Di bawah pohon ceri blossom yang hampir mati, Timmy berdiri tenang menatap riak air danau yang bergerak lembut tersapu angin di musim ini.
Setelah dua tahun berlalu, hanya itu yang bisa Timmy lakukan acap kali merindukan Li Xiao Le. 'Cinta kalian adalah kutukan! Bercerailah dengan Li Xiao Le, jika ingin perempuan itu tetap hidup!' Sampai detik ini kutukan kakek Li masih menggema di ingatkan Timmy. Kenangan pahit akan kecelakaan yang menimpa Li Xiao Le kembali hadir membuat jantungnya berdebar sangat kencang. 'Aku harap jantungmu masih berdetak seperti ini, Xiao Le. Jangan pernah berhenti.' Suara hati Timmy terbang terbawa udara dingin yang membelai wajah seputih batu giok. Bersamaan dengan itu suara derap sepatu sayup-sayup terdengar dari kejauhan. Arah pandang Timmy beralih pada suara yang kian mendekat dengan langkah terburu-buru. Mata sipit itu pun melebar. Terkejut melihat sosok ramping yang datang dengan pesona yang tak dapat Timmy abaikan. Bukankah dia Li Xiao Le, istrinya? Perempuan mungil dengan paras imut yang menggemaskan, tampak berlari kencang kemudian berhenti tak jauh dari tempat Timmy berdiri. Ia tak bisa menyembunyikan binar kepanikan juga bingung mencari tempat persembunyian. Beberapa detik Li Xiao Le terdiam menatap tong sampah di depannya, membuat Timmy penasaran apa yang akan dilakukan istrinya yang sedang hilang ingatan itu? Tidak lama kemudian Li Xiao Le melepas jaket yang ia kenakan, lantas memasukkan jaket itu ke dalam tong sampah dengan cepat. Li Xiao Le masih terlihat panik, kilat matanya yang indah mengedar ke segala arah. Tak satupun tempat yang bisa digunakan untuk menyembunyikan diri, sementara dari kejauhan begitu banyak laki-laki bertubuh besar yang mengenakan setelan jas warna hitam tengah berlari ke arahnya. Tak ada pilihan lain. Begitu melihat Timmy di tempat itu, tanpa pikir panjang Li Xiao Le segera mendekat dan memeluk Timmy tanpa permisi. Ia menyembunyikan wajahnya di dada pria tampan yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Sontak Timmy terkejut, tapi juga ada perasaan bahagia yang menyambangi hati. 'Mungkinkah Li Xiao Le sudah bisa mengingatku kembali?' Tidak dapat menahan diri lagi, Timmy langsung membalas pelukan Li Xiao Le dengan erat. Tanpa sadar genangan haru mulai mengembun di pelupuk mata. Pohon ceri blossom yang tinggal rantingnya tiba-tiba mengeluarkan dua kuncup dan mulai bermekaran secara ajaib, layaknya musim semi. Bubuk glitter warna biru perlahan juga berpendar mengitari pasutri yang sedang berpelukan. Sampai semua laki-laki berpakaian jas hitam pergi melewati mereka, Li Xiao Le segera menjulurkan kepala dengan lucu. Menengok ke kanan dan ke kiri memeriksa barangkali masih ada pengawalnya yang tertinggal di tempat tersebut. Setelah dirasa aman, barulah ia mencoba melepaskan diri dari pelukan Timmy. Tapi pelukan pria tersebut begitu erat, Li Xiao Le tidak bisa berkutik. Membuatnya berpikir yang tidak-tidak. 'Gawat! Jangan-jangan aku telah bertemu dengan laki-laki mesum?' pekiknya dalam hati. Li Xiao Le kembali meronta mencoba melepaskan diri dari pelukan Timmy. "Hei! Lepaskan aku! Kenapa kamu begitu mesum?" Timmy tersontak mendengar teriakan Li Xiao Le. Kedua tangannya terlepas dari tubuh mungil itu. "Dasar laki-laki mesum!" Li Xiao Le kembali berteriak memaki. Tak lupa dia juga mengacungkan tinjunya memukul Timmy. "Aw, aw, aw! