Hanya sebentar Bagaspati terlihat takut menghadapi kakaknya, setelah itu Bagaspati kembali santai. Cara Bagaspati menanggapi masalah membuat Aluna malu, sebab beberapa hari ini dia mengaku sangat 'drama'.Mereka bermain game consol setelah acara televisi tak membuat mereka terhibur. Aluna yang memang hobi bermain game membuat Bagaspati mengeluarkan banyak sumpah serapah karena dia kalah berkali-kali. "Ah, shit, ini pasti salah tv-nya. Seriusan, enggak pernah kalah aku tuh Al!" Bagaspati berdiri dan mondar-mandir di depan meja yang berisi banyak tumpukan snack. Lelaki itu memegang stik game. Aluna yang terganggu oleh tubuh jangkung Bagaspati memanjangkan kaki kirinya yang tak sakit tuk mendorong paha lelaki itu agar menyingkir. "Ck, awas Gas!!!""Ahhh!!!!" teriak Bagaspati melempar stiknya ke atas sofa."Kaya anak kecil kamu Gas!" maki Aluna lantas bersorak karena dia memenangkan permainan. Aluna mengibaskan rambut sebahunya ke
"Udah makan?"Mengangkat pandangan, Aluna pikir pertanyaan itu sangat bodoh sebab sekarang adalah pukul 12 malam. Alih-alih menjawab, Aluna merebahkan diri di atas ranjang dan menarik selimut sampai dagu. Dia memejamkan mata dan berdoa semoga Bima cukup peka untuk mematikan lampu dan membiarkannya tidur. Sayangnya tidak demikian ....Lelaki yang terlihat lelah itu melonggarkan ikatan dasi di lehernya lantas menyibak selimut tuk melihat kaki Aluna. Duh, Tuhan, dosa enggak sih nendang suami sendiri? Gerutu Aluna memelas. Sungguh, dia mengantuk, dan sangat sensi terhadap sesuatu yang berkaitan dengan Bima. "Aku mau tidur," rengek Aluna menekuk kakinya. Dia melakukannya semata agar tangan besar Bima tidak menyentuh permukaan kulitnya. "Bentar aja.""Kamu mau ribut?""Aku cuma mau lihat kaki kamu Al, bukan ngajak ribut.""Tapi aku enggak mau, bisa kamu hargai pendapatku? Lagipula ini udah
Menghindar sejauh apapun, Aluna tahu semuanya sia-sia sebab Bima adalah suaminya. Hal itu begitu jelas tercantum di buku nikah yang dia simpan di buku berkas. Aluna juga tak mungkin berpura-pura bahwa cincin yang melingkari jari manisnya adalah pemberian dari Bima. Jadilah ... sepulang Bagaspati ke rumahnya, Aluna berusaha lebih baik ke Bima. Menguras emosi juga jika dia 'berusaha' menolak kehadiran dan kebaikan Bima. Udah lah, dia emang dari oroknya baik kali, gumam Aluna mengingatkan hatinya. Bima sudah menjelaskan sendiri jika dia tidak 'bisa' mencintai perempuan lain setelah calon istrinya meninggal. Kebaikan Bima tidak perlu dia permasalahkan. Tidak semua kebaikan mengarah ke perasaan. Aluna hanya ingin menjadi diri sendiri seperti ucapan Bagaspati. Hidupnya hanya sekali dan terasa sia-sia membuat dirinya tertekan oleh banyak tuntutan. Begitu mereka di dalam mobil dalam perjalanan ke rumah orang tua Bima, Aluna tidak lagi menunjukan muka ketus. Dia bersenandung menikmati la
Kejutan Aluna Cassandra Sudjono adalah seorang perempuan berambut panjang sepinggang. Aluna baru melihatnya dari sebuah album yang dia 'curi' dari laci kerja suaminya. Bentuk wajah dan postur tubuhnya seperti Raline Shah. Aluna mengakui, Sandra sangat cantik seperti namanya. Dia sangat anggun, tipikal perempuan yang punya banyak stok rok dan gaun di lemarinya. Hampir semua potret dirinya baik sendiri maupun berdua dengan Bima memakai rok. Sekalipun memakai celana, atasannya sangat perempuan sekali. Sama sekali tidak ada potret Cassandra Sudjono memakai kaos dan training. Cassandra Sudjono berbeda dengan Aluna. Perempuan ini sangat cantik dan menyadari sepenuhnya bahwa fisiknya sempurna. Lihatlah dressnya! Sangat memperlihatkan betapa lekuk tubuhnya bisa membuat lelaki manapun bertekuk lutut termasuk si Kutu Buku Abimanyu Basudewa yang sangat kaku tetapi punya banyak hal yang membuat perempuan manapun menginginkan posisi sebagai istrinya. "Cih!" Aluna mendengkus kasar begitu alb
