Dua tahun yang lalu Timmy masih sangat ingat kala dokter keluar dari bangsal dengan membawa kabar duka.
"Nyonya Li telah meninggal." Saat itu Timmy bagai disambar petir. Dengan susah payah akhirnya Timmy berhasil masuk ke dalam bangsal, usai mengerahkan tenaga berbaku hantam dengan para pengawal kakek Li. Timmy mendapati wajah Li Jingmi yang memerah dengan derai air mata bercucuran memeluk jasat adiknya yang terbaring di ranjang pasien. Sementara kakek Li berdiri dengan angkuh menatap cucu perempuannya yang telah tiada. Sebelumnya Li Xiao Le mengalami kecelakaan mobil dan berada dalam keadaan koma selama satu bulan. Layar elektrokardiogram yang hanya menunjukan garis lurus membuat Timmy tak bisa membendung cairan yang tumpah dari pelupuk mata. Timmy melempar tubuh Li Jingmi dan menubruk Li Xiao Le untuk memeluknya dengan erat. "Xiao Le …." Timmy menangis sejadi jadinya, belum bisa menerima jika Li Xiao Le telah pergi meninggalkannya setelah dua kali gagal memberinya keturunan. Tangannya tak pernah lepas, memeluk dengan kokoh tubuh mungil yang lunglai tak bertenaga, hanya tarikan napas tersengal yang terdengar pilu dan menyayat hati. Pria tampan itu terus berbisik dengan pelan di telinga perempuan mungil yang jiwanya telah terpisah dari raga. "Xiao Le, kembalilah, jangan tinggalkan aku." Timmy memejamkan mata, hingga kristal bening kembali bergulir membasahi pipi. Dunianya benar-benar lenyap bagai ruangan kosong yang gelap tak bertuan. Kesedihan membuatnya mati rasa, kala ia mulai putus asa bagai bunga ceri blossom yang berguguran dari ranting. Dadanya terasa sesak dan teriris, seperti ada sembilu yang terus menyayat jantung. Jantung?? Mata sipit Timmy melebar memikirkan kata itu. Bukankah jantung mereka terhubung?? Jika salah satu dari mereka masih berdetak bukankah yang lain juga merasakannya?? Timmy kembali bersemangat, kala secercah harapan mulai menghampiri. Timmy menghapus airmata, dan mulai berbisik, "Xiao Le, aku tidak mengizinkanmu pergi, aku akan membuatmu kembali kepadaku." Beberapa kali Timmy mengecup pipi dan dahi Li Xiao Le, kemudian kembali membaringkan tubuh perempuan mungil itu di ranjang rumah sakit. Ia mulai berdiri, dan memukul keras wajahnya, hingga darah segar keluar dari lubang hidung. Li Jingmi terkejut dengan kelakuan adik iparnya. "Jiang Tim, apa kamu sudah gila? Bukan begitu cara menyelesaikan masalah yang benar." Timmy tidak peduli, ia terus menyakiti dirinya sendiri, wajahnya memar, dan bukan hanya hidung yang mengeluarkan darah, tapi sudut bibirnya juga mulai mengeluarkan cairan segar berwarna merah. Rasa sakit yang ia derita sama sekali tak dihiraukannya. Timmy hanya berharap jantung kecil Li Xiao Le kembali berdetak lantaran merasakan sakit yang sama, seperti yang mereka rasakan selama ini saat berada dalam bahaya. "Jiang Tim, sudah cukup! Kamu pikir Xiao Le akan senang melihatmu seperti ini?" Li Jingmi tidak tega melihat Timmy begitu frustrasi hingga terus menyakiti dirinya sendiri. Kakek Li yang sedari tadi hanya berdiri diam, tampak tersenyum kecut, mecibir kelakuan Timmy yang di luar nalar ini. Pria tua itu sama sekali tidak bersimpati atau iba terhadap keadaan Timmy saat ini. "Jingmi, biarkan saja pria bodoh itu menyakiti dirinya sendiri. Dia sudah tidak waras. Seandainya dia menjaga Li Xiao Le dengan baik, semua ini tidak akan terjadi. Kematian Li Xiao Le adalah akibat kesalahannya sendiri." Timmy