Kejutan Aluna Cassandra Sudjono adalah seorang perempuan berambut panjang sepinggang. Aluna baru melihatnya dari sebuah album yang dia 'curi' dari laci kerja suaminya. Bentuk wajah dan postur tubuhnya seperti Raline Shah. Aluna mengakui, Sandra sangat cantik seperti namanya. Dia sangat anggun, tipikal perempuan yang punya banyak stok rok dan gaun di lemarinya. Hampir semua potret dirinya baik sendiri maupun berdua dengan Bima memakai rok. Sekalipun memakai celana, atasannya sangat perempuan sekali. Sama sekali tidak ada potret Cassandra Sudjono memakai kaos dan training. Cassandra Sudjono berbeda dengan Aluna. Perempuan ini sangat cantik dan menyadari sepenuhnya bahwa fisiknya sempurna. Lihatlah dressnya! Sangat memperlihatkan betapa lekuk tubuhnya bisa membuat lelaki manapun bertekuk lutut termasuk si Kutu Buku Abimanyu Basudewa yang sangat kaku tetapi punya banyak hal yang membuat perempuan manapun menginginkan posisi sebagai istrinya. "Cih!" Aluna mendengkus kasar begitu alb
Sesuatu yang sangat mudah dikendalikan, ya; a man's desire. Aluna yang membalut tubuhnya dengan pakaian penuh tali dan kain transparan sekarang sudah ada di sisi Bima, menepuk-nepuk bahu suaminya itu dengan lembut. Bima berhenti terbatuk dan melirik Aluna dengan tatapan ketakutan. Seolah Aluna dirasuki setan kamar mandi yang membuatnya begitu berani dengan pakaian ... yang sama sekali tidak menutupi apapun. "Al kamu—""Kaget ya?" tanya Aluna tersenyum dan tiba-tiba melabuhkan kecupan di pipi Bima. "Outfit inilah yang sejak awal aku siapkan buat malam pertama kita, tapi kamu nolak aku dengan alasan capek, to be honest sebenarnya aku tahu kamu nolak aku karena belum sungkem sama Sandra.""Al—" Bima terlihat ingin membantah ucapan Aluna. "Suuuut!" bisik Aluna menaruh telunjuknya di permukaan bibir Bima. Dengan sengaja, Aluna menekan telunjuknya disana sehingga rasanya begitu panas. "Kamu enggak usah ngerasa bersalah l
Semalam memerankan sosok istri penggoda, pagi harinya Aluna begitu tak tersentuh. Perempuan itu bangun lebih dulu dan sibuk di dapur menyiapkan banyak makanan. Bima yang sudah siap untuk pergi ke kampus menghampiri Aluna. "Kakinya udah enggak sakit?"Aluna yang tengah berjinjit mengambil sesuatu di lemari kabinet, menoleh menatap suaminya. Perempuan itu mengangguk. Memberi jempol.Aluna memang tersenyum ramah tetapi Bima seperti tidak mengenali istrinya. Kemana Aluna yang semalam bermanja-manja di pelukannya?"Masaknya kok banyak banget?" tanya Bima. "Kamu enggak usah kesini Bim, bau semur jengkol. Nanti baju kamu kotor," tegur Aluna tidak mau Bima mencampuri urusannya. Dua kompor listrik milik Bima sekarang tengah sibuk memanaskan wajan dan presto. Aluna berniat menjadikan rumahnya restoran mendadak. Ada begitu banyak makanan yang sudah Aluna masak di pukul setengah 7 ini. Bima jadi iri karena Aluna lebih antusias membuat makanan untuk teman-temannya dibanding untuk dirinya.
