Beranda / Lainnya / Jeruji Tanah Anarki / 43. Mendapatkan kesembuhan penduduk

Share

43. Mendapatkan kesembuhan penduduk

Penulis: Maula Faza
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 22:39:08
Pena dan tinta beradu dengan bertumpuk-tumpuk lembar kertas seusai makan malam. Prajurit dan pelayan membersihkan area balai pengobatan meliputi halaman luar sampai benar-benar bersih. Mereka tidak sampai hati berleha-leha sementara para tenaga kesehatan masih berkutat dengan pekerjaannya kendati bagian mereka lebih menguras tenaga.

Selesai dengan tugas, semua orang meninggalkan balai pengobatan. Tempat yang dituju Edvard tidak jauh, hanya perlu berjalan kaki.

Dari arah selatan, seorang remaja laki-laki datang berlari menghentikan jalan Shaw, Edvard, dan rombongan yang hendak ke penginapan.

“Dokter, tolonglah kakek saya ….” Remaja itu terisak, air matanya berambai deras dan hidungnya memerah.

“Tunjukkan jalannya,” kata Edvard.

Sang remaja mengusap air matanya, mengangguk, dan berjalan mendahului. Sebuah rumah kayu ditujunya, sederhana dan terlihat sejuk.

Seorang pria rimpuh dengan buih keluar dari mulut di kamarnya. Edvard sontak mendekat dengan panik. Asisten lelakinya membantu sang k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Jeruji Tanah Anarki   44. Peti berisi emas

    Barangkali awan sedang bersenang hati, tersenyum berpancarkan cerah menyamarkan diri; membiarkan gemintang menerangi. Suasana tenang menyelimuti bak mengatakan sudah waktunya semua kembali. Bingkai senyum merekah, nada ceria terdengar di rumah-rumah. Cerita bahagia bergema tanpa duka; para penduduk sudah mendapatkan kembali kesembuhan mereka.Syukur tidak lepas dari sanubari, merekam dengan detail hari-hari suram hingga kehidupan damai kembali mereka genggam. Para penduduk mengingat dalam diam siapa saja yang dirasa perlu untuk mereka balas jasanya. Tidak hari ini, mungkin esok lusa.“Ini jejak kaki manusia. Sepertinya wabah ini memang disengaja,” kata seorang prajurit.“Kita bawa saja kendi-kendi ke balai pengobatan. Kalian teruslah bersihkan airnya, kami akan kembali lagi setelah menyerahkan kendi-kendi ini,” sahut prajurit lainnya.Peluh perjuangan hasil menyusuri sungai dan hutan tidak berakhir percuma. Lima kendi ditemukan, berisikan cairan aneh yang mencurigakan, mereka bawa ke b

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Jeruji Tanah Anarki   45. Manusia ikan

    “Tuan, semua prajurit di selatan ditangkap oleh anak buah Tuan Larson beserta kapal dan petinya. Prajurit yang ditugaskan ke barat laut juga ditangkap oleh anak buah Tuan Hunt, tetapi peti-peti emas berhasil berlayar,” lapor sang prajurit dalam penyamaran setelah menunduk memberi hormat. Ia berharap dengan cemas, menunggu respon empat tuan di depannya.Dain berpikir sejenak sambil mengetukkan jari telunjuk tangan kanannya ke meja. Setelah bernala-nala, ia bersua.“Ah, tidak masalah. Prajurit itu adalah yang baru direkrut, juga belum pernah mendengar tentang kita ataupun bertemu.”Dain mengambil cangkir teh.Sang prajurit diam-diam menghela napas lega. Namun, laporannya belum selesai dan itu membuatnya kembali tegang.“Peti emas yang dikirim melalui pelabuhan selatan hanya beberapa. Tujuan utama adalah barat laut, jadi, tidak masalah. Nah, sekarang mari bersulang,” ujar Dain, mengangkat cangkir di tangan seraya memasang senyum cerah.Tiga rekannya pun mengangkat cangkir mereka; bersulan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Jeruji Tanah Anarki   46. Dalang di balik terbunuhnya sang viking