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kamu memukulku?" pekik Timmy terkejut sembari menangkis pukulan Li Xiao Le yang bertubi-tubi. Sementara dua pengawal Timmy yang menyaksikan itu malah melongo bingung sendiri. Mau melerai mereka adalah suami istri, kalau tidak dilerai kok ya kasihan majikannya. "Kenapa kamu begitu mesum? Siapa yang menyuruhmu memelukku dengan erat begitu?" bentak Li Xiao Le galak sembari melotot tajam. "Yang memeluk duluan siapa?" Kini Timmy tak mau kalah, ia juga mengeluarkan suara tinggi. Li Xiao Le tersentak begitu ingat ia duluan yang memeluk laki-laki yang tidak ia kenal. Kemudian ia meringis bego ketika diserang rasa malu yang begitu mendadak. Namun, ia segera menatap Timmy lekat-lekat, menyadari ada air di pelupuk mata pria itu. Ia jadi penasaran. "Apa kamu baru saja menangis?" Timmy baru sadar, ternyata Li Xiao Le belum juga bisa mengingatnya. Ia segera menggelengkan kepala. "Tidak, baru saja debu masuk ke mataku." Timmy berbohong, dan segera menyeka air matanya. "Oh ...." Li Xiao Le tampak mengangguk-anggukkan kepalanya, dan berkata, "Tapi ... terima kasih ya kamu telah menyelamatkanku hari ini." Timmy nyengir sekilas dan sengit. Kesal. Baru seneng-senengnya bisa ketemu istri setelah dua tahun tidak bertemu. Eh ... malah digebuki, mana yang gebukin tidak minta maaf lagi. Li Xiao Le segera berjalan menuju tempat sampah berniat mengambil kembali jaketnya yang barusan ia buang. "Yah … jadi kotor ...." Wajah Li Xiao Le tampak sedih. Timmy tersenyum, lantas melepas jaketnya sendiri untuk menyelimutkan jaket tersebut di tubuh Li Xiao Le yang mungil. "Pakai ini saja." "Eh, tidak perlu." "Tidak apa-apa pakai saja, udaranya sangat dingin, nanti kamu kedinginan jika tidak memakai jaket," ucap Timmy lembut dan sangat mengayomi. Li Xiao Le kembali menatap Timmy lekat, dan bergumam dalam hati. 'Ternyata laki-laki ini baik juga.' "Terima kasih, tapi aku tidak mengenalmu, bagaimana caraku mengembalikannya?" tanya Li Xiao Le pada Timmy. Timmy tersenyum dan menjawab, "Tidak perlu dikembalikan, ambil saja tidak apa-apa." 'Ternyata laki-laki ini benar-benar orang baik.' Li Xiao Le kembali membatin. "Oh ya, perkenalkan namaku Li ...." "Li Xiao Le 'kan?" Timmy mendahului. "Kamu mengenalku?" Li Xiao Le tampak terkejut. "Tentu saja, siapa yang tidak mengenal salah satu pewaris Liansheng Group yang sangat imut ini." "Oh ...," 'ternyata kakek telah membuatku terkenal,' lanjut Li Xiao Le dalam hati, kemudian kembali berucap sembari tersenyum canggung. "Ngomong-ngomong, maaf ya tadi aku memelukmu, soalnya tadi aku bingung mau bersembunyi di mana." "Tidak apa-apa," jawab Timmy seraya tersenyum. "Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu, terima kasih atas jaketnya, lain kali kalau kita bertemu lagi aku pasti akan mengembalikannya padamu." Timmy mengangguk dan melihat Li Xiao Le pergi setelah melambaikan tangan. Tapi rasa rindu membuat Timmy tak ingin membiarkan perempuan itu berkeliaran sendiri. Tanpa sepengetahuan Li Xiao Le, diam-diam Timmy mengikutinya. Seperti yang Timmy duga, Li Xiao Le sama sekali tidak berubah meski ingatannya sedang terganggu. Dia tetap perempuan ceria yang selalu ramah kepada semua orang. Timmy tersenyum geli melihat tingkah lucu istrinya, meski umurnya sudah dua puluh tiga tahun, tapi sikap kekanak-kanakan belum juga