Usai puas dengan semua jawaban, para awak kapal dipindahkan ke dungeon. Ascal dan Bexter kembali dengan kereta-kereta kuda berisi peti-peti di dalamnya beserta para prajurit yang mengawal.
Saat melewati kastil, ucapan Emilie terngiang di kepala Bexter. Ia lantas mempercepat laju kudanya, mensejajarkannya dengan kuda Ascal dan memberitahukan perkataan Emilie.
"Beristirahatlah dulu. Kita ke kastil setelah makan siang," tukas Ascal, menghentak tali kekang dengan lebih kuat.
Burung merpati di kandang sudah bangun, mengepakkan sayap seakan menjemput tuannya dari alam mimpi. Bailey perlahan membuka mata, mengerjap dan mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Ia lantas beranjak, mengambil makanan sang merpati dan memberikannya.
Derap ramai tapal kuda terdengar berhenti d
Ascal menyandarkan daksanya, menghembuskan napas lelah. Kepalanya berdenyut mendengar penuturan Jill dan Bailey. Setelah menghembuskan napas ke sekian kali, ia menatap Bailey."Kenapa kau ke sini?"Bailey melirik ibunya sesaat sebelum kemudian menjawab."Aku hanya ingin bertanya apakah Ayah dan Ibu akan sarapan atau tidak, karena aku harus berangkat sekolah."Jill membulatkan mata, lalu refleks melihat jam. Ascal pun melihat jam, tidak sadar jarum jam sudah menunjuk angka 7.15."Ah, Ibu lupa! Ibu tadi ke sini juga untuk mengajak ayahmu sarapan. Ya sudah, ayo, sarapan!" seru Jill, bangun dari duduknya dan berjalan ke pintu setelah memberi gestur mengajak dengan tangannya.Ascal beranjak dari kursi, merangkul Bailey dan berjalan menyusul Jill. Bailey terkejut, tapi tetap melangkah; membiarkan Ascal merangkulnya.Sesuai ucapan pagi buta tadi, Bexter menyiapkan kudanya yang lain ... sebab kuda yang ia tunggangi semalam masih tertidu
Orang tua Bexter meninggal dalam pertempuran kedua setelah Hao Yi dan Maru pergi dari Zanwan. Ia masih sangat muda saat itu, mengurung diri beberapa hari sebelum menegarkan dirinya dan kembali pada aktivitasnya. Duka masih terasa, tapi ia menguatkan diri sendiri, berdiri di depan cermin sembari mengatakan tidak boleh terlalu lama larut dalam kesedihan ... sebab orang-orang masih membutuhkan dirinya, terutama Dexter dan Cerys. Semenjak itu, Bexter menjadi lebih tertutup dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan pekerjaannya. Untuk menutupi kesedihan dan mengalihkan perhatian.Taeral kembali dengan membawa nampan dan dua gelas cokelat hitam serta sepiring kue jahe di atasnya, menaruhnya di meja dan duduk. Ia menoleh, menatap Bexter yang masih mematung."Bexter, kemari," serunya, memindahkan gelas cokelat dan piring kue jahe dari nampan.Bexter mengangkat kepala, menoleh menatap Ascal dan dibalas anggukan."Ayo!" Ascal menepuk pundak Bexter, lalu meng
"Kau jangan terlalu sibuk. Sesekali berbaurlah ... siapa tahu kau bertemu seseorang yang membuatmu ingin terus melihatnya." Taeral kembali menggoda, membuat wajah Bexter kian memerah."Masih ada banyak hal lain yang harus saya utamakan, Tuan."Bexter terus mengelak. Dirinya sudah lupa kapan terakhir kali memikirkan tentang membangun keluarga. Terlalu mendalami pekerjaan membuat Bexter tidak banyak berbaur dengan orang lain selain yang berhubungan dengan urusannya. Di waktu luang pun ia lebih sering menghabiskannya dengan Cerys dan Dexter ... itupun tetap di mansion Hunt."Ahaha ya sudah ... kau yang lebih mengenal dirimu, tahu apa yang lebih penting bagimu saat ini."Senyum Taeral terus mengembang, menggambarkan betapa sedang senang hatinya. Ia meminum lagi cokelat hitamnya yang sudah mendingin hingga tandas.Di ruang kerja Ascal, lebih dari 10 buku sudah keluar dari lemari. Bailey k
Sekali lagi Shaw membolak-balikkan surat, masih tidak menemukan nama di luarnya. Karena penasaran, ia membuka perekat dan membaca suratnya.“Kau melakukan hal bagus, tapi kenapa tas pemberian Daniel belum kau indahkan?’’GREKK!Shaw menelan ludah, diam dengan napas tertahan. Ia menengok kanan kiri sembari mengusap tangan dan tengkuknya, merasakan merinding yang menjadi."B-bagaimana bisa tahu kalau aku belum benar-benar melihat isi tas pemberian kak Daniel? Aku hanya mengeceknya saja saat tas itu tiba-tiba ada di meja yang ternyata dibawa oleh Jubah Hitam." Shaw berujar sangat lirih, mengitari kamar dengan matanya."Di ruangan ini tidak ada hantu, 'kan?" tanyanya, entah pada siapa."Atau mungkin surat ini dari Jubah Hitam? Tapi waktu itu Jubah Hitam sudah pergi ... meskipun aku tidak melihat kepergiannya, tapi aku ingat tidak ada orang saat aku meny