Alih-alih pergi setelah 'memaksa' Aluna menutupi lengannya dengan jaket, lelaki berambut cepak itu malah meminta sumpit tuk dia gunakan membolak-balik daging di barbeque pan. Suasana yang semula riuh seketika berubah hening. "Gimana ngajar Bim? Lancar?" tanya Kalis memutuskan angkat bicara sebab teman-temannya bungkam. Bukan tanpa sebab semua teman Aluna terlihat takut dengan Bima. Abimanyu Basudewa memang digambarkan sebagai lelaki kaku. Semua orang jadi menjaga sikap sebab khawatir tingkah mereka membuat Bima tidak nyaman. Padahal dengan diam pun mereka sudah mencipta kesan tak nyaman tersebut. "Lancar," jawab Bima. Aluna yang menipiskan bibir tidak suka kehadiran sang Suami di lantai barbeque sekarang memutuskan menerima Bima. Tidak apa. Lagipula tidak ada yang perlu dipikirkan. Anggap saja seperti Pras, David dan juga Rangga. Seolah teman. Lagipula pikirnya Bima pasti tidak cocok dengan lingkar pertemanannya dan akan membuat lelaki itu pergi. Namun ternyata Aluna salah, B
Aluna menjatuhkan tubuhnya di atas kursi bar. Dia sangat lelah. Seluruh sisi rumah sudah rapih dan bersih, tetapi giliran tubuhnya yang tak bersih. Peluh mengalir deras di tubuhnya. Aluna merasa kaos lengan pendek yang dia pakai tak ubahnya baju basah yang melingkupi tubuhnya. Berbeda dengan Aluna yang begitu berantakan, Bima masih saja terlihat charming. Sekarang lelaki itu sedang meniriskan piring, begitu 'cool' dengan wajah datar tanpa ekspresi. "Jam berapa ngajar?" tanya Aluna menoleh ke arah suaminya. "Jam 7."Aluna melebarkan pupil. Dia terkejut. "Sekarang udah jam 12.""Aku tahu.""Awas ya kalau besok telat nyalahin aku, kamu kan suka playing viktim," gerutu Aluna. "Hm.""Kamu dulu deh yang mandi biar cepet tidur, Pak Dosen harus tepat waktu," kata Aluna mempersilahkan sang suami menggunakan kamar mandi. Kalimat terakhir tentu saja bukan pujian, sebab wajah Aluna yang menyeringai sangat menyebalkan. "Baju kamu basah Al, mending kamu dulu.""Iya bajuku emang basah, aku gam
Tamu tidak terduga Dugaan Aluna sangat tepat, seringnya mendoktrin pikiran agar menganggap perhatian Bima tak ubahnya kebaikan semata membuat dia benar-benar 'kebal' terhadap sikap manis lelaki tersebut. Memang masih harus banyak berlatih, tetapi Aluna yakin perlahan-lahan dia tidak akan 'nelangsa' melihat Bima pergi ziarah. Sang Ibu, yang merupakan sarjana Pendidikan Biologi pernah mengatakan soal ini kepada Aluna, sebuah masalah adalah hal yang harus dihadapi bukan dihindari. Masalah, Lizy analogikan sebagai mikroba yang bisa membuat kekebalan tubuh seorang anak makin kuat. Sel imunitas di dalam tubuh 'belajar mengendalikan diri' setiap mikroba datang menyerangnya. Ini sudah ada penelitiannya dan mendukung banyak fakta; bahwa anak-anak yang sering bermain mengeksplor dunia luar lebih kebal dibanding anak-anak yang 'dikurung' di dalam rumah. Pun dengan Bima. Semua kebaikan lelaki itu sama sekali tidak Aluna tolak. Dia terima dan pelajari semuanya. Sehingga dalam kurun satu Min