tidak peduli dengan kata-kata kakek Li. Dia masih mencoba membangkitkan Li Xiao Le dengan menyakiti dirinya sendiri. Berharap jantung Li Xiao Le kembali berdetak dan memompa darahnya menuju paru-paru, hingga perempuan mungil itu kembali bernapas dan hidup kembali. "Xiao Le, cepat bangun! Atau aku akan benar-benar menyakiti hatimu yang sudah kamu titipkan kepadaku!" teriak Timmy pada perempuan mungil yang masih terbaring di ranjang rumah sakit, dan masih tidak menunjukan respon sedikitpun. Tidak tahan lagi melihat kelakuan Timmy, Li Jingmi mulai emosi dan segera memukul Timmy hingga pria itu jatuh tersungkur ke lantai. "Jiang Tim, sudah cukup!! Sadarlah!! Xiao Le tidak akan senang melihatmu seperti ini." Sejenak Timmy berhenti menyakiti dirinya sendiri. Dengan napas yang berantakan, ia beringsut duduk dengan pandangan kosong yang melayang di udara. Pria itu sudah sangat kacau dengan wajah lebam yang berdarah. Tapi tidak lama kemudian Timmy melihat rona biru yang berterbangan bagai glitter masuk ke tubuh Li Xiao Le perlahan. Timmy tahu usahanya tidak sia-sia, semangat kembali bangkit dan berteriak, "Xiao Le, bangun!" Brak! Kursi telah dihantamkan Timmy ke kepalanya sendiri hingga cairan merah segar kembali mengalir ke wajah. Tepat pada saat itu serbuk biru glitter semakin menguap dari tubuh Timmy dan berterbangan mengitari bangsal. Serbuk indah itu menyusup masuk ke tubuh Li Xiao Le dengan cepat, diikuti tarikan napas berat dari tenggorokan Li Xiao Le. Tubuh mungil terhentak, seolah baru saja mendapatkan hantaman keras hingga melonjak tajam. Layar elektrokardiogram yang semula hanya menampilkan garis lurus, kini mulai bergerak bergelombang. Jantung Li Xiao Le kembali berdetak, ia kembali bernapas. Senyum Timmy mengembang saat kesadarannya mulai menipis. "Xiao Le, kamu kembali?" gumam Timmy nyaris tak terdengar. Detik berikutnya pandangan Timmy menggelap, ia tak sadarkan diri. Namun, saat ia bangun, ia kembali dikejutkan dengan pertanyaan Li Xiao Le. "Kamu siapa?" Timmy mencoba menjelaskan, tapi Li Xiao Le langsung dilanda kesakitan yang parah pada kepalanya, hingga bola matanya memutih menimbulkan kepanikan. Kakek Li semakin geram dan kembali mengusir Timmy dari bangsal tempat Li Xiao Le dirawat. Terlebih ketika dokter mengatakan bahwa Li Xiao Le telah kehilangan memorinya selama dua tahun terakhir, jika memaksa Li Xiao Le mengingat kembali maka akan berakibat fatal. Timmy memilih pergi setelah mendengar kutukan dari kakek Li, meski enggan menandatangani perjanjian perceraian yang disodorkan orang tua tersebut. Karena itu sampai detik ini Timmy sangat takut memberi tahu yang sebenarnya pada Li Xiao Le. Timmy ingin jantung istrinya terus berdetak meski mereka harus hidup terpisah. Hari mulai menggelap, Timmy masih mengikuti ke mana Li Xiao Le pergi. Ia tidak tega melihat perempuan itu pergi sendirian tanpa pengawalan. Melihat Li Xiao Le kembali ke rumah kakeknya, Timmy kembali tersenyum, ternyata selama ini Li Xiao Le masih berada di Hefei. Dari kejauhan Timmy dapat melihat Li Jingmi kakak kandung Li Xiao Le yang sedang menunggu adiknya di depan gerbang. "Xiao Le, kamu ke mana saja? Aku sangat mengkhawatirkanmu, katanya kamu melarikan diri dari para pengawal ya?" tanya Li Jingmi pada adiknya. "Iya, aku pergi jalan-jalan. Aku tidak suka mereka terus menguntitku, jadi aku melarikan diri." Li Xiao Le sama sekali tak memperlihatkan