meninggalkan si pemilik wajah imut. Li Xiao Le berlari kecil dengan ceria bak gadis remaja yang berangkat ke sekolah dengan riang. Kemudian berhenti untuk membeli kembang gula dan bermain dengan anak-anak di pinggir jalan. Gelak tawa Li Xiao Le terdengar sangat bahagia bersama bocil-bocil yang juga tampak tertawa. Timmy pun tak bisa menyembunyikan senyum lebar di bibirnya. "Tuan, tidakkah Anda ingin mengatakan pada nyonya, jika Anda adalah suaminya?" Pengawal Timmy yang sejak tadi menyertai, tampak prihatin menyaksikan majikannya hanya bisa melihat istrinya dari jarak jauh. Timmy menarik napas panjang, dan mengembuskan perlahan, ia terlihat tidak berdaya. "Seandainya aku bisa mengatakan itu Wei, aku takut dia akan syok dan menderita sakit kepala seperti saat di rumah sakit. Aku hanya ingin jantungnya terus berdetak sampai kami menua dan mati bersama."Dua tahun yang lalu Timmy masih sangat ingat kala dokter keluar dari bangsal dengan membawa kabar duka."Nyonya Li telah meninggal."Saat itu Timmy bagai disambar petir.Dengan susah payah akhirnya Timmy berhasil masuk ke dalam bangsal, usai mengerahkan tenaga berbaku hantam dengan para pengawal kakek Li.Timmy mendapati wajah Li Jingmi yang memerah dengan derai air mata bercucuran memeluk jasat adiknya yang terbaring di ranjang pasien.Sementara kakek Li berdiri dengan angkuh menatap cucu perempuannya yang telah tiada.Sebelumnya Li Xiao Le mengalami kecelakaan mobil dan berada dalam keadaan koma selama satu bulan.Layar elektrokardiogram yang hanya menunjukan garis lurus membuat Timmy tak bisa membendung cairan yang tumpah dari pelupuk mata.Timmy melempar tubuh Li Jingmi dan menubruk Li Xiao Le untuk memeluknya dengan erat."Xiao Le …."Timmy menangis sejadi jadinya, belum bisa menerima jika Li Xiao Le telah pergi meninggalkannya setelah dua kali gagal memberinya keturunan.Tangann
Mentari pagi menyentuh hangat memberi energi positif untuk melakukan hal yang baik.Satu set pakaian olahraga membalut tubuh Timmy yang tinggi dan juga tegap.Postur yang sempurna membuat laki-laki itu selalu cocok saat mengenakan pakaian apapun.Tak heran jika dia selalu mengantongi penghargaan sebagai top model pria Asia terbaik setiap tahunnya.Kaki jenjangnya masih berlari-lari kecil, ketika kembali mendengar derap sepatu yang berlari mendekat.Bibirnya melengkung samar manakala melihat wajah Li Xiao Le kembali hadir di pelupuk mata.Sudah pasti perempuan itu melarikan diri lagi dari pengawalnya.Tapi pagi-pagi begini kenapa perempuan itu sudah sampai di dekat rumahnya?Rumah kakek Li dan rumah Timmy cukup jauh, dan hampir tiga puluh menit jika mengendarai mobil menuju rumahnya.'Siapa yang peduli?''Bukankah itu malah bagus?'Dengan cepat Timmy menarik tubuh Li Xiao Le dalam dekapan, usai membatin.Li Xiao Le terkejut, tapi dia juga butuh tempat persembunyian, jadi dia diam saja
Selama ini Timmy masih berusaha lunak, berharap suatu hari nanti, saat ingatan Li Xiao Le benar-benar sudah pulih, kakek Li akan mengembalikan Li Xiao Le padanya.Tapi sepertinya orang tua itu tak pernah mempunyai itikad baik.Timmy menghela napas dalam.Bagaimanapun Li Xiao Le adalah istrinya. Mana mungkin dia membiarkan laki-laki lain menikahinya?Timmy akan membuat Li Xiao Le mendapatkan ingatannya kembali sebelum pernikahan itu terjadi."Kalau kita adalah teman, seberapa dekat kita?" Li Xiao Le kembali bertanya setelah melihat Timmy melamun."Sangat dekat, kita seperti keluarga. Setiap hari kamu selalu berada di rumahku.""Benarkah?""Benar, bahkan saat aku sedang tidak ada di rumah karena sibuk syuting, kamu tetap berada di rumahku.""Oh, jadi kamu artis?"Alis tebal Timmy kembali mengernyit kala dia membatin, 'Hah, jadi dia tidak tahu jika aku artis?''Apa gadis ini tidak pernah nonton televisi atau bagaimana?''Apa kakek terlalu mengekangnya dan menutup semua informasi tentangk
