengan bukti apalagi agar Dinda yakin?"Aku menatap manik mata suamiku, bola mata hitam yang sama dengan milik kedua anakku. "Aku yakin, tak perlu ada bukti lagi." Kualihkan tangan di pipiku dan mengembalikannya ke pinggangku. "Aku nyaman jika seperti ini," ucapku seraya meletakkan kepalaku pada dada bidang suamiku dan mempererat pelukanku.***Hari minggu akhirnya tiba, kami tengah bersiap u

    Last Updated : 2024-02-10
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 82 Teka-teki wanita itu

    Reaksi suamiku setelah dicium sungguh sangat diluar dugaan. Dia mendorong wanita itu sampai hampir saja jatuh jika dia tidak segera menyeimbangkan tubuhnya."Mirip adegan di film Va," ucap Riska."Judulnya apa?" "Beranak dalam kubur.""Nggak nyambung!""Jangan diem aja Va, ayo gerak!" Diseretnya tanganku oleh Riska."Sudah belum adegan ciumannya?" tanyaku saat berada di belakang mereka."Dinda …!" ucap suamiku dengan ekspresi kaget."" Iya, Sayang … " jawabku dengan nada mesra Aku menatap tajam wajah suamiku, wajah yang baru saja ternoda oleh wanita itu. Wajah yang tak lagi suci, wajah yang … Ah, ingin aku segera mengelap bekas lipstik merah cabe di pipi suamiku. Sementara wanita itu… wanita itu justru sedang tersenyum dengan penuh arti. "Dinda nggak salah paham, 'kan?" "Nggak lah, masa sama ulat bulu ubanan harus salah paham?" Kutampilkan senyum semanis mungkin di hadapan wanita itu. Sejujurnya hatiku sangat sakit, tapi jika aku langsung memarahi suamiku, wanita itu akan bersorak g

    Last Updated : 2024-02-11
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 83 Telepon misterius

    Hari ini, hari yang dinanti olehku. Hari pertama aku mulai menjadi seorang mahasiswi kembali.Sebelum berangkat aku sudah persiapkan makanan untuk si kembar juga stok ASI selama aku tinggalkan. Ya, si kembar sudah tujuh bulan sudah mulai MPASI. Beruntung mereka berdua tidak menolak dengan makanan yang aku buat."Dinda, mau bawa mobil sendiri atau diantar sama sopir?" tanya suamiku."Dijemput Riska nanti," jawabku sambil merapikan pakaianku. "Kanda nggak ke kantor?" "Nggak, kalau Dinda kuliah biar Kanda sama anak-anak. Udah ada Nisa yang ke kantor. Besok-besok Dinda juga mulai aktif ke kantor ya," pinta suamiku."Harus?""Iya, harus! Buat pengganti Kanda.""Apaan sih?! Nggak ada yang namanya pengganti. Seribu tahun Kanda akan terus bersamaku. Titik! Nggak pakai koma!"Tak berselang lama terdengar suara klakson mobil, kode dari Riska kalau sudah sampai."Aku berangkat ya, doain biar kuliah hari pertamanya lancar.""Iya Sayang, tanpa diminta juga selalu di doain." Aku masih saja berdiri

    Last Updated : 2024-02-19
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 84 Selamat jalan

    "Ada apa?" tanyaku penasaran. Namun Riska malah terdiam"I—itu Va," ucap Riska terbata."Iya itu apa? Jangan bikin orang penasaran donk?! Katakan Riska!" Aku mulai panik, karena Riska justru celingukan ke kanan dan ke kiri serta air mata sudah turun dari pipinya.Aku dan Riska kini sudah jadi pusat perhatian pengunjung kantin, itu karena suaraku yang sudah meninggi menunggu jawaban dari Riska."Riska, tenanglah … katakan apa yang terjadi?" Zaky yang berada satu meja dengan kami berusaha ikut mencari tau apa yang terjadi."Va, Bapak … Va …," lirih Riska."Bapak?! Bapak siapa?" gertakku yang sudah semakin penasaran. "Apa terjadi sesuatu dengan Bapaku?" Riska mengangguk. "Bapak jatuh di kamar mandi Va, dan sekarang …""Ba—bapak," ucapku lirih. Aku tak sanggup lagi mendengar lanjutan dari penjelasan Riska. "Mana kunci mobilmu?!" Riska gelagapan dengan pertanyaanku, dia berusaha mencari barang yang aku minta di dalam tas yang berada di kursi."Nona Bos." Pak Agus kini sudah menemui kami.