    Interogasi berjalan lama, diwarnai bising teriakan. Mulut yang bungkam pada akhirnya terbuka, tidak tahan ketika cambuk menyentuh tulang punggung mereka.Usai puas dengan semua jawaban, para awak kapal dagang dipindahkan ke dungeon. Ascal dan Bexter kembali dengan kereta-kereta kuda berisi peti-peti di dalamnya beserta para prajurit yang mengawal.Saat melewati kastil, ucapan Elwanda terngiang di kepala Bexter. Ia mempercepat laju kuda, mensejajarkannya dengan kuda Ascal dan memberitahukan perkataan Elwanda.“Beristirahatlah dulu. Kita ke kastil setelah makan siang,” kata Ascal, menghentak tali kekang lebih kuat.Di kamar Bailey, burung merpati di kandang sudah bangun, mengepakkan sayap seolah-olah menjemput tuannya dari alam mimpi. Bailey membuka mata, mengerjap, mengubah posisi tidurnya menjadi telentang. Beberapa saat berlalu, ia beranjak, mengambil makanan sang merpati, dan memberikannya.Derap ramai tapal kuda terdengar berhenti di depan mansion, disusul suara gerbang dibuka, lalu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Jeruji Tanah Anarki   47. Sosok di ruang bawah tanah kastil

    Ascal bersandar. Kepalanya berdenyut mendengar penuturan Jillian dan Bailey. Setelah mengembuskan udara ke sekian kali, ia menatap Bailey.“Kenapa kau ke sini?”Bailey melirik ibunya sesaat sebelum menjawab.“Aku hanya ingin bertanya apa Ayah dan Ibu akan sarapan atau tidak karena aku harus berangkat sekolah.”Jillian membulatkan mata, refleks melihat jam. Ascal pun melihat jam, tidak sadar jarum jam sudah menunjuk angka 7:15.“Ah, Ibu lupa! Ibu tadi ke sini juga untuk mengajak ayahmu sarapan. Ya sudah, ayo, sarapan!” seru Jillian, bangun dari duduknya dan berjalan ke pintu setelah memberi gestur mengajak dengan tangannya.Ascal beranjak dari kursi, merangkul Bailey dan berjalan menyusul Jillian. Bailey terkejut, tetapi tetap melangkah; membiarkan Ascal merangkulnya.Sesuai ucapan pagi buta tadi, Bexter menyiapkan kudanya yang lain sebab kuda yang ia tunggangi semalam masih tertidur. Zander yang mendapat tugas berjaga di depan menutup pintu mansion setelah Ascal keluar. Stein, prajurit

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Jeruji Tanah Anarki   48. Tubuh tersisa tulang

    Taeral kembali dengan membawa nampan dan dua gelas cokelat hitam beserta sepiring kue jahe di atasnya, menaruhnya di meja, dan duduk. Ia menoleh, menatap Bexter yang masih mematung.“Bexter, kemari,” serunya, memindahkan gelas cokelat dan piring kue jahe dari nampan.Sungguh pemandangan aneh, masih seringkali terasa aneh tiap kali menyaksikan Taeral mengurus diri sendiri, bahkan menyuguhkan hidangan untuk orang lain seperti sekarang. Jarang Bexter lihati karena bahan makanan dan kebutuhan lain untuk Taeral dikirimkan oleh prajurit. Ia hanya berkunjung sesekali. Walau begitu, tetap terasa aneh mengingat Taeral dahulu adalah seorang raja. Selalu dilayani.Bexter mengangkat kepala, menoleh pada Ascal dan dibalas anggukan.“Ayo!” Ascal menepuk pundak Bexter, lalu menghampiri Taeral dan duduk.“Mencari sampai tubuh tersisa tulang sekalipun, tidak ada yang akan kalian temukan di lantai empat.” Taeral membuka cerita. Ascal yang sedang memakan kue jahe berhenti mengunyah dan menoleh.Taeral te