Timmy sangat panik begitu melihat Li Xiao Le kesakitan. Dia segera mengangkat tubuh Li Xiao Le dan membawanya duduk di sofa."Gendut cepat ambil air!" pintanya.Gendut pergi dan kembali datang mengulurkan satu botol air mineral pada Timmy."Xiao Le, minumlah dulu." Timmy membuka botol dan membantu Li Xiao Le minum."Terima kasih," kata Li Xiao Le sambil menyeka keringat dingin yang tiba-tiba membanjiri kening."Kamu kenapa? Apa kepalamu sakit?" Timmy masih tampak cemas.Li Xiao Le mengangguk dan menjawab, "Iya, tadi tiba-tiba sakit, tapi sekarang tidak lagi.""Xiao Le, kamu jangan terlalu banyak berpikir, jangan terlalu berusaha mengingat sesuatu, santai saja," kata Timmy sambil mengelap keringat dingin di kening Li Xiao Le."Bagaimana kamu tahu, kalau aku sedang mengingat sesuatu?" tanya Li Xiao Le sambil menatap Timmy, dia sedikit merasa aneh.Kenapa dia tidak merasa risih saat laki-laki itu menyentuhnya seperti ini?"Tentu saja aku tahu, saat kamu mencoba mengingatku di rumah sakit
Berada sedekat ini dengan Li Xiao Le membuat jantung Timmy berdebar sangat kencang.Hanya dengan sedikit gerakan saja sudah pasti bibir mereka akan menyatu dengan sempurna.Tapi hatinya sedang diselimuti dilema, dia hanya mengaku sebagai teman pada Li Xiao Le, bukankah tidak pantas jika dia mencium Li Xiao Le?Beberapa kali jakun di lehernya bergerak naik turun saat dia menelan saliva menahan gejolak yang begitu menggebu di dalam dada.Dengan alunan musik syahdu yang masih mendayu, tentu saja suasana saat ini sangat mendukung.Begitu juga dengan Li Xiao Le, dia sangat tersihir dengan tatapan Timmy, tubuhnya benar-benar membeku dan tidak bisa digerakkan.Ada perasaan aneh yang muncul di hatinya.Timmy bilang mereka hanya berteman, tapi kenapa dia begitu mendambakan pria di bawahnya?Rasanya ada magnet yang menariknya untuk menyatu dengan laki-laki itu.Di waktu yang sama, satu ranting pohon ceri blossom di pinggir danau, tiba-tiba dipenuhi bunga yang bermekaran.Timmy hampir tidak bisa
Samsak yang digantung bergoyang ketika tangan kecil Li Xiao Le meninjunya dengan keras.Ingin menyerah dan memberitahu pada kakek Li atas niatnya, tapi hati mendadak sakit.Sebelum tinggal di Hefei, Li Xiao Le merasa sangat hebat dan mandiri.Dikendalikan seperti ini hanya membuatnya marah.Masih ragu jika menikah dengan Zhang Zui adalah pilihan yang benar.Dari kejauhan Li Jingmi mulai mendekat, dia tahu suasana hati adiknya sedang tidak baik."Kakek memarahimu lagi?" tanya Li Jingmi pelan.Li Xiao Le mengangguk samar, sementara tangannya terus meninju dengan penuh amarah."Karena kamu kabur tadi pagi?" Lagi Li Jingmi bertanya.'Apa lagi?' batin Li Xiao Le tanpa mengangguk.Namun, Li Xiao Le segera menghentikan tinjunya meski amarahnya belum cukup tersalurkan.Dia duduk di lantai dengan peluh yang membasahi seluruh tubuh. Diikuti oleh Li Jingmi yang juga duduk di sampingnya.