    Last Updated : 2024-02-19
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 85 Zaky yang menyebalkan

    Iya, mereka akan melamar Nisa, tapi jangan beritahu Nisa terlebih dahulu ya," pinta suamiku. Aku hanya mengangguk, ikut bahagia mendengarnya. "Dinda nanti pulang jam berapa?""Mungkin jam dua sudah pulang, kuliah hanya sampai jam satu. Kenapa?""Nggak apa-apa, kalau Dinda mau main dengan teman-teman baru Dinda dulu juga nggak apa-apa.""Temanku hanya Riska dari dulu sampai sekarang, bukankah Kanda tau itu? Lagian aku nggak mau harus lama-lama meninggalkan Baby A."***"Pagi … Seva," sapa Zaky. Laki-laki yang waktu itu aku tinggalkan di kantin saat hari kematian Bapak."Pagi juga," jawabku singkat dan terus melangkah menuju kelasku, tapi tiba-tiba aku jadi sadar dari mana Zaky tau namaku. "Darimana kamu tau namaku?" "Bukan hal yang sulit untuk tau siapa namamu." Zaky tidak memberitahuku darimana dia tau namaku.Aku berbalik dan meneruskan langkahku tak mau perdulikan hal yang nggak penting. Namun Zaky berlari mensejajarkan langkahnya dan terus mengikutiku."Apa kamu tidak mau tau si

    Last Updated : 2024-02-19
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 86 Lamaran Nisa

    "Bi Ratih, istirahat dulu aja biar aku sama Riska yang jaga si kembar." Perintahku pada Bi Ratih yang terlihat sudah kelelahan. Biasanya ada Bude Ratmi yang membantu tapi kali ini Bude Ratmi diminta untuk di rumah ibu saja membantu ketring ibu sekaligus menemaninya."Dinda, mungkin kita butuh baby sitter lagi untuk anak kita," usul suamiku."Iya benar," jawabku sambil memangku Baby Al."Akan Kanda suruh Agus mencarinya.""Kanda sudah makan?" "Sudah. Bagaimana kuliah Dinda?""Ya, begitulah. Hanya saja hari ini ketemu sama laki-laki yang menyebalkan.""Menyebalkan?" Suamiku menautkan kedua alisnya, mungkin dia bingung dengan apa yang aku katakan. Akhirnya aku ceritakan tentang Zaky tanpa aku kurangi atau lebihkan."Begitu ceritanya, makannya Dinda jadi sebal.""Wah, kayaknya Kanda punya saingan ini," gurau suamiku. "Apa perlu Kanda berganti penampilan seperti oppa-oppa Korea yang sering ditonton anak muda jaman sekarang?" Suamiku mengatakan sambil mempermainkan rambutnya yang rajin aku

    Last Updated : 2024-02-19
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 87 Terkuaknya identitas

    Bi Asih kemudian mematikan sambungan teleponnya dan berbalik."Nyo—nya," ucap Bi Asih gelagapan. Mukanya menunduk tak berani menatapku."Iya ini saya. Kaget?!" "Ti—tidak Nyonya, saya kira Nyonya masih di kamar sebelah," jawab Bi Asih melawan rasa gugupnya."Sudah dari tadi saya disini. Mana ponselmu?" Bi Asih kemudian merogoh saku bajunya dan menyerahkan ponsel kepadaku, yang diserahkannya justru ponselku padahal sudah jelas yang aku minta adalah ponsel Bi Asih. Aku terima saja ponselku dan aku masukkan kantong bajuku."Ponsel Bi Asih mana?" tanyaku."Bu—bu—buat apa Nyonya?" "Nggak usah banyak tanya! Saya sudah tau semuanya! Cepat berikan ponsel kamu!" teriaku.Bi Asih kaget dengan suara nada tinggi yang aku keluarkan. Tangannya langsung bertindak cepat merogoh saku kemudian menyerahkan ponsel miliknya padaku."Ada apa Dinda?" tanya suamiku yang baru saja terbangun. Mungkin dia kaget dengan suara kerasku."Maaf Kanda, sudah membuat Kanda kaget sampai terbangun," jawabku pada suamik

