Share

Bab 8

Author: Jus Pir
Begitu mendengar perkataan Selena, raut wajah Lydia seketika menjadi muram. Dia pun berkata dengan tegas, “Zola, sudah berapa kali aku beritahu kamu jangan lakukan sesuatu secara diam-diam? Kamu bukan gadis liar yang tinggal di kampung lagi. kamu ini anak keluarga terpandang, anak kedua keluarga Leonarto, istri Boris Morrison.”

Zola menurunkan tatapannya sambil memasang raut wajah datar. Dia mengangguk pelan dan berkata dengan suara pelan, “Aku mengerti, Ma.”

Ekspresi Lydia baru sedikit melembut. Dia berkata dengan tenang, “Ayo duduk di sini.”

Zola berjalan mendekat lalu duduk tegak di sofa dengan postur yang lembut dan anggun. Wajahnya yang cantik menawan itu sulit untuk dilupakan tidak peduli apa pun pakaian yang dia kenakan. Itu juga satu-satunya hal dari Zola yang membuat Lydia merasa puas.

Lydia menatap Zola dengan lembut dan bertanya, “Kenapa kamu tiba-tiba pulang jam segini?”

“Ma, aku akan cerai dengan Boris.”

Zola mengangkat wajahnya dan menatap ibunya. Tatapannya penuh tekad, seolah apa pun yang terjadi juga tidak akan membuatnya berubah pikiran.

Lydia terkejut bukan main ketika mendengar hal itu. Selena juga terkejut. Hanya saja, Lydia segera sadar. Dia pun mengerutkan kening dan bertanya, “Apa katamu? Kamu mau cerai dengan Boris?”

“Iya, kami akan cerai. Hari Senin kami akan urus perceraian kami.”

“Zola, kamu tahu apa yang sedang kamu katakan? Ini pernikahan yang kakekmu perjuangkan untukmu. Bisa-bisanya kamu buang begitu saja?”

Pernikahan Zola dan Boris bukan hanya pernikahan antara keluarga kaya semata. Keluarga Morrison dan keluarga Leonarto sudah berteman dekat dari dulu. Beberapa tahun yang lalu, kakek Zola mengorbankan kakinya sendiri demi menyelamatkan nyawa kakek Boris dalam sebuah kecelakaan.

Kakek Boris langsung mengusulkan untuk mempererat ikatan kedua keluarga melalui pernikahan. Namun, hal itu baru terwujud pada generasi Boris. Pada awalnya, orang yang dijodohkan dengan Boris bukanlah Zola, melainkan Selena yang menjadi kesayangan keluarga Leonarto.

Pada saat itu, kakek Zola sudah sakit parah. Sang kakek bersikeras mau membawa Zola kembali dari desa dan menikahkannya dengan anak keluarga Morrison. Bahkan beliau berhasil mencapai tujuannya setelah mengancam ayah Zola dengan berkata kalau dia mati pun tidak akan tenang jika bukan Zola yang dinikahkan dengan Boris.

Meskipun Zola juga anak kandung Lydia, dar dulu Lydia menginginkan seorang anak laki-laki. Hanya saja, setelah melahirkan Zola, Lydia tidak bisa hamil lagi karena rahimnya rusak. Lydia pun melimpahkan semua kekesalannya kepada Zola.

Sejak berusia sepuluh tahun, Zola di bawa ke desa dan dibesarkan di sana. Dia baru kembali ke kota setahun yang lalu ketika dia akan menikah dengan Boris.

Lydia sangat marah. Dia berdiri dan berjalan ke arah Zola sambil menatap langsung ke arahnya, lalu bertanya, “Katakan, Zola. Kamu hanya ngambek sama Boris, kamu hanya asal ngomong.”

Zola membalas tatapan ibunya dan berkata, “Boris mau menikah dengan Tyara. Aku sudah tanda tangan, bukan hanya asal ngomong.”

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Zola. Bulu matanya yang lentik sedikit bergetar. Dia mendengar suara dengungan di telinganya. Untuk sesaat, dia mengira dia menjadi tuli.

Lydia benar-benar tersulut emosi. Dia baru tertegun setelah mendengar suara tamparan keras itu. Namun, dia tidak menyesal. Dia justru menunjuk ke arah pintu dan berkata dengan tegas, “Keluar, pergi kamu. Keluarga Leonarto nggak punya anak seperti kamu.”

Zola berdiri dan pergi seperti boneka yang digerakkan dengan tali. Lydia pun segera memberitahu suaminya tentang hal ini. Pernikahan Boris dan Zola bukanlah masalah antara mereka berdua saja, tapi juga merupakan masalah antara dua keluarga dan dua perusahaan. Mereka tidak bisa bercerai dengan semudah itu.