Entah bagaimana caranya keesokan harinya wajah imut Li Xiao Le kembali hadir di hadapan Timmy saat ia membukakan pintu."Hai, teman, aku datang lagi," sapa Li Xiao Le datar tanpa ekspresi sembari melambaikan tangannya.Timmy tersenyum lebar, dan berucap, "Masuklah."Li Xiao Le segera memasuki rumah dengan membawa paper bag di tangannya."Apa yang kamu bawa?" tanya Timmy cukup penasaran dengan benda yang Li Xiao Le bawa."Oh ... ini, aku mengembalikan jaketmu. Terima kasih telah meminjamkan kepadaku." Li Xiao Le mengulurkan paper bag itu pada Timmy, wajahnya tampak kurang senang."Ada apa denganmu? Jika tidak ingin mengembalikan jaketku ambil saja tidak apa-apa." Timmy tidak jadi menerima paper bag yang diulurkan Li Xiao Le."Tch …." Li Xiao Le langsung meraih tangan Timmy dan meletakan paper bag itu di tangannya. "Untuk apa aku menginginkan jaketmu, ini juga kebesaran kalau aku pakai."Timmy mulai menautkan alis tebalnya, lantas bertanya, "Lalu kenapa wajahmu seburuk itu?"Li Xiao Le
Entah bagaimana caranya keesokan harinya wajah imut Li Xiao Le kembali hadir di hadapan Timmy saat ia membukakan pintu."Hai, teman, aku datang lagi," sapa Li Xiao Le datar tanpa ekspresi sembari melambaikan tangannya.Timmy tersenyum lebar, dan berucap, "Masuklah."Li Xiao Le segera memasuki rumah dengan membawa paper bag di tangannya."Apa yang kamu bawa?" tanya Timmy cukup penasaran dengan benda yang Li Xiao Le bawa."Oh ... ini, aku mengembalikan jaketmu. Terima kasih telah meminjamkan kepadaku." Li Xiao Le mengulurkan paper bag itu pada Timmy, wajahnya tampak kurang senang."Ada apa denganmu? Jika tidak ingin mengembalikan jaketku ambil saja tidak apa-apa." Timmy tidak jadi menerima paper bag yang diulurkan Li Xiao Le."Tch …." Li Xiao Le langsung meraih tangan Timmy dan meletakan paper bag itu di tangannya. "Untuk apa aku menginginkan jaketmu, ini juga kebesaran kalau aku pakai."Timmy mulai menautkan alis tebalnya, lantas bertanya, "Lalu kenapa wajahmu seburuk itu?"Li Xiao Le
Samsak yang digantung bergoyang ketika tangan kecil Li Xiao Le meninjunya dengan keras.Ingin menyerah dan memberitahu pada kakek Li atas niatnya, tapi hati mendadak sakit.Sebelum tinggal di Hefei, Li Xiao Le merasa sangat hebat dan mandiri.Dikendalikan seperti ini hanya membuatnya marah.Masih ragu jika menikah dengan Zhang Zui adalah pilihan yang benar.Dari kejauhan Li Jingmi mulai mendekat, dia tahu suasana hati adiknya sedang tidak baik."Kakek memarahimu lagi?" tanya Li Jingmi pelan.Li Xiao Le mengangguk samar, sementara tangannya terus meninju dengan penuh amarah."Karena kamu kabur tadi pagi?" Lagi Li Jingmi bertanya.'Apa lagi?' batin Li Xiao Le tanpa mengangguk.Namun, Li Xiao Le segera menghentikan tinjunya meski amarahnya belum cukup tersalurkan.Dia duduk di lantai dengan peluh yang membasahi seluruh tubuh. Diikuti oleh Li Jingmi yang juga duduk di sampingnya.