Sesuatu yang sangat mudah dikendalikan, ya; a man's desire. Aluna yang membalut tubuhnya dengan pakaian penuh tali dan kain transparan sekarang sudah ada di sisi Bima, menepuk-nepuk bahu suaminya itu dengan lembut. Bima berhenti terbatuk dan melirik Aluna dengan tatapan ketakutan. Seolah Aluna dirasuki setan kamar mandi yang membuatnya begitu berani dengan pakaian ... yang sama sekali tidak menutupi apapun. "Al kamu—""Kaget ya?" tanya Aluna tersenyum dan tiba-tiba melabuhkan kecupan di pipi Bima. "Outfit inilah yang sejak awal aku siapkan buat malam pertama kita, tapi kamu nolak aku dengan alasan capek, to be honest sebenarnya aku tahu kamu nolak aku karena belum sungkem sama Sandra.""Al—" Bima terlihat ingin membantah ucapan Aluna. "Suuuut!" bisik Aluna menaruh telunjuknya di permukaan bibir Bima. Dengan sengaja, Aluna menekan telunjuknya disana sehingga rasanya begitu panas. "Kamu enggak usah ngerasa bersalah l
Semalam memerankan sosok istri penggoda, pagi harinya Aluna begitu tak tersentuh. Perempuan itu bangun lebih dulu dan sibuk di dapur menyiapkan banyak makanan. Bima yang sudah siap untuk pergi ke kampus menghampiri Aluna. "Kakinya udah enggak sakit?"Aluna yang tengah berjinjit mengambil sesuatu di lemari kabinet, menoleh menatap suaminya. Perempuan itu mengangguk. Memberi jempol.Aluna memang tersenyum ramah tetapi Bima seperti tidak mengenali istrinya. Kemana Aluna yang semalam bermanja-manja di pelukannya?"Masaknya kok banyak banget?" tanya Bima. "Kamu enggak usah kesini Bim, bau semur jengkol. Nanti baju kamu kotor," tegur Aluna tidak mau Bima mencampuri urusannya. Dua kompor listrik milik Bima sekarang tengah sibuk memanaskan wajan dan presto. Aluna berniat menjadikan rumahnya restoran mendadak. Ada begitu banyak makanan yang sudah Aluna masak di pukul setengah 7 ini. Bima jadi iri karena Aluna lebih antusias membuat makanan untuk teman-temannya dibanding untuk dirinya.
Alih-alih pergi setelah 'memaksa' Aluna menutupi lengannya dengan jaket, lelaki berambut cepak itu malah meminta sumpit tuk dia gunakan membolak-balik daging di barbeque pan. Suasana yang semula riuh seketika berubah hening. "Gimana ngajar Bim? Lancar?" tanya Kalis memutuskan angkat bicara sebab teman-temannya bungkam. Bukan tanpa sebab semua teman Aluna terlihat takut dengan Bima. Abimanyu Basudewa memang digambarkan sebagai lelaki kaku. Semua orang jadi menjaga sikap sebab khawatir tingkah mereka membuat Bima tidak nyaman. Padahal dengan diam pun mereka sudah mencipta kesan tak nyaman tersebut. "Lancar," jawab Bima. Aluna yang menipiskan bibir tidak suka kehadiran sang Suami di lantai barbeque sekarang memutuskan menerima Bima. Tidak apa. Lagipula tidak ada yang perlu dipikirkan. Anggap saja seperti Pras, David dan juga Rangga. Seolah teman. Lagipula pikirnya Bima pasti tidak cocok dengan lingkar pertemanannya dan akan membuat lelaki itu pergi. Namun ternyata Aluna salah, B
Aluna menjatuhkan tubuhnya di atas kursi bar. Dia sangat lelah. Seluruh sisi rumah sudah rapih dan bersih, tetapi giliran tubuhnya yang tak bersih. Peluh mengalir deras di tubuhnya. Aluna merasa kaos lengan pendek yang dia pakai tak ubahnya baju basah yang melingkupi tubuhnya. Berbeda dengan Aluna yang begitu berantakan, Bima masih saja terlihat charming. Sekarang lelaki itu sedang meniriskan piring, begitu 'cool' dengan wajah datar tanpa ekspresi. "Jam berapa ngajar?" tanya Aluna menoleh ke arah suaminya. "Jam 7."Aluna melebarkan pupil. Dia terkejut. "Sekarang udah jam 12.""Aku tahu.""Awas ya kalau besok telat nyalahin aku, kamu kan suka playing viktim," gerutu Aluna. "Hm.""Kamu dulu deh yang mandi biar cepet tidur, Pak Dosen harus tepat waktu," kata Aluna mempersilahkan sang suami menggunakan kamar mandi. Kalimat terakhir tentu saja bukan pujian, sebab wajah Aluna yang menyeringai sangat menyebalkan. "Baju kamu basah Al, mending kamu dulu.""Iya bajuku emang basah, aku gam