    Last Updated : 2024-03-08

Latest chapter

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 162 Ending

    "Cie yang sudah jadi CEO," ledek Riska saat aku sampai di kantor. "Kamu tahu?" Riska mengangguk." Tristan yang cerita semalam." "Kenapa bukan Tristan saja yang menggantikanku? Kenapa Andi?" "Andi itu di Australia pimpinan tertinggi perusahaan Va, sekarang beralih pada Mas Ivan. Andi dipindah tugaskan balik kesini jadi presiden direktur menggantikan kamu" jelas Riska. "Nggak tau aku maunya suamiku, bisa-bisanya mengundurkan diri nggak bilang-bilang." "Suamimu ingin yang terbaik buatmu Va, yakin itu," ucap Riska. *** Malam ini udara terasa dingin, bahkan pendingin ruangan tidak aku nyalakan. "Masih banyak kerjaannya?" tanya suamiku yang melihatku masih sibuk di depan laptop. "Nggak, bentar lagi selesai. Lagian kenapa Kanda harus mundur sih? Kalau nggak kenapa bukan Tristan aja yang jadi CEO?" Aku kemudian mematikan laptopku, pertanda aku sudah selesai mengerjakan pekerjaanku. Di dada bidang suamiku aku sandarkan kepalaku. "Kanda hanya ingin istirahat Dinda, Kanda mau m

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 161 Apa rencanamu sebenarnya?

    "Iya, ini aku. Kenapa? Kamu kaget?" Sejujurnya iya, aku sangat kaget. Dari gelagatnya, sepertinya Mbak Susi punya niat tidak baik sama aku. "Mbak Susi mau apa?" "Mau main-main sebentar sama kamu," sahut Mbak Susi. "Apa maksud Mbak Susi?" "Aku cuma mau tau, kalau wajahmu itu sudah nggak cantik, apa suamimu masih mau sama kamu?" Aku semakin bingung dengan ucapan Mbak Susi. Mbak Susi terlihat sibuk mencari sesuatu dari dalam tasnya. Pintu toilet yang tadinya tertutup kini terbuka semuanya. Namun yang keluar bukan wanita, tapi justru Pakde Parmin juga dengan tiga orang polisi lain, hanya satu yang wanita dia adalah Riska. Mbak Susi yang masih sibuk dengan tasnya tak sadar jika Pakde Parmin dan ketiga polisi datang mendekat, ketiga polisi bahkan langsung menyergap Mbak Susi dari belakang. Mbak Susi kaget, dan berusaha memberontak. "Lepas! Lepaskan aku!" "Kamu nggak akan bisa lepas sekarang," sahut Pakde Parmin. "Bapak tega, menangkap anak Bapak sendiri?" "Bapak harus teg

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 160 Dia membuntuti

    Sesampainya di parkiran aku dan Riska bergegas untuk turun. Langsung menuju ke lantai lima. Di depan ruanganku aku dan Riska kemudian berpisah. Riska ke divisinya sendiri dan aku masuk ke ruanganku sendiri.Hari itu aku lewati seperti biasa, memeriksa laporan dan menandatangani berkas. Ting Pesan masuk ke ponselku. Nomor baru lagi. Apa ini Mbak Susi lagi ya? Aku segera membukanya. Benar dia lagi yang mengirimku pesan.[ KAMU PIKIR AKU TAKUT DENGAN BODYGUARDMU YANG BERTAMBAH BANYAK? NGGAK! KAMU SALAH! ] [ Mau kamu sebenarnya apa, Mbak? Aku rasa aku nggak pernah mengusikmu, mengganggumu. ] Kubalas pesan dari Mbak Susi. Sudah muak rasanya mendiamkannya.[ BERANI JUGA KAMU MEMBALAS PESANKU. AKU MAU KAMU MENDERITA! AKU TIDAK RELA JIKA KAMU BAHAGIA! ] Mbak Susi kemudian mengirimkan sebuah foto padaku. Foto mobil Tristan yang tadi pagi aku tumpangi. Ya Tuhan, bahkan Mbak Susi tau jika aku ikut mobilnya Tristan.Aku segera keluar dari ruanganku dengan buru-buru dan menuju ke ruangan Tris