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Jeruji Tanah Anarki   49. Menentang perjodohan

    “Kau jangan terlalu sibuk. Sesekali berbaurlah ... siapa tahu kau bertemu seseorang yang membuatmu ingin terus melihatnya.” Taeral kembali menggoda.Wajah Bexter kian memerah.“Masih ada banyak hal lain yang harus saya utamakan, Tuan.”Bexter terus mengelak. Dirinya sudah lupa kapan terakhir kali memikirkan tentang membangun keluarga. Terlalu mendalami pekerjaan membuat Bexter tidak banyak berbaur dengan orang lain selain yang berhubungan dengan urusannya. Di waktu luang pun ia lebih sering menghabiskannya dengan Cerys dan Dexter, itu pun tetap di mansion Hunt.“Ahaha … ya sudah. Kau yang lebih mengenal dirimu, tahu apa yang lebih penting bagimu saat ini.”Senyum Taeral terus mengembang, menggambarkan betapa sedang senang hatinya. Ia meminum lagi cokelat hitamnya yang sudah mendingin hingga tandas.Di ruang kerja Ascal, lebih dari sepuluh buku sudah keluar dari lemari. Bailey keluar ruangan dengan hati-hati, mengambil meja yang kakinya lebih rendah di kamarnya dan membawa meja tersebut

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Jeruji Tanah Anarki   50. Yang dijanjikan

    Sekali lagi Shaw membolak-balikkan surat, masih tidak menemukan nama di luarnya. Karena penasaran, ia membuka perekat dan membaca suratnya.“Kau melakukan hal bagus, tapi kenapa tas pemberian Daniel belum kau hiraukan?”Glekk!Shaw menelan ludah, diam dengan napas tertahan. Ia menengok kanan kiri sembari mengusap tangan dan tengkuk, merasakan merinding yang menjadi.“Ba … bagaimana bisa tahu kalau aku belum benar-benar melihat isi tas pemberian Kak Daniel? Aku hanya mengeceknya saja saat tas itu tiba-tiba ada di meja yang ternyata dibawa oleh Jubah Hitam.” Suara Shaw sangat lirih. Ia mengitari kamar dengan matanya.“Di ruangan ini tidak ada hantu, 'kan?” tanyanya, entah pada siapa.“Atau mungkin surat ini dari Jubah Hitam? Tapi waktu itu Jubah Hitam sudah pergi meskipun aku tidak melihat kepergiannya, tapi aku ingat tidak ada orang saat aku menyimpan tas dari kak Daniel dan benda yang diberi Jubah Hitam itu.”Shaw membaca lagi kalimat yang tertulis, menyisir surat sampai ke bawah, lalu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Jeruji Tanah Anarki   51. Ancaman lain

    “Apa udaranya sangat dingin sampai kau membeku di situ?” Elwanda mengerjap.“Eh? Ah, tidak ....” Bexter menyimpulkan senyum kikuk dan menghampiri. “Ini sudah waktunya tidur. Kenapa di sini?”“Menunggumu pulang.” Elwanda berpaling ke langit.Bexter mematung. Aliran listrik terasa menyengat di dalam tubuhnya.Menunggu Bexter pulang. Tidakkah itu aneh keluar dari mulut orang yang baru dikenal?Bexter berdeham pelan.“Hmm? Menungguku pulang?”Pandangan Elwanda menurun lagi, menengok Bexter dan mengangguk.“Dexter, Cerys, dan Mival sudah makan. Tinggal kau dan aku yang belum makan. Jadi, aku menunggumu pulang.”“Apa hubungannya?”Bexter mengalihkan tatap, memutuskan sumber aliran listrik yang kian menggila dalam dirinya.“Aku ingin makan bersamamu.”“Oh.”Eh?!Dehaman kecil kembali dilakukan Bexter, merasakan aliran listrik yang lagi-lagi datang terasa.Ini tidak bisa dibiarkan. Bexter harus mengendalikan diri. Tidak lucu kalau ada yang melihat dirinya salah tingkah atau mati kutu.Bexter m