rasa bersalah padahal sudah merepotkan semua anak buah sang kakek yang mencarinya. Melihat jaket kebesaran yang dikenakan adiknya, Li Jingmi tak tahan untuk bertanya, "Ini jaket siapa yang kamu pakai? Sepertinya ini jaket laki-laki?" "Tidak tahu, tadi aku bertemu orang baik di jalan, dia meminjamkan jaketnya padaku." Dari balik pohon palem Timmy hanya tersenyum mendengar percakapan Li Xiao Le dengan kakaknya.Mentari pagi menyentuh hangat memberi energi positif untuk melakukan hal yang baik.Satu set pakaian olahraga membalut tubuh Timmy yang tinggi dan juga tegap.Postur yang sempurna membuat laki-laki itu selalu cocok saat mengenakan pakaian apapun.Tak heran jika dia selalu mengantongi penghargaan sebagai top model pria Asia terbaik setiap tahunnya.Kaki jenjangnya masih berlari-lari kecil, ketika kembali mendengar derap sepatu yang berlari mendekat.Bibirnya melengkung samar manakala melihat wajah Li Xiao Le kembali hadir di pelupuk mata.Sudah pasti perempuan itu melarikan diri lagi dari pengawalnya.Tapi pagi-pagi begini kenapa perempuan itu sudah sampai di dekat rumahnya?Rumah kakek Li dan rumah Timmy cukup jauh, dan hampir tiga puluh menit jika mengendarai mobil menuju rumahnya.'Siapa yang peduli?''Bukankah itu malah bagus?'Dengan cepat Timmy menarik tubuh Li Xiao Le dalam dekapan, usai membatin.Li Xiao Le terkejut, tapi dia juga butuh tempat persembunyian, jadi dia diam saja
Selama ini Timmy masih berusaha lunak, berharap suatu hari nanti, saat ingatan Li Xiao Le benar-benar sudah pulih, kakek Li akan mengembalikan Li Xiao Le padanya.Tapi sepertinya orang tua itu tak pernah mempunyai itikad baik.Timmy menghela napas dalam.Bagaimanapun Li Xiao Le adalah istrinya. Mana mungkin dia membiarkan laki-laki lain menikahinya?Timmy akan membuat Li Xiao Le mendapatkan ingatannya kembali sebelum pernikahan itu terjadi."Kalau kita adalah teman, seberapa dekat kita?" Li Xiao Le kembali bertanya setelah melihat Timmy melamun."Sangat dekat, kita seperti keluarga. Setiap hari kamu selalu berada di rumahku.""Benarkah?""Benar, bahkan saat aku sedang tidak ada di rumah karena sibuk syuting, kamu tetap berada di rumahku.""Oh, jadi kamu artis?"Alis tebal Timmy kembali mengernyit kala dia membatin, 'Hah, jadi dia tidak tahu jika aku artis?''Apa gadis ini tidak pernah nonton televisi atau bagaimana?''Apa kakek terlalu mengekangnya dan menutup semua informasi tentangk
Timmy sangat panik begitu melihat Li Xiao Le kesakitan. Dia segera mengangkat tubuh Li Xiao Le dan membawanya duduk di sofa."Gendut cepat ambil air!" pintanya.Gendut pergi dan kembali datang mengulurkan satu botol air mineral pada Timmy."Xiao Le, minumlah dulu." Timmy membuka botol dan membantu Li Xiao Le minum."Terima kasih," kata Li Xiao Le sambil menyeka keringat dingin yang tiba-tiba membanjiri kening."Kamu kenapa? Apa kepalamu sakit?" Timmy masih tampak cemas.Li Xiao Le mengangguk dan menjawab, "Iya, tadi tiba-tiba sakit, tapi sekarang tidak lagi.""Xiao Le, kamu jangan terlalu banyak berpikir, jangan terlalu berusaha mengingat sesuatu, santai saja," kata Timmy sambil mengelap keringat dingin di kening Li Xiao Le."Bagaimana kamu tahu, kalau aku sedang mengingat sesuatu?" tanya Li Xiao Le sambil menatap Timmy, dia sedikit merasa aneh.Kenapa dia tidak merasa risih saat laki-laki itu menyentuhnya seperti ini?"Tentu saja aku tahu, saat kamu mencoba mengingatku di rumah sakit