Ingatan Aluna melompati banyak kenangan. Dia sedang mengingat-ingat sesuatu. Aluna melihat dirinya ada di kamar Bima, menguak album yang berisi potret manis Abimanyu Basudewa beserta kekasihnya yang sangat anggun. Cassandra Sudjono. Ya, seraut wajah yang dia kenali dari album itu kini ada di hadapannya. Dengan rambut lurus serupa, sepasang mata besar yang sama dan bibir dengan lekukan sensual. Namun ada kerutan samar di kulit wajahnya yang membuat intuisi Aluna mengatakan ini bukan Cassandra. Dan ketika dilihat secara teliti, Cassandra lebih lonjong dan matanya lebih bagus. Mereka hanya mirip sedikit. Tidak sepenuhnya serupa. Aluna berpikir perempuan di hadapannya ini Sandra sebab dia memang hanya mengenali Sandra lewat sebuah buku album. "Halo?" sapa perempuan itu tersenyum. Sangat lebar. Perempuan itu mengulurkan tangan yang tidak langsung diterima oleh Aluna. "Istrinya Bima ya?""Iya," jawab Aluna. "Saya Maudy, dan ini ibu saya.""Siapa ya?" tanya Aluna menanyakan status m
Abimanyu Basudewa beserta masalah peliknya ibarat pusaran air. Aluna adalah orang luar yang tak tahu apapun ketika Bima duduk di meja perjodohan menawari Aluna sebuah pernikahan.Seharusnya Aluna tidak perlu buru-buru seperti itu sampai menikah tanpa melihat masalah rumit yang menjerat Bima.Sekarang, semuanya sudah terlambat. Aluna mendapat satu cakaran dari Maudy yang dia tampar duluan. Ya, mendengar jawaban Maudy membuat Aluna tidak mengontrol emosinya. Dia menampar pipi Maudy, dan perempuan itu balas mencakar wajahnya. "Kenapa kami masih mempermasalahkan Bima sekarang? Tentu jawabannya ada di kalimat kamu sendiri Al, yaitu karena Bima masih hidup di masa lalunya. Dia menjadikan masa lalunya sebagai masa depan. Dan kamu, mungkin hanya sebagai pajangan saja."Aluna memejamkan mata mengingat kalimat menyakitkan itu lagi. Namun sekuat apapun dia menepis pemikiran itu, suara Maudy yang cempreng tetap berdengung. Ucapan itu nyatanya lebih membekas dibanding goresan kuku di pipi kanan
"Al jangan lari!"Aluna tidak mengindahkan teriakan itu. Dia tetap berlari. Dia menggunakan seluruh energinya untuk cepat sampai tangga dan naik ke kamarnya. Aluna akan mengunci pintu sehingga Bima tidak perlu ada di satu ruangan dengannya. Untuk malam ini saja, Aluna ingin sedikit egois. Dia lelah bertengkar. Situasi tegang tak bagus untuk bayinya, apalagi sekarang adalah jam tidur. Aluna tidak boleh stress. "Aku minta maaf Al ..."Di belakang, Bima masih saja meracau. "Selama 3 hari kemarin aku mikirin soal kita, aku mikirin bayi kita juga."Aluna tidak menyukai panggilan 'bayi kita' kendati faktanya bayi ini memang memiliki setengah gen dirinya dan Bima. "Al ..." Teriakan Bima menjadi suara terakhir yang Aluna ingat ketika rasa pening karena terlalu banyak berpikir membuatnya limbung. Dia hampir jatuh terguling di atas tangga, tetapi urung karena Bima tiba-tiba sudah ada di belakang
"Al, bangun! Ada A Bima jemput kamu pulang!" Aluna menggeliat karena diganggu tidurnya. Perempuan itu bergeming berpikir bisikan itu hanya potongan mimpinya. Namun, dengan tangan yang mengelus pipi, Aluna tahu suara itu nyata. Dibukanya mata, Aluna mendapati Lela menatapnya cemas. Tatapan perempuan berwajah manis ini terlihat pucat. Entah karena ini sudah tengah malam atau karena alasan lain."Ada A Bima di depan," bisik Lela mengulang informasi. "Bima?" tanya Aluna menekuk sikut sehingga dia bisa duduk. Aluna menatap kamar Lela yang serba pastel. Ternyata dia memang tidur di kamar Lela, pantas kasurnya terasa lain. Ditatapnya jam dinding yang menjadi dekorasi kamar, ternyata sudah pukul 10 malam."Kok aku bisa tidur disini La?" "Tadi teteh kan ketiduran di kamarnya A Kalis, terus sama Ibu diajak pindah kamar, enggak inget?"Aluna menggeleng. "Oke, oke, yang penting selamat. Yuk keluar?