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08

Bab terbaru

  • Jeruji Tanah Anarki   102. Markas naga hibrid

    Kilau cahaya pohon dan jalan memandu Bailey ke kaki gunung sisi utara, melewati area yang Bailey datangi tempo lalu bersama Shaw dan yang lain pada malam operasi penambangan ilegal. Semak belukar lebih tinggi, lalu ketika Bailey sampai di timur, menuju belokan ke tenggara, kilau cahaya kemerahan berkelap-kelip di depan.Bailey segera menghentikan laju kudanya.“Profesor bilang warna lain selain hitam dan putih akan cenderung samar, tapi merah itu terlalu jelas,” gumam Bailey.Menggeser fokus tatapannya, Bailey menemukan lebih banyak siluet merah dengan haki yang menguar di dalam sebuah gua. Bailey mengamati sekitar lebih jeli. Terlihat oleh matanya dinding seperti kubah di atas.Bailey menyalurkan hakinya ke kuda, tetapi tetap menyamarkannya, kemudian membuat kuda berderap pelan dan santai. Sang kuda bagai berjalan di atas angin; tidak ada suara yang terdengar tiap kali kakinya memijak.Mendekati gua, Bailey turun dari kuda. Ia ikatkan tali kuda ke sebuah pohon, kemudian melanjutkan d

  • Jeruji Tanah Anarki   101. Monokrom

    Aaban mengangguk, kemudian beralih tatap pada prajurit yang tadi membawakan kuda.“Buka gerbangnya.”Sang prajurit mengangguk patuh, kemudian berlari menuju pos jaga di sisi salah satu gerbang. Model pos agak tinggi dari permukaan tanah, jadi, ia mendongak dan berseru pada prajurit yang berada di pos.“Buka gerbangnyaaaa!”Prajurit di pos segera menjalankan perintah. Engsel gerbang segera berbunyi, lalu gerbang berderit, perlahan terbuka seiring Bailey menunggangi kuda.“Hati-hati, Tuan Muda!” kata Aaban.Bailey mengangguk. “Aku pergi.”Prajurit yang berseru pada prajurit di gerbang menyingkir, kembali ke sisi Aaban. Bailey menghentak tali kuda, melewati gerbang begitu gerbang terbuka lebar.“Tuan Muda sangat berani dan cerdik,” celetuk prajurit di sisi Aaban. Ia memandangi kepergian Bailey dengan binar takjub di matanya.“Dia putra pemimpin Zanwan. Keberanian dan kecerdikan akan bagus untuk menjadi bagian dari dirinya,” kata Aaban sambil memandangi Bailey yang menjauh, membelah padan

  • Jeruji Tanah Anarki   100. Ancaman Jillian

    Matahari telah terbenam di ufuk barat. Malam telah bertakhta. Dinginnya udara menerpa Zanwan sedingin suasana di meja makan mansion Hunt.“Wilton, di mana Bailey?” Jillian bertanya.Piring-piring masih terisi, belum habis setengah hidangan di atasnya. Satu kursi di meja makan, kursi yang biasa diduduki Bailey, kini kosong. Wilton berdiri di belakang samping kursi tersebut.Pelayan mengatakan Bailey tidak ada di kamarnya beberapa saat lalu. Sebentar sebelum duduk ke kursinya, Jillian pun mengecek kamar Bailey, hanya menemukan ruangan kosong. Sampai Ascal tiba, Bailey belum juga muncul. Tak ayal Ascal memanggil Wilton.“Tuan Muda ….” Wilton bicara serupa suara bisikan di keramaian, nyaris tidak terdengar saking lirihnya.Jillian mengerjap. Ia melirik Wilton sambil makan. Wilton terus menunduk, bahkan tidak kunjung menyelesaikan bicaranya. Ascal berganti melontarkan tanya tanpa menoleh.“Wilton, di mana Bailey?”“Tuan Muda pergi ….” Wilton masih serupa anak kecil yang bersembunyi.“Wilto