Berada sedekat ini dengan Li Xiao Le membuat jantung Timmy berdebar sangat kencang.Hanya dengan sedikit gerakan saja sudah pasti bibir mereka akan menyatu dengan sempurna.Tapi hatinya sedang diselimuti dilema, dia hanya mengaku sebagai teman pada Li Xiao Le, bukankah tidak pantas jika dia mencium Li Xiao Le?Beberapa kali jakun di lehernya bergerak naik turun saat dia menelan saliva menahan gejolak yang begitu menggebu di dalam dada.Dengan alunan musik syahdu yang masih mendayu, tentu saja suasana saat ini sangat mendukung.Begitu juga dengan Li Xiao Le, dia sangat tersihir dengan tatapan Timmy, tubuhnya benar-benar membeku dan tidak bisa digerakkan.Ada perasaan aneh yang muncul di hatinya.Timmy bilang mereka hanya berteman, tapi kenapa dia begitu mendambakan pria di bawahnya?Rasanya ada magnet yang menariknya untuk menyatu dengan laki-laki itu.Di waktu yang sama, satu ranting pohon ceri blossom di pinggir danau, tiba-tiba dipenuhi bunga yang bermekaran.Timmy hampir tidak bisa
Timmy sangat panik begitu melihat Li Xiao Le kesakitan. Dia segera mengangkat tubuh Li Xiao Le dan membawanya duduk di sofa."Gendut cepat ambil air!" pintanya.Gendut pergi dan kembali datang mengulurkan satu botol air mineral pada Timmy."Xiao Le, minumlah dulu." Timmy membuka botol dan membantu Li Xiao Le minum."Terima kasih," kata Li Xiao Le sambil menyeka keringat dingin yang tiba-tiba membanjiri kening."Kamu kenapa? Apa kepalamu sakit?" Timmy masih tampak cemas.Li Xiao Le mengangguk dan menjawab, "Iya, tadi tiba-tiba sakit, tapi sekarang tidak lagi.""Xiao Le, kamu jangan terlalu banyak berpikir, jangan terlalu berusaha mengingat sesuatu, santai saja," kata Timmy sambil mengelap keringat dingin di kening Li Xiao Le."Bagaimana kamu tahu, kalau aku sedang mengingat sesuatu?" tanya Li Xiao Le sambil menatap Timmy, dia sedikit merasa aneh.Kenapa dia tidak merasa risih saat laki-laki itu menyentuhnya seperti ini?"Tentu saja aku tahu, saat kamu mencoba mengingatku di rumah sakit
Selama ini Timmy masih berusaha lunak, berharap suatu hari nanti, saat ingatan Li Xiao Le benar-benar sudah pulih, kakek Li akan mengembalikan Li Xiao Le padanya.Tapi sepertinya orang tua itu tak pernah mempunyai itikad baik.Timmy menghela napas dalam.Bagaimanapun Li Xiao Le adalah istrinya. Mana mungkin dia membiarkan laki-laki lain menikahinya?Timmy akan membuat Li Xiao Le mendapatkan ingatannya kembali sebelum pernikahan itu terjadi."Kalau kita adalah teman, seberapa dekat kita?" Li Xiao Le kembali bertanya setelah melihat Timmy melamun."Sangat dekat, kita seperti keluarga. Setiap hari kamu selalu berada di rumahku.""Benarkah?""Benar, bahkan saat aku sedang tidak ada di rumah karena sibuk syuting, kamu tetap berada di rumahku.""Oh, jadi kamu artis?"Alis tebal Timmy kembali mengernyit kala dia membatin, 'Hah, jadi dia tidak tahu jika aku artis?''Apa gadis ini tidak pernah nonton televisi atau bagaimana?''Apa kakek terlalu mengekangnya dan menutup semua informasi tentangk