Wajah Aluna sudah macam korban sengatan lebah. Aluna mengompres matanya yang bengkak di dapur. Dia melakukannya sembari menunggu air di dalam teko yang dia panaskan di kompor lekas mendidih. Desing teko menguar keras. Aluna terjerat dalam lamunan. Perempuan yang memakai kaos semalam itu masih melamun dengan es batu mencair di tangannya. Ketika suara desing teko mendidih makin konstan, Aluna terlonjak dan lekas mematikannya. Betapa terkejutnya Aluna mendapati teko itu sudah kehilangan banyak air. Lamanya waktu yang dia biarkan membuat air di dalamnya menguap hilang. Mendesah, Aluna kembali mengulang. Mungkin perempuan itu tidak sepenuhnya sadar, bahwa alam bawah sadar telah membuatnya berulang kali melihat pintu. Bima tidak pulang sampai pagi. Kemana lelaki itu pergi? "Udahlah Al, mending kamu kerja biar cepet selesai," gumam Aluna menepis rasa khawatirnya. Dia membawa nampan berisi susu hamil rasa strawb
"Kapan aku bilang begitu?" tanya Bima ketika Aluna menyindirnya soal suami tanpa perasaan. Nada suara Abimanyu Basudewa yang mendesis adalah pertanda, lelaki itu tidak sepenuhnya ingat soal kalimat lamarannya yang menyakitkan. "Waktu melamarku, kamu bilang bisa menghamiliku tanpa perasaan ..." jawab Aluna mengatakannya secara gamblang. Otak Bima tampaknya sedang mencerna, kening lelaki itu mengernyit. Lalu ketika hasilnya telah terproses, Abimanyu Basudewa termenung. "Al ...." lirihnya memanggil. Aluna menyeringai. "Semua kemarahan kamu di jalan tadi ... terlalu berlebihan Bim. Kamu keterlaluan karena hampir mencelakakan kita bertiga ...." maki Aluna.Bima mengerjap nanar mendengar kata 'bertiga'."Kamu harus malu marah-marah hanya karena telat dikasih tahu soal kehamilanku Bim, karena sebenarnya sejak awal, kamu udah ngomong ... hamilku itu bukan sesuatu yang bisa kita selebrasikan seperti pasutri pada umumnya!"
Ketika Bima tiba-tiba mengajak pulang dengan nada dingin, Aluna buru-buru menghampiri Bima dan mengajaknya bicara di kamar. Namun, Bima sepertinya mengalami hari buruk. Lelaki itu memaksa Aluna segera pulang. Begitu mutlak, tegas dan tak terbantahkan. "Aku udah izin mau nginep sama Mamah dan Ayah, sorry tadi enggak ngabarin karena ponselku ketinggalan lagi," jelas Aluna tersenyum tipis. "Kamu ikut nginep aja ya Bim?""Kamu enggak paham maksudku Al? Aku bilang pulang, ya pulang!!" Aluna melebarkan pupil terkejut bukan main mendengar nada tajam Bima. Aluna menoleh tuk melihat reaksi orang tuanya, syukurlah suara televisi menjadi peredam suara sehingga mereka tidak mendengar ucapan Bima yang begitu tajam. Aluna kemudian mengalihkan tatapan ke depan. Menatap suaminya. Aluna bukan pembaca ekpsresi, tetapi tajamnya sorot pandang Bima, tentu adalah hal buruk.Menghela nafas, Aluna pun terpaksa mengangguki permintaan Bima u