  • Jeruji Tanah Anarki   99. Jawaban Bailey

    Bailey manggut-manggut. “Aku tidak mengira kalian akan mengajukan pertanyaan semacam itu, bahkan tidak mengira kalian akan pernah menghiraukan hal semacam itu. Terima kasih, kurasa.”Senyum terukir di hati Bailey. Sebuah kabar gembira bagai menggema di dalam dirinya. Begitu pula yang dirasakan Otto dan Milo. Bailey menyambut baik, tentu itu kabar besar yang membahagiakan. Sekali lagi, perkiraan mereka salah. Sepertinya Bailey tidak mendengar pembicaraan mereka di kelas atau mungkin mendengar, tetapi tidak mempermasalahkan, dan itu membuat kegembiraan mereka kian bertambah.“Sanjungan lebih pantas untukmu,” kata Milo.Bailey merespon itu dengan senyum kecil. Otto dan Milo mengerjap, segera berpikir apakah mereka salah lihat. Namun, mereka dapati bahwa mereka tidak salah lihat. Bailey memang tersenyum. Senyum itu, Bailey tujukan kepada mereka.“Aku mulai dari pertanyaan pertama, ya,” kata Bailey, kemudian menghirup udara sejenak.Otto dan Milo mengangguk dan memasang telinga baik-baik.

  • Jeruji Tanah Anarki   98. Pertanyaan Otto dan Milo

    “Kau mendengarnya?” Otto bertanya dengan wajah memucat. Suaranya amat pelan sampai nyaris tidak terdengar.Milo mengangguk kecil dalam gerakan patah-patah dan sarat keraguan. Ekspresi pada wajahnya tidak jauh berbeda.Kepala mereka kemudian bergerak bersamaan, berpaling tatap ke baris terdepan, lalu mereka melihat Bailey beranjak dari duduknya, pergi keluar.“Apa Tuan Muda mendengar pembicaraan kita?” Milo bertanya dalam suara lebih rendah, serupa bisik-bisik yang mungkin saja akan hanyut terbawa angin.Otto menggeleng. Bukan jawaban meyakinkan, hanya harapan bahwa itu adalah kenyataan yang terjadi.“Kalau benar, semesta mungkin tidak akan berpihak pada kita setelah ini,” kata Otto.Cemas menyerang Otto. Kalau Bailey benar mendengar pembicaraan mereka, apakah kali ini Bailey akan tersinggung? Kesal? Emosi dan apa pun yang lebih buruk?“Kurasa kita sebaiknya bergegas?” Milo melirik Otto.“Itu keputusan paling baik.” Otto berdiri.Milo memasukkan buku catatan yang baru sebentar ia baca

  • Jeruji Tanah Anarki   97. Temui aku di perpustakaan

    “Katakan saja,” ucap Bailey di sela makannya.Bailey tahu dua anak lelaki ini takkan mendatanginya kalau hanya untuk makan. Ada meja-meja kosong lain yang siap untuk ditempati, pun keduanya belum pernah begitu pada Bailey sepanjang sejarah bersekolah walau satu kelas dengan Bailey.“Kami … agak … penasaran. Apa Tuan Muda akan mendaftar untuk turnamen?” Otto Atrius yang duduk di sebelah Milo bertanya. Bibir merah cerahnya berulang kali mengatup dan terbuka setelah pertanyaan diajukan. Otaknya berpikir apakah pertanyaan itu sudah pas atau tidak.“Turnamen umum, maksudmu?” tanya Bailey.Otto mengangguk. “Kami dengar-dengar tahun ini murid yang terpilih untuk mewakili sekolah boleh mendaftar turnamen umum. Kami juga baca informasinya di mading pagi ini.”“Kalau terpilih mewakili sekolah, lalu mendaftar di turnamen umum dan ternyata lolos dalam keduanya ke final, terlebih keluar sebagai juara di peringkat satu, akan otomatis mendapat tiket emas dan bonus berlipat.” Milo turut bicara setela

