Menghindar sejauh apapun, Aluna tahu semuanya sia-sia sebab Bima adalah suaminya. Hal itu begitu jelas tercantum di buku nikah yang dia simpan di buku berkas. Aluna juga tak mungkin berpura-pura bahwa cincin yang melingkari jari manisnya adalah pemberian dari Bima. Jadilah ... sepulang Bagaspati ke rumahnya, Aluna berusaha lebih baik ke Bima. Menguras emosi juga jika dia 'berusaha' menolak kehadiran dan kebaikan Bima. Udah lah, dia emang dari oroknya baik kali, gumam Aluna mengingatkan hatinya. Bima sudah menjelaskan sendiri jika dia tidak 'bisa' mencintai perempuan lain setelah calon istrinya meninggal. Kebaikan Bima tidak perlu dia permasalahkan. Tidak semua kebaikan mengarah ke perasaan. Aluna hanya ingin menjadi diri sendiri seperti ucapan Bagaspati. Hidupnya hanya sekali dan terasa sia-sia membuat dirinya tertekan oleh banyak tuntutan. Begitu mereka di dalam mobil dalam perjalanan ke rumah orang tua Bima, Aluna tidak lagi menunjukan muka ketus. Dia bersenandung menikmati la
Kejutan Aluna Cassandra Sudjono adalah seorang perempuan berambut panjang sepinggang. Aluna baru melihatnya dari sebuah album yang dia 'curi' dari laci kerja suaminya. Bentuk wajah dan postur tubuhnya seperti Raline Shah. Aluna mengakui, Sandra sangat cantik seperti namanya. Dia sangat anggun, tipikal perempuan yang punya banyak stok rok dan gaun di lemarinya. Hampir semua potret dirinya baik sendiri maupun berdua dengan Bima memakai rok. Sekalipun memakai celana, atasannya sangat perempuan sekali. Sama sekali tidak ada potret Cassandra Sudjono memakai kaos dan training. Cassandra Sudjono berbeda dengan Aluna. Perempuan ini sangat cantik dan menyadari sepenuhnya bahwa fisiknya sempurna. Lihatlah dressnya! Sangat memperlihatkan betapa lekuk tubuhnya bisa membuat lelaki manapun bertekuk lutut termasuk si Kutu Buku Abimanyu Basudewa yang sangat kaku tetapi punya banyak hal yang membuat perempuan manapun menginginkan posisi sebagai istrinya. "Cih!" Aluna mendengkus kasar begitu alb
Sesuatu yang sangat mudah dikendalikan, ya; a man's desire. Aluna yang membalut tubuhnya dengan pakaian penuh tali dan kain transparan sekarang sudah ada di sisi Bima, menepuk-nepuk bahu suaminya itu dengan lembut. Bima berhenti terbatuk dan melirik Aluna dengan tatapan ketakutan. Seolah Aluna dirasuki setan kamar mandi yang membuatnya begitu berani dengan pakaian ... yang sama sekali tidak menutupi apapun. "Al kamu—""Kaget ya?" tanya Aluna tersenyum dan tiba-tiba melabuhkan kecupan di pipi Bima. "Outfit inilah yang sejak awal aku siapkan buat malam pertama kita, tapi kamu nolak aku dengan alasan capek, to be honest sebenarnya aku tahu kamu nolak aku karena belum sungkem sama Sandra.""Al—" Bima terlihat ingin membantah ucapan Aluna. "Suuuut!" bisik Aluna menaruh telunjuknya di permukaan bibir Bima. Dengan sengaja, Aluna menekan telunjuknya disana sehingga rasanya begitu panas. "Kamu enggak usah ngerasa bersalah l
Semalam memerankan sosok istri penggoda, pagi harinya Aluna begitu tak tersentuh. Perempuan itu bangun lebih dulu dan sibuk di dapur menyiapkan banyak makanan. Bima yang sudah siap untuk pergi ke kampus menghampiri Aluna. "Kakinya udah enggak sakit?"Aluna yang tengah berjinjit mengambil sesuatu di lemari kabinet, menoleh menatap suaminya. Perempuan itu mengangguk. Memberi jempol.Aluna memang tersenyum ramah tetapi Bima seperti tidak mengenali istrinya. Kemana Aluna yang semalam bermanja-manja di pelukannya?"Masaknya kok banyak banget?" tanya Bima. "Kamu enggak usah kesini Bim, bau semur jengkol. Nanti baju kamu kotor," tegur Aluna tidak mau Bima mencampuri urusannya. Dua kompor listrik milik Bima sekarang tengah sibuk memanaskan wajan dan presto. Aluna berniat menjadikan rumahnya restoran mendadak. Ada begitu banyak makanan yang sudah Aluna masak di pukul setengah 7 ini. Bima jadi iri karena Aluna lebih antusias membuat makanan untuk teman-temannya dibanding untuk dirinya.