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 159 Seperti porselen

    "Jangan begitu Bude. Bude nggak usah merasa bersalah. Kita doakan saja semoga Mbak Susi secepatnya kembali ke jalan yang benar." "Bude sudah berusaha menghubungi nomor Susi tapi tidak ada yang bisa." "Sudahlah Bude, suatu saat Mbak Susi pasti mencari Bude. Bagaimanapun juga seorang anak pasti suatu hari butuh ibunya. Ehm, Bude minta tolong siapkan buah ya," pintaku pada Bude. Bude kemudian beranjak menuju ke dapur menyiapkan apa yang aku minta. "Assalamualaikum …!" Terdengar suara seseorang yang selama beberapa hari ini menghilang. Suara yang aku rindukan. "Waalaikumsalam," jawabku seraya menyambut Riska. Riska langsung memelukku erat. "Kangen banget sama kamu, Va," ucap Riska. "Ah, aku nggak, biasa aja!" jawabku bohong. Riska kemudian mendorongku. "Tega banget kamu!" Aku menarik tangan Riska kemudian merangkulnya. "Gitu aja ngambek. Ya kangen lah," lanjutku. Tak lama berselang, Tristan datang. "Tiap hari dia minta pulang, katanya kangen si kembar, kangen kamu, kangen Bi R

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 158 Pesan ancaman

    Pagi ini, aku tengah bersiap pergi ke kantor. Jadwal sudah dikirim lewat email oleh Nana–sekretarisku. "Kanda, mungkin nanti aku pulangnya sore," ucapku pada suamiku. Suamiku sekarang lebih banyak di rumah. Hanya sesekali ke kantor itupun tidak lama. "Apa Dinda sibuk?" "Lumayan, ada berkas yang harus aku pelajari dari hasil meeting kemarin, juga ada meeting dengan klien siang nanti." Pekerjaan yang kemarin tertunda karena sibuk dengan kasus Seno, kini harus menumpuk pada hari ini. Biasanya ada Riska dan Tristan yang menghandle, tapi mereka baru akan kembali tiga hari lagi. Dari foto yang dikirim Riska, terlihat dia sangat bahagia. Syukurlah, aku ikut senang melihatnya. Sebenarnya ada rasa kehilangan beberapa hari tidak mendengar suara khas Riska. Untung saja besok setelah honeymoon mereka akan tinggal disini terlebih dahulu. Kali ini aku setuju dengan hadiah rumah yang besar dari suamiku, bisa menampung orang banyak. "Jangan terlalu capek, kalau ada apa-apa hubungi Kanda." Sua

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 157 Dia tidak takut!

    Waktu menunjukkan pukul delapan malam, saat semua prosedur pembebasan Seno telah selesai. Dengan langkah yang gembira Seno berjalan menuju ke mobil."Aku lapar," ucapku saat diperjalanan menuju pulang."Saya juga lapar, Nona Bos," sahut Pak Agus. "Kanda juga, dari siang belum makan," imbuh suamiku. "Ha ha ha." Kami semua tergelak tertawa bersama. Saking fokusnya pada Seno kami lupa mengisi perut kami.Sebelum sampai rumah, kami memutuskan untuk terlebih dahulu membeli makanan untuk dibawa pulang. Menu yang paling disukai oleh anak-anak. Ayam goreng tepung kriuk-kriuk begitu anaku menyebutnya. "Pak Agus, bagikan juga makanannya pada bodyguard serta yang lainnya ya." "Siap, Nona Bos," sahut Pak Agus."Om Seno …!" teriak Arthur saat melihat Seno masuk ke rumah. Dia langsung meminta Seno untuk menggendongnya. Padahal Arthur sudah berusia enam tahun tapi tetap saja jika ada Seno ataupun Tristan dia akan langsung minta gendong. Berbeda dengan Alvina, dia hanya akan memeluk Seno dan memi