***

Setelah keluar dari rumah keluarganya, Zola berdiri di samping mobil sambil menahan emosinya. Yang paling dia khawatirkan adalah anak di dalam perutnya. Dia sangat bersyukur karena yang dipukul adalah wajahnya, bukan bagian yang lain. Apakah dia sedih karena dipukul ibunya?

Tidak, Zola sama sekali tidak merasa sedih. Hanya ada perasaan dingin yang menyelimuti hatinya. Meski ini baru pertama kalinya Lydia memukulnya, perlakuan dingin sebelumnya telah membuat Zola terbiasa dengan sikap Lydia terhadapnya. Jika sebagai ganti tamparan itu dia bisa bercerai, Zola bersedia menerimanya.

Zola baru saja hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba dia mendengar suara Selena yang datang dari belakang, “Zola, kamu benar-benar mau cerai dengan Kak Boris?”

Zola tidak menjawab pertanyaan itu, juga tidak berkata apa-apa. Dia hanya menatap lurus ke arah kakaknya dengan tenang.

Selena mengerutkan kening, “Kalau kamu nggak sayang dia, kenapa dulu kamu mau menikah dengannya? Kamu tahu nggak selama beberapa tahun ini keluarga Leonarto sudah nggak seperti dulu lagi? Papa mengandalkan keluarga Morrison supaya Leonarto Group bisa terus bertahan. Kamu terlalu egois.”

“Terus?”

Zola sama sekali tidak berniat bersikap baik. Dia bisa menolerir Boris karena dia mencintai pria itu. Dia bisa menolerir Lydia karena Lydia yang melahirkannya, dia tidak bisa memilih. Namun, itu tidak berarti siapa pun bisa menginterogasi dan menceramahinya.

Selena tercengang, “Apa?”

“Jadi, aku harus mohon pada Boris jangan cerai denganku? Meskipun aku tahu dia sangat mencintai Tyara, aku tetap harus dengan nggak tahu malunya mohon padanya jangan cerai denganku?”

“Pasti karena kamu nggak bisa jadi istri yang baik, makanya Kak Boris mau cepat-cepat cerai denganmu,” tukas Selena sambil mendengus sinis.

“Cerai atau nggak juga nggak ada hubungannya denganmu. Jadi kamu nggak perlu khawatir.”

“Kamu kira aku mau ikut campur urusanmu? Kalau bukan karena kamu, aku yang jadi istri Boris sekarang. Semua gara-gara kamu. Jelas-jelas kamu sudah pergi. Kenapa kamu masih mau kembali?”

Selena terus bertanya dengan emosional, kedua matanya bahkan memerah. Jelas-jelas orang yang seharusnya menjadi istri Boris adalah dirinya, tapi pria itu direbut oleh Zola. Selena tidak rela.

Ekspresi Zola tetap tenang. Dia menyipitkan mata dan berkata dengan acuh tak acuh, “Sudah mengincar adik iparnya sendiri masih saja merasa begitu percaya diri. Kak Selena benar-benar buat aku terkesan.”

“Kamu ....”

“Kalau Kak Selena benar-benar suka Boris, mending mohon pada Papa dan Mama saja. Percuma buang-buang waktu ngomong sama aku.”

“....”

Zola menatap sang kakak dengan dingin. Kemudian, dia langsung membuka pintu dan masuk ke dalam mobil. Mobil itu melaju dengan cepat meninggalkan rumah keluarga Leonarto. Sedangkan Selena masih berdiri di sana, mengatupkan bibirnya erat-erat dan menghentakkan kakinya dengan keras. Sorot matanya penuh dengan aura dingin dan kebencian. Tidak ada yang tahu betapa dia membenci adiknya itu.
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nada Azzah
Please deh Thor Jadikan Zola wanita kuat dn mandiri
goodnovel comment avatar
Helmi Doang
zola terlalu lamban
goodnovel comment avatar
Zeehan
Knp karakter Zola dibikin dungu bgitu seh, kan yg ngajuin dan pengen cerai itu si Borisnya. please deh. cerita bagus jadi hambar klo karakter utamanya linglung dan mudah diintimidasi.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 9