Berada sedekat ini dengan Li Xiao Le membuat jantung Timmy berdebar sangat kencang.Hanya dengan sedikit gerakan saja sudah pasti bibir mereka akan menyatu dengan sempurna.Tapi hatinya sedang diselimuti dilema, dia hanya mengaku sebagai teman pada Li Xiao Le, bukankah tidak pantas jika dia mencium Li Xiao Le?Beberapa kali jakun di lehernya bergerak naik turun saat dia menelan saliva menahan gejolak yang begitu menggebu di dalam dada.Dengan alunan musik syahdu yang masih mendayu, tentu saja suasana saat ini sangat mendukung.Begitu juga dengan Li Xiao Le, dia sangat tersihir dengan tatapan Timmy, tubuhnya benar-benar membeku dan tidak bisa digerakkan.Ada perasaan aneh yang muncul di hatinya.Timmy bilang mereka hanya berteman, tapi kenapa dia begitu mendambakan pria di bawahnya?Rasanya ada magnet yang menariknya untuk menyatu dengan laki-laki itu.Di waktu yang sama, satu ranting pohon ceri blossom di pinggir danau, tiba-tiba dipenuhi bunga yang bermekaran.Timmy hampir tidak bisa
Samsak yang digantung bergoyang ketika tangan kecil Li Xiao Le meninjunya dengan keras.Ingin menyerah dan memberitahu pada kakek Li atas niatnya, tapi hati mendadak sakit.Sebelum tinggal di Hefei, Li Xiao Le merasa sangat hebat dan mandiri.Dikendalikan seperti ini hanya membuatnya marah.Masih ragu jika menikah dengan Zhang Zui adalah pilihan yang benar.Dari kejauhan Li Jingmi mulai mendekat, dia tahu suasana hati adiknya sedang tidak baik."Kakek memarahimu lagi?" tanya Li Jingmi pelan.Li Xiao Le mengangguk samar, sementara tangannya terus meninju dengan penuh amarah."Karena kamu kabur tadi pagi?" Lagi Li Jingmi bertanya.'Apa lagi?' batin Li Xiao Le tanpa mengangguk.Namun, Li Xiao Le segera menghentikan tinjunya meski amarahnya belum cukup tersalurkan.Dia duduk di lantai dengan peluh yang membasahi seluruh tubuh. Diikuti oleh Li Jingmi yang juga duduk di sampingnya.
Entah bagaimana caranya keesokan harinya wajah imut Li Xiao Le kembali hadir di hadapan Timmy saat ia membukakan pintu."Hai, teman, aku datang lagi," sapa Li Xiao Le datar tanpa ekspresi sembari melambaikan tangannya.Timmy tersenyum lebar, dan berucap, "Masuklah."Li Xiao Le segera memasuki rumah dengan membawa paper bag di tangannya."Apa yang kamu bawa?" tanya Timmy cukup penasaran dengan benda yang Li Xiao Le bawa."Oh ... ini, aku mengembalikan jaketmu. Terima kasih telah meminjamkan kepadaku." Li Xiao Le mengulurkan paper bag itu pada Timmy, wajahnya tampak kurang senang."Ada apa denganmu? Jika tidak ingin mengembalikan jaketku ambil saja tidak apa-apa." Timmy tidak jadi menerima paper bag yang diulurkan Li Xiao Le."Tch …." Li Xiao Le langsung meraih tangan Timmy dan meletakan paper bag itu di tangannya. "Untuk apa aku menginginkan jaketmu, ini juga kebesaran kalau aku pakai."Timmy mulai menautkan alis tebalnya, lantas bertanya, "Lalu kenapa wajahmu seburuk itu?"Li Xiao Le
"Manager Lin, kapan dimulai syutingnya?"Timmy mengalihkan pembicaraan sambil menarik lengan manager Lin untuk menjauh, takut kesehatan Li Xiao Le kembali terganggu dengan pertanyaan itu.Sementara Li Xiao Le yang masih terpaku memikirkan sapaan manajer Lin, tiba-tiba saja kepalanya kembali diserang rasa sakit begitu ingin mengingat sesuatu.Dia seperti pernah mendengar nama Jiang, tapi entah nama siapa itu."Nyonya Li, kamu sakit lagi?" Gendut segera membantu Li Xiao Le duduk sebuah bangku.Timmy sedikit menahan napas dia juga bisa merasakan sakit yang dialami Li Xiao Le melakui jantungnya tanpa melihat Li Xiao Le yang sedang memegangi kepalanya yang kembali berdenyut nyeri.Tapi tidak berani mendekat, takut Li Xiao Le bertanya lebih banyak dan membuatnya semakin sakit."Nyonya, apakah masih sakit?"Gendut memastikan keadaan Li Xiao Le yang napasnya masih terengah-engah dengan keringat dingin yang menyelimuti tubuhnya.Li Xiao Le menggelengkan kepala, wajahnya nanar juga napas yang b