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 156 Buronan

    Mendengar perintah suamiku, anak buah suamiku dengan cekatan langsung mengambil laptop dan menyalakannya. Aku dan suamiku kemudian duduk di kursi tepat di hadapan mereka.Raut wajah mereka berubah pucat setelah melihat putaran rekaman CCTV. Salah satu dari mereka memang tidak terlihat jelas wajahnya tapi jika dilihat dari rekaman CCTV mobil Seno akan sangat terlihat jelas."Apa mereka pelakunya, Va?" tanya Pakde Parmin. "Iya Pakde, tapi mereka belum mau mengaku.""Apa kalian masih mau menyangkal setelah melihat rekaman itu?" Lanjut suamiku bertanya.Mereka berdua saling pandang satu sama lain. Keringat bahkan sudah terlihat jelas mengalir pada wajah mereka. Mereka tentu saja takut, tidak ada celah lagi buat mereka untuk menghindar."Kalian mau menjawabnya atau anak buah saya yang bertindak?" ancam suamiku.Bodyguard di belakang mereka bahkan sudah menarik baju bagian leher mereka. "A—ampun, saya akan mengatakannya," ucap laki-laki berkaos putih dengan mimik wajah ketakutan."Kataka

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 155 Membawa pelaku

    Percakapan dengan Aldo sengaja aku keraskan volumenya, agar satu ruangan ini bisa mendengarnya. "Bagaimana ini, Kanda?" "Tenanglah, sudah ada titik terang," jawab suamiku. "Kalian, segera bawa kesini dua orang yang menanyakan alamat pada Aldo!" Perintah suamiku pada anak buahnya. "Siap Bos!" jawab mereka serempak. Aku terus mondar-mandir di teras, menanti kedatangan Pakde Parmin dan Pak Agus. "Dinda, sini duduk. Jangan mondar mandir terus seperti itu," titah suamiku. Aku tak menggubrisnya, terus saja aku melangkah maju lalu kembali lagi. "Dinda …." Lagi, suamiku memanggil namaku. Mau tak mau aku menurutinya, duduk di samping suamiku di kursi teras. Tiiin Tiin Terdengar klakson mobil di depan, dengan segera Pak Satpam membuka pintu gerbang. Pertama masuk adalah mobil sedan hitam milik suamiku, disusul kemudian mobil sport milik Seno. Aku sangat penasaran dengan mobil Seno, bahkan sebelum mobil itu berhenti aku sudah berlari menghampirinya. Pintu mobil Seno terbuka, kelua

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 154 CCTV

    "Dia dituduh membawa narkoba Mbak," jawab Ibu."Nggak mungkin Seno seperti itu, ini pasti ada kesalahan, atau mungkin ada yang menjebaknya!" "Permisi Bos, mereka sudah datang," ucap Pak Agus. "Suruh mereka tunggu di ruang tamu.""Siap, Bos."Suamiku kemudian meletakkan sendoknya, meminum air putih yang ada di depannya, kemudian beranjak dan meninggalkan meja makan."Bude, tolong temani Ibu ya," pintaku pada Bude Ratmi. Aku kemudian menyusul suamiku, menemui orang-orang suruhan suamiku."Aku berikan tugas untuk kalian minta rekaman CCTV hari ini yang ada di toko buku Pelita, kafe Remaja juga di sekitar kampus Seno. Selidiki juga teman yang bersama Seno!" titah suamiku. "Akan ku kirim foto Seno pada kalian!""Siap Bos!" sahut mereka serempak. Lima orang dengan pawakan tinggi kekar kini beranjak dan meninggalkan ruang tamu.***Keesokan harinya, aku tengah bersiap untuk menemani Ibu ke kantor polisi. Semua jadwal kantor sudah aku serahkan dengan Pak Ilyas, direktur keuangan pada perusa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status