    Bansan Mansion.Zola tidak makan apa-apa sepanjang hari ini. Begitu sampai di rumah, dia meminta orang dapur membuatkan mie untuknya. Zola melihat mie yang dipadu dengan sayuran dan telur dadar di depannya. Hanya dengan mencium aromanya seharusnya membuat Zola merasa lapar. Namun, dia tiba-tiba merasa mual dan ingin muntah.Zola mengira itu karena perutnya kosong terlalu lama. Saat dia hendak memasukkan mie ke dalam mulut, perasaan kuat itu tidak bisa ditahan lagi. Dia segera berlari ke kamar mandi dan terus muntah. Perasaan ini sangat tidak nyaman. Dalam kondisi perut kosong, tidak ada yang bisa dimuntahkan. Zola merasa seperti organ-organ dalamnya pun akan keluar.Setelah beberapa saat, Zola baru merasa lebih nyaman. Begitu berdiri, matanya bertemu dengan sepasang mata seorang pria yang hitam dan tajam.Mata Zola membeliak, dia memutar badannya menghadap pria itu dengan kaget, “Kapan kamu pulang?”Tidak ada suara sama sekali. Zola sungguh tidak tahu sejak kapan pria itu kembali, suda

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 10

    Zola menatap Boris, “Hmm, aku sudah bilang.”“Kenapa kamu nggak diskusi denganku dulu?”Boris tampak tidak senang, ada emosi yang tidak terbaca di matanya. Zola tidak tahu mengapa pria itu memberikan reaksi seperti itu. Apakah karena Zola berinisiatif sendiri memberitahu keluarga Leonarto tentang perceraian mereka?“Menurutku masalah nggak ini nggak perlu didiskusikan lagi. Hari Senin kita akan urus perceraian kita, kan? Kalau begitu, aku beritahu keluargaku juga nggak akan berpengaruh bagimu, bukan?” tanya Zola.“Kamu ingin cepat-cepat pisah denganku?”Boris bertanya dengan dingin. Matanya menatap Zola dengan tajam. Zola spontan terkejut, sama sekali tidak mengerti apa maksud pria itu.Zola tersenyum getir, “Boris, kamu lupa kalau kamu sendiri yang minta cerai?”Orang yang ingin cepat-cepat bercerai bukannya Boris sendiri? Mengapa sekarang pria itu bersikap seolah-olah Zola yang minta cerai?Boris mengerutkan keningnya dan berkata dengan dingin, “Nggak perlu terburu-buru juga, kan. Ka

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 11

    Jika terus bersikeras bertahan dalam hubungan ini, pada akhirnya Zola yang akan malu sendiri.Boris menangkap sesuatu yang aneh dari kata-kata yang Zola ucapkan. Zola seperti sedang membicarakannya, juga seperti tidak ada hubungannya dengannya. Apakah dia yang terlalu banyak berpikir?Zola tidak ingin terus mengobrol dengan Boris lagi. dia takut tidak bisa mengendalikan emosinya. Sejak kemarin, dia senantiasa mengingatkan dirinya sendiri dan berkata, “Zola, jangan berharap lagi, jangan teruskan lagi. Nggak akan ada hasil. Dia nggak mungkin mencintaimu. Semua usaha dan pengorbananmu akan jadi sia-sia. Bahkan kamu mungkin bakal buat dia merasa muak sama kamu.”Zola menarik napas dalam diam. Emosi di dalam hatinya perlahan-lahan menjadi lebih tenang. Setelah itu, pelan-pelan kembali normal.***Boris dan Zola pergi ke rumah sang kakek sebelum jam makan malam. Rumah keluarga Morrison terletak di sebuah kawasan vila di dekat gunung Kota Binru. Orang-orang yang tinggal di sini adalah generas

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 12

    “Kamu merasa aku ini tua bangka yang suka ikut campur?” Hartono tampak marah. Dia langsung mengangkat tangan dan memukul meja.Dimas, ayah Boris, cepat-cepat menegur, “Boris, kenapa ngomong seperti itu sama Kakek? Cepat tarik kembali kata-katamu, bilang sama Kakek kalau kamu nggak akan bercerai.”Boris diam dengan wajah tanpa ekspresi. Rosita, ibu Boris, terlihat serba salah, tidak tahu harus berkata apa.Hartono tertawa sinis, “Bagus, kelihatannya kamu mau jungkir balikkan keluarga ini, kamu bahkan nggak mau dengar kata-kataku lagi. Kalau kamu bersikeras mau cerai, tunggu aku mati dulu baru cerai. Selama aku masih hidup, jangan harap perempuan bernama Tyara itu bisa menginjakkan kaki di rumah ini.”Hartono sangat marah. Usai berkata, dia mulai terbatuk-batuk. Zola lekas berjalan ke samping Hartono, lalu mengambilkan segelas air hangat untuknya, “Kakek, tenang dulu. Jangan marah ....”“Zola, aku merasa bersalah pada mendiang kakekmu. Seandainya dari awal aku tahu dia ternyata orang yan