"Sebaiknya kita harus menjaga jarak mulai sekarang," ucap Li Xiao Le lirih kemudian.Namun, Timmy justru terkekeh mendengar itu, yang tidak Li Xiao Le ketahui apa penyebabnya.Karena sangat aneh Li Xiao Le pun kembali bertanya, "Apa yang kamu tertawakan?"Timmy menatap Li Xiao Le lekat untuk waktu yang cukup lama, kilat matanya yang jernih masih binar senyuman yang sangat manis, dan berucap, "Xiao Le, meskipun kita sangat dekat dia tidak akan pernah marah."Li Xiao Le mulai menaikan kedua alisnya dan kembali bertanya, "Benarkah? Apakah dia juga mengenalku?""Bukan hanya mengenal, tapi dia sangat mengenalmu," karena dia adalah kamu Li Xiao Le, imbuh Timmy dalam hati."Dia tinggal di mana?""Di hatiku.""Tch… jangan bercanda."Timmy hanya tersenyum lebar, dan kembali memasukan makanannya ke dalam mulut."Siapa namanya? Ceritakan seperti apa dia."Timmy menatap Li Xiao Le santai, dia kembali menghentikan aktivitas mengunyah yang dia kerjakan, kemudian menjawab, "Aku biasa memanggilnya Li
Di saat Li Xiao Le sedang berusaha merayu Timmy agar dibelikan jagung bakar, di rumahnya yang sangat mewah dan juga megah, Kakek Li sedang uring-uringan karena baru mengetahui jika cucu bungsunya yang badung itu telah membuat ulah."Bagaimana bisa terjadi?" tanya kakek Li dengan intonasi tinggi pada sekretarisnya yang baru saja melapor."Nona Muda mencoba melarikan diri dari Tuan Muda Zhang, Tuan.""Lalu bagaimana kondisi restorannya sekarang?""Porak-poranda seperti habis terkena angin puting beliung. Pihak restoran juga menuntut ganti rugi pada tuan muda Zhang dengan nominal yang fantastis.""Lalu bagaimana dengan keluarga Zhang, apa mereka meminta ganti rugi pada kita?""Sepertinya tidak Tuan, tuan muda Zhang langsung mengganti kerugian restoran saat itu juga. Dan sampai sekarang belum menghubungi kita."Kakek Li membuang napas kasar. "Sampai kapan gadis badung itu mempermalukanku? Sulit diatur dan bertindak semaunya sendiri. Lalu di mana dia sekarang?""Dua pengawal tuan Zhang me
"Ayo turun!" Timmy memegang jemari Li Xiao Le, setelah memakaikan sepatu Li Xiao Le dengan sabar. "Tidak mau, aku akan menunggu di mobil, kamu saja yang turun," tukas Li Xiao Le. Kilat mata yang terus tertuju pada karpet merah yang membentang jauh menuju ke dalam gedung. Sementara puluhan wartawan dan juga kameramen sudah menunggu dan siap memotret dengan gila siapa saja yang turun dari dalam mobil. Timmy memang akan menghadiri acara The best of actress and actors pada tahun ini. "Xiao Le, acaranya akan lama, apa kamu akan menunggu di mobil sampai tengah malam?" "Ya tidak apa-apa, dari pada bertemu dengan kamera sebanyak itu." "Xiao Le, itu hanya kamera, tidak perlu khawatir." "Apa kata orang jika aku datang bersamamu, bisa gempar semua akun gosip." "Abaikan saja, tidak perlu memikirkan itu." "Bagaimana jika Little Wife mu melihatku? Bisa terancam keselamatanku." Timmy langsung mengulum senyum mendengarnya. "Tidak, tidak akan terjadi apa-apa denganmu, aku bisa menjamin kese