"Apa udaranya sangat dingin sampai membuatmu membeku di situ?" Emilie bertanya dengan nada datar, mengerjap lalu menaikkan alisnya."Eh? Ah, tidak ...." Bexter tersenyum kikuk, berjalan menghampiri."Ini sudah waktunya tidur. Kenapa kau di sini?" tanya Bexter, berdiri di samping Emilie."Menunggumu pulang," jawab Emilie dengan nada polos, memandangi nabastala. Sedangkan Bexter kembali mematung; terhenyak, merasa ada aliran listrik di dalam daksanya.Bexter berdehem pelan, menstabilkan dirinya."Hmm? Menungguku pulang?"Pandangan Emilie menurun lagi, menatap ke samping dan mengangguk."Dexter, Cerys, dan Mival sudah makan. Tinggal kau dan aku yang belum makan ... jadi aku menunggumu pulang.""Apa hubungannya?"Bexter mengalihkan pandangannya, memutuskan sumber aliran listrik yang terasa menjalar dalam daksanya."Aku ingin makan bersamamu," sahut Emilie, masih dengan nada polosnya.Deheman kecil kembali
"Bagaimana?"Dari ruang tamu hingga dapur, mansion tampak sepi. Hanya ada beberapa prajurit yang berjaga dan beberapa pelayan di dapur.Bailey menggeleng, menutup pintu ruang kerja Ascal."Tidak ada. Ayah mungkin sedang di kamar.""Mungkin ayahmu sedang sibuk, tadi aku melihat Dokter Ed masuk. Kita tunggu saja di tempat lain. Bagaimana?" saran Shaw, melihat-lihat sekeliling."Kita tunggu di kamarku saja. Ayo," sahut Bailey seraya berjalan ke kamarnya.Kamar Bailey luas, dua atau tiga kali lebih luas dari kamar miliknya, terka Shaw. Barang-barang tertata rapi dengan beberapa hiasan menggantung di dinding."Tidak usah membayangkan ruangan yang sangat nyaman sampai kau tidak ingin keluar. Yaa ... kamarku memang nyaman, tapi tidak lebih hidup dari kamarmu." Bailey menyahut, seakan tahu apa yang ada di pikiran Shaw. Ia naik ke tempat tidurnya, tapi kemudian turun lagi saat Shaw memilih duduk di lantai."Sambil menunggu, aku ingi
"Segala hal tentang bunker bukankah sudah ditetapkan sebagai rahasia? Tapi di buku itu dijabarkan dengan detail, mencakup pula beberapa hal yang sepertinya hanya beberapa orang saja yang tahu. Dan sepertinya, informasi itu didapatkan dari luar Zanwan. Mungkin dari seseorang yang mengetahui rencana tersebut, atau bahkan mengenal Tuan Hao Yi dan Nona Maru, yang notabene memiliki kisah dengan daratan chamomile."Lalu mata Edvard beralih menatap Shaw, merasa iba.Ascal mengambil buku yang disodorkan Edvard; membacanya. Lalu ia terdiam, tampak membaca dengan serius dan serius.Shaw bergerak, mengubah posisi tidurnya. Ascal menutup buku di tangan, menaruhnya dan mengambil gulungan peta Zanwan."Dan ada apa dengan peta ini?" Ascal bertanya, terfokus pada titik yang ditandai Shaw. Lalu kepalanya bergerak menoleh ke samping. "Bailey ...."Bailey kali ini ragu menjawab. Ia bernala-nala, apakah baik untuk memberitahu atau tidak. Di dekat Ascal duduk, Ed
"Haa ...?"Ini kali ketiga Shaw melongo mengetahui harga ikan yang dikatakan penjual, meningkat dari terakhir kali Shaw membelinya bersama Spencer. Di Zanwan, harga daging yang paling mahal bukanlah kambing, domba, atau bahkan sapi, melainkan daging ikan! Karena daging ini sulit didapat. Bukan karena jumlahnya yang sedikit di laut Zanwan, tetapi karena terbatasnya nelayan.Bahkan harganya melambung lebih tinggi daripada harga seorang budak di pasar budak, terdengar gila tetapi begitu adanya. Shaw merasa bersyukur karena tidak mengajak Mival. Entah bagaimana perasaan Mival jika mengetahui harganya ketika ia dibeli dari pasar budak lebih murah dari harga ikan. Harga pangan dan sumbernya harus diperhatikan jika kelak Zanwan sudah lebih baik, Shaw mencatat dalam ingatannya.Setelah bahan makanan yang dicari didapatkan semua, Shaw, Bailey, dan Weizhe bergegas keluar. Sebab tidak nyaman dengan pandangan orang-orang. Bukan hanya para gadis remaja hingga dewasa ya