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 13

    Zola melihat ke samping dengan mata menerawang. Pria di sebelahnya berkata dengan suara lembut, “Jangan berpikiran macam-macam. Aku akan buat mereka semua suka sama kamu. Kamu jaga kesehatan. Serahkan sisanya padaku, oke?”Sesaat kemudian, Boris menutup telepon. Zola langsung berkata dengan tenang, “Kamu suruh Tyara jangan khawatir. Aku nggak akan tahan-tahan kamu terus. Aku akan cari cara untuk bujuk Kakek supaya dia setuju. Kalian buru-buru, aku lebih buru-buru.”Bagaimanapun juga, ada anak di dalam perut Zola. Seiring berjalannya waktu, perutnya akan membesar, Boris pasti akan mengetahui soal itu.Boris mengerutkan kening dan menoleh untuk melihat perempuan di sebelahnya, lalu berkata, “Tyara cuma tanya sebentar, kamu nggak usah marah begitu. Aku tetap berpegang pada janjiku. Nggak peduli kita cerai atau nggak, kalau ada masalah kamu bisa datang padaku kapan saja.”“Aku nggak marah. Untuk apa aku marah?”“Kamu benar-benar mau cepat-cepat cerai?”“Bukannya kamu juga mau cepat-cepat?”

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 14

    “Bukan nggak mungkin, sebaiknya kita tetap berhati-hati,” kata Zola.“Oke, aku akan selidiki.”Mahendra seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ragu-ragu. Namun, Zola juga tidak terlalu memikirkannya. Dia mengira Mahendra kelelahan. Dia pun meminta Mahendra untuk istirahat lebih awal dan mengakhiri percakapan mereka.Setelah mematikan laptop, Zola mengambil ponselnya dan melihat jam. Sudah pukul sepuluh lewat. Sepertinya Boris tidak pulang malam ini. Tiba-tiba Zola teringat akan peringatan yang Boris berikan padanya. Pria itu berkata kalau dia berharap Zola tetap menjaga jarak dengan lawan jenis sebelum mereka resmi bercerai. Lantas, bagaimana dengan Boris? Bukankah semua orang harus mendapat perlakuan yang sama?Zola mengerutkan bibirnya dan langsung menghubungi nomor Boris. Pria itu segera menjawab, tapi yang terdengar justru suara lembut seorang perempuan, “Zola? Ini aku Tyara. Kamu cari Boris ada urusan apa?”Raut wajah Zola seketika membeku. Boris benar-benar mencintai Tyara. Dia ba

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 15

    Boris memilih diam tidak menjawab pertanyaan Tyara. Raut wajahnya juga datar tanpa ekspresi. Melihatnya seperti itu, rasa percaya diri Tyara pun berkurang. Dia sungguh tidak ingin bertengkar dengan Boris di saat seperti ini. Bagaimanapun juga, perceraian Boris dan Zola masih belum diproses. Akan tetapi, Tyara ingin bersikukuh. Dia ingin menguji apakah pria ini sudah berubah.Zola tidak ingin melepaskan tangannya, “Boris, temani aku. Aku hanya ingin habiskan lebih banyak waktu bersamamu. Kali ini saja, oke?”Boris tampak acuh tak acuh, ada sedikit rasa kesal di matanya, “Tyara, kamu yakin ingin aku temani kamu di saat seperti ini? Kalau terjadi sesuatu di luar dugaan kemungkinan besar kita akan masuk berita dan jadi bahan pembicaraan orang. Aku pria nggak masalah, tapi kamu nggak sama. Sekarang kakek dan orang tuaku masih memiliki prasangka kurang baik padamu. Kamu nggak mau mereka mengubah pandangan mereka terhadapmu?”Tyara terdiam, pada akhirnya dia pun mengalah. Meski tidak rela, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 16

    Tedy mempaparkan fakta. Kemudian, dia menambahkan, “Sekalipun kakekmu sayang sama dia, dia hanyalah orang luar. Mungkin saja nanti kakekmu sendiri yang suruh dia menikah dengan Mahendra.”Semakin Tedy membicarakannya, semakin kuat pula kesan gambarannya. Ekspresi Boris tiba-tiba menjadi dingin. Sepasang matanya yang hitam pekat seperti tertutup oleh lapisan es tebal. Dia tidak melanjutkan topik pembicaraan ini lagi. dia mengulurkan tangan untuk mengambil gelas di depannya dan menghabiskan isi gelasnya sekaligus dalam satu teguk.***Zola berguling-guling tidak bisa tidur. Dia merasa seperti ada semut yang menggigit hatinya. Tidak sakit, tapi membuat orang tidak tahan. Dia memutuskan untuk pergi ke rumah kakek Boris besok pagi. Dia akan menjelaskan kepada sang kakek dan mengakhiri pernikahan yang menyiksa ini secepat mungkin.Zola menutup matanya, hendak memaksa dirinya untuk tidur. Namun, ponselnya tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris. Mengapa pria itu meneleponnya malam-malam begin

Latest chapter

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status