Suara Li Xiao Le tertahan akibat membekap mulutnya sendiri menahan sesuatu yang ingin keluar dengan paksa."Nona Li, kamu sakit?" Zhang Zui menghentikan aktivitas makannya begitu melihat Li Xiao Le yang ingin muntah."Tidak, aku hanya alergi dengan omong kosong. Aku mau ke toilet dulu, permisi."Zhang Zui terkekeh ringan sambil menggelengkan kepala, menatap punggung Li Xiao Le yang menjauh.Sepertinya dia harus extra sabar untuk mendapatkan hati calon istrinya yang bebal dan kekanak-kanakan itu.Li Xiao Le sudah tidak tahan lagi, sesampainya di toilet dia segera mengeluarkan seluruh isi perut dengan menyedihkan."CEO sialan! Bisa-bisanya dia terus merayu seperti itu, membuatku mual saja," umpat Li Xiao Le sembari menyeka keringat dingin di dahinya.Setelah keadaan mulai membaik Li Xiao Le mengendap-endap menuju pintu toilet. Ingin kabur.Tapi dua bodyguard Zhang Zui terus mengikuti, membuat Li Xiao Le kesal."Shit!"Dua bodyguard Zhang Zui berdiri mematung di dekat pintu masuk toilet
Timmy masih kesal, bukan takut Li Xiao Le akan berpaling darinya. Dia yakin cinta Li Xiao Le seluas samudera dan setegar batu karang, Li Xiao Le tidak akan mudah berpaling pada laki-laki lain.Tapi Zhang Zui ini benar-benar orang tak tahu diri yang sangat menjengkelkan membuatnya mengumpat berkali-kali.Namun, rasa kesalnya sedikit pudar. Senyumnya mengembang, moodnya kembali cerah ketika ponselnya berdering dan menampilkan nama Little Wife pada layar gadget."Ada apa, sayang?" sapa Timmy dengan mesra setelah menerima panggilan Li Xiao Le."Woi, teman somplak, tidak punya akhlak! Apa yang kamu lakukan pada leherku?" Suara dari seberang terdengar kencang dan berapi-api.Timmy langsung tertawa terbahak-bahak. "Apa sayang? Aku hanya memberikan tanda cintaku saja kok, tidak lebih.""Teman gak punya akhlak! Ini gimana cara ngilanginnya? Mana seperti macan tutul begini! Aku 'kan jadi malu kalau ada yang lihat!""Hahaha… bukank
Timmy sudah sangat senang Li Xiao Le mengusir Zhang Zui. Mendadak dia menjadi sombong."Dengerin tu, PULANG!" Timmy memperjelas kata-kata Li Xiao Le, kemudian menjulurkan lidah, mengejek Zhang Zui."Kak Timmy, kamu juga pulang!""Hah?" mata Timmy langsung melebar.Kini gantian Zhang Zui yang tertawa terbahak-bahak."Xiao Le, kenapa kamu mengusirku juga?" Timmy bersungut-sungut."Pokoknya pulang! Kalian berdua pulang! Aku sudah lelah dengan pertengkaran kalian!" Li Xiao Le kembali berkata dengan tegas tidak dapat diganggu gugat.Zhang Zui langsung berdiri dan menghampiri Timmy."Wukong, ayo kita pulang. Kamu harus ke barat mencari kitab suci bersama guru Tong," kata Zhang Zui merangkul leher Timmy kemudian menyeretnya."Hei, makhluk asing, jangan memelukku seperti itu, Xiao Le bisa salah paham!" pekik Timmy sambil terus berjalan keluar karena diseret Zhang Zui.Dia sempat menoleh pada Li Xiao Le
Timmy tidak mengucapkan apa-apa. Tapi sorot matanya jelas sangat memprovokasi, hingga menyulut emosi Zhang Zui."Tidak perlu menyombongkan diri, kamu juga tidak lebih baik dariku, hanya mencium aroma lemari pendingin saja juga muntah-muntah tidak jelas, jadi siapa yang lebih memalukan sekarang?""Itu gara-gara aku alergi dengan kunjungan alien bodoh sepertimu!" sahut Timmy asal-asalan."Enak saja kamu bilang aku alien! Hei, Wukong, kalau sudah jadi biksu itu yang bener kalau ngomong. Disentil Budha Julai baru tahu rasa kamu!""Hei, makhluk asing, jangan sembarangan. Siapa bilang aku biksu? Cepat kembali ke planetmu sana, ditangkap pemburu alien baru tau rasa kamu!""Emangnya aku takut!""Ya sudah menyerahkan diri sana. Biar di bedah, dijadikan bahan penelitian para profesor botak di laboratorium forensik."Astaga… mereka sedang membicarakan apa coba?Li Xiao Le langsung tepuk jidat, puyeng, dengan percakapan tidak jelas dua orang aneh di depannya.Timmy dan Zhang Zui terus beradu mulu