Alih-alih pergi setelah 'memaksa' Aluna menutupi lengannya dengan jaket, lelaki berambut cepak itu malah meminta sumpit tuk dia gunakan membolak-balik daging di barbeque pan. Suasana yang semula riuh seketika berubah hening. "Gimana ngajar Bim? Lancar?" tanya Kalis memutuskan angkat bicara sebab teman-temannya bungkam. Bukan tanpa sebab semua teman Aluna terlihat takut dengan Bima. Abimanyu Basudewa memang digambarkan sebagai lelaki kaku. Semua orang jadi menjaga sikap sebab khawatir tingkah mereka membuat Bima tidak nyaman. Padahal dengan diam pun mereka sudah mencipta kesan tak nyaman tersebut. "Lancar," jawab Bima. Aluna yang menipiskan bibir tidak suka kehadiran sang Suami di lantai barbeque sekarang memutuskan menerima Bima. Tidak apa. Lagipula tidak ada yang perlu dipikirkan. Anggap saja seperti Pras, David dan juga Rangga. Seolah teman. Lagipula pikirnya Bima pasti tidak cocok dengan lingkar pertemanannya dan akan membuat lelaki itu pergi. Namun ternyata Aluna salah, B
Aluna menjatuhkan tubuhnya di atas kursi bar. Dia sangat lelah. Seluruh sisi rumah sudah rapih dan bersih, tetapi giliran tubuhnya yang tak bersih. Peluh mengalir deras di tubuhnya. Aluna merasa kaos lengan pendek yang dia pakai tak ubahnya baju basah yang melingkupi tubuhnya. Berbeda dengan Aluna yang begitu berantakan, Bima masih saja terlihat charming. Sekarang lelaki itu sedang meniriskan piring, begitu 'cool' dengan wajah datar tanpa ekspresi. "Jam berapa ngajar?" tanya Aluna menoleh ke arah suaminya. "Jam 7."Aluna melebarkan pupil. Dia terkejut. "Sekarang udah jam 12.""Aku tahu.""Awas ya kalau besok telat nyalahin aku, kamu kan suka playing viktim," gerutu Aluna. "Hm.""Kamu dulu deh yang mandi biar cepet tidur, Pak Dosen harus tepat waktu," kata Aluna mempersilahkan sang suami menggunakan kamar mandi. Kalimat terakhir tentu saja bukan pujian, sebab wajah Aluna yang menyeringai sangat menyebalkan. "Baju kamu basah Al, mending kamu dulu.""Iya bajuku emang basah, aku gam
Tamu tidak terduga Dugaan Aluna sangat tepat, seringnya mendoktrin pikiran agar menganggap perhatian Bima tak ubahnya kebaikan semata membuat dia benar-benar 'kebal' terhadap sikap manis lelaki tersebut. Memang masih harus banyak berlatih, tetapi Aluna yakin perlahan-lahan dia tidak akan 'nelangsa' melihat Bima pergi ziarah. Sang Ibu, yang merupakan sarjana Pendidikan Biologi pernah mengatakan soal ini kepada Aluna, sebuah masalah adalah hal yang harus dihadapi bukan dihindari. Masalah, Lizy analogikan sebagai mikroba yang bisa membuat kekebalan tubuh seorang anak makin kuat. Sel imunitas di dalam tubuh 'belajar mengendalikan diri' setiap mikroba datang menyerangnya. Ini sudah ada penelitiannya dan mendukung banyak fakta; bahwa anak-anak yang sering bermain mengeksplor dunia luar lebih kebal dibanding anak-anak yang 'dikurung' di dalam rumah. Pun dengan Bima. Semua kebaikan lelaki itu sama sekali tidak Aluna tolak. Dia terima dan pelajari semuanya. Sehingga dalam kurun satu Min
Ingatan Aluna melompati banyak kenangan. Dia sedang mengingat-ingat sesuatu. Aluna melihat dirinya ada di kamar Bima, menguak album yang berisi potret manis Abimanyu Basudewa beserta kekasihnya yang sangat anggun. Cassandra Sudjono. Ya, seraut wajah yang dia kenali dari album itu kini ada di hadapannya. Dengan rambut lurus serupa, sepasang mata besar yang sama dan bibir dengan lekukan sensual. Namun ada kerutan samar di kulit wajahnya yang membuat intuisi Aluna mengatakan ini bukan Cassandra. Dan ketika dilihat secara teliti, Cassandra lebih lonjong dan matanya lebih bagus. Mereka hanya mirip sedikit. Tidak sepenuhnya serupa. Aluna berpikir perempuan di hadapannya ini Sandra sebab dia memang hanya mengenali Sandra lewat sebuah buku album. "Halo?" sapa perempuan itu tersenyum. Sangat lebar. Perempuan itu mengulurkan tangan yang tidak langsung diterima oleh Aluna. "Istrinya Bima ya?""Iya," jawab Aluna. "Saya Maudy, dan ini ibu saya.""Siapa ya?" tanya Aluna menanyakan status m