Mentari pagi menyentuh hangat memberi energi positif untuk melakukan hal yang baik.Satu set pakaian olahraga membalut tubuh Timmy yang tinggi dan juga tegap.Postur yang sempurna membuat laki-laki itu selalu cocok saat mengenakan pakaian apapun.Tak heran jika dia selalu mengantongi penghargaan sebagai top model pria Asia terbaik setiap tahunnya.Kaki jenjangnya masih berlari-lari kecil, ketika kembali mendengar derap sepatu yang berlari mendekat.Bibirnya melengkung samar manakala melihat wajah Li Xiao Le kembali hadir di pelupuk mata.Sudah pasti perempuan itu melarikan diri lagi dari pengawalnya.Tapi pagi-pagi begini kenapa perempuan itu sudah sampai di dekat rumahnya?Rumah kakek Li dan rumah Timmy cukup jauh, dan hampir tiga puluh menit jika mengendarai mobil menuju rumahnya.'Siapa yang peduli?''Bukankah itu malah bagus?'Dengan cepat Timmy menarik tubuh Li Xiao Le dalam dekapan, usai membatin.Li Xiao Le terkejut, tapi dia juga butuh tempat persembunyian, jadi dia diam saja
Dua tahun yang lalu Timmy masih sangat ingat kala dokter keluar dari bangsal dengan membawa kabar duka."Nyonya Li telah meninggal."Saat itu Timmy bagai disambar petir.Dengan susah payah akhirnya Timmy berhasil masuk ke dalam bangsal, usai mengerahkan tenaga berbaku hantam dengan para pengawal kakek Li.Timmy mendapati wajah Li Jingmi yang memerah dengan derai air mata bercucuran memeluk jasat adiknya yang terbaring di ranjang pasien.Sementara kakek Li berdiri dengan angkuh menatap cucu perempuannya yang telah tiada.Sebelumnya Li Xiao Le mengalami kecelakaan mobil dan berada dalam keadaan koma selama satu bulan.Layar elektrokardiogram yang hanya menunjukan garis lurus membuat Timmy tak bisa membendung cairan yang tumpah dari pelupuk mata.Timmy melempar tubuh Li Jingmi dan menubruk Li Xiao Le untuk memeluknya dengan erat."Xiao Le …."Timmy menangis sejadi jadinya, belum bisa menerima jika Li Xiao Le telah pergi meninggalkannya setelah dua kali gagal memberinya keturunan.Tangann
Di bawah pohon ceri blossom yang hampir mati, Timmy berdiri tenang menatap riak air danau yang bergerak lembut tersapu angin di musim ini.Setelah dua tahun berlalu, hanya itu yang bisa Timmy lakukan acap kali merindukan Li Xiao Le.'Cinta kalian adalah kutukan! Bercerailah dengan Li Xiao Le, jika ingin perempuan itu tetap hidup!'Sampai detik ini kutukan kakek Li masih menggema di ingatkan Timmy.Kenangan pahit akan kecelakaan yang menimpa Li Xiao Le kembali hadir membuat jantungnya berdebar sangat kencang.'Aku harap jantungmu masih berdetak seperti ini, Xiao Le. Jangan pernah berhenti.'Suara hati Timmy terbang terbawa udara dingin yang membelai wajah seputih batu giok.Bersamaan dengan itu suara derap sepatu sayup-sayup terdengar dari kejauhan.Arah pandang Timmy beralih pada suara yang kian mendekat dengan langkah terburu-buru.Mata sipit itu pun melebar.Terkejut melihat sosok ramping yang datang dengan pesona yang tak dapat Timmy abaikan.Bukankah dia Li Xiao Le, istrinya?Pere