Wajah Zhang Zui menunjukkan senyuman. Tidak menyangka Li Xiao Le akan berpihak padanya."Xiao Le…." Timmy menunjukkan sikap keberatan dengan keputusan Li Xiao Le."Kak Timmy, dia yang mengajakku keluar, jika aku tidak pulang bersamanya, kakek pasti akan menyalahkannya nanti.""Ya biarkan saja, kenapa kamu peduli dengannya?""Bukan karena aku peduli padanya. Aku sangat lelah sekarang, aku ingin cepat-cepat pulang dan istirahat.""Ya istirahat saja di sini, ini juga rumahmu. Bukankah aku sudah mengatakan kalau kamu adalah keluargaku." Timmy benar-benar tidak rela kalau Li Xiao Le harus pulang ke rumah kakek Li sekarang."Iya, masalahnya kalau aku tidak pulang, dia juga tidak akan pulang. Kalau kalian bersama, pasti kalian akan bertengkar lagi, aku sudah lelah melihat kalian bertengkar terus seharian ini."Arah pandang Timmy beralih pada Zhang Zui, meski dia tidak senang, tapi dia mulai sedikit meminta, "Makhluk asing, apa kamu tidak bisa pulang sendirian saja? Biarkan Xiao Le tinggal di
Timmy segera menengok ke arah tangga, dan benar, ada kepala manusia yang mulai terlihat. Zhang Zui sedang berjalan menaiki tangga.'Bagus, langit benar-benar memberiku keberuntungan.'Dengan senang hati Timmy kembali memeluk sambil menciumi puncak kepala Li Xiao Le memamerkan kemesraan.Saat Zhang Zui tiba, wajahnya benar-benar sangat buruk.Tidak seperti sebelumnya yang terlihat seperti komedian. Kali ini berubah pada mode serius dan menegang, kemarahannya tersulut melihat calon istrinya dipelukan laki-laki lain.Tangannya mengepal geram akibat terbakar api cemburu."Nona Li!" seru Zhang Zui.Li Xiao Le menoleh santai sambil melepaskan pelukannya pada Timmy, pura-pura baru mengetahui kedatangan Zhang Zui."Oh, kamu. Ada apa? Apa sudah selesai memasak?"Kejam!Calon istri gak punya akhlak!Capek-capek dimasakin, dianya malah mesra-mesraan dengan laki-laki lain.Entah kejahatan macam apa yang telah Zhang Zui lakukan di kehidupannya terdahulu, hingga mempunyai nasip buruk seperti ini.
Dalam kebingungan Li Xiao Le, Timmy justru mengulangi pertanyaannya, intonasinya terdengar lembut, tapi penuh penekanan."Xiao Le, maukah kamu berjaji padaku?""I-iya aku bejanji. Aku akan menyempatkan waktuku untuk memberimu kabar setiap hari.""Bisakah kamu berjanji tidak akan menyakiti dirimu sendiri lagi? Hatiku terasa hancur ketika melihat luka di tubuhmu.""I-iya aku berjanji, tidak akan menyakiti diriku sendiri.""Xiao Le, I love you.""I love you too," jawab Li Xiao Le sepontan.Tapi matanya langsung melebar. 'Apa yang baru saja aku katakan?'Saat itu tatapan Timmy semakin intens. Wajahnya yang berjarak beberapa senti dari Li Xiao Le perlahan mendekat dan mendaratkan kecupan lembut dan juga perlahan di bibir Li Xiao Le.Li Xiao Le membeku, tidak bisa menolak atau bergerak.Napasnya pun tersendat karena perbuatan Timmy.'Apa ini? Aku sedang apa?'Li Xiao Le ingin memberontak, tapi aneh, tubuhnya tak bisa diajak kompromi.Entah bagaimana mata itu justru terpejam, meresapi setiap