Rutenya selalu sama, apapun yang tidak diharapkan selalu Tuhan datangkan sebagai ujian. Seperti bakteri dan virus, yang lebih mahir membuat sistem imun belajar untuk kuat (Aluna)***Aluna pernah mendengar, jika kita sudah terlalu yakin akan suatu 'planning' maka akan ada saja sesuatu yang menggagalkannya. Aluna mengalaminya sekarang. Berniat mengabari keluarganya soal kehamilannya satu hari pasca USG, planningnya malah molor sampai 4 hari setelahnya. Ya, telat 3 hari. Dan itu semua tidak sengaja dia lewatkan. Aluna benar-benar lupa akan hal itu. Dia sibuk mengejar deadline pekerjaan setelah hari dimana Bima membawanya ke kampus lantas main ke bioskop.Disini, kadang Aluna sadar bahwa manusia jangan terlalu percaya diri. Aluna yang sudah memikirkan reaksi kedua orang tuanya ketika tahu dia hamil sejatinya sudah melampaui takdir. Dia melupakan Tuhan dalam proses memikirkan planning itu. Yeah, karena sekaran
"Astaga sekarang jam berapa?""Jam setengah 7.""Ya ampun aku belum makan," seru Aluna panik. Bima mengernyitkan dahinya. Aluna si Perempuan gila kerja yang suka mengurung diri tanpa makan sekarang panik hanya karena lupa makan? "Hati-hati Al!" tegur Bima ketika sang Istri hampir terjatuh karena belum sepenuhnya sadar pasca tidur berjam-jam. "Padahal aku setting alarm tahu.""Capek banget kayaknya kamu Al. Kerja dari tadi?""Enggak kerja sama sekali. Cuma duduk doang.""Ya udah jangan cemberut gitu, sekarang sholat dulu, kalau mau mandi pakai air hangat biar enggak masuk angin," kata Bima memberi saran lembut. Aluna mengangguk. Bima gemas sekali karena wajah Aluna yang berkeringat secara otomatis membuat kedua pipinya memerah alami. Sangat cantik. Terutama karena wajah habis bangun Aluna benar-benar menggemaskan dengan mata bengkak menyipit dan juga bibir menekuk.
Ternyata seperti ini rasanya ...Aluna duduk di kursi ruang Obgyn dengan seorang perempuan berkacamata mewawancarainya dengan banyak pertanyaan basic. Tujuan datang ke Obgyn? Kehamilan pertama atau bukan? Sudah cek pakai testpack lebih dulu atau belum? Dan lain sebagainya. Aluna menjawabnya dengan antusias. Sungguh, dia bahagia sekali bisa hamil sehingga setiap moment-nya dia nikmati dengan penuh sukacita. Aluna bahkan tidak insecure ketika ibu-ibu hamil yang datang ke klinik ini hampir semuanya diantar suaminya masing-masing. Fokus utama Aluna saat ini adalah kesehatan bayinya. "Bu Aluna, kayaknya bener deh kita udah pernah ketemu. Di The Jungle ...."Aluna ber-oh panjang. The Jungle adalah restoran milik ayahnya yang sekarang punya banyak cabang. "Iya itu memang punya ayah saja Dok.""Wah kebetulan, The Jungle itu tempat favorit saya.""Ya ampun, dunia sempit ya, lain kali kalau mampir bisa hubun
Testpack digital telah melakukan pekerjaannya. Di jendelanya, tertera 'yes' sebagai jawaban. Aluna menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Emosinya sudah tersedot kemarin malam sehingga subuh ini dia bisa mengontrol diri. Aluna keluar dari kamar dan mencengkram testpack digital itu untuk dia masukan ke dalam kotak. Abimanyu Basudewa yang masih terlelap, dia lewati begitu saja. Alih-alih memberitahu Bima soal ini, Aluna malah membuka laptop. Dia menghitung usia pekerjaannya selama mengambil dua pekerjaan freelance sekaligus. Aluna tidak boleh mengambil banyak pekerjaan selama hamil karena begadang tidak dianjurkan. Dia akan menawarkan pekerjaannya yang belum selesai—dengan kontrak yang lama, ke temannya sesama freelance. "Bisa enggak? Sekitar 113 bab lagi, itu optional, bisa diperpendek maupun diperpanjang kalau memang butuh duit banget," kata Aluna menggigiti ujung kukunya karena gugup. Aluna bahkan belum cuci m