  • Jeruji Tanah Anarki   96. Keluarga yang sempurna

    “Ayah dan Ibu bawa apa? Itu terlihat banyak sekali!” Shaw mengamati tas-tas belanjaan dengan antusias. Salah satu isi yang tertangkap matanya adalah pakaian.“Oh, ini untuk putra Ibu yang paling manis!” Suara wanita menjawab.“Asyik! Pakaian, ya?” tanya Shaw.“Betul. Ada mainan juga!” Suara pria yang bicara.“Horeeee … mainan!” Shaw berseru gembira. Kebahagiaan meluap-luap pada suaranya.Di atas kaca, Shaw gemetar. Ia tidak mengira danau kaca keyakinan akan menampilkan momen seperti itu. Ia kira itu hanya akan berkisar perjalanannya, rencananya dengan Bailey, tantangan yang dihadapi dalam upaya mewujudkan impian tentang Zanwan. Namun, apa yang ia dengar sepenuhnya berbeda. Sama sekali tidak ada dalam bayangannya. Tidak sedikit pun.Mata Shaw bergetar. Air makin banyak di sana, lalu tumpah kala Shaw dengar suara yang sangat familier.“Shaw, jangan melompat-lompat tinggi begitu.” Itu suara Spencer, terdengar riang dan penuh kasih.“Shaw gembira sekali sepertinya.” Gracie menyusul bicara

  • Jeruji Tanah Anarki   95. Kaca keyakinan

    “Ini danaunya.”Shaw sampai di ujung hutan lain setelah dari hutan sunyi dan melewati padang rumput. Di hadapannya membentang danau jernih yang berkilau, besar dan luas yang tidak mampu Shaw ukur dengan pasti. Ia perkirakan luasnya sama atau bahkan melebihi lapangan alun-alun distrik Acilav.“Sampai di danau itu, cara paling cepat untuk melewatinya adalah membelahnya. Menyeberanginya,” kata Fu dalam pesannya sebelum berpisah. “Jangan terkecoh dengan ukurannya yang kau mungkin kira tidak seberapa luas; masih sangat mungkin untuk dilewati dengan mengitarinya. Terkadang dalam waktu dan untuk alasan yang tidak terduga, setelah melihat wujudnya, begitu kau berjalan, mencoba memutari danau untuk sampai di seberang, di sisi lain, kau akan dapati bahwa ujung danau bahkan tidak kautemukan. Semua yang kaulihat mungkin hanya akan menjadi hamparan air. Tidak ada lagi pepohonan, tidak ada lagi daratan selain tempat kau berpijak dan sekitar.”Shaw berjinjit, mencoba menjangkau seberang danau dengan

  • Jeruji Tanah Anarki   94. Bakat alam

    “Ada rencana untuk keluar lagi di sisa hari ini, Tuan Muda?” Wilton bertanya seturunnya ia dari kuda, memegangi tali setelah Bailey turun. Mereka baru sampai di mansion, pulang dari sekolah.“Kurasa tidak. Sepertinya aku akan habiskan waktu di meja belajar.”“Baik. Saya akan ada di pos malam ini kalau Tuan Muda butuh sesuatu.”“Ya. Aku masuk, ya. Terima kasih untuk hari ini, Wilton.”Bailey pergi, masuk ke mansion. Wilton mengiringi kepergian Bailey dengan anggukan penuh hormat. Bibirnya melengkung membentuk senyum. Usai Bailey tidak lagi terlihat, Wilton membawa kuda ke kandang.Sampai kamar, Bailey menyalakan penerangan, melepaskan ransel, dan bersih-bersih. Ia melanjutkan dengan menekuri buku-buku mata pelajaran sampai pelayan memanggil namanya dari luar pintu.Makan malam tiba, Bailey berseri-seri menemukan Jillian di meja makan. Canda tawa Jillian serupa bunga-bunga di musim semi dan keceriaan Bariela adalah penyempurna. Jillian telah kembali dengan warna cerahnya, tidak lagi ber

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status